FILSAFAT
Setelah menyelesaikan “masa Novisiat” seorang skolastik Jesuit diutus untuk belajar filsafat dan bertempat tinggal di Kolese Hermanum Jakarta. Lama studi filsafat bervariasi bagi setiap Jesuit. Akan tetapi lazimnya ditempuh dalam kurun waktu 4 tahun di STF Driyarkara Jakarta. Beberapa skolastik setelah menjalani masa novisiat diutus untuk mengikuti program Juniorat. Program ini dilaksanakan di Filipina bersama dengan skolastik Jesuit dari SJ Provinsi lain. Program Juniorat ini berlangsung selama kurang lebih 1 tahun sesudahnya, dilanjutkan studi filsafat di STF Driyarkara Jakarta.
Studi filsafat dimaksudkan sebagai perkenalan bagi para skolastik tentang studi sebagai gaya hidup dalam Serikat Jesus. Sejak awal mula berdirinya Serikat menekankan pentingnya studi yang mendalam dan bermutu bagi para anggotanya. Studi ini menjadi bagian hakiki dari spiritualitas yang harus dihidupi oleh seluruh anggota Serikat. Tujuan belajar filsafat pada masa ini adalah untuk mengembangkan intelektualitas sedemikian rupa sehingga menjadi “sahabat Jesus” yang tangguh yaitu yang berwawasan global dan sekaligus lokal, yang berperasaan seni yang tinggi dan yang mampu mengolah persoalan dan pertanyaan mendasar manusia.
Selama studi filsafat ini skolastik tidak hanya bergumul dengan ilmu-ilmu filsafat. Skolastik diajak untuk “membuka mata dan hati” dengan melihat dan mendengarkan apa-apa yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari sekitarnya. Untuk itu sekali dalam seminggu skolastik diutus untuk “merasul” di sejumlah ranah: pendampingan bagi mahasiswa dan pelajar, kerasulan sosial, kerasulan paroki, dll. Dengan kerasulan ini skolastik diharapkan dapat belajar bagaimana mengintegrasikan studi – rohani – kerasulan.
Di Jakarta para skolastik ini tinggal dalam 6 unit / rumah biasa yang tersebar di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Harapannya dengan tinggal di unit/rumah biasa ini para skolastik dapat semakin mudah berinteraksi satu sama lain dan juga dengan penduduk sekitar.
Studi filsafat diharapkan mengembangkan beberapa kemampuan lebih mendasar dalam diri skolastik: Minat membaca dan kemampuan untuk mengerti secara mendalam apa yang dibaca. Kebiasaan mempelajari secara teoritis apa yang sedang dilakukan dalam penugasan kerasulan dan untuk mengadakan studi terbatas sebagai pendasaran pembentukan pendapat sendiri. Minat memahami secara kritis perubahan-perubahan yang sedang berlangsung dalam masyarakat. Kebiasaan studi secara mandiri sebagai sikap hidup.