Karya & Pelayanan
Mengingat. Merasakan dan Meresapkan kembali Asal Usul Perutusan Serikat Jesus
Perjalanan rohani St. Ignatius diawali dengan pertobatan di Loyola dan disempurnakan dengan membiarkan diri dididik secara intensif oleh Tuhan di Manresa. Pengalaman di Manresa ditandai oleh kesadaran bahwa kesempurnaan hidup itu merupakan rahmat Tuhan, bahwa hidup hanya mempunyai makna kalau diarahkan untuk membantu sesama, dan bahwa berdiskresi harus dilakukan untuk bisa mengikuti kehendak Allah dalam hidup. Kedalaman hidup rohani, semangat rasuli serta diskresi yang dialami di Manresa ini mengubah perspektif peziarahan Ignatius ke Yerusalem yaitu dari peziarahan sebagai penitensi dan devosi menjadi peziarahan karena kerinduan kuat untuk menetap di Yerusalem sebagai rasul. Tujuan luhur itu gagal dan selanjutnya Ignatius mengarahkan ketetapan baru, yaitu studi. Niat ini dimulai dengan studi bahasa Latin tingkat dasar di Barselona dan dilanjutkan studi filsafat di Alcala dan Salamanca. Pada saat yang sama, St. Ignatius mulai mengajar dan memiliki pengikut. Tetapi hal inilah yang membuatnya hampir kehilangan harapan untuk mewujudkan cita-cita luhur membantu sesama, karena baik di Alcala maupun di Salamanca ia harus berurusan dengan otoritas Gereja yang melarangnya menyampaikan pengajaran sederhana dengan alasan belum belajar Teologi. Lebih daripada dilarang, St. Ignatius di dua kota tersebut diseret ke pengadilan dan dimasukan ke dalam penjara. Untunglah bahwa pembelajaran rohani sebelumnya yang dipetik dari bermacam-macam kesulitan menjadikan St. Ignatius tidak hilang semangat melainkan semakin bersandar pada Tuhan dengan ketetapan serta semangat baru yaitu studi dan mencari teman di Paris supaya semakin bisa membantu jiwa-jiwa.
Di Paris, St. Ignatius berhasil mendapatkan para sahabat yang menjadi cikal bakal Serikat dan dikenal sebagai Primi Patres. Latihan Rohani, persahabatan dan percakapan rohani serta berbagai pengalaman menjadi sarana utama untuk merekrut para mahasiswa Paris hingga bersatu dalam visi kerohanian rasuli. Kesatuan mereka ditandai oleh kaul di Montmatre pada 15 Agustus 1534 untuk berziarah ke Yerusalem dengan catatan bahwa bila gagal mereka akan mempersembahkan diri kepada Paus untuk tugas perutusan. Kelompok Paris mulai dengan tiga yang pertama, yaitu St. Ignatius, St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber. Pada saat berkaul di Montmatre, jumlah mereka adalah tujuh orang karena ada empat orang yang bergabung, yaitu Lainez, Salmeron, Simao Rodrigues dan Nicolas Bobadilla. Ketika mereka berjalan kaki dari Paris ke Venezia, jumlah mereka bertambah tiga lagi sehingga St. Ignatius menyebut kelompok sembilan itu sebagai sembilan sahabat saya dalam Tuhan (los nueve amigos mios en el Senor).
Keberadaan di Venezia menjadi kesempatan formatid memperkokoh kelompok. Menurut KJ 36, pengalaman primi patres di Venezia merupakan gambaran yang hidup dan kuat tentang cara hidup yang membentuk Serikat, di mana yang terutama adalah diskresi bersama, seperti yang mereka lakukan saat itu, yaitu mendiskresikan penggilan Tuhan setelah gagal pergi ziarah bersama ke Yerusalem (KJ 36, d.1, n.4). Selain itu, di Venezia ini mereka memeluk cara hidup miskin dan gaya hidup dekat dengan orang miskin. Kongregasi Jenderal mengharapkan bahwa pengalaman Primi Patres menghayati kemiskinan juga menandai cara hidup kita zaman sekarang, yaitu bahwa kemiskinan melahirkan kreativitas dan menjaga kita terhadap hal-hal yang membatasi kesiapsediaan menanggapi panggilan Tuhan (KJ 36, d1, n.6). Akhirnya ditunjukkan juga tentang ketersebaran karena kerasulan. Ketika di Venezia itu Primi Patres tidak selalu tinggal bersama tetapi tersebar untuk menjalankan banyak tugas. Saat-saat bertemu bersama menjadi kesempatan berharga untuk berbagi pengalaman sebagai kelompok yang mengikuti Kristus (KJ 36, d.1, n.7).
Dari Venezia ini, St. Ignatius bersama para sahabatnya sebagai kelompok yang ditandai oleh kerohanian mendalam, kebiasaan berdiskresi, sifat terpelajar, serta melayani orang mempersembahkan diri kepada Paus untuk siap diutus. Selanjutnya dikenal salah satu unsur dinamis kehidupan Serikat dan anggota-anggotanya, yaitu bersatu meski tersebar dalam aneka perutusan dan dalam ketersebaran itu terus memelihara dan mengembangkan kesatuan melalui relasi pribadi dengan Tuhan, ketaatan kepada Superior, komitmen terhadap perutusan, serta kebiasaan saling berkomunikasi.
*tulisan Rm LA. Sardi, S.J. diambil dari buku Rohani, Rasuli, Formatif. Retret Reformatio Vitae Komunitas