Para Jesuit di Papua berkarya di beberapa tempat di wilayah Keuskupan Timika, yaitu di kota Nabire dan di pedalaman Waghete, tepatnya di Kabupaten Deiyai. Di kota Nabire sendiri telah ada 11 Jesuit yang terdiri dari 3 Jesuit yang berkarya di Paroki Kristus Sahabat Kita, dan 8 Jesuit lainnya berkarya di SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d’Armandville. Sedangkan di pedalaman Waghete, ada satu Jesuit yang berkarya di Paroki St. Yohanes Penginjil.
Perayaan Natal di Nabire tentu saja tidak lepas dari pandemi COVID-19 yang situasinya tidak separah di pulau besar lainnya. Dari data Tim Gugus COVID-19 Kabupaten Nabire bisa dikatakan bahwa jumlah yang terpapar tidak segawat di kabupaten lain seperti Timika dan Jayapura. Per 30 Desember 2020 terdapat total 398 kasus COVID-19. 328 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 57 orang lainnya dirawat di RSUD Nabire. Jumlah kasus yang meninggal terdapat 13 orang. Walaupun demikian, paroki-paroki di Nabire tetap menyelenggarakan misa Natal dengan mengikuti protokol COVID-19. Di kota Nabire sendiri, para Jesuit yang berkarya di SMA membantu pelayanan Natal di beberapa paroki, antara lain Paroki Kristus Sahabat Kita, Paroki Kristus Raja, dan Paroki St. Antonius Bumi Wonorejo.
Namun, di Paroki pedalaman situasinya berbeda dengan di kota. Berdasarkan data dari Tim Gugus COVID-19 Nabire, dari total 398 kasus ada 26 kasus dari kabupaten Paniai dan 14 dari Deiyai. Namun semuanya telah dirawat di RSUD Nabire. Masyarakat pedalaman merasa bahwa COVID-19 bukan sebagai masalah yang perlu ditakuti. Mereka menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah dan kegiatan peribadatan seperti biasanya. Orang yang menggunakan masker justru disalahpahami sebagai orang yang terpapar Corona. Rm. Ferdinandus Tuhu Jati dari Nabire membantu Rm. Adrianto Dwi Mulyono melayani misa di pedalaman Waghete. Rm. Harry Setianto membantu melayani misa di paroki Bomomani, pedalaman Mapiha, yaitu karya yang dipercayakan oleh Keuskupan Timika untuk dikelola oleh Imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta. Paroki Bomomani dan Waghete masing-masing berjarak kurang lebih 150 km dan 200 km dari kota Nabire. Keduanya ditempuh dengan mobil. Pelayanan Natal lainnya di luar kabupaten Nabire dilakukan oleh Rm. Y. Sudriyanto di Pulau Serui. Penerbangan dari Nabire menuju Serui membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Rm. Sudri melayani di stasi Dawai, Yapen Timur. Untuk menuju ke stasi tersebut, dibutuhkan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari pusat paroki bahkan harus menyeberangi beberapa sungai.
Harry Setianto Sunaryo, SJ