Pilgrims of Christ’s Mission

Feature, Komunikator

Terlibat dalam Ekosistem Digital

Internet telah menjadi kebutuhan banyak orang dewasa ini. Perannya dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik di dunia global semakin penting. Riset dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Indonesia Survey Center (ISC) bulan Juni 2020, memperlihatkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia di tahun 2019-2020 sudah mencapai 196.71 juta jiwa dari total 266.91 juta penduduk Indonesia. Riset tentang penggunaan media sosial di Indonesia dari Data Reportal bersama Hootsuit dan We Are Social pada Januari 2020 menyebutkan bahwa ada 160 juta pengguna media sosial di Indonesia. Para pengguna internet ini menghabiskan waktu rata-rata 7 jam 59 menit dan secara khusus di media sosial selama 3 jam 26 menit. Dari segi demografi diperlihatkan kelompok umur 25-34 tahun (20,6% laki-laki dan 14.8% perempuan) dan rentang usia 18-24 tahun (16.1% laki-laki dan 14.2% perempuan) sebagai kelompok umur terbanyak berselancar di dunia maya. Kelompok usia 18 – 34 ini sering disebut the digital natives. Konteks ini tentu mempengaruhi juga cara orang muda menerima informasi yang mereka dapat dari internet dan secara khusus melalui media sosial. Undangan memeluk dunia digital Realitas di atas jelas mengubah lanskap, cara berkomunikasi dan bertindak orang-orang muda di Indonesia terutama dalam mengakses informasi yang ingin mereka ketahui. Realitas seperti ini menjadi tanda-tanda zaman yang menjadi undangan bagi Serikat Jesus untuk belajar berkomunikasi dengan orang-orang muda zaman sekarang. Terlebih dari itu, Serikat Jesus diundang untuk mengenali bagaimana Allah hadir dalam bahasa, bentuk dan platform teknologi komunikasi dewasa ini dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Penggunaan platform media sosial Serikat Jesus Provinsi Indonesia merupakan sarana yang dipakai untuk berdialog dengan realitas itu. Serikat Jesus berupa menyampaikan dan menawarkan informasi dalam semangat, tradisi dan karya kerasulan Provinsi yang bersumber pada spiritualitas Ignasian dalam platform yang akrab dengan dunia sekarang. SJ Provindo melalui akun Promosi Panggilan SJ sudah hadir di media sosial sejak tahun 2017 untuk menyajikan informasi serta kisah hidup dan panggilan seorang Jesuit. Pertengahan tahun 2018, SJ Provindo melalui akun Jesuit Insight kembali hadir di media sosial sebagai perwakilan wajah muda Serikat dalam membagikan refleksi dan insight atas situasi dunia melalui kacamata Ignasian. Kedua akun sosial media tersebut saat ini dikelola oleh para Bruder dan Frater skolastik yang masih menjalani studi di Jakarta dan Jogja. Provinsi juga hadir di melalui akun resmi media sosial @jesuitindonesia untuk menyajikan informasi resmi Provinsi tentang kegiatan-kegiatan yang dikelola dan dipercayakan kepada Jesuit di Indonesia.  Selain Serikat Jesus, tarekat dan keuskupan, juga mulai memanfaatkan media sosial. Bahkan, refleksi dari agama islam, protestan, hindu, budha, dan penganut kepercayaan menambah keragaman sudut pandang refleksi spiritual. Keragaman ini merupakan kekayaan yang membantu refleksi iman pribadi bagi seseorang. Kolaborasi dan Jejaring Salah satu hal yang menarik dalam upaya membangun kehadiran di dunia media digital ini ialah peluang kolaborasi dan keterlibatan orang-orang muda awam. Salah satu hasil dari kolaborasi itu ialah seri Setiap Jumat Podcast (SJ Podcast) di aplikasi music streaming Anchor.fm, Spotify, dan Apple Podcast. SJ Podcast telah mengudara sebanyak 12 episodes dan setiap episodenya berisi sharing pengalaman serta pergulatan hidup orang muda dan direfleksikan dengan kacamata Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Para frater dari Kolese Hermanum Jakarta bekerjasama dengan orang-orang muda dari Magis untuk mebuat refleksi-refleksi dalam podcast ini sejak akhir tahun 2019. Pembuatan SJ Podcast telah memberikan banyak kesempatan para Jesuit muda dan rekan muda Magis untuk belajar dan bertumbuh bersama. Mereka yang terlibat menjadi tim kreatif menemukan wadah untuk berbagi pengolahan hidup harian mereka. SJ Podcast juga menjadi kesempatan untuk mendengarkan cerita-cerita personal anak muda melalui akun Instagram @setiapjumatpodcast sebagai sarana interaksi dengan pendengar setia mereka. SJ Podcast yang mengudara selama tahun 2020 ini sudah diputar lebih dari 5.000 kali dan telah menemani orang muda katolik di Indonesia berefleksi. Saat ini SJ Podcast sedang dalam proses evaluasi untuk melihat peluang dan konteks baru kehadirannya. Peluang kreatif platform digital juga ditangkap dalam menawarkan Latihan Rohani kepada orang muda dan awam di tengah masa pandemi. Pembatasan sosial selama pandemi ternyata melahirkan kreativitas dalam melihat dan menemani perjalanan rohani rekan-rekan awam dan orang-orang muda dalam bentuk Latihan Rohani Perdana (LRP) yang diadaptasi dari buku The First Spiritual Exercises karangan Michael Hansen. Para peserta LRP melakukan doa setiap hari secara pribadi di rumah masing-masing dan setiap akhir pekan melakukan percakapan rohani dalam kelompok kecil secara daring bersama fasilitator melalui platform digital. Pada tahun 2020, LRP terlaksana dalam 3 gelombang dengan total 300 retretan. Pendekatan seperti ini menginspirasi banyak orang untuk ikut retret, menjadi fasilitator, atau menjadi pengurus LRP. Pesertanya berasal dari berbagai tempat di Indonesia dan luar negeri. Menemukan Makna dan Kedalaman Dunia digital, termasuk media digital, yang sedang terus kita kenali ini seperti pisau bermata dua. Bersama kesempatan, kecepatan dan kemudahan yang ditawarkannya dalam menyebarkan informasi dan beragam hal-hal lain, dunia digital mempunyai hal-hal yang bisa menganggu. Dalam media sosial banyak informasi yang tersebar yang kadang-kadang juga menjadi bagian dari promosi, propaganda dan penyebaran ideologi. Seseorang dihadapkan pada pilihan-pilihan berita dan informasi yang harus dia proses. Yang sering terjadi ialah begitu seseorang percaya dengan informasi tertentu, maka biasanya dia akan cenderung pada sumber-sumber sejenis. Informasi yang berbeda atau malah bertentangan dan kritis cenderung dianggap keliru dan harus dihindari. Di balik seluruh proses dunia digital, ada yang disebut algoritma yaitu proses untuk menetapkan instruksi dan aturan-aturan kuantitatif dalam rangkaian kompleks untuk menyaring informasi dalam proses pengambilan keputusan. Algoritma mengenali pola-pola dan cara kita berinteraksi di dunia digital, termasuk interaksi di dunia digital,  untuk kemudian menawarkan dan meramalkan apa yang akan kita lakukan. Karena itu, tantangannya bagi orang muda ialah sejauh mana sikap kritis berpikir dan bersikap masih bisa tetap dipertahankan. Perjalanan rohani bagaimanapun mengandalkan kemampuan kita untuk bertanya untuk menemukan kehadiran Allah yang tidak serta merta terang benderang. Refleksi menjadi bagian penting untuk melatih ketajaman indera spiritual mengenali kehadiran Allah dan membedakannya dari roh-roh lain. Dalam konteks kekinian dunia dan media digital, refleksi ini membantu kita untuk melihat bagaimana Kristus hadir dan berjuang dalam konteks dunia digital dan algoritma-algoritma yang membentuknya. Mungkin saja kita diundang berefleksi dan menganalisis lebih dalam pengaruh algoritma ini dalam proses pembentukan kehidupan bersama manusia dan hidup bersama Allah. Keberanian dalam Kekinian Berkat keterbukaan kita pada media baru ini,

Feature

Virtual Talk with Julius Kardinal Darmaatmadja: Apa itu Sehat yang Apostolis?

Kesehatan menjadi salah satu isu paling dicari kebanyakan orang saat ini. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab orang di seluruh dunia lebih memperhatikan kesehatan. Dalam kesempatan wawancara virtual bersama tim Komunikator SJ akhir Januari 2021, Bapak Julius Kardinal Darmaatmadja membagikan beberapa tips hidup sehat selama masa pandemi serta pesannya untuk para Nostri dan umat Katolik. Tips Hidup Sehat ala Kardinal Julius Menurut Bapak Kardinal, ada tiga tanda-tanda sederhana bahwa kita memiliki hidup yang sehat, yaitu: bisa makan enak, tidur enak, dan badan merasa segar. Tiga tanda tersebut dibuat oleh Bapak Kardinal jika beliau ingin memprediksi bahwa dirinya sehat atau tidak. Dalam kesehariannya, Bapak Kardinal mencoba untuk teratur menjaga waktu istirahatnya dengan tidur pukul 10 malam dan bangun 4 pagi serta siesta pukul 2 sampai 4 sore. Dengan istirahat yang cukup, beliau dapat memelihara kesehatan dengan baik. Pola makan juga ia usahakan untuk dapat diatur dengan baik. Pada pagi dan siang hari, Bapak Kardinal makan nasi seperti biasa. Sedangkan pada sore hari, beliau membiasakan makan kentang. Beliau juga mulai menghindari makan yang mengandung gluten seperti roti dan gandum karena dapat mempengaruhi kesehatan prostatnya.  Selain menjaga pola makan dan waktu istirahat, Bapak Kardinal juga rutin memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter setiap 2 bulan sekali. Kebiasaan kontrol kesehatan ini sudah beliau lakukan secara rutin sejak menjadi Provinsial SJ Provindo pada tahun 1981. Beliau merasakan manfaat cek kesehatan ini untuk mengetahui riwayat penyakit yang perlu di antisipasi lebih lanjut seperti kondisi kesehatan retina matanya yang sudah menurun. Wisma Emmaus bekerja sama dengan Klinik Pramita Salatiga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan  kepada para Jesuit sepuh secara rutin. Mereka mengirimkan perawat untuk mengambil sampel darah semua romo yang ada di Emmaus. Dengan demikian, para romo dapat mengetahui kondisi terbaru kesehatan mereka secara rutin. Bapak Kardinal juga merasakan bahwa para Romo sepuh sangat dilindungi oleh Serikat melalui komunitas, sehingga Wisma Emmaus dibuat menjadi steril. Setiap orang yang bekerja dan melayani di Emmaus ikut di karantina bersama para para penghuninya. Mereka diminta untuk tinggal selama 2-3 pekan dan tidak diperkenankan pulang ke rumah. “Kami semua yang ada di Emmaus itu sehat. Dengan demikian tidak ada pengaruh Covid-19 meskipun ada juga yang meninggal (Romo Theo Wolf, SJ) karena serangan jantung,” ungkap Bapak Kardinal. Pengalaman Menghadapi Pandemi Pada masa kemerdekaan, Bapak Kardinal pernah mengalami wabah pes. Beliau mengatakan pandemi pada zaman tersebut berbeda seperti sekarang. Pandemi yang dialami pada saat itu bisa berlalu dengan cepat. Paling lama 6 bulanan sudah selesai. Namun, pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang ternyata masih berlarut-larut dan belum menunjukkan penurunan. Namun, Bapak Kardinal juga melihat pandemi Covid-19 sebagai kesempatan untuk merefleksikan kehidupan kita, terlebih kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup terutama isu pemanasan bumi. Kecuali pandemi Covid-19, Bapak Kardinal merasa ada yang lebih mengancam dan sama kritisnya untuk kita sadari, yaitu pemanasan bumi yang harus diatasi oleh semua bangsa dan umat manusia saat ini. Bapak Kardinal juga mensyukuri bahwa Gereja Katolik solider dan ikut mempromosikan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dengan sebaik-baiknya. Gereja-Gereja ditutup dan perayaanEkaristi juga dilaksanakan secara daring. “Dengan tidak mengikuti perayaan ekaristi seperti pada biasanya, saya merasakan iman umat tetap terjaga dengan baik. Penghayatan iman mereka lebih personal terhadap pribadi Tuhan Yesus Kristus, meskipun tanpa sarana ekaristi dan lainnya. (Penghayatan iman mereka) dapat berjalan dengan baik, ini suatu keuntungan,” ungkap Bapak Kardinal.  Beliau tidak mengkhawatirkan apapun bahwa iman umat karena pandemi ini menjadi surut. Bahkan, umat juga bekerjasama dan berkolaborasi membuat usaha-usaha bantuan bagi mereka yang terdampak pandemi. Bapak Kardinal memberi contoh gerakan Caritas Christmas Cross Challenge (4C) yang dilaksanakan Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI) bersama LDD KAJ dan KARINA KWI sebagai bentuk solidaritas umat pada mereka yang membutuhkan bantuan di masa pandemi. Gerakan ini menjadi salah satu bukti iman umat terus berkembang dan tidak berhenti pada memikirkan keselamatan diri sendiri. Pesan untuk Jesuit dan Umat Katolik Pada akhir wawancara virtual, Bapak Kardinal menyampaikan pesan untuk para Nostri dan umat katolik di luar sana. Kita diminta untuk terus menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya, karena Tuhan masih ingin memakai kita melalui pekerjaan dan kerasulan yang kita jalani saat ini. Menurut Bapak Kardinal, dengan menjaga kesehatan berarti secara tidak langsung kita telah membantu Tuhan agar hasil pekerjaan kita tetap baik dan tidak terganggu. Semoga kita juga dapat terus berusaha untuk menjaga kesehatan di tengah pandemi seperti yang dilakukan oleh Bapak Kardinal dengan istirahat cukup, makan makanan yang bergizi, dan rutin memeriksakan kesehatan ke dokter. (SEP) Kontributor: Tim Komunikator SJ

Karya Pendidikan, Penjelajahan dengan Orang Muda

Gonzaga Virtual Festival: Karena Berhenti Bukan Pilihan

Jiwa muda yang penuh semangat dan kreativitas, tentunya tak boleh mati karena pandemi Covid-19. Hal inilah yang dihidupi oleh kawula muda SMA Kolese Gonzaga sejak awal pandemi. Kegiatan-kegiatan tahunan yang direncanakan terus diproses persiapannya, sebagai ekspresi harapan dan optimisme bahwa kondisi akan segera membaik. SMA Kolese Gonzaga setiap tahunnya menggelar berbagai kegiatan, salah satunya Gonzaga Festival yang merupakan kegiatan ekspresi dan kompetisi, serta kolaborasi yang mengasah berbagai keterampilan seperti leadership, entrepreneurship,  manajemen, organisasi, komunikasi, dan kerja sama. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan di bulan Oktober setiap tahunnya tertunda akibat pandemi. Meskipun kepanitiaan Gonzaga Festival 2020 sudah terbentuk dan siap bekerja sebelum pandemi.  Sembari penuh harap menunggu kondisi membaik, siswa-siswi beserta para guru SMA Kolese Gonzaga menggelar acara-acara pra-Gonzaga Festival yang memotivasi dan memberi pencerahan. Beberapa diantaranya ialah  webinar “Pendidikan di Tengah Pandemi” bersama Nadira Nuraini Afifa pada 28 Agustus 2020 dan webinar “Mental Health: Self Acceptance” bersama Meira Anastasia pada 26 September 2020. Kedua webinar tersebut masih dapat diakses di kanal resmi YouTube Gonzaga Festival.  Penderita Covid-19 terus bertambah hingga Agustus 2020. Situasi ini membuat siswa-siswi beserta para guru kembali berpikir, masih relevankah kegiatan Gonzaga Festival dilangsungkan? Atau perlukah melakukan adaptasi kegiatan sesuai kondisi saat ini? Berbagai pertimbangan dan pemikiran membawa komunitas SMA Kolese Gonzaga pada proses diskresi yang menghasilkan keputusan untuk tetap melaksanakan Gonzaga Festival dalam bentuk Gonzaga Virtual Festival atau GVF.  Dengan spirit “Berhenti Bukan Pilihan” yang merupakan pengejawantahan dari semangat para Jesuit yaitu Magis dan Ingenuitas (kreatif dan adaptif),  akhirnya SMA Kolese Gonzaga menyelenggarakan GVF pada tanggal 19-23 Januari 2021. Jarak tidak lagi menjadi halangan dalam GVF karena peserta bisa hadir secara virtual, sehingga peserta dari luar Jakarta, diantaranya dari Semarang, Sidoarjo-Jawa Timur, Bali, dan kota-kota lainnya, dapat mengikuti acara ini. Keterampilan menggunakan teknologi sungguh dibutuhkan untuk mengelola acara ini. Sehingga walaupun acaranya diadakan secara virtual, namun hasilnya tidak abal-abal.  Beberapa perlombaan yang biasa dilaksanakan secara offline, seperti english debate, cerdas cermat, solo dance, solo vokal, ternyata dengan beberapa adaptasi dapat dilaksanakan juga secara virtual. Ada beberapa kategori lomba, yaitu  kategori SMP,  SMA, dan Umum. Di masa pandemi, ketika pembelajaran dan kegiatan siswa-siswi diikuti dari rumah saja, beberapa hobi berkembang. Perkembangan hobi baru ini melahirkan beberapa kegiatan dalam GVF seperti lomba desain grafis, lomba fotografi, lomba rias wajah (make up) karakter, dan cooking workshop bersama Stefani Horison. E-sport seperti Valorant, PUBG, FIFA, Mobile Legends, dalam pandangan orang muda, bisa menjadi suatu hiburan yang ketika dikelola dengan bijaksana sebenarnya memiliki nilai-nilai pembelajaran. Workshop musik bersama Febrian Nindyo (HIVI) dan webinar entrepreneurship bersama Roni Pramaditia (Lawless Burger) disambut secara antusias oleh para peserta. Peran anak muda dalam dunia perfilman masa kini, semakin nampak dan menginspirasi. Ide-ide segar, idealis, tanpa tendensi, serta potensi-potensi sineas muda perlu digali dan diekspresikan dalam karya. Sinezaga (Sinematografi Gonzaga) Film Festival yang dikenal dengan SFF, tahun ini menjadi bagian dari GVF. Ajang ini  diikuti oleh tim dari SMA Kolese Loyola Semarang, SMAN 1 Tangerang Selatan, SMKN 1 Mas Ubud Bali, SMA Negeri 48 Jakarta, SMA Kolese Kanisius, dan SMA Kolese Gonzaga, serta Seminari Menengah Wacana Bhakti. Film-film ini sangat menarik dan dapat dinikmati di kanal YouTube Gonzaga Festival. Masing-masing memiliki keunikan, sangat kontekstual dengan kondisi masa kini, dan membawa pesan-pesan moral.  Sebagai sebuah selebrasi atas kebersamaan jiwa-jiwa muda dalam kolaborasi maupun kompetisi yang menghidupi semangat berprestasi dan berkreasi, GVF ditutup dengan sebuah tayangan live streaming Closing Gonzaga Virtual Festival. Nama para juara diumumkan dan keindahan musik serta gerak yang tercipta dari ketekunan geladi para siswa-siswi SMA Kolese Gonzaga ditampilkan. Dalam closing ini dihadirkan juga bintang tamu yang saat ini mencuri perhatian anak muda, yang dengan berani membuat sesuatu yang berbeda untuk go internasional yaitu Reality Club dan Ardhito Pramono. Penggalan syair lagu “Fine Today” dari Ardhito yang berbunyi We will find a way menjadi harapan kami. Semoga tayangan via kanal YouTube Gonzaga Festival yang disaksikan ribuan penonton ini memberi inspirasi bahwa masih terbuka jalan untuk berbuat sesuatu di tengah himpitan dan keterbatasan yang kita hadapi. Ada keyakinan bahwa saat ini, hari ini, semua tetap baik adanya asal kita memaknai dan mengisinya dalam semangat kebaikan itu. Unite to Ignite atau “Bersatu Untuk Menyala” menjadi tagline dalam Gonzaga Virtual Festival. Komunitas SMA Kolese Gonzaga mengharapkan pengalaman GVF ini merupakan tanda bersatu untuk menyalakan harapan bagi orang – orang di sekitar kami. Pandemi memang menjadi rintangan tetapi kami merasa bahwa berhenti bukanlah pilihan dan kami memilih untuk menyalakan harapan. Semoga GVF ini menjadi api yang memantik api-api lain. A fire that kindles other fires. Kontributor: Gabriella Kristalinawati S.Pd., M.Si. (Humas SMA Kolese Gonzaga)

Obituary

Selamat Jalan, Pater Theodor Wolf, SJ

Pater Karl Theodor Wolf, SJ meninggal dunia pada hari Minggu, 17 Januari 2021 pukul 11.20 WIB di Rumah Sakit Ken Saras, Bergas, Jawa Tengah karena serangan jantung. Pada hari Senin, 4 Januari 2021 yang lalu, beliau baru saja merayakan ulang tahun yang ke-76. Pater Theodor Wolf lahir di Laudenback, Jerman dari pasangan Bapak Josef Wolf dan Ibu Josefine Wolf. Setelah menyelesaikan pendidikan Gymnasium di Miltenberg dan Volkersberg, dia memasuki Serikat Jesus di Neuhausen pada 14 September 1965 dan mengucapkan kaul pertama dalam Serikat Jesus pada 16 September 1967. Ia menjalani masa studi Filsafat di Pullack, Jerman (1967-1969) dan menjalani tahun orientasi kerasulan di St. Blasien College, Jerman (1969 – 1970). Setelah itu, Theodor Wolf muda memutuskan untuk menjadi misionaris di Indonesia, dan menjalani masa awalnya sebagai misionaris Seminari Menengah Mertoyudan. Pendidikan teologi ia selesaikan di Fakultas Teologi Wedhabakti dan ditahbiskan sebagai imam pada 3 Desember 1975 di Gereja St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta dibawah tangan Uskup Agung Semarang, Justinus Kardinal Darmoyuwono. Selama 40 tahun, Pater Theodor Wolf menjalani tugas pastoralnya di banyak paroki wilayah Keuskupan Agung Jakarta (Paroki St. Perawan Maria Ratu Blok Q; Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta; dan Paroki St. Theresia Jakarta) dan Keuskupan Agung Semarang (Paroki St. Antonius Padua Muntilan; Paroki St. Yusup Gedangan; dan Paroki St. Yusup Ambarawa) dari tahun 1976 sampai tahun 2016 : Pastor Rekan Gereja St. Perawan Maria Ratu Blok Q, Jakarta 1976 – 1978 Pastor Paroki Gereja St. Perawan Maria Ratu Blok Q, Jakarta 1978 – 1985 Pastor Paroki Gereja St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta 1985 – 1993 Pastor Paroki Gereja St. Theresia Jakarta 1993 – 2004 Pastor Rekan Gereja St. Antonius Padua Muntilan 2005 – 2006 Pastor Paroki Gereja St. Yusup Gedangan, Semarang 2006 – 2011 Pastor Paroki Gereja St. Yusup Ambarawa 2011 – 2014 Pastor Rekan Gereja St. Yusup Ambarawa 2014 – 2016 Berdoa untuk Serikat Jesus di Wisma Emmaus Girisonta 2016 – wafat Informasi Misa Requiem PemakamanMisa Requiem dan Pemakaman Pater Theodor Wolf akan diadakan di Pemakaman Maria Ratu Damai, Girisonta pada hari Senin, 18 Januari 2021 mulai jam 10.00 WIB dengan selebran utama Provinsial Serikat Jesus Indonesia, P. Benedictus Hari Juliawan dan konselebran P. Segfried Zanhweh,S.J. dan P. Markus Yumartana, S.J. Pelayat yang hadir dalam upacara pemakaman dibatasi dan tidak akan diadakan misa live streaming. Oleh karena itu, umat mohon mendoakan kedamaian jiwa Pater Theodor Wolf cukup dari rumah masing-masing.

Formasi Iman

Kaul Pertama dan Kaul Akhir Serikat Jesus

Pada 25 Desember 2020, Pater Provinsial, Benedictus Hari Juliawan, SJ menerima Kaul Pertama Skolastik Albertus Alfian Ferry Setiawan, SJ di Kapel St. Ignatius Loyola, Girisonta dan pada 1 Januari 2020 menerima Kaul Akhir dari 5 Jesuit yaitu, Elias Ambirat Duhkito, SJ, Agustinus Budi Nugroho, SJ, Herbertus Dwi Kristanto, SJ, Fransiskus Wawan Setyadi, SJ dan Ignatius Windar Santoso, SJ. Semangat Kaul dalam Serikat Jesus merupakan sebuah motivasi atau komitmen yang unggul yang berasal dari dalam. Kaul bukanlah ancaman bagi seorang anggota Jesuit ataupun pembatasan yang membelenggu. Serikat Jesus sendiri tidak mengenal meritokrasi. Dengan mengikuti nasehat Santo Ignatius, Serikat Jesus lebih condong menekankan pemberian diri sebagai motivasi untuk mengikuti Kristus, motivasi untuk pelayanan. Pater Provinsial menekankan bahwa kaul adalah sebuah bentuk empowerment, yang menjadi motor di dalam batin yang menggerakan orang untuk maju. Kaul itu bukan usaha untuk menahan diri atau ngampet, melainkan sebuah empowerment agar para Jesuit menjadi orang-orang yang merdeka. Kaul bukan pembatasan melainkan sebuah pembebasan dari kelekatan dari harta benda, keinginan untuk berkuasa dan juga relasi-relasi yang toxic. Untuk melihat foto-foto Kaul Pertama di Girisonta dan Kaul Akhir di Purbayan, silahkan klik di sini.

Pelayanan Gereja

Inkarnasi Allah

Perayaan Natal bagi banyak orang merupakan kesempatan untuk menyebarkan pesan kasih dan semangat penuh harapan, tidak terkecuali kami di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB), Tangerang. Tentu saja, perayan natal kali ini berlangsung sangat sederhana dengan mengikuti protokol yang berlaku, tanpa dihadiri oleh anak-anak dan orang lanjut usia. Walaupun demikian, kami tetap merayakan kebersamaan natal yang bersumber dari cinta Allah. Inkarnasi Allah sebagai bukti cinta Allah pada manusia menjadi pesan utama dalam misa malam natal di HSPMTB. Dalam pesan homilinya, Rm. Cahyo mengatakan bahwa kehadiran Allah di dunia merupakan bentuk kecintaan-Nya kepada manusia. “Allah konsisten mencintai manusia sejak asal mula, juga pada saat manusia jatuh ke dalam dosa.” Allah tetap hadir dan merelakan Putra-Nya untuk memulihkan dunia dengan cara tidak mudah dipahami manusia, yaitu inkarnasi. Rm. Cahyo juga mendambahkan, “Secara rohani peristiwa inkarnasi adalah jawaban cinta Allah kepada manusia. Allah menunjukan betapa berartinya manusia bagi Allah. Kehadiran Allah di dunia bukan untuk menunjukkan keagungan-Nya melainkan kerelaan dan kerendahan hati Allah demi manusia,” tandasnya. Perayaan natal di tengah-tengah pandemi ini bagi umat Paroki Tangerang juga menjadi momentum merefleksikan kehadiran Allah. Umat Paroki Tangerang sudah banyak sekali membantu orang-orang yang terdampak pandemi sehingga momentum Natal ini membawa kami, para umat, mampu memahami Allah yang hadir dalam hati setiap umat untuk berbela rasa dan peduli pada orang-orang yang terdampak pandemi. Rm. Cahyo juga menekankan bahwa peristiwa natal kali ini merupakan  momentum yang tepat agar kita dapat menciptakan semangat belarasa kepada sesamanya karena duka dan derita mereka adalah duka dan derita kita juga. Kesederhanaan Yesus lahir di kandang domba mendorong kita semua berempati dengan yang lain. Kita diundang menjadi tanda kehadiran Allah di dunia dan diutus untuk menyatakan cinta Allah ke sesama. Ario – Komsos Tangerang

Pelayanan Gereja

Para Jesuit Nabire Merayakan Natal di Pedalaman

Para Jesuit di Papua berkarya di beberapa tempat di wilayah Keuskupan Timika, yaitu di kota Nabire dan di pedalaman Waghete, tepatnya di Kabupaten Deiyai. Di kota Nabire sendiri telah ada 11 Jesuit yang terdiri dari 3 Jesuit yang berkarya di Paroki Kristus Sahabat Kita, dan 8 Jesuit lainnya berkarya di SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d’Armandville. Sedangkan di pedalaman Waghete, ada satu Jesuit yang berkarya di Paroki St. Yohanes Penginjil. Perayaan Natal di Nabire tentu saja tidak lepas dari pandemi COVID-19 yang situasinya tidak separah di pulau besar lainnya. Dari data Tim Gugus COVID-19 Kabupaten Nabire bisa dikatakan bahwa jumlah yang terpapar tidak segawat di kabupaten lain seperti Timika dan Jayapura. Per 30 Desember 2020 terdapat total 398 kasus COVID-19. 328 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 57 orang lainnya dirawat di RSUD Nabire. Jumlah kasus yang meninggal terdapat 13 orang. Walaupun demikian, paroki-paroki di Nabire tetap menyelenggarakan misa Natal dengan mengikuti protokol COVID-19. Di kota Nabire sendiri, para Jesuit yang berkarya di SMA membantu pelayanan Natal di beberapa paroki, antara lain Paroki Kristus Sahabat Kita, Paroki Kristus Raja, dan Paroki St. Antonius Bumi Wonorejo.  Namun, di Paroki pedalaman situasinya berbeda dengan di kota. Berdasarkan data dari Tim Gugus COVID-19 Nabire, dari total 398 kasus ada 26 kasus dari kabupaten Paniai dan 14 dari Deiyai. Namun semuanya telah dirawat di RSUD Nabire. Masyarakat pedalaman merasa bahwa COVID-19 bukan sebagai masalah yang perlu ditakuti. Mereka menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah dan kegiatan peribadatan seperti biasanya. Orang yang menggunakan masker justru disalahpahami sebagai orang yang terpapar Corona. Rm. Ferdinandus Tuhu Jati dari Nabire membantu Rm. Adrianto Dwi Mulyono melayani misa di pedalaman Waghete. Rm. Harry Setianto membantu melayani misa di paroki Bomomani, pedalaman Mapiha, yaitu karya yang dipercayakan oleh Keuskupan Timika untuk dikelola oleh Imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta. Paroki Bomomani dan Waghete masing-masing berjarak kurang lebih 150 km dan 200 km dari kota Nabire. Keduanya ditempuh dengan mobil. Pelayanan Natal lainnya di luar kabupaten Nabire dilakukan oleh Rm. Y. Sudriyanto di Pulau Serui. Penerbangan dari Nabire menuju Serui membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Rm. Sudri melayani di stasi Dawai, Yapen Timur. Untuk menuju ke stasi tersebut, dibutuhkan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari pusat paroki bahkan harus menyeberangi beberapa sungai. Harry Setianto Sunaryo, SJ

Komunikator

Promulgasi Protokol Perlindungan Jesuit Indonesia

Tanggung jawab untuk memastikan keamanan dan kebaikan orang-orang yang dilayani merupakan prioritas utama bagi siapapun yang terlibat dalam hidup dan karya Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo). Setiap anggota Serikat di Provindo memiliki peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang memberi ruang bagi siapa saja agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal, dan merasa dihargai martabatnya. Untuk memenuhi komitmen pada cita-cita perlindungan tersebut, hari Sabtu, 19 Desember 2020 yang lalu Pater Provinsial SJ Indonesia, Benedictus Hari Juliawan memaklumkan dokumen “Protokol Pencegahan, Penangan, dan Penyelesaian Kekerasan Seksual terhadap Anak-anak, Orang Dewasa Rentan, dan Dewasa di Serikat Jesus Provinsi Indonesia” dalam pertemuan virtual Sabtu, 19 Desember 2020 pkl 18.00 WIB. Acara promulgasi ini diadakan melalui aplikasi ZOOM Meeting dan dihadiri oleh para Jesuit beserta beberapa tamu undangan dari Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Agung Semarang. Turut hadir pula tim Protokol Perlindungan dan Mgr. Robertus Rubiatmoko, Uskup Agung Semarang. Dalam acara ini, Romo Beni menyatakan bahwa niat Serikat Jesus dari diterbitkannya dokumen protokol ini adalah sungguh-sungguh untuk bertobat, sesuai dengan permintaan Serikat universal dan juga bapa Paus Fransiskus. Mengingat kesalahan dan dosa-dosa kita sebagai Gereja dan Serikat Jesus di masa lalu mengenai persoalan ini, langkah pertobatan ini sungguh diperlukan Serikat. Serikat Jesus juga ingin mengubah cara berelasi dan bekerjanya agar karya-karya Serikat memiliki kredibilitas. Selain itu, dengan diterbitkannya protokol ini, orang-orang yang bekerja dengan Serikat Jesus serta umat yang dilayani juga memiliki rasa aman. Pada akhir acara, Bapa Uskup Rubi juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas dokumen protokol yang baru saja diresmikan oleh Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Bapak Uskup menyatakan protokol yang baru dipromulgasikan ini menjadi salah satu kebutuhan yang real dalam Gereja kita. Harapan beliau, dengan adanya protokol perlindungan ini, para Jesuit dapat semakin dibantu untuk bisa menghayati panggilan sebaik mungkin sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik. Promulgasi ini juga akan menjadi bahan pembelajaran untuk Keuskupan Agung Semarang yang juga sedang mempersiapkan protokol serupa. Seperti diamanatkan oleh Pater Jenderal Adolfo Nicolas (Surat 2018/13 tentang to share the suffering of victims of abuse and foster a culture of protection), setiap Jesuit membutuhkan pertobatan personal, komunal, dan institusional dengan cara memperhatikan integritas dan keutuhan hidupnya. Kebijakan dalam bentuk protokol yang baru diresmikan ini merupakan pedoman praktis bagaimana cara setiap Jesuit bertindak, sehingga mereka semakin mampu mengatur diri sedemikian rupa sehingga mengenali diri dan kecenderungannya, serta mampu menciptakan budaya aman dalam seluruh perilaku dan karya-karyanya Menciptakan budaya aman berarti juga melakukan penyelamatan bagi diri setiap Jesuit dan orang-orang di Sekitarnya, yang menjadi inti dari Latihan Rohani yang dihayati oleh setiap Jesuit di setiap waktu. Septian Marhenanto, SJ