Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Gereja

Pelayanan Gereja

“Ah, nasi bungkus lagi”

Ungkapan tersebut dapat memiliki makna berbeda ketika disampaikan oleh seseorang dalam situasi yang berbeda pula. Mungkin hal itu menjadi ungkapan kekecewaan ketika nasi bungkus itu diterima oleh seorang anak yang terbiasa makan KFC, McD, burger, pizza atau makanan cepat saji lainnya. Meskipun sama-sama terbeli, namun konotasi nasi bungkus bagi mereka adalah makanan murahan dan tidak enak. Sebaliknya, ungkapan tersebut dapat menjadi ungkapan syukur ketika nasi bungkus itu diterima oleh seorang anak yang sedang membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Gerakan Berbagi Nasi Jakarta Selama bulan Ramadhan, Gerakan Berbagi Nasi Jakarta dijalankan melalui jalur koordinasi dengan Kecamatan, Kelurahan, RW, dan RT setempat. Dalam salah satu kesempatan, pada 6 Mei 2021 yang lalu, umat Paroki St. Robertus Bellarminus-Cililitan bergabung dengan rekan-rekan LMK, Pengurus RT-RW, ibu-ibu PKK serta ibu-ibu Kader RW 01 Kelurahan Kramat Jati bersama-sama menjalankan Gerakan Berbagi Nasi Jakarta. Meski sejak siang hingga sore hari diguyur hujan, namun hal itu tidak mengendorkan semangat untuk berbagi. Tepat pada pukul 16.30 WIB, bertempat di depan Mushola Al-Huda, ibu-ibu mulai menghentikan sepeda motor atau pejalan kaki yang lewat di Jalan Kelapa Gading III. Tidak semua kendaraan bermotor yang lewat dihentikan., Pilihan dijatuhkan pada mereka yang berprofesi sebagai ojek online atau mereka yang menggunakan masker dengan benar. Begitu pula dengan beberapa pemulung yang lewat.  Hanya yang bermasker yang dihentikan. Pada awalnya mereka sedikit bingung karena dihentikan di antara kerumunan. Namun saat disodorkan dan menerima nasi bungkus, yang terdengar adalah ucapan terima kasih dan terlihat pula gurat senyuman dibalik masker yang dikenakannya. Sukacita berbagi Sekitar 200-an nasi bungkus selesai dibagikan saat menjelang adzan Maghrib sebagai tanda berbuka puasa. Ada canda tawa, ada rasa lega dan ada pula sukacita sepanjang waktu membagikan nasi yang diiringi gerimis kecil. Keterlibatan umat Paroki St. Robertus Bellarminus – Cililitan sore itu, menjadi hal yang tidak biasa.  Biasanya kami hanya bisa mengucapkan selamat berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi kali ini kami juga mengucapkan selamat berbuka puasa. Sukacita, keakraban, silaturahmi, serta kebersamaan dalam keragaman inilah yang dirasakan. Dan di balik itu semua, kita senantiasa  sadar bahwa “sebungkus nasi tidak akan mengubah kehidupan mereka, tapi sebungkus nasi dapat mengajarkan pada kita cara bersyukur dan lebih peka terhadap sesama.” (Slogan Gerakan Berbagi Nasi Jakarta) Kontributor : KOMSOS Paroki Cililitan.

Pelayanan Gereja

Buah Roh Kudus: Ulang Tahun ke-73 Paroki Tangerang

Semuanya bermula dari pembaptisan seorang bayi bernama Eric Edward van Ameron anak  pasangan suami-istri Belanda Frederick Hendrik van Ameron dan Irene Adolphine C. Pater J. van Leengoed, S.J. membaptis sang bayi pada 23 Mei 1948. ikal bakal itu telah menumbuhkan belasan ribu umat di Paroki Tangerang Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB). Data pada catatan Paroki per Mei 2021 menunjukkan jumlah umat telah mencapai 5.969 kepala keluarga (KK) Sejarah juga mencatat pemekaran Paroki Tangerang menjadi enam paroki.   Pada tahun 1948 Mgr. Petrus Willekens, S.J. menempatkan P J. van Leengoed, S.J. di Tangerang sekaligus sebagai pastor tentara. P Laurentius van der Werf, S.J. (saat itu Pastor Kepala Mangga Besar) hadir untuk ikut menangani Tangerang. Masyarakat Tangerang saat itu terdiri atas dua suku besar, yakni suku Tionghoa dan suku Banten yang sudah ada berabad-abad sebelumnya. Pater Werf yang ahli dalam misi Tionghoa, beberapa kali dalam seminggu mengunjungi ladang barunya. Usaha yang tak kenal lelah dari Pater Werf tersebut menjadikan Mgr. Willekens, pada tahun 1952, berkenan menjadikan Tangerang sebagai paroki dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan nama Hati Maria Tak Bernoda.  La Petite Histoire (sejarah kecil) Paroki Tangerang itu diangkat oleh P Benedictus Hari Juliawan, S.J. dalam homili pada misa konselebrasi Hari Raya Pentakosta, sekaligus memperingati ulang tahun ke-73 Paroki Tangerang, pada hari Minggu (23/5) lalu. Dalam misa itu, Pater Provinsial didampingi konselebran PP Walterus Teguh Santosa, S.J. (Pastor Kepala), Justinus Sigit Prasadja, S.J. (Pastor Ekonom Provindo), Simon Petrus Bambang Ponco Santoso, S.J. (Pastor Rekan), dan Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. (Pastor Rekan). “Berawal dari pembaptisan bayi (usia dua bulan), sekarang menjelma menjadi paroki yang besar,” kata Pater Provinsial. Dalam perayaan Pentakosta itu, Pater Provinsial mengajak umat kembali untuk merefleksikan buah-buah roh. Roh itulah yang menguatkan dan menopang perjalanan Paroki HSPMTB sehingga menjadi paguyuban umat yang besar dan kuat, terlebih di dalam menghidupi perjalanan iman. Proses perkembangan tersebut mengingatkan akan adanya kekuatan yang menemani, mengupayakan kebersatuan umat. Kekuatan yang menemani itu ditegaskan oleh Pater Provinsial sebagai Roh Kudus, dari kata parere-parakletos, yang ada di samping, untuk bersama dan menemani. Menemani berarti membantu umat untuk mengambil keputusan, mengajak berbicara, dan ikut menemani di saat-saat sulit. Kehadiran roh ini adalah roh yang mempersatukan, meski perbedaan akan selalu ada. Untuk itu perbedaan itu tak bisa dan tak perlu dihapus, sebab merupakan bagian dari rahmat Tuhan sendiri. Bacaan pertama dari Kisah para Rasul (Kis 2: 1-11), kiranya aktual dalam konteks dampak pandemi covid-19 di dunia kita sekarang ini. “Para murid saat itu tengah mengalami ketakutan dan mengunci diri pada suatu ruangan. Kemudian Roh Allah datang dalam rupa lidah-lidah api dan tiupan angin keras. Sama seperti  angin dan api yang menandai kehadiran Allah saat Musa mendapat sepuluh perintah Allah di gunung Sinai,” kata Pater Provinsial. Saat ini pun umat juga tengah takut dan mengunci diri oleh karena covid-19. Pater Provinsial mengajak umat mau membuka diri untuk kehadiran Roh Kudus dalam perjalanan iman. Bagaimanapun berbagai macam persoalan akan selalu ada dalam kehidupan yang dijalani, maka dengan kehadiran Roh yang menguatkan itu kita berani menghadapi segala tantangan. “Hidup itu selalu penuh cobaan, kalau penuh dengan saweran itu namanya dangdutan,” demikian tulisan di sebuah bak truk yang disitir oleh Pater Provinsial.  Kontributor: P Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. – Paroki Tangerang

Pelayanan Gereja

Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma Gereja St. Antonius Purbayan

Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma Gereja St Antonius Purbayan dilaksanakan pada hari Minggu, 25 April 2021, dipimpin Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko sebagai selebran dan didampingi konselebran Romo Clemens Budiarta, S.J. dan Romo Fransiskus Kristino Mari Asisi, S.J.. Perayaan Ekaristi ini diikuti oleh 76 penerima Sakramen Krisma dan sejumlah umat juga turut hadir. Dalam homilinya Mgr Rubiyatmoko menyatakan bahwa penerimaan sakramen penguatan merupakan anugerah yang luar biasa. Beberapa tahun sebelumnya, jumlah penerima sakramen krisma bisa mencapai 533 orang yang sebagian besar terdiri atas anak sekolah. Hari ini sejumlah 76 orang dan semuanya berasal dari Paroki Purbayan. “Kita syukuri rahmat Tuhan yang berlimpah. Kita semua telah mendengarkan sabda Tuhan. Bacaan II, Rasul Yohanes tegas sekali mengatakan siapa Kita? Kita semua adalah anak-anak Allah. Kita disebut anak-anak Allah. Kapan kita dinyatakan secara resmi sebagai anak-anak Allah? Waktu dibaptis, kita dinyatakan secara publik, kita adalah anak anak Allah. Saat dibaptis, kita mendapat anugerah Roh Kudus sebagai anak-anak Allah. Pengampunan atas segala dosa kita,” ujar Mgr Rubiyatmoko. Mgr Rubiyatmoko melanjutkan, dengan dibaptis kita semua dianugerahi panggilan, menjadi saksi Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hari ini Roh kudus yang satu dan sama dicurahkan kepada kita untuk meneguhkan kembali kita sebagai anak-anak Allah yang dewasa, memiliki tanggung jawab yang penuh. Roh memampukan kita menjadi anggota Gereja yang penuh. Penuh dalam hak dan lengkap sebagai orang Katolik. Tanggung jawab kita penuh, menjadi saksi-saksi Tuhan di tengah masyarakat. Mgr. Rubi mengajak umat untuk mengingat masa kecil, saat masih kanak-kanak. “Mari kita ingat masa kecil, masa kanak-kanak kita. Anak ketika ditanya, kamu anake sapa? Biasanya anak kecil memiliki kebanggaan terhadap ayah atau bapak mereka. Ia akan menirukan dan menceritakan dengan penuh kebanggaan, entah pekerjaan atau kebaikan bapaknya. Mereka juga biasanya mulai meniru apa yang dilakukan orang tua mereka. Bapaknya membersihkan motor, anak ikut membersihkan. Mereka ingin meniru apa yang dikerjakan oleh bapaknya,” kata Mgr Rubiyatmoko. Menurut Mgr. Rubi, ada tiga hal utama tentang kaitan anak dengan bapak mereka. Pertama bangga bapaknya siapa. Kedua menirukan apa yang dikerjakan sang bapak. Dan ketiga, ikut terlibat dalam pekerjaan orang tua mereka. “Anak-anak Allah mengembangkan tiga keutamaan ini. Pertama disebutkan bangga akan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Merasa semakin dekat dan semakin lengket dengan berbagai cara yang kita lakukan,” ucap Mgr Rubi. Mgr. Rubiyatmoko menjelaskan, diharapkan agar kita semakin bertumbuh dan Yesus menjadi orientasi utama, bukan yang lain-lain. Termasuk bagaimana supaya semakin dekat dengan Yesus, rutin, tekun, sregep. Siapa yang rajin berdoa setiap hari? Saya yakin Anda semua berdoa. Ini kita kembangkan terus-menerus sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan. “Saya ajak Anda semua semakin aktif dalam menggereja, terutama dalam peribadatan. Terus terang, saya akhir-akhir ini prihatin, orang muda, remaja dan OMK, yang ikut Ekaristi offline di Gereja sangat kecil. Maka saya ajak menanggapi kesempatan ini sebaik mungkin dekat dengan Tuhan, dekat dengan Gereja. Tekun Ekaristi bersama? Sanggup? Yakin? Yakin nggih, tenan ini,” ucap Mgr Rubiyatmoko meminta kesanggupan seluruh umat yang hadir. Mgr. Rubi melanjutkan, Anda semua harus dianggap Katolik dewasa, militan, berikan contoh, tekun Ekaristi. Yang kedua, mewartakan kabar suka cita kepada orang lain, memberi contoh teladan yang baik. Hal ini dilakukan Paroki St Antonius Purbayan, dengan beraksi, memberi teladan tebar ikan nila, 500 ekor, kita tebarkan di sungai. Contoh teladan, bagaimana cintai lingkungan dan nguri-uri kebudayan kita. Ambyur dengan masyarakat, srawung, mudah-mudahan nanti beranak-pinak menjadi semakin banyak. Masyarakat sepanjang sungai bisa mancing, dapat lauk kemudian dimakan. Ini salah satu cara mencintai lingkungan. Mewartakan iman secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, tiru-tiru apa yang dikerjakan Tuhan. Kita aktif di Gereja, aktif di masyarakat, ada yang menanggapi panggilan Tuhan menjadi bruder, suster, dan romo. Berkarya di kebun anggur Tuhan. Siapa yang ingin jadi romo? Minimal tadi ada misdinar yang ingin jadi Romo. Kita doakan ya, yang muda-muda ada yang ingin menjadi Romo. Audi, dari kata audio, mendengar dengan baik. Nanti ajak teman-teman. Bapak-bapak mendidik menanggapi panggilan anak-anaknya. Siapa ingin jadi suster? Anak-anak, tidak apa-apa, nanti didampingi supaya ada yang jadi bruder dan suster. Aja alasan anake mung siji. Gawe meneh (disambut tawa umat). Saudara-saudara terkasih, ini cara mendampingi anak-anak,membuka hati terhadap panggilan Tuhan. Gereja-Nya semakin hari semakin luas, Romo-romo yang bekerja semakin sedikit. Gereja membutuhkan banyak romo. Anak-anak kita harus didampingi dari waktu ke waktu. Usai homili, Romo Tino dan Romo Budi menyanyikan lagu dan diikuti oleh umat yang hadir. Setelah perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Krisma selesai, acara dilanjutkan dengan menebar benih ikan di sungai. Kontributor: Cosmas – KOMSOS Purbayan

Pelayanan Gereja

Menggali Makna Keburukan: Sabtu Suci Gereja HSPMTB Paroki Tangerang

Setiap kejadian memiliki arti yang berbeda-beda dan ini berlaku juga untuk memaknai suatu keburukan. Itu sebabnya dosa dapat membawa berkah, dan pandemi dapat memberi hidayah. Romo Walterus Teguh Santosa SJ, sebagai Romo kepala Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) mengajak umatnya untuk dapat memaknai arti dari suatu peristiwa kurang mengenakan. Pastor Teguh menyampaikan itu dalam pesan paskah 2021,  pada misa Sabtu Vigili, Sabtu (03/04/21) di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB), Paroki Tangerang. “Paskah tahun ini kita diajak untuk dapat memaknai hidup,” tegas Rm Teguh. Menurut Rm Teguh, berbagai peristiwa dapat memberi pelajaran dan menjadi pendalaman spiritualitas bagi seseorang.  Dosa Bawa Berkah Mungkin hal ini akan mengejutkan banyak orang. Kenyataannya, dosa yang selama ini digaungkan membawa kesengsaraan ternyata memiliki sisi positif. Tanpa kita sadari, dosa dapat menyumbang kontribusi besar dalam karya penyelamatan Tuhan atas manusia. “Dosa Adam dapat disyukuri karena melalui dosa itu, kita memperoleh Kristus. Sungguh mujur kesalahan itu sebab memberi kita seorang Penebus. Kita diajak untuk melihat pengalaman buruk tak selalu berakhir dengan hukuman,” ungkap Romo Teguh. Beliau juga menambahkan bahwa pengalaman buruk pun terkadang menjadi pintu bagi Rahmat Tuhan. “Melalui dosa Adam, manusia sebetulnya telah tereliminasi dari firdaus, tetapi karena karya penebusan Tuhan yang kreatif, maka dapat mengatasi segala kelemahan sehingga manusia dipulihkan. Kita tidak bisa mendikte Tuhan harus begini atau begitu. Tuhan itu out of the box melakukan hal yang kita tidak pikirkan,” tandasnya.  Pandemi Memberi Hidayah Pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis di pelbagai lini kehidupan, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga masalah di tingkat keluarga. Namun, pernahkah terpikir kondisi ini memiliki sisi “guna”? Menurut Rm. Teguh ada beberapa hal dapat dipetik dari pandemi Covid-19. “Pandemi mendidik manusia menjadi pribadi yang tangguh dan tegar. Kita juga diundang untuk selalu mencari hal-hal kreatif seperti Allah kita yang maha kreatif. Kita juga diundang untuk melihat kebaruan-kebaruan yang tidak melulu apa yang dipikirkan secara logis manusia,” jelasnya. Rm. Teguh pun menambahkan, pandemi dapat memperlihatkan ketidakberdayaan manusia. “Sebelum pandemi, persiapan misa harian cukup dilakukan sedikit orang. Namun, saat pandemi berlangsung, misa harus melibatkan banyak orang agar dapat terselenggara dengan baik. Hal ini mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengatasi masalah yang besar ini seorang diri. Karenanya kita sebagai komunitas memiliki tanggung jawab dan peran yang sama,” tegasnya.* (Ario)

Pelayanan Gereja

Beda Pola Pikir: Minggu Palma Gereja Stasi St. Maria Assumpta Glodogan

“Apa perbedaan antara perayaan Minggu Palma di masa pandemi dengan masa normal?” Jelas sangat berbeda! Saya dapat menyaksikannya yang terjadi di gereja Stasi Maria Assumpta, Glodogan tahun ini.  Pertama, selama pekan suci pelaksanaan Misa dilaksanakan dengan 2 gelombang. Ini dilakukan agar jumlah umat yang hadir tetap menaati prokes. Hanya setengah dari kapasitas biasanya. Tidak ada lagi penambahan tenda di luar gereja. Kedua, tidak ada lagi perarakan Minggu Palma dari luar gereja. Tentu saja, tidak ada lagi Pastur menunggang kuda dari titik awal perarakan menuju gereja.  Namun, bagi saya itu tidak jadi soal yang krusial. “Toh, itu hanya sebatas ritual. Sebab kadangkala bila ritual tidak dipahami secara mendalam, tidak mampu menyentuh sisi spiritual diriku,” begitu kilahku dalam hati. “Bukan berarti saya mengabaikan soal ritual, tetapi ritual perlu diimbangi adanya upaya menemukan sisi spiritualnya,” tambahku menyikapi perayaan Minggu Palma di gereja stasiku tahun ini. “Apa makna Minggu Palma tahun ini? Apa penemuan terbaruku dibandingkan perayaan Minggu Palma tahun-tahun sebelumnya?” Itulah dua pertanyaan yang saya coba jawab. Dan inilah jawabannya.  Beda pola pikir. Ya, Bangsa Israel –termasuk dalam hal ini, para Murid Yesus kala itu- terjadi perbedaan pola pikir dalam memaknai ajakan Yesus memasuki pusat kota Bangsa Israel, Yerusalem. Mereka berpikir, “Yes… Penantian panjang kita, akhirnya jadi kenyataan segera. Sang pembebas Bangsa Israel yang sudah dinubuatkan oleh para nabi ratusan tahun sebelumnya akan segera terlaksana. Bangsa pilihan Allah memiliki raja yang sangat hebat. Bisa menyembuhkan berbagai penyakit, penuh kuasa mengusir kuasa jahat, bahkan membangkitkan orang yang sudah meninggal. Kita akan kembali menjadi bangsa yang disegani oleh para musuh. Tidak lagi jadi bangsa inferior yang dijajah oleh bangsa lain. Mesias bagi bangsa kita sudah datang. Kita akan segera terbebas dari belenggu penjajah dari Bangsa Romawi”. Mereka mengelu-elukan kedatangan raja “versi” pola pikir mereka. Mereka memuja-Nya, dengan harapan versi mereka. Dan kita tahu ending cerita sejarah yang terjadi. Cuma hitungan hari raja mereka ternyata wafat di kayu salib.  Ternyata, pola pikir mereka berbeda. Bahkan bertolak belakang dengan pola pikir Tuhan.  Bukankah itu juga gambaran diri kita? Seringkali kita memahami Tuhan dan kehendak-Nya dengan sudut pandang versi diri kita. Bukannya menyelaraskan dan mencari tahu bagaimana pola pikir Tuhan. Semoga Minggu Palma tahun ini dapat membawa kesadaran kita agar menyelaraskan pola pikir kita kepada Tuhan. Bukan sebaliknya, atau bahkan memaksakan pola pikir kita kepada Tuhan. (Master Lilikz, seorang umat di Glodogan).

Pelayanan Gereja

Inkarnasi Allah

Perayaan Natal bagi banyak orang merupakan kesempatan untuk menyebarkan pesan kasih dan semangat penuh harapan, tidak terkecuali kami di Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB), Tangerang. Tentu saja, perayan natal kali ini berlangsung sangat sederhana dengan mengikuti protokol yang berlaku, tanpa dihadiri oleh anak-anak dan orang lanjut usia. Walaupun demikian, kami tetap merayakan kebersamaan natal yang bersumber dari cinta Allah. Inkarnasi Allah sebagai bukti cinta Allah pada manusia menjadi pesan utama dalam misa malam natal di HSPMTB. Dalam pesan homilinya, Rm. Cahyo mengatakan bahwa kehadiran Allah di dunia merupakan bentuk kecintaan-Nya kepada manusia. “Allah konsisten mencintai manusia sejak asal mula, juga pada saat manusia jatuh ke dalam dosa.” Allah tetap hadir dan merelakan Putra-Nya untuk memulihkan dunia dengan cara tidak mudah dipahami manusia, yaitu inkarnasi. Rm. Cahyo juga mendambahkan, “Secara rohani peristiwa inkarnasi adalah jawaban cinta Allah kepada manusia. Allah menunjukan betapa berartinya manusia bagi Allah. Kehadiran Allah di dunia bukan untuk menunjukkan keagungan-Nya melainkan kerelaan dan kerendahan hati Allah demi manusia,” tandasnya. Perayaan natal di tengah-tengah pandemi ini bagi umat Paroki Tangerang juga menjadi momentum merefleksikan kehadiran Allah. Umat Paroki Tangerang sudah banyak sekali membantu orang-orang yang terdampak pandemi sehingga momentum Natal ini membawa kami, para umat, mampu memahami Allah yang hadir dalam hati setiap umat untuk berbela rasa dan peduli pada orang-orang yang terdampak pandemi. Rm. Cahyo juga menekankan bahwa peristiwa natal kali ini merupakan  momentum yang tepat agar kita dapat menciptakan semangat belarasa kepada sesamanya karena duka dan derita mereka adalah duka dan derita kita juga. Kesederhanaan Yesus lahir di kandang domba mendorong kita semua berempati dengan yang lain. Kita diundang menjadi tanda kehadiran Allah di dunia dan diutus untuk menyatakan cinta Allah ke sesama. Ario – Komsos Tangerang

Pelayanan Gereja

Para Jesuit Nabire Merayakan Natal di Pedalaman

Para Jesuit di Papua berkarya di beberapa tempat di wilayah Keuskupan Timika, yaitu di kota Nabire dan di pedalaman Waghete, tepatnya di Kabupaten Deiyai. Di kota Nabire sendiri telah ada 11 Jesuit yang terdiri dari 3 Jesuit yang berkarya di Paroki Kristus Sahabat Kita, dan 8 Jesuit lainnya berkarya di SMA YPPK Adhi Luhur, Kolese Le Cocq d’Armandville. Sedangkan di pedalaman Waghete, ada satu Jesuit yang berkarya di Paroki St. Yohanes Penginjil. Perayaan Natal di Nabire tentu saja tidak lepas dari pandemi COVID-19 yang situasinya tidak separah di pulau besar lainnya. Dari data Tim Gugus COVID-19 Kabupaten Nabire bisa dikatakan bahwa jumlah yang terpapar tidak segawat di kabupaten lain seperti Timika dan Jayapura. Per 30 Desember 2020 terdapat total 398 kasus COVID-19. 328 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 57 orang lainnya dirawat di RSUD Nabire. Jumlah kasus yang meninggal terdapat 13 orang. Walaupun demikian, paroki-paroki di Nabire tetap menyelenggarakan misa Natal dengan mengikuti protokol COVID-19. Di kota Nabire sendiri, para Jesuit yang berkarya di SMA membantu pelayanan Natal di beberapa paroki, antara lain Paroki Kristus Sahabat Kita, Paroki Kristus Raja, dan Paroki St. Antonius Bumi Wonorejo.  Namun, di Paroki pedalaman situasinya berbeda dengan di kota. Berdasarkan data dari Tim Gugus COVID-19 Nabire, dari total 398 kasus ada 26 kasus dari kabupaten Paniai dan 14 dari Deiyai. Namun semuanya telah dirawat di RSUD Nabire. Masyarakat pedalaman merasa bahwa COVID-19 bukan sebagai masalah yang perlu ditakuti. Mereka menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah dan kegiatan peribadatan seperti biasanya. Orang yang menggunakan masker justru disalahpahami sebagai orang yang terpapar Corona. Rm. Ferdinandus Tuhu Jati dari Nabire membantu Rm. Adrianto Dwi Mulyono melayani misa di pedalaman Waghete. Rm. Harry Setianto membantu melayani misa di paroki Bomomani, pedalaman Mapiha, yaitu karya yang dipercayakan oleh Keuskupan Timika untuk dikelola oleh Imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta. Paroki Bomomani dan Waghete masing-masing berjarak kurang lebih 150 km dan 200 km dari kota Nabire. Keduanya ditempuh dengan mobil. Pelayanan Natal lainnya di luar kabupaten Nabire dilakukan oleh Rm. Y. Sudriyanto di Pulau Serui. Penerbangan dari Nabire menuju Serui membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Rm. Sudri melayani di stasi Dawai, Yapen Timur. Untuk menuju ke stasi tersebut, dibutuhkan waktu kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari pusat paroki bahkan harus menyeberangi beberapa sungai. Harry Setianto Sunaryo, SJ

Pelayanan Gereja

Menyambung Asa, Mewujudkan Cita, Bersama OTA

Acara Ngobrol Bareng Kotabaru hadir kembali bersama kedua host cantik yaitu Natalia dan Tunjung melalui live streaming di kanal YouTube Gereja St. Antonius Padua Kotabaru , Minggu (22/11) pukul 18.30 WIB. #NgobarKobar episode 4 ini mengambil tema “Menyambung Asa, Mewujudkan Cita, Bersama OTA”. Pada kesempatan kali ini #Ngobarkobar kedatangan tamu istimewa, yaitu Ibu Lucia Arianititi atau yang kerap disapa Tante Ari. Beliau adalah perwakilan dari Tim Program OTA atau Orang Tua Asuh. Program OTA yang ada di Gereja St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta ini merupakan salah satu program pelayanan di bidang pendidikan. Meskipun sempat vakum, dengan berkat Tuhan, pada 2018, OTA kembali aktif. Bidang Kemasyarakatan n bekerja sama dengan Tim Pendidikan Kotabaru menjadi aktor yang membangkitkan kegiatan ini. Tujuannya ialah mengajak umat untuk turut bergerak membantu sesama yang kurang mampu dalam melanjutkan pendidikan dan juga memberikan pendampingan psikologis, pendidikan, dan kerohanian. Hal ini selaras dengan program subsidi pendidikan yang juga bergerak di paroki. Ketika membahas soal bantuan, tentu saja tidak lepas dari seorang donatur. Tante Ari menjelaskan bahwa donatur boleh datang dari mana saja dan dengan fleksibilitas yang beragam. Mekanisme untuk menjadi donatur juga cukup mudah. Pertama, bisa dengan menghubungi salah satu contact person dari OTA, kemudian dilanjutkan dengan pengisian MOU. Pada MOU sudah tertera minimal nominal Rp100,000,- untuk didonasikan setiap bulan. Pada tahap terakhir, akan diberi kode unik yang bisa dicantumkan saat mengirim bantuan via transfer. Cara kedua ialah dengan datang ke sekretariat gereja yang berlokasi di samping pastoran dan mengikuti instruksi yang sama dengan cara pertama. Tante Ari menambahkan bahwa program OTA memberi subsid pendidikan bagi murid-murid yang bersekolah di SD, SMP dan SMA swasta. Sedangkan bagi yang bersekolah di sekolah negeri, subsidi hanya diberikan pada mereka yang berada di SMK. Pemberian bantuan dilakukan dengan saringan dan survei sehingga tepat saran. “Saya sungguh sangat senang karena banyak dari orang-orang muda yang turut tergerak hatinya untuk menyisihkan sedikit uang jajan mereka untuk berdonasi. Tidak peduli besar atau kecil, tetapi niat dan ketulusan mereka sungguh patut diapresiasi.” tambah Tante Ari. Telah banyak umat yang mendapatkan bantuan dari program OTA ini. Banyak diantaranya adalah anak-anak SD dan SMP yang tinggal di sekitar wilayah Gereja St. Antonius Padua Kotabaru. Dalam salah satu cuplikan video yang mereka buat, mereka menyampaikan rasa terimakasihnya atas bantuan pendidikan ini. Maria Ludwina