Pilgrims of Christ’s Mission

Author name: Komunikator Serikat Jesus

Provindo

Menuntaskan Marathon

Pada Minggu, 3 Oktober 2021, sepuluh orang Jesuit Indonesia di Jakarta, Nabire, Yogyakarta, dan Manila mengikuti London Virtual Marathon. Empat orang Jesuit lainnya mendukung marathoners itu dengan berjalan atau berlari dengan jarak minimal 42,195 km dari 11 September hingga 3 Oktober 2021. Kegiatan ini diprakarsai oleh Indonesian Province Development Office (IPDO)  Serikat Jesus untuk menggalang dana bagi para Jesuit dalam formasi.   P. Riyo Mursanto dan P. Eka Heru Murcahyo memulai komitmen marathon ini di Manila pada 3 Oktober 2021. P. Herry Setianto menyusul dengan berlari di Nabire pada tanggal 3 Oktober 2021 mulai pukul 16.00 WIT. Sepuluh anak Asrama Putra Teruna Karsa, Kolese Le Cocq d’Armandville  Nabire ikut berlari bersama secara bergantian menemani P. Harry. P. A Widyarsono, P. Dam Febrianto dan tiga frater dari Myanmar: Frs. Stephen Tuntun, James Naw Kam, dan Patrick Law Ang berlari di Jakarta. Sedangkan P. Pieter Dolle dan Fr. Aditya berlari di Yogyakarta. Selain kesepuluh Jesuit ini, empat Jesuit lainnya  yaitu Pater Andang Binawan, Pater Edi Mulyono, Pater Moerti Yoedho, dan Pater Bambang Alfred Sipayung mendukung acara dengan cara berjalan atau berlari dengan jarak kurang lebih sama dengan jarak maraton yang sesungguhnya.   Tenaga yang terkuras terlihat dari wajah-wajah mereka yang mulai tampak lelah seiring meningkatnya jarak. Demikian juga dengan kecepatan lari yang mulai berkurang. Tampaknya kesepuluh Jesuit ini berhasil menjadikan keraguan yang muncul sesaat sebelum lomba menjadi tantangan yang perlu dituntaskan. Dukungan  anak-anak asrama, beberapa frater dari Kolese Hermanum di Jakarta, Kolese Ignatius di Yogyakarta, dan beberapa romo lainnya juga tampak lewat partisipasi dan kesediaan diri mereka sebagai tim logistik dan kesehatan. Dukungan selama lomba ini sangat berdampak bagi marathoners untuk menyelesaikan London Virtual Marathon dengan sekuat tenaga.   Frater James, seorang frater Jesuit yang berasal dari Myanmar dan sedang menjalani studi di STF Driyarkara, sangat senang karena bisa memberikan dirinya untuk mendukung formasi Jesuit Indonesia. Awalnya dia sangat khawatir seandainya tidak bisa menyelesaikan marathon ini. Akan tetapi selama ia berlari, ia merasa begitu damai dan senang apalagi tidak ada masalah fisik selama berlari. Selama berlari ini Frater James didampingi oleh teman-teman Kolman yang memberi banyak energi dan semangat.   Begitu pula dengan Pater Harry di Nabire. Ia mendapatkan banyak dukungan dari rekan Jesuit dan anak-anak asrama putra. Selama marathon ia selalu dikawal oleh 3 guru relawan dan 1 frater. Secara tidak terduga ada sepuluh anak asrama putra yang pada awalnya bertugas untuk menjaga pos minuman. Akan tetapi mereka justru dengan gembira ikut berlari. Ada yang berlari 3 km, ada yang 5 km, ada juga yang 10 km. Bahkan mereka berlari tanpa alas kaki, tanpa perlengkapan lari lainnya, juga tanpa persiapan tetapi terbukti bahwa fisik mereka kuat. Anak-anak tersebut mengawal sang pamong asrama mereka dengan setia dan gembira hingga garis akhir. Menurut Pater Harry, 5 kilometer terakhir adalah bagian yang paling berat secara fisik dan mental namun ada teman-teman Jesuit yang setia menunggu dan memberi semangat. “Senang sekali bisa finish maraton dalam keadaan sehat dan tanpa cedera.”   Kegiatan “10 Jesuit di London Marathon” ini berhasil menghimpun sumbangan mendekati dua miliar rupiah. “Kami sungguh merasa tersentuh dan berterima kasih atas kemurahan hati (para donatur) membantu formasi para Jesuit dengan cara berlari,” ujar Pater Benedictus Hari Juliawan, SJ, Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Binar semangat Ignasian itu pula yang telah menyentuh ribuan hati Sahabat Ignatius untuk membaktikan donasi bagi pendidikan para Jesuit muda seturut pesan Sang Jenderal Jesuit Perdana: Santo Ignasius Loyola.   Acara ini terselenggara berkat kerjasama IPDO dan alumni Kolese Kanisius Jakarta. Serikat Jesus berbangga karena masih banyak orang yang bermurah hati dan mendukung karya-karya Serikat Jesus termasuk karya Formasi. Terima kasih atas kemurahan hati para donatur dalam mendukung acara ini.   Kontributor : Margareta Revita – Tim Komunikator Provindo

Provindo

Rasa Syukur dalam Rahmat Pembaruan

Perayaan Ekaristi Peringatan 50 Tahun Serikat Jesus Indonesia menjadi Provinsi masih dibayangi rasa khawatir. Panitia memutuskan untuk tetap bersikap waspada dengan pembatasan kehadiran di Gereja Santo Yusup, Gedangan dan live streaming melalui kanal YouTube Jesuit Indonesia. Keputusan ini ternyata berbuah rahmat dalam kerja sama rekan berkarya Serikat Jesus Provinsi Indonesia dari Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan, Semarang, dan Papua untuk menghadirkan Perayaan Ekaristi sebagai puncak perayaan iman.   Perayaan Ekaristi dilakukan secara konselebrasi dengan selebran Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J., didampingi Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang, P Y.R. Edy Purwanto, Pr., Pastor Paroki St. Yusup, Gedangan, P Benedictus Cahyo Christanto, S.J., P. Thomas Ari Wibowo, Pr dari Stasi St. Ignatius, dan para Provinsial SJ pendahulu, yaitu P Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J., P Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., P Agustinus Priyono Marwan, S.J., P Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., P Carolus Putranta, S.J., P Josephus Darminta, S.J., dan P R.B. Riyo Mursanto, S.J. yang menjadi konselebran melalui zoom dari Manila.    Buah kolaborasi antara Jesuit dan para rekan berkarya hadir dalam sumbangan lagu-lagu Ekaristi, doa umat, dan petugas liturgi dalam kemasan video yang diputar dalam perayaan Ekaristi. Ada ragam dialek Bahasa Indonesia yang muncul lewat mereka yang membacakan doa umat. Ada alunan merdu lagu-lagu dari koor gabungan paroki-paroki Keuskupan Agung Semarang, dan paroki-paroki Keuskupan Agung Jakarta. Juga ada lagu siswa Kolese Le Cocq di Nabire, Kolese Kanisius di Jakarta, Kolese de Britto, Kolese Mikael dan kolaborasi antara Kolese Loyola dan SMK PIKA di Semarang, serta kontribusi dari Laetitia Disability Choir. Kolaborasi itu hadir pula dalam kerja sama live streaming Perayaan Ekaristi melalui kanal paroki-paroki yang dikelola Serikat Jesus Provinsi Indonesia di Jakarta dan Semarang.    Live Streaming perayaan Ekaristi, yang dilengkapi dengan bahasa isyarat untuk kaum difabel,  diikuti oleh ratusan orang yang mengucapkan syukur atas rahmat 50 tahun Serikat Jesus sebagai provinsi mandiri. Ada yang bersyukur atas buah-buah yang muncul melalui karya-karya Serikat Jesus di bidang pendidikan, karya sosial, dan pelayanan paroki. Ada doa dan harapan yang disampaikan agar para Jesuit semakin progresif, berakar dalam masyarakat Indonesia dan berkembang sumber dalam panggilan dan pelayanan kasih.    Sebelum acara puncak perayaan Ekaristi ini, Tim Komunikator Serikat Jesus Provinsi Indonesia mengeluarkan seri refleksi dan sharing dari beberapa Jesuit yang mengalami peristiwa historis peralihan Serikat Jesus dari Regio Jawa menjadi Provinsi Indonesia. P Wiryono, misalnya, mengungkapkan rasa syukurnya atas kebesaran dan kerendahan hati para misionaris yang menyiapkan dan menyerahkannya kepada para Jesuit pribumi. P. Benveltzen, misionaris dari Belanda yang bertugas di Salatiga, mengungkapkan rasa syukurnya mengalami Gereja Indonesia yang secara hikmat merayakan iman umat dan tidak sibuk dengan debat antara kaum progresif dan konservatif di dalam Gereja. Ada beberapa refleksi dan sharing menarik lain yang bisa disaksikan di sini.   Kesempatan ini dipakai juga untuk meluncurkan buku terjemahan bahasa Indonesia Pater Jenderal Arturo Sosa yang berjudul Walking with Ignatius. Dalam buku itu, Pater Sosa berusaha menjawab dan merefleksikan isu-isu penting yang dihadapi oleh Gereja dan Serikat zaman sekarang. Provinsial kita, P Benedictus Hari Juliawan, S.J. mencoba menempatkan tantangan yang dihadapi Serikat Jesus dalam konteks Indonesia dalam wawancara bersama Rosiana Silalahi di kanal YouTube Jesuit Indonesia.   Melihat kembali perjalanan 50 tahun Serikat Jesus sebagai Provinsi Indonesia atau bahkan perjalanan panjang Serikat Jesus di Indonesia, satu hal yang jelas ialah kontribusi rekan berkarya Serikat Jesus terutama para awam dalam perjalanan itu. Pater Provinsial merefleksikan nilai penting keterlibatan rekan berkarya awam ini dalam membantu para Jesuit untuk melihat realitas. Karena itu, rahmat yang dimohon ialah kerendahan hati bagi para Jesuit sehingga bisa lebih komunikatif, mampu mendengarkan dan bekerja sama dengan setiap pihak. Kolaborasi Perayaan Ekaristi ini menunjukkan kontribusi yang disertai rasa syukur, kerendahan hati, dan kebesaran hati membuahkan hasil kolaborasi yang menggerakan hati banyak orang.    Kontributor : Margareta Revita – Tim Komunikator Provindo

Feature

London Virtual Marathon 2021

2021 merupakan tahun Spesial bagi Komunitas Serikat Jesus Indonesia. Selain memperingati HUT Emas Provinsi Jesuit Indonesia, juga memperingati Ignatius500 (Peringatan 500 tahun Pertobatan St. Ignatius), dimana akan dimulai pada tanggal 11 September 2021. Sejalan dengan semangat “man and woman for and with others”, kami para Jesuit akan berlari dan mengajak saudara-saudara kami sekalian untuk dapat berbagi untuk sesama. Bagi kami berlari adalah bagian integral dari olah fisik dan rohani. Keduanya membutuhkan daya tahan, keteguhan dan kedisiplinan. Berlari menjadi gestur dan aktivitas menemukan Tuhan dalam tubuh dan jiwa yang sehat. Dan, beberapa dari kami akan berlari sejauh 42,195 Km dalam acara London Marathon Virtual 2021 yang diadakan pada tanggal 3 Oktober. London Marathon biasanya menjadi sarana bagi para pelari amatir seperti kami untuk mencari donasi bagi kebaikan. Izinkan kami para pelari marathon Jesuit menggunakan momen ini untuk mengetuk hati para calon donatur untuk membantu biaya formasi pendidikan Jesuit muda. Mengangkat tagline “Jesuit Berlari Marathon, Anda Berdonasi,” kami memohon kemurahan hati Bapak, Ibu, dan saudara-saudari sekalian untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan cara berdonasi melalui link ini https://jipdo.aktivin.id/donate Terima kasih.

Pengumuman A24

Pengucapan Kaul Akhir

Dalam surat tertanggal 24 Mei 2021, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. mengeluarkan dekrit yang memutuskan untuk meminta saudara-saudara kita di bawah ini untuk mengucapkan kaul akhir Serikat Jesus : P. Agustinus Sarwanto, S.J. P. Ignatius Drajat Soesilo, S.J. Br. Yohanes Paulus Sunari, S.J. Pengucapan kaul akhir akan dilaksanakan pada 31 Oktober 2021 di Kapel Bellarminus, Yogyakarta. Kita mengucapkan Proficiat untuk ketiga saudara kita ini dan membawa mereka dalam doa-doa kita. Bambang A. Sipayung, S. J. Socius Provinsial SJ Indonesia.

Pengumuman A24

Pengumuman Kaul Akhir

Dalam surat tertanggal 10 Agustus 2021, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. melalui Vicarius Ad Tempus P. Douglas W. Marcouillier, S.J.mengeluarkan dekrit yang memutuskan untuk meminta saudara kita di bawah ini untuk mengucapkan kaul akhir dalam Serikat Jesus: P. Yulius Eko Sulistyo, S.J. Kita mengucapkan Proficiat untuk saudara kita ini dan membawanya dalam doa-doa kita. Tempat dan tanggal pengucapan kaul akhir akan diumumkan menyusul. Bambang A. Sipayung, S. J. Socius Provinsial SJ Indonesia.

Pelayanan Masyarakat

Kepak Sayap Kemerdekaan

Berkibarlah bendera negeriku  Berkibarlah engkau di dadaku  Tunjukkanlah kepada dunia  Semangatmu yang panas membara  Daku ingin jiwa raga ini  Selaraskan keanggunan  Daku ingin jemariku ini  Menuliskan karismamu Sepenggal syair dari lagu BERKIBARLAH BENDERA NEGERIKU itu karya Soedjarwoto  Soemarsono (Gombloh). Kali ini dinyanyikan oleh para penyandang disabilitas yang tergabung  dalam Laetitia Disability Choir (LDC) dampingan Lembaga Daya Dharma – Keuskupan Agung  Jakarta (LDD KAJ). Para anggota LDC terdiri dari para penyandang disabilitas netra dan daksa.  Mereka dengan segala kemampuan dan keterbatasannya telah berupaya merekam suara dan  gambar video dirinya bernyanyi dari tempat tinggal mereka masing-masing untuk bisa tampil  menginspirasi publik melalui kanal youtube Gue LDD pada program NADA UNTUK NEGERI (NADI)  edisi perayaan kemerdekaan RI ke 76 tahun 2021. Bait-bait pada lagu ini semakin mendapatkan makna yang menggetarkan jiwa ketika  bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa di dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19.  Pada kondisi yang serba sulit ini, Sang Merah Putih mengundang seluruh anak bangsa untuk terlibat dalam aneka gerakan kreatif membangun ketangguhan warga melawan virus corona dan  dampak pandemi ini bagi kesejahteraan hidup bersama.   Kita semua diajak untuk merayakan kemerdekaan RI ke-76 dengan terus mengobarkan  semangat merah putih, yaitu semangat berani dalam kesucian dengan cara mengambil peran berjuang  dan bekerja sama melawan penyebaran virus covid-19 dan membantu warga bangsa yang  mengalami dampak dari pandemi ini.   Berikut ini pesan lengkap dari Romo C. Kristiono Puspo, S.J. sebagai Direktur LDD KAJ pada pengantar program NADI episode merayakan kemerdekaan Agustus 2021. “Saya atas nama  Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta, mengucapkan Dirgahayu Kemerdekaan  Republik Indonesia ke-76. Jayalah Indonesia. Dan tentunya dalam situasi seperti saat ini, kita diajak untuk terus berjuang, berani memperjuangkan kesadaran bersama, untuk bertumbuh bersama, dan untuk bergandengan tangan bersama di dalam situasi pandemi ini. Kita diundang untuk dengan tulus berani berjuang meretas dan menyingkirkan pandemi covid-19 secara bersama-sama. Kita perlu bergandengan tangan, roh yang sama dulu dan sekarang terus menggerakan kita untuk  berjuang melawan covid -19 ini.”  DOMUS ISOMAN  Salah satu gerakan bela rasa yang bertumbuh di KAJ menanggapi dampak dari pademi ini  adalah DOMUS ISOMAN. Sepercik gerakan belarasa ini untuk membantu para penyintas covid 19 agar bisa melakukan isolasi secara mandiri dan tersentral. Ide ini hadir ketika kondisi  penyebaran covid di DKI Jakarta pada periode bulan Juni s.d Agustus 2021 mengalami lonjakan  yang sangat drastis sehingga rumah sakit dan tempat-tempat isolasi yang disediakan oleh  pemerintah mengalami kesulitan untuk melayani warga penyintas covid-19.  Bergandengan tengan; Komisi PSE – Komisi Pendidikan – Komisi Kesehatan – dan LDD  Keuskupan Agung Jakarta bersama paroki, sekolah, kongregasi, biara, rumah sakit, pemerintah,  para relawan, dan para donatur menyelenggarakan pelayanan “isolasi mandiri terpusat” yang  diperuntukkan bagi penyintas dari warga pra sejahtera (baca: miskin).   Salah satu penyelenggara Domus Isoman adalah Para Suster Gembala Baik. Domus  Isoman St. Maria de Fatima ini hadir berkat kolaborasi Kongregasi para Suster Gembala Baik  dengan alumni sekolah Santa Maria, Paroki Matraman, Rumah Sakit St. Carolus, KAJ, serta para  relawan dan donatur. Bertempat di komplek biara dan sekolah Santa Maria, Jatinegara, Jakarta  Timur, Domus Isoman ini akhirnya bisa melayani penyintas covid-19 dari keluarga pra sejahtera.  Sr. Magdalena Rini, RGS sebagai ketua Yayasan Gembala Baik mengungkapkan rasa syukurnya  karena bisa ikut serta mengambil bagian dari perjuangan Gereja bersama segenap umat dalam  situasi perang tanpa senjata untuk melawan penyebaran virus covid-19.   Berikut ini adalah pesan syukur yang disampaikan oleh Sr. Magdalena, RGS dalam  program NADI di GueLDD edisi Kepak Sayap Kemerdekaan bulan Agustus 2021. “kami, para  suster Gembala Baik bersyukur, karena akhirnya pada hari ini secara resmi kami boleh ikut ambil  bagian dalam Gereja yang sedang berjuang bersama umat dalam situasi perang tanpa senjata ini.  Kami bersyukur karena kami boleh bersama-sama alumni, para donatur, dan para relawan  menyediakan tempat ini bagi saudara dan saudari kami yang membutuhkan tempat isoman.” V O L T   Volunteering and Leadership Training (VOLT) adalah program kaderisasi orang muda  untuk penggerak sosial bela rasa dan penerus gerakan kerelawanan di LDD KAJ. Program perdana  telah diselenggarakan LDD KAJ pada bulan Juli 2021. Desain utama dari program VOLT adalah olah  pikir, olah hati, dan olah tindak. Olah pikir agar orang muda semakin mampu memahami kondisi,  ancaman, dan tantangan sosial yang up to date dan terjadi di lingkungan hidup sekitarnya. Dari  proses ini diharapkan para peserta mampu berpikir secara kritis menemukan akar penyebab masalah dan mau terlibat memberikan sumbang pikir untuk mengatasi masalah yang ada. Olah  hati agar para peserta semakin bertumbuh menjadi generasi peduli yang memiliki hati nurani; yang tidak puas dengan keberhasilan diri jika tidak terlibat untuk memperbaiki kondisi sosial  di sekitarnya. Olah tindakan dimaksudkan agar para peserta VOLT ini bisa terlibat langsung dalam  gerakan sosial bela rasa yang diselenggarakan oleh LDD KAJ dan mitra gerakan serta oleh orang  muda ini sendiri dalam project-project sosial yang kreatif.   Dalam masa pandemi ini, terlebih di bulan Juli dimana eskalasi sebaran kasus covid di DKI  Jakarta menunjukkan peningkatan drastis, maka VOLT terpaksa diselenggarakan secara virtual  penuh. Sudah barang tentu banyak hal dari tujuan VOLT belum bisa dicapai. Namun kehadiran  para narasumber dalam sesi-sesi pembelajaran bersama telah memberikan makna tersendiri.   Salah satunya adalah M. Wahid Emha yang akrab disapa Gus Wahid. Pimpinan Lembaga  Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim – Nahdatul Ulama (LPBI – NU) ini membagikan inspirasi nilai toleransi kepada peserta VOLT yang datang dari aneka latar belakang. Beliau menunjukkan fakta  perbedaan dan toleransi alamiah yang ada pada tubuh manusia. Semua alat pada tubuh manusia tidak  sama persis, namun fungsinya untuk saling melengkapi dan menguatkan. Demikian juga dalam kehidupan  sosial kemasyarakatan; setiap individu diciptakan dengan keunikan sekaligus kebebasan yang berbeda- beda, namun perbedaan itu hendaknya dikelola untuk saling melengkapi demi terwujudnya  kesempurnaan hidup dalam perdamaian bersama.  Selain isu keberagaman dan toleransi, ada pula isu aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, isu  lingkungan hidup dan perubahan iklim, isu hak-hak asasi manusia, isu kepemimpinan, dan isu khas bagi  anak muda terkait roadmap pencarian dan pengembangan potensi diri.   UNTUK IBU PERTIWI  Mengakhiri program NADI edisi merayakan kemerdekaan RI ke-76, para alumni peserta VOLT  berkolaborasi dengan tim penyelenggara VOLT yang terdiri atas para relawan muda LDD KAJ  mempersembahkan “energi emas” mereka dalam kesatuan suara untuk IBU PERTIWI ciptaan Ismail  Marzuki/Kamsidi Samsudin. Iringan

Karya Pendidikan

Membangun Fondasi Pendidikan di Tanah Papua (Bagian 1)

Kondisi pendidikan dan kesehatan di wilayah Indonesia Timur berbeda dengan wilayah Indonesia Barat. Mengapa kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia) di wilayah Indonesia Timur, terutama di Papua, lambat berjalan? Ada banyak sebab.  Sekurang-kurangnya tiga faktor yang akan kami cermati berikut ini memberi kontribusi yang signifikan: geografi, pendidikan dan kesehatan, serta teknologi digital.   1. Geografi  Peradaban yang kita kenal sekarang ini baru mulai sejak nenek moyang kita mengenal budaya pertanian. Pada 13.000 tahun yang lalu di Afrika, terjadi disrupsi yang mengubah sejarah. Hal ini dipicu oleh kekeringan hebat yang mengubah cara bertahan  hidup. Homo Sapiens yang bertahan hidup dengan berburu dan meramu, dipaksa keadaan untuk mencari benih-benih tanaman yang kemudian dapat dibibitkan dan jenis hewan-hewan yang dapat didomestikasi. Maka, mulailah budaya bertani dan beternak. Dari sana berkembang kebutuhan untuk menciptakan teknologi pertanian, peternakan, transportasi, alat senjata, dst. Berbeda dengan Afrika, di Papua tidak pernah terjadi kekeringan dan kelaparan – setidaknya ketika mereka masih memilih untuk memaksakan diri memakan nasi. Hujan sepanjang tahun. Hutan lebat. Kekayaan alam melimpah. Orang di Papua sudah bisa hidup tanpa perlu bertani atau beternak. Alam memanjakan mereka. Tidak dibutuhkan inovasi teknologi agar bisa bertahan hidup. Kondisi masyarakat dengan kultur berburu dan meramu di Papua saat ini, sebanyak 16% (kal.) dari  populasi OAP (Orang Asli Papua), tidak berbeda jauh dari nenek moyang kita sebelum 13.000 tahun yang lalu.  Selain kultur berburu dan meramu, terdapat pula kultur petani 28% (kal.) dan kultur urban 56% (kal.). Menurut data resmi Badan Pusat Statistik tahun 2020, di seluruh tanah Papua, 67% penduduk tinggal di desa, sedangkan 33% di kota. Di Papua sendiri sebanyak  68.8% penduduk tinggal di desa, sedangkan di Papua Barat 65.1%. Artinya, kultur modernitas urban sudah mempengaruhi lebih dari separuh populasi OAP baik di perkotaan maupun di pedesaan.  Kultur urban yang berciri serba praktis, cepat dan instan mulai mengubah pola kebiasaan konsumsi OAP. Cukup banyak OAP mengonsumsi nasi, bukan lagi ubi atau nota, sebagai akibat kebijakan politik “beras-isasi” Papua. Mama-mama Papua menjual nota untuk membeli indomie. Ikan dari danau dijual untuk ditukar dengan sarden. Pisang dijual untuk membeli pisang goreng. Banyak orang dari pedalaman senang pergi ke pusat-pusat kota kabupaten atau dari kabupaten pedalaman ke kota di pesisir pantai karena berbagai alasan atau tujuan. Ada yang ingin melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa, mencari akses internet, mencari tempat yang dirasa lebih aman, atau hanya sekedar jalan-jalan melihat keramaian. Moda transportasi modern telah membuat kebutuhan untuk bergerak dengan cepat terlayani dengan relatif mudah. Bentang alam di Papua juga luar biasa kaya. Di Indonesia, hanya Papua yang mempunyai topografi pesisir pantai dan juga pegunungan hingga glacier. Bahkan Puncak Mandala (5050 mdpl), yang tertinggi di Indonesia, ada di Papua. Papua mempunyai rawa, hutan hujan dataran rendah dan dataran tinggi, terumbu karang, dan mangrove. Variasi bentang alam memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya. Baik itu dibatasi oleh pegunungan dan perbukitan, danau, sungai yang lebar dengan arusnya yang deras hingga bentangan laut dengan musim anginnya. Selain itu, tanah Papua kaya dengan potensi tambang yang meliputi minyak dan gas bumi, emas, tembaga, batubara, nikel, pasir besi dan sebagainya. Faktor geografis Papua dengan kekayaan alam yang melimpah dan mendukung penghidupan masyarakatnya juga berkontribusi pada pemerataan akses kebutuhan hidup yang esensial.  Melihat kekayaan alam seperti ini, siapa tidak tergiur? Selain Free Port, banyak perusahaan mencari keberuntungan di Papua. Mereka bermain di segala sektor, entah di pengelolaan hasil hutan, tambang, atau laut. Ketika kepentingan ekonomi berkoalisi dengan kekuasaan negara, konflik terbuka tak bisa dihindarkan. Konflik bersenjata seperti yang terjadi saat ini di Intan Jaya, misalnya, ditengarai sarat dengan kepentingan ekonomi.  2. Pendidikan dan Kesehatan  Di manapun di dunia ini, pendidikan dan kesehatan selalu membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagaimana dengan kondisi pendidikan dan kesehatan secara umum di Papua?  Keluarga-keluarga yang mempunyai motivasi agar anaknya memiliki peluang lebih besar dan bisa mendapat pekerjaan yang lebih  baik di era modern, akan mengirimkan anaknya ke sekolah-sekolah yang dianggap berkualitas di daerahnya. Meskipun  demikian, keinginan mendapat hasil tanpa proses panjang atau pemahaman bahwa pendidikan merupakan proses barter untuk  mendapat ijazah karena sudah membayar—warisan kultur berburu dan meramu–juga masih banyak terjadi. Biasanya mereka menuntut sekolah agar anaknya tetap lulus atau naik kelas, meskipun tidak bisa membaca atau jarang masuk  sekolah.   Masih banyak didapati, meskipun sudah usia SMA atau bahkan perguruan tinggi, mereka tidak lancar membaca dan berhitung. Banyak gedung sekolah berdiri tetapi tidak ada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Kurangnya guru baik dari segi kuantitas maupun kualitas.  Guru yang ada terlalu sering absen. Banyak murid tidak memiliki buku pelajaran meskipun dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) disediakan. Guru memberi nilai bagus supaya anak naik atau lulus meskipun anak tidak bisa membaca. Situasi tersebut umum terjadi di banyak tempat di tanah Papua.  Prevalensi Malaria, TBC, dan HIV/AIDS cukup tinggi. Namun pengobatan penyakit seperti ini pada umumnya hanya tersedia di pusat-pusat kota. Di pedalaman banyak gedung puskesmas berdiri tetapi tidak ada obat, tidak ada dokter, tidak ada perawat.  Faktor geografis di poin pertama tadi, berkontribusi terhadap tersedianya fasilitas bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendidik, juga distribusi obat atau buku. Nakes dan nadik di pedalaman harus mau hidup cukup terisolasi, jauh dari keluarganya. Penyediaan alat pendidikan dan kesehatan lebih mahal karena biaya transportasi. Oleh karena itu, semakin jauh dari pusat kota, semakin sedikit tenaga guru dan kesehatan yang mau mengabdikan diri. Guru-guru lokal yang diangkat sebagai ASN/PNS sering tidak masuk. Di Pulau Jawa guru tidak masuk paling sehari atau dua hari; di Papua bisa satu bulan atau lebih. Banyak tenaga kesehatan yang bersedia mengabdi di tempat terpencil akhirnya harus menyerah dan kembali ke kota karena minimnya fasilitas.  Belum ada kebijakan publik di Papua yang membawa dampak perubahan positif, kecuali proyek infrastruktur jalan trans Papua (LoC 495). Kebijakan-kebijakan lain di level yang rendah. Kondisi pendidikan di level terendah LoC 38, kesehatan LoC 49. Pengiriman TNI ke Intan Jaya dan lokasi-lokasi konflik untuk memerangi OPM/KKB LoC 89. Otonomi Khusus LoC 99. Semua kebijakan publik di bawah level 200 belum akan mendatangkan perubahan yang positif bagi masyarakat.  Pulau Papua terkaya dibanding semua pulau di Nusantara. Pulaunya sebesar 4-5 kali pulau Jawa. Populasinya tidak sampai ½ dari penduduk Jakarta.

Karya Pendidikan

Kolaborasi HUT ke-73 SMA Kolese de Britto dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta : Tigre Arciera

Kamis, 19 Agustus merupakan hari Ulang Tahun SMA Kolese de Britto dan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada perayaan HUT yang ke-73 kali ini, Presidium SMA Kolese de Britto dan OSIS SMA Stella Duce 1 Yogyakarta berkolaborasi menyelenggarakan acara bersama dengan tajuk “Tigre Arciera”. Kegiatan HUT Ke-73 SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 1 ini mengusung tema “Bertumbuh dalam Semangat Magis melalui Pribadi yang Bersyukur dan Bersolidaritas.” Tema ini mengambil empat poin penting, yaitu tumbuh, magis, bersyukur, dan solidaritas. Keempat poin ini dipilih karena dinilai memiliki makna yang dapat dikembangkan oleh siswa maupun siswi dalam keadaan saat ini. Kegiatan “Tigre Arciera” dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada 17 Agustus 2021,  18 Agustus 2021, dan 20 Agustus 2021. Untuk kegiatan-kegiatan yang ada dalam rangkaian perayaan HUT SMA Kolese de Britto dan SMA Stella Duce 1, serta HUT RI akan dilakukan secara online, mengingat situasi pandemi COVID-19 yang belum usai. Berbagai kegiatan yang sudah dirancang, antara lain pada 17 Agustus terdapat upacara bendera bersama secara online, kemudian terdapat webinar dengan tema “Timeless Relationship” dengan narasumber Mas Andre dan Mbak Siska. Pada 18 Agustus ada webinar kembali, mengusung tema “A Way to Success: before 30” dengan narasumber Kak Gusti Arirang dari Tashoora Band dan Kak Laksamana Mustika, lalu disertai dengan kegiatan forum angkatan. Untuk hari terakhir, 20 Agustus, diadakan misa, penampilan-penampilan, pemutaran video pemenang lomba video kreatif, titip salam/question box, dan makrab (games & forum). Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi sarana mempererat tali persaudaraan antara keluarga SMA Kolese de Britto dan SMA Stella Duce 1. Selain tentu saja, acara ini diadakan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan terhadap sekolah yang sudah berdiri selama 73 tahun dan juga syukur atas kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Kontributor : Alif dan Sherly – Panitia Tigre Arciera