Pilgrims of Christ’s Mission

Feature

Kesahajaan Umat Dayak di Paroki Botong

Berada di Kalimantan, tentu saja yang terbayang adalah kebun sawit dan tambang. Namun, pengalaman saya berada di Botong, Kualan Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat, dua hal tersebut tidak ada sama sekali. Di Botong, saya bisa menikmati indahnya alam Kalimantan dengan hutan yang luas dan sungai yang mengalir deras serta dapat hidup bersama orang-orang dayak yang ramah dan pekerja keras. Di tempat ini, kita bisa melihat dengan jelas keaslian orang dayak dan juga alam yang dijaga oleh mereka. Sekitar enam bulan yang lalu, seorang Jesuit telah hadir di Pra Paroki Santa Maria, Botong, Ketapang, yaitu Rm. A. Mardi Santosa, S.J. Paroki ini akan diserahkan kepada Serikat Jesus untuk mengawali Paroki SJ yang berada di Kalimantan. Menurut Rm Mardi, paroki ini dipilih karena “kebersahajaan” orang-orang di desa Botong ini menarik untuk kita dampingi. Orang-orang Dayak di Botong merupakan orang Dayak murni yang belum tercampur budaya dari suku lain. Juga alam di sini masih sangat asri dan belum masuk industri perkebunan besar. Perkebunan dan hutan masih dikelola secara klan/keluarga. Maka, berada di tempat ini seperti cita-cita Jesuit dalam Universal Apostolic Preferences yaitu untuk mengajak semua orang mendalami dan mengambil tindakan perubahan seturut Injil.” Pra-paroki Botong terletak di ujung utara Keuskupan Ketapang. Daerah ini sangat terpencil. Untuk menjangkau tempat tersebut menggunakan kendaraan tidaklah mudah karena hanya bisa dijangkau kendaraan roda dua melalui jalan yang sulit. Untung saja saya berada di sana saat kemarau sehingga jalan tidak terlalu buruk. Meskipun begitu, saya masih menemui kesulitan karena tidak terbiasa off road. Tiba di Pastoran Botong membuat saya lega karena akhirnya sampai juga di lokasi. Kulit saya perih dan memerah karena panas yang membakar kulit. Namun semua itu terlupakan ketika disambut umat yang ramah dan ceria. Kami bercerita dan bersenda gurau bersama-sama ditemani kopi asli Kalimantan dan juga gorengan khas mereka. Kami semua merasa lega telah sampai lokasi dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Saya berada di tempat ini selama pekan suci. Saya bertugas membantu mempersembahkan misa atau ibadat, baik di paroki maupun stasi. Empat hari pertama saya berada di Gereja Botong dan stasi-stasi terdekat dengan menggunakan motor dan empat hari berikutnya saya keliling stasi-stasi dengan menggunakan perahu. Saya merasakan bahwa ini menjadi pengalaman yang sangat menarik. Untuk menjangkau sebuah lokasi pelayanan tidaklah semudah dan semurah seperti di Jawa. Juga sangat melelahkan. Namun berbagai kesulitan dan kelelahan tersebut hilang begitu bertemu penduduk sekitar yang sangat ramah dan air sungai yang jernih segar. Memang tidak semua sungai di sana berair jernih dan segar karena adanya tambang emas ilegal. Hal lain yang juga saya lihat menarik di sana adalah betapa orang-orang di sana memiliki karakter pekerja keras. Di tengah cuaca yang panas dan terik, mereka bersama-sama menanam atau menuai padi di tengah hutan. Selain itu, mereka juga bekerja sama memotong kayu di hutan untuk membangun sebuah rumah. Ada juga yang bercerita kepada saya kalau tangannya bengkak karena harus potong kayu yang besar dan keras. Menarik juga ketika tahu bahwa mayoritas orang di sana memiliki hobi sama, yaitu memancing ikan baong. Mari kita bersama-sama berdoa untuk perkembangan umat di Botong agar mendapatkan rahmat melimpah untuk mensyukuri dan merawat alam yang indah ini serta merasakan bagaimana Tuhan bekerja bersama mereka dalam hidup ini. Kontributor: Windar Santoso, SJ

Perjalanan air ke Paroki Malaikat Gabriel Kapi
Feature

Asistensi Pekan Suci yang Memperkaya

Nostri dan rekan berkarya terkasih, Pekan Suci yang lalu Rm. Sudri mengutus saya untuk asistensi Tri Hari Suci dan sosialisasi PNE (Pustaka Neo Edutech) di Keuskupan Agats-Asmat. Uskup Mgr. Aloysius Murwito OFM meminta saya ke paroki Malaikat Gabriel Kapi, yang dikomandani Pater Heribertus Antoine Ola, Pr didampingi Pater Pius Apriyanto, Pr, yang baru ditahbis. Paroki Kapi menjadi perhatian nasional tahun 2018 akibat campak dan gizi buruk. Keadaan sekarang jauh berbeda. Transportasi Air Perjalanan dari Agats ke Kapi menggunakan long boat sungguh luar biasa. Kami berangkat pukul 10 pagi dan tiba pukil 17.30. Rencana semula berangkat 07.30, tetapi karena air masih surut, boat belum bisa melewati air. Setiap kali ke Agats, Pater Heri berbelanja keperluan pastoran, paroki, kios dan pribadi. Yang selalu harus dibeli adalah bahan bakar untuk long boat. Perjalanan ke Kapi menembus beberapa kali potong untuk mempersingkat waktu perjalanan. Perjalanan bervariasi antara sungai besar-laut lepas-kali potong-muara. Kali-kali potong tidak dapat dilewati saat air surut. Menembus kali potong membutuhkan keahlian tersendiri. Ada kali potong yang lebarnya sedikit lebih lebar dari badan boat kami. Kadang kami harus merunduk untuk menghindari cabang-cabang pohon yang terjuntai di atas kami. Kiri kanan hanya hutan belantara yang indah. Kicau burung menyemarakkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kami diguyur hujan, hanya sekejap matahari memancarkan sinarnya. Perjalan Agats-Kapi biasanya 6 jam. Transportasi air merupakan transportasi utama di Keuskupan Agats. Kunjungan uskup maupun pelayan pastoral harus memperhatikan kalender air yang disediakan oleh BMKG. Angka 2-3 disebut air koda, keadaan air normal, aman untuk dilalui. Diluar rentang itu perlu waspada. Kalender air membantu memperkirakan waktu pasang surut air, sehingga kegiatan/kunjungan bisa direncanakan. Kali ini saya bisa menumpang pastor paroki Kapi karena dia ke Agats menghadiri rekoleksi keuskupan yang dibawakan Pater Yan Djawa, SVD dari Jayapura. Rekoleksi berlangsung Selasa, 30 Maret pagi, dilanjutkan misa Krisma pada sore hari. Saya bersyukur sore bisa bergabung. Kasula yang digunakan khas Asmat. Masyarakat Peramu Masyarakat Asmat tinggal di daerah rawa, tergolong peramu. Mereka ke hutan bila persediaan sagu habis, atau ke sungai mencari ikan, udang. Di sepanjang sungai/laut terdapat bevak yang digunakan untuk bermalam saat mereka mencari sagu atau makanan lain di hutan. Incest Perkawinan sedarah di Kapi dan beberapa wilayah tak terhindarkan karena lingkungan yang tertutup. Berkunjung ke wilayah lain hanya bisa dilakukan dengan boat sedangkan masyarakat umumnya hanya memiliki perahu kecil yang tidak bisa dipakai untuk jarak jauh. Untuk mengatasi keadaan ini keuskupan mengadakan kegiatan OMK per dekenat. Sesudah Paskah, 18-25 April, kegiatan OMK dekenat dipusatkan di Kapi. Orang-orang muda belajar berkebun, memasak, memproses sagu, dan belajar saling mengenal satu sama lain. Puasa Internet Kapi belum memiliki koneksi internet. Listrik menggunakan generator yang menyala pkl. 18.00-06.00. Kabel listrik sudah terpasang oleh PLN, namun belum teraliri. Kejadian Luar Biasa (KLB) 2018 Tahun 2018 tahun kelam bagi paroki Kapi, karena menjadi perhatian nasional akibat laporan penyakit campak dan gizi buruk. Perhatian muncul setelah uskup berkunjung bersama seorang dokter dari Jakarta. Sang dokter terkejut melihat banyak anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, dan banyak yang menunjukkan gejala campak. Saat itu Kapi masih berstatus kuasi paroki. Sejak diliput Kompas banyak wartawan datang meliput. Dinas Kesehatan seperti tersengat. Perubahan mulai tampak sejak Kapi menjadi paroki dan dikomandani Pater Heri. Warga tampak bersih, kulit mereka sehat. Kebiasaan mandi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan semakin tampak. Pemberdayaan Umat Kapi Pastor paroki berusaha memberdayakan umat yang seluruhnya masyarakat Asmat, dengan mengolah dan menjual tepung sagu, menanam sayur, keladi dan padi. Pemberdayaan ini diharapkan bisa meningkatkan gizi dan ekonomi umat. Tri Hari Suci Kamis Putih dan Jumat Agung saya menemani pastor paroki di Kapi. Sabtu Paskah saya ikut Pater Pius ke stasi St. Petrus dan Paulus As’atat. Perjalanan ke As’atat menembus hujan dan angin. Perayaan Malam Paskah sungguh menyentuh, dilingkupi oleh cahaya redup dan hembusan angin. Setelah perayaan kami langsung kembali ke Kapi. Perjalanan pulang yang dingin kami nikmati sambil sesekali melihat kerlap-kerlip kunang-kunang. Sawaerma Dalam perjalanan pulang ke Agats, tak terduga saya bisa bertemu Pater Vincent Paul Cole, Maryknoll, pastor Amerika yang menjadi misionaris sejak 1979 di Sawaerma. Pater membangun gereja Kristo Amore (Kristus Bangkit) yang penuh dengan ukiran Asmat. Tiang-tiang gereja menggambarkan unsur dunia dan ilahi. Semua ukiran kayu swadaya umat. Ada 12 tungku di dalam gereja. Setiap tungku dikelilingi oleh 2 keluarga. Tidak ada kursi dalam gereja, umat dan imam duduk di lantai. Umat membaca Kitab Suci pada Tungku Sabda dan imam merayakan Ekaristi pada Tungku Ekaristi yang letaknya berhadapan. Tidak habisnya saya mengagumi gereja agung, artistik dan megah ini. PNE Sebelum dan sesudah asistensi saya meluangkan waktu untuk mengenalkan Pustaka Neo Edutech, kreasi Rm. Sudri dan tim. Para guru terheran-heran. Mereka bisa mengakses materi dan video pelajaran tanpa harus menggunakan jaringan internet. Ini pengalaman pertama mereka menggunakan intranet. Akhir Kata Pengalaman Pekan Suci di Keuskupan Agats-Asmat sungguh memperkaya. Saya belajar banyak dari pastor paroki yang mampu berkreasi di tengah himpitan keterbatasan. Alam menyediakan yang dibutuhkan. Kontributor: Dismas Tulolo, SJ

Prompang

AYOK: A Joyful Vocation Week 2021

Dalam rangka memeriahkan Hari Minggu Panggilan Sedunia ke-58, Tim Prompang SJ menyelenggarakan serangkaian acara bertajuk AYOK: A Joyful Vocation Week 2021. Rangkaian kegiatan ini diadakan pada 22-24 April 2021. Pada Kamis, 22 April 2021, AYOK dimulai dengan “Temu Virtual Tim Prompang” yang melibatkan religius dari berbagai LHB (Lembaga Hidup Bakti atau Ordo/Tarekat) dan Keuskupan. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 180 peserta. Rm. Agustinus Setyodarmono menjadi fasilitator utama yang menuntut refleksi bersama atas kinerja Tim Prompang setiap komunitas. Antusiasme peserta begitu besar sehingga acara ini dilanjutkan dalam dua kesempatan ke depan pada bulan Mei dan Juni. Pada Jumat, 23 April 2021, AYOK dilanjutkan dengan “Tilik Hidup Membiara.” Acara ini dihadiri oleh lebih dari 190 OMK yang tersebar di seluruh Indonesia. Sejumlah sekolah bahkan mengikuti acara ini bersama-sama. Acara ini mengundang sejumlah pembicara seperti Rm. Harry Setianto, S.J., Br. Andri Pratomo, FIC, Sr. Hetwika, SJMJ, Rm. Frans Kristiadi, Pr., dan Jennifer Odelia (OMK). Mereka saling berbagi pengalaman hidup membiara dan bagaimana perspektif OMK memandang para biarawan/wati. Pada Sabtu, 24 April 2021, AYOK ditutup dengan “Talkshow dan Ekaristi Kaum Muda.” Acara ini merupakan kolaborasi antara para Frater Filosofan Unit Johar Baru dengan OMK Theresia. Talkshow diramaikan oleh fr. Petrus Craver, S.J., Sr. Alexandrine, OSU, dan Walma Jelena. EKM dimeriahkan oleh Rm. L. Suharjanto, S.J., Jennifer Odelia, dan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo melalui rekaman homili. Bagi Tim Prompang SJ, acara AYOK 2021 menjadi kesempatan untuk merayakan sukacita rahmat panggilan yang Tuhan berikan. Kata ‘AYOK’ tidak sekadar menjadi akronim atau singkatan, tetapi juga berarti undangan atau ajakan (kata seru ayo). Kami ingin mengajak orang muda untuk mengalami sukacita perjumpaan dengan para religius dalam menghidupi panggilan Tuhan. Panggilan Tuhan tidak pernah eksklusif. Maka dari itu, kami mengundang religius dari berbagai LHB dan Keuskupan untuk turut memeriahkan acara ini. Selain itu, ada pula OMK yang terlibat karena panggilan Tuhan begitu beragam. Paus Fransiskus dalam Gaudete et Exultate juga menekankan bahwa panggilan kekudusan tidak hanya dimiliki oleh kaum berjubah, tapi semua orang. Inilah tanggapan kami atas ajakan Pater Jenderal Arturo Sosa untuk membangun “kultur promosi panggilan” yang sudah kita lakukan selama bertahun-tahun. Sebagai Jesuit, sejatinya kita semua adalah promotor panggilan karena hidup kita adalah kesaksian bagi orang-orang yang kita layani. Kontributor: Tomas Becket Pramudita, SJ – Prompang SJ

Pelayanan Gereja

Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma Gereja St. Antonius Purbayan

Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma Gereja St Antonius Purbayan dilaksanakan pada hari Minggu, 25 April 2021, dipimpin Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko sebagai selebran dan didampingi konselebran Romo Clemens Budiarta, S.J. dan Romo Fransiskus Kristino Mari Asisi, S.J.. Perayaan Ekaristi ini diikuti oleh 76 penerima Sakramen Krisma dan sejumlah umat juga turut hadir. Dalam homilinya Mgr Rubiyatmoko menyatakan bahwa penerimaan sakramen penguatan merupakan anugerah yang luar biasa. Beberapa tahun sebelumnya, jumlah penerima sakramen krisma bisa mencapai 533 orang yang sebagian besar terdiri atas anak sekolah. Hari ini sejumlah 76 orang dan semuanya berasal dari Paroki Purbayan. “Kita syukuri rahmat Tuhan yang berlimpah. Kita semua telah mendengarkan sabda Tuhan. Bacaan II, Rasul Yohanes tegas sekali mengatakan siapa Kita? Kita semua adalah anak-anak Allah. Kita disebut anak-anak Allah. Kapan kita dinyatakan secara resmi sebagai anak-anak Allah? Waktu dibaptis, kita dinyatakan secara publik, kita adalah anak anak Allah. Saat dibaptis, kita mendapat anugerah Roh Kudus sebagai anak-anak Allah. Pengampunan atas segala dosa kita,” ujar Mgr Rubiyatmoko. Mgr Rubiyatmoko melanjutkan, dengan dibaptis kita semua dianugerahi panggilan, menjadi saksi Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hari ini Roh kudus yang satu dan sama dicurahkan kepada kita untuk meneguhkan kembali kita sebagai anak-anak Allah yang dewasa, memiliki tanggung jawab yang penuh. Roh memampukan kita menjadi anggota Gereja yang penuh. Penuh dalam hak dan lengkap sebagai orang Katolik. Tanggung jawab kita penuh, menjadi saksi-saksi Tuhan di tengah masyarakat. Mgr. Rubi mengajak umat untuk mengingat masa kecil, saat masih kanak-kanak. “Mari kita ingat masa kecil, masa kanak-kanak kita. Anak ketika ditanya, kamu anake sapa? Biasanya anak kecil memiliki kebanggaan terhadap ayah atau bapak mereka. Ia akan menirukan dan menceritakan dengan penuh kebanggaan, entah pekerjaan atau kebaikan bapaknya. Mereka juga biasanya mulai meniru apa yang dilakukan orang tua mereka. Bapaknya membersihkan motor, anak ikut membersihkan. Mereka ingin meniru apa yang dikerjakan oleh bapaknya,” kata Mgr Rubiyatmoko. Menurut Mgr. Rubi, ada tiga hal utama tentang kaitan anak dengan bapak mereka. Pertama bangga bapaknya siapa. Kedua menirukan apa yang dikerjakan sang bapak. Dan ketiga, ikut terlibat dalam pekerjaan orang tua mereka. “Anak-anak Allah mengembangkan tiga keutamaan ini. Pertama disebutkan bangga akan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Merasa semakin dekat dan semakin lengket dengan berbagai cara yang kita lakukan,” ucap Mgr Rubi. Mgr. Rubiyatmoko menjelaskan, diharapkan agar kita semakin bertumbuh dan Yesus menjadi orientasi utama, bukan yang lain-lain. Termasuk bagaimana supaya semakin dekat dengan Yesus, rutin, tekun, sregep. Siapa yang rajin berdoa setiap hari? Saya yakin Anda semua berdoa. Ini kita kembangkan terus-menerus sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan. “Saya ajak Anda semua semakin aktif dalam menggereja, terutama dalam peribadatan. Terus terang, saya akhir-akhir ini prihatin, orang muda, remaja dan OMK, yang ikut Ekaristi offline di Gereja sangat kecil. Maka saya ajak menanggapi kesempatan ini sebaik mungkin dekat dengan Tuhan, dekat dengan Gereja. Tekun Ekaristi bersama? Sanggup? Yakin? Yakin nggih, tenan ini,” ucap Mgr Rubiyatmoko meminta kesanggupan seluruh umat yang hadir. Mgr. Rubi melanjutkan, Anda semua harus dianggap Katolik dewasa, militan, berikan contoh, tekun Ekaristi. Yang kedua, mewartakan kabar suka cita kepada orang lain, memberi contoh teladan yang baik. Hal ini dilakukan Paroki St Antonius Purbayan, dengan beraksi, memberi teladan tebar ikan nila, 500 ekor, kita tebarkan di sungai. Contoh teladan, bagaimana cintai lingkungan dan nguri-uri kebudayan kita. Ambyur dengan masyarakat, srawung, mudah-mudahan nanti beranak-pinak menjadi semakin banyak. Masyarakat sepanjang sungai bisa mancing, dapat lauk kemudian dimakan. Ini salah satu cara mencintai lingkungan. Mewartakan iman secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, tiru-tiru apa yang dikerjakan Tuhan. Kita aktif di Gereja, aktif di masyarakat, ada yang menanggapi panggilan Tuhan menjadi bruder, suster, dan romo. Berkarya di kebun anggur Tuhan. Siapa yang ingin jadi romo? Minimal tadi ada misdinar yang ingin jadi Romo. Kita doakan ya, yang muda-muda ada yang ingin menjadi Romo. Audi, dari kata audio, mendengar dengan baik. Nanti ajak teman-teman. Bapak-bapak mendidik menanggapi panggilan anak-anaknya. Siapa ingin jadi suster? Anak-anak, tidak apa-apa, nanti didampingi supaya ada yang jadi bruder dan suster. Aja alasan anake mung siji. Gawe meneh (disambut tawa umat). Saudara-saudara terkasih, ini cara mendampingi anak-anak,membuka hati terhadap panggilan Tuhan. Gereja-Nya semakin hari semakin luas, Romo-romo yang bekerja semakin sedikit. Gereja membutuhkan banyak romo. Anak-anak kita harus didampingi dari waktu ke waktu. Usai homili, Romo Tino dan Romo Budi menyanyikan lagu dan diikuti oleh umat yang hadir. Setelah perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma selesai, acara dilanjutkan dengan menebar benih ikan di sungai. Kontributor: Cosmas – KOMSOS Purbayan

Karya Pendidikan

Pemberkatan Kapel St. Yoseph Pekerja

Puji Tuhan! Hari ini, Sabtu, 1 Mei 2021 SMK PIKA Semarang mengadakan pemberkatan kapel baru. Kapel diberi nama St. Yoseph Pekerja. Kegiatan dilaksanakan dalam sebuah perayaan misa syukur. Sebagai bentuk syukur, misa diiringi irama keroncong oleh Tim Kroncong PIKA. Dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, misa diselenggarakan terbatas bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara offline. Sementara itu, misa juga dibuat secara online dalam live streaming Youtube SMK PIKA Semarang bagi peserta didik, orang tua, alumni, dan para pemerhati pendidikan. Secara istimewa, misa dipimpin oleh Rm. Benedictus Hari Juliawan SJ, Romo Provinsial SJ Provindo. Pembuatan kapel ini berangkat dari keprihatinan kami bersama. Sebagai kolese, sekolah yang sudah berumur 49 tahun ini tidak mempunyai kapel untuk mentakhtakan Sakramen Mahakudus. Pembuatannya memegang prinsip menggunakan bahan kayu sisa. Hemat, memanfaatkan sesuatu yang kelihatan sisa dan tidak berguna. Namun setelah bahan itu diolah, ia bisa menjadi produk yang bagus dan punya nilai seni yang tinggi. Maka, aturan yang dipakai dalam penataan plafond, dinding, dan lantai adalah tidak beraturan. Sekarang dengan adanya kapel, hendaknya Allah sendiri yang akan hadir dan menjaga lembaga beserta pribadi-pribadi yang ada di dalamnya. Penempatannya pun sengaja dibuat di tengah-tengah area sekolah dengan tujuan agar Allah menjadi pusat dan fokus cara bertindak PIKA. Seluruh ruangan beserta ornamen yang ada di dalamnya dari kayu jati bertujuan agar kuat, tahan lama, indah, dan pemeliharaannya mudah. Dengan adanya kapel baru ini, SMK PIKA Semarang hendak menggali makna dan panggilan kerja di dunia ini. Hal ini terungkap dalam homili Romo Provinsial dalam misa pemberkatan kapel. Beliau mengawali homilinya dengan membuka kesadaran tentang situasi pandemi sekarang ini yang berakibat destruktif sekaligus konstruktif bagi ikatan relasi. Pemberkatan kapel ini menjadi momen yang tepat untuk memperbaiki kembali ikatan relasi yang mulai rusak dan meneguhkan ikatan relasi yang masih baik dengan cara memahami makna dan panggilan kerja. Sementara itu, kapel yang telah diberkati ini semoga menjadi tanda pengingat untuk memahami makna dan panggilan kerja sekaligus juga menjadi sarana keselamatan bagi yang menggunakannya. Ad Maiorem Dei Gloriam. Salam horog-horog… Kontributor: Andhy Kristyo Nugroho – SMK PIKA Semarang

Pelayanan Spiritualitas

Beasiswa MAGIS untuk Mereka yang Membutuhkan

“Beasiswa Magis untuk Indonesia” adalah program beasiswa dari Komunitas Magis Jakarta yang disalurkan untuk pembiayaan sekolah anak-anak yang kurang mampu. Program beasiswa magis ini sudah dimulai sejak tahun 2017. Dana Beasiswa Magis Untuk Indonesia disalurkan melalui Yayasan Realino Seksi Pengabdian Masyarakat Yogyakarta yang saat ini berada di bawah asuhan Diakon Fransiskus Pieter Dolle, S.J. Dana yang dikumpulkan melalui Beasiswa Magis untuk Indonesia selanjutnya disalurkan kepada anak-anak kurang mampu di daerah Yogyakarta dan sekitarnya untuk membantu pembiayaan pendidikan mereka. Penunjukan Yayasan Realino sebagai penyalur dana dari Komunitas Magis Jakarta berangkat dari rekomendasi yang diberikan oleh Rm. Julius Mario Plea Lagaor, S.J. selaku pendamping Magis Jakarta pada tahun 2017. Anak-anak penerima bantuan dari Beasiswa Magis untuk Indonesia merupakan anak-anak sekolah pada tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki kesulitan secara finansial dalam pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan. Pada tahun-tahun sebelumnya pengumpulan Beasiswa Magis untuk Indonesia dilakukan bersamaan dengan kegiatan perbul (pertemuan bulanan) dalam bentuk cash, namun pada tahun ini karena perbul (pertemuan bulanan) dilakukan secara online, maka pengumpulan dana Beasiswa Magis untuk Indonesia dilakukan setiap satu bulan sekali yang dimulai dari bulan September 2020 hingga saat ini hanya dalam bentuk transfer ke nomor rekening Magis Jakarta. Mulai dari alumni, formator, dan bahkan pengurus terlibat dalam kegiatan ini. Semoga kegiatan Beasiswa Magis untuk Indonesia ini dapat terus berjalan dan semoga siswa-siswi yang dibantu bisa semakin luas dan banyak. Kontributor: Eilin Nagari Harto Putri – MAGIS Indonesia

Pelayanan Masyarakat

Sepekan Skrining Tuberkulosis dari Zero TB di Realino SPM

Realino, Yogyakarta (21/04/2021) — Selama lima hari mulai dari tanggal 13 sampai 17 April 2021, halaman Yayasan Realino SPM menjadi tempat pelaksanaan skrining kesehatan, bagian dari program penemuan kasus Tuberkulosis secara aktif (Active Case Finding Tuberculosis – ACF TB) oleh Tim Zero TB Yogyakarta. Buka dari pukul 08.00 hingga sekitar pukul 15.00 WIB, kegiatan ini merupakan acara bersifat sukarela dan sepenuhnya gratis. Zero TB ini merupakan proyek kolaborasi Universitas Gadjah Mada, Burnet Institute (Australia), Dinas Kesehatan Yogyakarta, dan Dinas Kesehatan Kulon Progo. Melibatkan berbagai pihak turunan, termasuk puskesmas kecamatan dan kader masyarakat (volunteer), Realino SPM pada kesempatan kali ini menjadi tempat pelaksanaan berkat kerja sama dengan Puskesmas Danurejan II. Dalam rangka ekspansi lanjutan, pelaksanaan kali ini menyasar warga Kelurahan Suryatmajan. Prosesnya mudah dan cepat. Warga cukup datang membawa kartu identitas (KTP dan/atau BPJS) kemudian mengikuti alur skrining berupa pendaftaran, wawancara oleh perawat, rontgen dada, pembacaan hasil rontgen, konsultasi dokter, serta pemeriksaan lanjutan (dahak atau tuberculin) sesuai keputusan dokter. Bila ditemukan penyakit TBC, peserta memperoleh penjelasan dari pihak puskesmas dan dapat menjalani pengobatan gratis di puskesmas atau layanan kesehatan umum lainnya. Selama acara berlangsung di halaman Realino SPM, antusiasme warga sangat baik, terlihat dari tingginya jumlah peserta datang setiap harinya. Mulai dari anak-anak sampai kalangan lanjut usia, semuanya mengikuti proses skrining dengan tertib dan cukup kooperatif. Kemudian di tengah situasi ini juga terselip kisah-kisah menarik perihal partisipasi warga saat mengikuti pemeriksaan. Salah satu dan yang paling sering ditemui para nakes yang sedang bertugas adalah ketakutan peserta. Tidak sedikit peserta yang ditemui takut untuk melaksanakan skrining, baik karena terintimidasi prosedur pemeriksaan maupun terbawa kabar burung dan stigma buruk terkait TBC. Lalu ada pula yang mengaitkan proses skrining ini dengan pemeriksaan penyakit lain, seperti Covid-19. Karena itu selain membantu menekan angka TBC, program ini juga diharapkan dapat menurunkan stigma mengenai TBC, terutama mulai dari lingkungan keluarga. Para nakes berharap, warga bisa datang ke acara ACF di lain waktu dengan kesadaran sendiri dan tanpa terbebani. Pun diharapkan mereka mau mengikuti rangkaian prosedur pemeriksaan secara lengkap. Prinsipnya, program Zero TB ini bertujuan demi kebaikan masyarakat. Warga diharapkan tidak takut ataupun ragu mengikuti ACF. Alasannya skrining ini tidak hanya berguna bagi yang sakit, tetapi juga bagi yang sehat. Selain itu prosedur yang dilakukan murni untuk mendeteksi TB dan jika ternyata terdeteksi pun tidak perlu khawatir karena dapat disembuhkan. Kontributor: Absherina Olivia Agatha & Pieter Dolle, SJ – SPM Realino

Pelayanan Masyarakat

Peduli Bencana Siklon Tropis Seroja di NTT

Yayasan Realino Seksi Pengabdian Masyarakat (Realino SPM), karya sosial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, mengadakan aksi penggalangan dana untuk disalurkan bagi korban bencana Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penggalangan ini dimulai sejak tanggal 7 April hingga 17 April 2021. Jumlah donasi yang terkumpul sebesar 82 juta rupiah. Dana ini sudah disalurkan ke Adonara melalui Dekenat Adonara, Keuskupan Larantuka. Pribadi yang menjadi jembatan komunikasi di sana adalah RD Lasarus Laga Koten, Pr (Pastor Dekenat Adonara). Selama proses penggalangan dana, lebih kurang 10 hari, Realino SPM sempat diundang kolaborasi bersama Canon Indonesia dan DOSS. Kerja sama yang dilakukan ketiganya berbentuk kegiatan lelang amal dua buah kamera yang dilaksanakan pada 12-15 April 2021 di akun media sosial @doss.jogja. Total lelang donasi yang terkumpul melalui kerja sama ini sebesar 15 juta rupiah dan semuanya didonasikan untuk bantuan ke NTT. Ada banyak pribadi yang turut peduli dan berbagi kebaikan dalam penggalangan dana ini. Realino SPM bersyukur dan berterima kasih atas kemurahan hati 38orang dan komunitas/lembaga yang ikut berdonasi dan memiliki kepedulian pada situasi pasca bencana Siklon Seroja di NTT. Selain menyalurkan bantuan dana, Realino SPM mengusahakan pula bantuan pakaian layak pakai. Total baju layak pakai yang berhasil dikumpulkan sampai penulisan berita ini sebanyak delapan kardus. Kardus-kardus ini berisi pakaian perempuan, laki-laki, dan perlengkapan sanitasi seperti handuk. Rencananya, bekerja sama dengan Paroki St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta, pengiriman donasi pakaian layak pakai ke NTT ini akan dibantu oleh TNI AU menggunakan pesawat kargo lewat Landasan Udara Adisucipto. Kontributor: Absherina Olivia Agatha & Pieter Dolle, SJ – SPM Realino