Setiap kejadian memiliki arti yang berbeda-beda dan ini berlaku juga untuk memaknai suatu keburukan. Itu sebabnya dosa dapat membawa berkah, dan pandemi dapat memberi hidayah. Romo Walterus Teguh Santosa SJ, sebagai Romo kepala Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) mengajak umatnya untuk dapat memaknai arti dari suatu peristiwa kurang mengenakan. Pastor Teguh menyampaikan itu dalam pesan paskah 2021, pada misa Sabtu Vigili, Sabtu (03/04/21) di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB), Paroki Tangerang. “Paskah tahun ini kita diajak untuk dapat memaknai hidup,” tegas Rm Teguh. Menurut Rm Teguh, berbagai peristiwa dapat memberi pelajaran dan menjadi pendalaman spiritualitas bagi seseorang.
Dosa Bawa Berkah
Mungkin hal ini akan mengejutkan banyak orang. Kenyataannya, dosa yang selama ini digaungkan membawa kesengsaraan ternyata memiliki sisi positif. Tanpa kita sadari, dosa dapat menyumbang kontribusi besar dalam karya penyelamatan Tuhan atas manusia.
“Dosa Adam dapat disyukuri karena melalui dosa itu, kita memperoleh Kristus. Sungguh mujur kesalahan itu sebab memberi kita seorang Penebus. Kita diajak untuk melihat pengalaman buruk tak selalu berakhir dengan hukuman,” ungkap Romo Teguh. Beliau juga menambahkan bahwa pengalaman buruk pun terkadang menjadi pintu bagi Rahmat Tuhan. “Melalui dosa Adam, manusia sebetulnya telah tereliminasi dari firdaus, tetapi karena karya penebusan Tuhan yang kreatif, maka dapat mengatasi segala kelemahan sehingga manusia dipulihkan. Kita tidak bisa mendikte Tuhan harus begini atau begitu. Tuhan itu out of the box melakukan hal yang kita tidak pikirkan,” tandasnya.
Pandemi Memberi Hidayah
Pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis di pelbagai lini kehidupan, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga masalah di tingkat keluarga. Namun, pernahkah terpikir kondisi ini memiliki sisi “guna”?
Menurut Rm. Teguh ada beberapa hal dapat dipetik dari pandemi Covid-19. “Pandemi mendidik manusia menjadi pribadi yang tangguh dan tegar. Kita juga diundang untuk selalu mencari hal-hal kreatif seperti Allah kita yang maha kreatif. Kita juga diundang untuk melihat kebaruan-kebaruan yang tidak melulu apa yang dipikirkan secara logis manusia,” jelasnya.
Rm. Teguh pun menambahkan, pandemi dapat memperlihatkan ketidakberdayaan manusia. “Sebelum pandemi, persiapan misa harian cukup dilakukan sedikit orang. Namun, saat pandemi berlangsung, misa harus melibatkan banyak orang agar dapat terselenggara dengan baik. Hal ini mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengatasi masalah yang besar ini seorang diri. Karenanya kita sebagai komunitas memiliki tanggung jawab dan peran yang sama,” tegasnya.* (Ario)