capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Masa Penjajahan Belanda

Masa Penjajahan Belanda

Kehadiran Jesuit di Indonesia terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama terjadi sangat awal dalam arti bahwa tidak lama setelah Serikat Jesus berdiri. Fransiskus Xaverius, salah satu dari Primi Patres, sendiri yang hadir. Boleh dikatakan bahwa pada tahap ini, Serikat Jesus hanya hadir di Indonesia Timur yang dalam arsip Serikat Jesus universal biasa dikenal sebagai Misi Kepulauan maluku (Documenta Molucensia 1542-1682). Tahap kedua, Serikat Jesus hadir dalam masa penjajahan Belanda. Dan di antara dua tahap itu kita tahu bahwa Serikat Jesus sempat dibekukan (1773-1814). Oleh karena itu Provinsi Indonesia ini lahir dari periode Serikat Jesus pasca-restorasi.

Serikat Jesus tidak jarang dimasukkan dalam gerakan Kontra Reformasi. Akibatnya, dalam konteks perpolitikan Belanda Serikat jesus termasuk yang dicurigai kehadiran dan sepak terjangnya. Sekalipun demikian, karena pengalaman relasinya yang baik, Vikaris Apostolik Batavia Mgr. Vrancken (1848-1870) toh menginginkan bantuan dan kehadiran Jesuit sewaktu beliau mendapat tugas baru di Indonesia sebagaimana tampak dalam suratnya kepada Internunzius.

Saya harap Yang Mulia mengizinkan saya untuk mengajukan satu pertanyaan lagi; seandainya sampai waktunya saya tidak berhasil mendapatkan jumlah misionaris sebagaimana saya harapkan, kalau tidak ada keberatan apapun mungkinkah saya meminta bantuan para Jesuit, misalnya dengan menjanjikan satu dtasi atau yang lain? Nasihat Yang Mulia dalam hal ini amat saya tunggu….

Semasa VOC Gereja Katolik praktis dianggap sebagai lembaga ilegal. Baru setelah pemerintah Belanda mengambil alih, aktivitas Gereja Katolik diizinkan kembali untuk beraktivitas dengan didirikannya Prefektur Apostolik Batavia pada tahun 1807. Tanah misi Indonesia dipercayakan kepada para imam diosesan Belanda. Dalam perjalanan waktu oleh Mgr. Vrancken kehadiran Jesuit diprioritaskan untuk mengawali karya di antara pribumi. Peran kehadiran Jesuit menjadi semakin penting sewaktu jumlah imam diosesan Belanda semakin sedikit, sampai akhirnya misionaris Jesuit menjadi satu-satunya tenaga yang tersedia. Pada tahun 1893, tanah misi Indonesia akhirnya dipercayakan kepada Serikat Jesus sewaktu Pater W. Staal ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Batavia.

 

SURAT MISSIONER – VISIONER PATER JENDERAL ROOTHAN

Sewaktu Mgr. Vrancken meminta Jesuit ikut ambil bagian berkarya di tanah misi Indonesia, jumlah jesuit di Belanda masih amat sedikit. Tambahan lagi keputusan akhir pun ada di tangan Provinsial Belgia karena waktu itu Jesuit Belanda masih menjadi bagian dari Provinsi Belgia. Harus diingat bahwa Serikat Jesus belum lama direstorasi dan khususnya di Belanda para religius baru saja diizinkan untuk kembali aktif. Sekalipun demikian Pater van der Leeuw, Vice Provinsial, dan para konsultornya menginformasikan permintaan tersebut kepada Pater Jenderal. Pater Jenderal Roothaan yang kebetulan adalah seorang Belanda, di lain pihak, amat ingin membangun semangat misioner di antara para Jesuit “generasi baru”.

Keprihatinan Pater Jenderal terhadap karya misi teristimewa di wilayah-wilayah yang belum-percaya, infideles, terungkapkan dengan amat jelas dalam suratnya kepada para imam dan bruder Jeduit yang ditulis pada tahun 1853.

Pelayanan untuk mewartakan Kabar Gembira Kristus dan iman Katolik ke wilayah-wilayah yang paling jauh sungguh-sungguh merupakan panggilan mulia dan cocok untuk kita. Pelayanan demikian merupakan bagian integral dan warna khas Serikat sejak didirikannya.

Saya percaya bahwa bahkan tidak ada satu orang pun di antara kamu yang tidak merasa sayang atau tidak meneteskan airmata kepedihan atas kemalangan begitu banyak jiwa.

Kewajiban sayalah untuk menyemangati kamu semua agar berdoa mohon memperoleh panggilan misioner ini. Untuk mereka yang telah mendapatkan kerinduan demikian, peluklah dengan cinta sebagai tanda rahmat Tuhan. Lalu sampaikanlah ke saya atau ke Provinsial biar dicatat di antara kandidat-kandidat untuk upaya yang sedemikian mulia ini.

Untuk Provinsial, jangan takut bahwa upaya ini akan mendatangkan kerugian bagi provinsi. Jangan ragu. Janji Injil pasti akan digenapi: “Berilah, dan kamu akan diberi.” Belum cukup jumlah Jesuit di provinsi bukanlah sebuah alasan karena Tuhan tidak mengatakan “Kalau kamu telah diberi, berilah” melainkan “Berilah, dan kamu akan diberi.” Oleh karena itu, semakin Provinsi bermurah hati memberikan anggota-anggotanya untuk karya misi, semakin Allah akan memperkayanya dengan panggilan-panggilan baru dengan jumlah yang lebih. Sejarah Serikat telah memperlihatkan bahwa berlimpahnya panggilan Jesuit di eropa merupakan anugerah Allah karena telah mengirim anggota-anggotanya yang paling baik dan paling berbakat ke tempat-tempat yang memerlukan.

 

Surat Pater Jenderal Jan Roothaan ini pastilah menyemangati Provinsial dari provinsi yang baru saja didirikan untuk melanjutkan pembicaraan dengan Mgr. Vrancken yang sangat menginginkan kehadiran Jesuit di Hindia Belanda. Negosiasi lebih intensif terutama terjadi di bawah Provinsial Ludovicus van Gulick (1854-1859). Lewat surat tertanggal 19 Desember 1857, Pater Jenderal Petrus Beckx meneguhkan keputusan Provinsial Belanda yang menunjuk dua imam, Pater Martinus van den Elzen dan Pater Joannes Baptista palinckx, untuk mengawali karya misi di Hinsia Belanda. Mgr. Vrancken yang menungu dengan penuh kegelisahan, melukiskan kedatangan dua misionaris Jesuit pertama ini sebagai peristiwa yang pantas dicatat sebagai peristiwa historis penting dalam vikariat-nya

Hari ini, 9 Juli 1859, dua putra Ignatius yang pertama datang di vikariat kita di Batavia. Ini adalah fakta sejarah. Saya berharap supaya tahap demi tahap para Jesuit lain akan menyusul mereka ini membawa hormat dan kemuliaan yang lebih besar bagi Allah di kebun anggur yang amat luas ini.

 

BAGAIMANA SEBENARNYA SITUASI PROVINSI BELANDA

Bukan hal mudah bagi Provinsial Belanda, Pater L. Van Gulick, mengambil keputusan untuk mengirim tenaga Jesuit ke tanah misi mengingat jumlah anggota provinsi muda itu masih amat sedikit, 141 orang. Pater Jenderal Beckx, di sisi lain, terus menyemangati karena yakin bahwa pengiriman itu sendiri akan menjadi daya tarik bagi tumbuhnya panggilan di Belanda.

Katalog Jesuit Provinsi Belanda 1850-1960 membenarkan keyakinan Pater Jenderal tersebut. Dalam kurun waktu 100 tahun itu jumlah Jesuit Belanda memang berlipat sembilan kali, dari 102 menjadi 911 anggota.

Pada Katalog 1957 jumlah Jesuit berkurang 208 karena mulai tanggal 22 Maret 1952, oleh pimpinan Serikat Jesus, tanah misi Jawa ditingkatkan statusnya sebagai Regio Independen. Oleh karena itu terhitung tanggal 12 Maret 1956 para Jesuit yang bekerja di tanah misi Jawa dan ingin terus bekerja di Jawa, namanya ditempatkan di Katalog Regio Jawa, dan tidak akan dicantumkan lagi di Katalog Provinsi Jesuit Belanda. Regio Independen Indonesia pada 12 Maret 1956 memiliki 201 Jesuit terdiri atas 3 uskup (Mgr. Petrus Willekens, Mgr. Albertus Soegijapranata, dan Mgr. Adrianus Djajasepoetra), 133 imam, 36 frater, 29 bruder.