capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Hidup dan Misi Para Bruder

Oleh P. Wiryono Priyotamtama, S.J.

Kehadiran para Bruder Jesuit dalam Tubuh Apostolis Serikat Jesus

Bruder Jesuit retret di Bandungan

Menjadi sebuah kenyataan faktual bahwa hanya ada sebuah panggilan yaitu menjadi seorang Jesuit. Dari panggilan yang satu itu, ada beberapa bentuk cara hidup yang sekiranya bisa dipilih seturut rahmat yang dicurahkan oleh Allah kepada kita. Salah satunya adalah menjadi seorang bruder Jesuit. Seorang Bruder Jesuit merupakan bagian dari tubuh semesta Serikat Jesus. Dengan demikian, para Bruder disatukan secara penuh dalam tubuh apostolis Serikat Jesus seperti halnya para imam. Pola pikir yang masih melihat bahwa Bruder adalah ‘warga kelas dua’ perlu disingkirkan dalam diri setiap Jesuit karena para Bruder sungguh dipersatukan secara penuh dalam tubuh apostolis Serikat Jesus. Dipersatukan dalam tubuh apostolis berarti para Bruder dipersatukan oleh cinta Tuhan. Persatuan dalam tubuh apostolis hanya dimungkinkan apabila para Jesuit dilandasi oleh cinta Tuhan. Mengandalkan daya manusia semata untuk menyatukan diri dalam sebuah kumpulan bernama Serikat Jesus adalah kesia-siaan belaka. Rasa dicintai dan mencintai yang begitu dalam oleh Tuhan akan membawa gerakan dalam diri para bruder untuk mau bekerja melayani Tuhan dan Gereja. Di sinilah kita akan melihat kontribusi para Bruder yang sungguh nyata bagi kemajuan kehidupan manusia dan kemuliaan Kerajaan Allah. Kontribusi yang nyata dalam berbagai karya dan kesetiaan dalam perutusan akan semakin meneguhkan kesatuan para Bruder dalam tubuh apostolis Serikat Jesus.

Disatukan dalam tubuh apostolis Serikat Jesus memiliki beberapa tahapan yang perlu dilalui oleh para Bruder. Setelah melalui proses pengenalan dan proses seleksi yang mendalam, para kandidiat yang telah terpilih akan diterima masuk ke dalam Serikat Jesus. Masuk ke dalam Serikat Jesus berarti berjuang dalam proses formasi. Ada berbagai macam perjuangan dan pergulatan yang perlu dihadapi agar mampu mematangkan dan mendewasakan diri para bruder. Perjalanan panjang dan terkadang tidak mudah tersebut akan bermanfaat bagi pribadi yang bersangkutan sekaligus bermanfaat bagi Serikat Jesus untuk mengenal anggotanya lebih mendalam dan lebih asli. Proses pengenalan dan pengujian akan semakin memantapkan diri para bruder dan Serikat Jesus sehingga Serikat dengan penuh kegembiraan akan mengirimkan (mengutus) para bruder untuk bekerja di dalam kebun anggur Tuhan, menjadi saksi nyata bagi kehadiran Kerajaan Allah di dunia.

Para Jesuit juga dipersatukan oleh cinta Tuhan. Selama berada di Manresa, Ignatius Loyola sungguh bergulat secara pribadi dan mendapatkan pencerahan spiritual yang menjadi pondasi bagi perkembangan panggilannya dalam tahap selanjutanya. Namun, semua itu tidak disimpan sendiri oleh Ignatius. Pengalaman iman dan kasih Tuhan membuat Ignatius ingin keluar dari dirinya. ignatius mencari teman, ingin dipersatukan dalam suatu compania bersama dengan sahabat-sahabat terkasih. Ini akan makin jelas dalam visi La Storta (1537) di mana dia melihat Allah Bapa memanggilnya untuk mengabdi-Nya dan berjuang bersama Sang Putra yang masih memanggul salib di dunia. Secara nyata, ini akan diwujud-nyatakan dalam penyerahan diri Ignatius dan kawan-kawannya kepada Bapa Suci di Roma. Cinta Tuhan semakin membuat Ignatius dan para penerusnya dipersatukan dalam tubuh apostolis Serikat Jesus.

[671] Ikatan utama bagi kedua belah pihak, untuk kesatuan antara para anggora sendiri dan dengan Kepala mereka, ialah cinta kasih Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus; jika para Pembesar dan anggota-anggota bersatu dengan kebaikan ilahi-Nya yang Mahatinggi, dengan mudah sekali mereka akan bersatu antar mereka sendiri; hal itu terjadi berkat cinta ini juga yang turun dari Allah kepada semua orang dan khususnya kepada tubuh Serikat. Maka dari itu, cinta kasih dan pada umumnya semua kebajikan dan keutamaan, di mana orang bertindak menurut Roh, akan membantu kesatuan dari kedua belah pihak…

Karena para Jesuit telah dipersatukan dalam satu tubuh apostolis, maka sudah sepatutnya apabila para Jesuit dirasuki oleh kesadaran untuk bertindak sebagai satu tubuh yang memiliki satu tujuan. Tentu ada peran yang berbeda-beda yang akan dijalankan oleh masing-masing Jesuit. Meskipun demikian, semua itu diletakkan dalam kerangka sebuah tubuh apostolis di mana ada kesatuan yang begitu mendalam. Sebagai seorang Jesuit, akan ada usaha untuk melayani dengan penuh keungguhan tanpa mengharapkan imbalan, usaha untuk setia di dalam perutusan, usaha untuk tidak memecah dan merusak kesatuan dalam tubuh Serikat. Usaha-usaha tersebut merupakan bentuk nyata kecintaan para Jesuit (terlebih para bruder) untuk menjaga kesatuan dalam Tuhan, dalam Serikat, dan dalam Gereja.

Hidup para Bruder Jesuit dalam Konteks Misi Serikat Jesus

Hidup seorang Bruder adalah hidup dalam tegangan dan paradoks, hidup dalam mimpi dan realita. Seorang Jesuit senior pernah bersharing bahwa dia sungguh mencintai Serikat Jesus dengan sepenuh hati; cinta kepada Serikat adalah cinta terbesar dalam hidupnya. Namun dia sungguh mengalami kesulitan saat harus berhadapan dengan Jesuit muda yang bertindak secara berbeda bila dibandingkan dengan pola-pola tradisional yang dihayati Jesuit senior tersebut. Beliau menunjukkan betapa situasi tersebut terkadang sungguh tak tertahankan. Apa yang sekiranya dapat dilakukan dalam ketegangan yang menyertai perjalanan perutusannya?

Kiranya perlu dipahami secara jernih bahwa pilihan Bapa Ignatius untuk terlibat dalam dunia merupakan bentuk keberaniannya untuk menghadapi tegangan dan paradoks. Menjadi Jesuit berarti memilih tegangan dan paradoks untuk menjadi bagian nyata dari hidup, bukan menghindarinya. Kongregasi Jenderal 35 secara eksplisit menunjukkan beberapa tantangan nyata yang menjadi bagian dari perutusan kita. Dalam Dekrit 3.11 dikatakan bahwa kita hidup dalam dunia baru yang dipenuhi dengan tegangan dan paradoks. Ini dilengkapi pula oleh Dekrit 1.7 yang menunjukkan bahwa dunia kita adalah dunia yang dipenuhi tantangan sosial, budaya dan agama yang kompleks. Dekrit 1.6 menunjukkan bahwa misi kita yang terkenal dengan sebutan frontiers akan membawa kita ke dalam tempat-tempat konflik yang dapat mengancam reputasi, kedamaian, dan keamanan diri kita. Para bruder akan terlibat dalam perutusan di daerah frontiers, perutusan untuk karya kerasulan yang baru, konteks yang baru yang ditandai oleh tegangan dan konflik, dan adanya keterhubungan antara komunitas, misi, dan identitas. Frontiers akan membawa bagi kita pengalaman baru, tantangan baru, bahkan petualangan baru.

Ada beberapa hal yang sekiranya dapat dilakukan oleh para Bruder untuk semakin terlibat dalam perutusan dalam dunia yang penuh tegangan ini. Komunitas menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita sebagai seorang Jesuit. Menjadi pembangun komunitas bukanlah suatu hal yang mudah karena di sana dibutuhkan keberanian untuk menjadi pendengar yang baik, menjadi seorang yang realistis dan optimistik. Perutusan masa kini tidak bisa lagi dilakukan secara personal. Para bruder diharapkan mampu membangun dan mengembangkan jaringan seperti bergabung dalam diskusi di internet ataupun mengikuti pertemuan-pertemuan. Perutusan tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada kedalaman dalam hidup internal. Di sini, para bruder dapat mengintensifkan doa-doa apostolis seperti berdoa bagi intensi pater Jenderal, bersharing tentang pengalaman rohani. Hal-hal yang terlibat sederhana seperti di atas justru menjadi pondasi yang kokoh bagi terwujudnya perutusan yang makin magis.

Identitas Bruder Serikat Jesus

Bersumber dari Konstitusi [148], kiranya ada beberapa karakteristik yang perlu dimiliki oleh para Bruder Serikat Jesus, yaitu:

  • Memiliki kesadaran nurani (berhati nurani) baik
  • Tenang
  • Penurut
  • Suka mencari keutamaan dan kesempurnaan
  • Cenderung pada Devosi
  • Relasi baik dengan orang serumah maupun orang luar
  • Mencintai Institusi Serikat Jesus
  • Ingin membantunya demi kemuliaan Allah

Berbagai karakteristik yang ditunjukkan oleh Ignatius hendaknya bukan menjadi suatu beban atau malah disepelekan sebagai sesuatu yang tidak penting. Karakteristik tersebut akan membantu para Bruder untuk semakin menghayati keaslian hidup seorang Jesuit. Tanpa itu, para Bruder akan kehilangan orientasi dan kehilangan identitas. Rasa tentang identitas hanya bisa didapat apabila para bruder mampu berjuang untuk menghidupi karakter yang diharapkan oleh Ignatius sehingga kita semakin siap sedia untuk diutus ke tengah-tengah dunia.