Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Gereja

Pelayanan Gereja

Menampilkan Wajah Mengasihi Penuh Ketaatan

Paroki Tangerang mengadakan misa syukur HUT RI ke-77 yang bertemakan “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” pada Selasa, 17 Agustus 2022 pukul 08.30 WIB. Misa yang sederhana namun khidmat ini dihadiri oleh segenap umat Gereja HSPMTB. Ekaristi  yang dipimpin Pater Ignatius Suryadi Prajitno, S.J.  ini dibuka dengan mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Di dalam perayaan ini, tampak Pastor Kepala, Pater Walterus Teguh Santosa, S.J. berada di tengah-tengah kursi umat. Di dalam kotbah, Pater Suryadi mengungkapkan bahwa melaksanakan arahan pemerintah terkait protokol penanganan pandemi COVID-19 menjadi bagian dari pelaksanaan prinsip keadilan serta menampilkan wajah mengasihi dengan penuh ketaatan. Terlebih dalam iman kita, menampilkan wajah mengasihi yaitu mengasihi kehidupan dan sesama serta menjadi berkat bagi semua orang. Di penghujung perayaan Ekaristi sebelum berkat penutup, Pater Suryadi mengajak semua yang hadir untuk mengikuti upacara detik-detik proklamasi yang disiarkan langsung dari istana merdeka Jakarta melalui layar videotron yang terpasang di dalam gereja. Kontributor: Redy – KOMSOS Tangerang

Pelayanan Gereja

Tilik Bongsari Lagi

Pandemi Covid-19 yang menimpa negara-negara di seluruh dunia tentu membawa perubahan situasi dan kebiasaan. Awalnya, masyarakat perlu membiasakan diri untuk bekerja dan belajar dari rumah dan melakukan komunikasi secara online. Kini, setelah situasi berangsur membaik, OMK Paroki Santa Theresia Bongsari berupaya untuk mengembalikan gelora anak muda untuk kembali mengikuti kegiatan dan bertemu secara fisik di gereja.  OMK berhasil mengorganisasi EKM untuk merayakan Hari Sumpah Pemuda pada Oktober 2021. Setelah EKM ini, setelah Misa Kenaikan Tuhan ke Surga 26 Mei 2022, para OMK dari lingkungan dan wilayah bersama pendamping berkumpul di Aula Theresia. Berawal dari sapa-menyapa dan berkenalan satu sama lain muncullah niat untuk mengadakan beberapa kegiatan. Pater Eduardus Didik Cahyono, S.J. selaku Pastor Kepala Paroki Santa Theresia Bongsari yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan bahwa Gereja akan selalu mendukung anak-anak muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan. Melalui kegiatan ini, anak muda juga dapat menanamkan sikap tanggung jawab atas apa yang telah mereka inisiasi dan lakukan. Kegiatan ini membawa sebuah benih refleksi bahwa memang tidak mudah mengembalikan semangat anak muda untuk kembali aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja setelah pandemi. Diperlukan pendekatan untuk merangkul mereka sehingga menggugah dan menghidupkan semangat untuk terlibat yang menular kepada anak muda lainnya. Kontributor : OMK Paroki Santa Theresia Bongsari

Pelayanan Gereja

Paroki Tangerang : Berjalan Bersama yang Tersingkirkan

Senada dengan Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus (UAP), Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menetapkan tahun 2022 sebagai Tahun Penghormatan Martabat Manusia. Atas dasar inilah beberapa umat di Paroki Tangerang yang memiliki kemampuan berbeda (different ability / difabel) layak untuk terus direngkuh.  Misa Vigili Paskah 16 April 2022 terasa istimewa. Ada dua misa vigili Paskah, yakni pukul 16.30 WIB dan 20.00 WIB. Pada kedua misa tersebut Paroki Tangerang memberikan kepercayaan kepada dua orang umat difabel untuk menjadi petugas liturgi, yaitu menjadi lektor. Mereka adalah Aurelia Lim, seorang tunanetra dan Pak Nico Indrianto, seorang tunarungu. Keduanya menjadi pembaca Kitab Kejadian 1:1, 26-31a. Mereka berdua dapat menjalankan tugas dengan baik. Hal ini juga didukung oleh sumbangan “Alkitab Braille” dari LBW. Love Works menyediakan “Alkitab Braille” berbahasa Indonesia dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).  Aurel adalah anak tunanetra yang mampu menulis bagian perikop yang dibacakan dalam Misa Vigili dengan tulisan tangan braille. Setelah menyelesaikan pendidikan di SLB selama 11 tahun, ia bisa melanjutkan di sekolah umum. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di SMP Negeri 13 Kota Tangerang kelas VII. Sementara Pak Nico merupakan tunarungu yang bisa berkomunikasi dan berbicara dengan membaca gerak bibir. Ia merupakan alumnus SLB B Don Bosco, Wonosobo. “Mereka yang tersingkirkan” dapat mengacu pada mereka yang tidak mendapat kesempatan merata, termasuk juga dalam kesempatan pelayanan. Tugas kita semua adalah terus berusaha untuk tidak menyingkirkan mereka. Terbukti bahwa saudara-saudara kita yang difabel dan seringkali disingkirkan dalam kesempatan bertugas sebagai pelayan pun bisa berperan dengan baik ketika diberi kepercayaan. Kontributor : P. W. Teguh Santosa, S.J. – Pastor Paroki Tangerang 

Pelayanan Gereja

Berani Membela Kehidupan

Sebanyak tiga kali kita mendengarkan kisah sengsara Yesus dalam masa Pekan Suci. Pertama, saat Perayaan Ekaristi Minggu Palma. Kedua saat mengikuti Ibadat Jalan Salib, dan ketiga dalam Ibadat Jumat Agung.  Hampir semua orang merasa trenyuh setiap kali membaca, mendengarkan, atau bahkan menonton kisah sengsara ini. Pada Paskah tahun ini, ada dua hal yang menyadarkan saya dari kisah sengsara Yesus. Pertama, kematian Tuhan Yesus diselimuti oleh kekerasan. Pemaknaan ini saya ambil dari dalam homili Ibadat Jumat Agung dari Pastor Rekan Paroki Blok B, Gereja St. Yohanes Penginjil, Pater Aluisius Pramudya Daniswara, S.J. Imam Jesuit yang akrab disapa Pater Pram ini seakan mengetuk kesadaran kita bahwa kisah sengsara Yesus merupakan tragedi kekerasan. Andaikan kita sadar, sekarang ini kasus kekerasan sudah seperti makanan sehari-hari, dalam arti, kerap terjadi.  Pater Pram membeberkan bahwa sepanjang tahun 2019, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan mencatat terdapat lebih dari 430.000 kasus kekerasan. Angka ini naik 6% dari tahun sebelumnya. Ada lagi, Amnesty International Indonesia mencatat juga adanya tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap aktivis lingkungan dan jurnalis yang semakin meningkat. Belum lagi kita disodorkan berita hoax yang berserakan di media sosial yang memperkeruh suasana hidup bermasyarakat. Bunda Maria, para murid, dan sejumlah orang dalam kisah sengsara Yesus merupakan saksi atas kekerasan di masa lampau. Bagaimana dengan kita yang menjadi saksi Kristus di zaman sekarang ini?  Apakah kita hanya diam ketika tindak kekerasan terjadi? Kedua, kisah sengsara Yesus kerap dianggap menjadi suatu kekelaman. Wafat Yesus mengakibatkan para murid-Nya mengalami mental breakdown.  Pater Pram mengingatkan, melalui kisah sengara Yesus, bahwa kita jadi mengenal Tuhan yang merangkul sejarah hidup manusia dalam segala kesengsaraan dan harapannya. Artinya, wafat Yesus merupakan bukti cinta Tuhan kepada manusia tanpa batas. Tuhan yang mau berkorban.  “Tuhan yang menyapa kesedihan manusia dan rela memberikan dirinya sampai sehabis-habisnya!” tegas Pater Pram. Di akhir homilinya, Pater Pram mengajak kita sebagai murid Kristus untuk memaknai kisah sengsara sebagai tanda pemberian diri Tuhan Yesus sampai tuntas. Kita dipanggil untuk melanjutkannya, berjerih payah untuk memperbaharui, merawat, dan membela kehidupan.   Yang bisa saya rangkum dari Paskah tahun ini, berdasarkan makna yang saya temukan dari kisah sengsara Yesus, adalah sebuah pertanyaan,. Maukah kita memberikan diri kita sehabis-habisnya dan memberanikan diri demi membela kehidupan?  “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yohanes 15: 12-13 Kontributor : Karina Chrisyantia – Komsos Paroki Blok B

Pelayanan Gereja

Tangerang Kota Benteng Toleransi

Salah satu tantangan pastor paroki ialah membangun kehidupan bersama dan toleransi antara umat paroki dan dengan umat beragama lain. Upaya ke arah itu, terutama dalam interaksi dengan umat beragama lain dibangun dengan komunitas lintas iman dan saling berjumpa antara pemuka agama. Di Paroki St. Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, saya bersama Ignatius Arie Tetahelu (DPH Koordinator Bidang Kesaksian) dan Pater Ignatius Suryadi Prajitna, S.J. sering bertemu tokoh-tokoh muda lintas iman dari enam agama yang ada. Juga ada FKUB yang menjadi wadah formal pertemuan antara tokoh-tokoh agama. Pada 27 Februari 2022, bersamaan dengan ulang tahun kota Tangerang ke-29, para pemuka dari perwakilan 6 agama menyerukan dan menandatangani deklarasi Tangerang Kota Benteng Toleransi. Kata benteng memang akrab di telinga masyarakat umum seperti Cina Benteng. Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) sendiri berlokasi di kampung Benteng Makasar. Banyak jalan menggunakan nama benteng, seperti Jalan Benteng Betawi, Jalan Benteng Jaya, Jalan Benteng Makasar, dll. Raphael Udik Yunianto sebagai anggota FKUB wakil Katolik kota Tangerang mengatakan bahwa deklarasi ini menjadi usaha membangun image dan branding Kota Tangerang sebagai kota yang lebih toleran.  Deklarasi tersebut diselenggarakan secara hybrid mengingat puncak Omincron yang sedang terjadi.  Deklarasi tersebut diikuti para tamu undangan yang hadir di aula MUI Kota Tangerang. Sekitar 2,000 partisipan mengikuti secara online melalui zoom meeting. Banyak yang lain mengikuti melalui Youtube Channel dan MUITV Kota Tangerang. Walikota Tangerang Arief Wirmansyah mendukung Deklarasi Tangerang Kota Benteng Toleransi. Salah satu tokoh yang memberikan sambutan apresiatif adalah Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwahid ketua BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Beliau mengajak setiap elemen masyarakat untuk menyebarkan semangat toleransi dan perdamaian. Tangerang sebagai kota penyangga Jakarta memiliki sumbangan langsung bagi Ibu Kota Negara.  Pada acara seruan deklarasi tersebut, OMK (Orang Muda Katolik) Paroki Tangerang dipercaya menjadi petugas paduan suara untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu Negeri. Saya merasa bersyukur dan bangga bahwa dalam setiap acara gereja orang Katolik di Tangerang mulai terbiasa menyanyikan lagu kebangsaan. Seruan deklarasi tersebut disambut positif oleh jajaran pemerintah Kota Tangerang. Oleh karena itu, pada 22 Maret 2022 dikukuhkan Pengurus Forum Benteng Toleransi Kota Tangerang dan diserukan kembali Tangerang Kota Benteng Toleransi yang ditandatangani oleh enam wakil agama, bersama Walikota, Dandim, Kapolres, dan Ketua MUI. Semoga deklarasi ini mampu memperkuat nilai-nilai toleransi dan saling menghargai antara sesama umat beragama, dan warga masyarakat yang hidup berdampingan di Tangerang. Kontributor : P. W. Teguh Santosa, S.J. – Pastor Paroki Tangerang

Pelayanan Gereja

Mengapa Allah Datang ke Dunia dalam Rupa Seorang Bayi?

Mengapa Allah datang kepada kita, dalam rupa seorang bayi? Bayinya pun bukan dari keluarga yang kaya-raya, bahkan tidak memiliki gelar atau status melainkan seorang bayi yang lahir dari keluarga sederhana. Pernahkah pertanyaan tersebut terlintas di benak Anda? Pertanyaan yang cukup sulit dijawab ini dilontarkan oleh Pastor Kepala Paroki Blok B, Gereja St. Yohanes Penginjil, Pater Antonius Dhimas Hardjuna, S.J. dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi Malam Natal 2021. Sudahkah Anda menemukan jawabannya? Jawabannya adalah Allah ingin kita mendekat. Ia hadir di dunia memilih sosok yang sederhana, menjadi bayi biasa agar manusia mendekatkan diri kepada-Nya. Inilah kisah Natal. “Natal artinya kita diajak menatap Allah dalam rupa bayi yang sederhana tapi berdaya kuat. Bayi ini membuat kita merdeka, bebas memilih, dan membukakan jati diri kita yang sesungguhnya, bahwa dalam diri kita ada sesuatu yang baik yang mengajak kita untuk membangun suatu persaudaraan,” tutur Pater Dhimas.  Hal ini juga selaras dengan Pesan Natal 2021 dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yakni Cinta Kasih Kristus yang Menggerakan Persaudaraan.  Pater Dhimas juga menambahkan bahwa Natal mengajarkan kita tentang makna kerendahan hati dan kesederhanaan yang melebur dalam hidup sehari-hari. Dalam Injil Lukas 2:1-14 tertulis, “Maria melahirkan anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di palungan karena tidak ada tempat bagi  mereka di rumah penginapan.” Bagi Pater Dhimas, Lukas hendak menyampaikan bahwa dalam kisah kelahiran Yesus, Yosef dan Maria bukan ditolak tetapi memang penginapan ketika itu sudah penuh sehingga hanya tersedia tempat umum untuk beristirahat di situ. Kalau zaman sekarang mungkin dapat dibayangkan seperti suasana mudik. Maria melahirkan Yesus di tempat yang mudah dijangkau oleh khalayak umum (orang biasa), misalnya rest area.  Pada kesempatan yang sama, Pater Dhimas juga menyampaikan permenungan saat Perayaan Ekaristi Malam Natal bersama OMK. “Allah berkata, Aku mengasihimu dengan kasih yang abadi.”  Manusia dengan segala kerapuhan dan kelemahannya menanggung derita. Yesus pun merasakan hal sama, menanggung penderitaan, kelemahan, dan kerapuhan kita karena Ia begitu mengasihi kita. Kasih adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita dan Yesus hadir di tengah-tengah kita untuk memberitahukan hal itu. “Sekarang, maukah kita membagi kasih Allah itu kepada saudara kita?” tanya Pater Dhimas   Tahun ini adalah kali kedua merayakan Natal dalam suasana pandemi. Tahun 2021 ini, Perayaan Ekaristi Natal Paroki Blok B diselenggarakan di dua tempat, yakni di Aula St. Ignatius, Gedung Yohanes, Melawai dan GOR Sekolah Pangudi Luhur, Jakarta Selatan secara tatap muka dan ditayangkan secara daring di Youtube Official Komsos Paroki Blok B. Perayaan Ekaristi ini diperuntukkan tidak hanya bagi lansia dan umum, tetapi secara khusus juga dipersembahkan bagi orang muda. Perayaan Ekaristi Malam Natal dirayakan secara meriah bersama para imam yang berkarya di Paroki Blok B, yakni Pater Justinus Muji Santara, S.J. dan Pater Aluisius Pramudya Daniswara, S.J. Misa Natal pagi, 25 Desember, dirayakan bersama Pater Rafael Mathando Hinganaday, S.J. dan Pater Agustinus Suharyadi, S.J. Karina Chrisyantia – Elisabeth Bait (Komsos Paroki Blok B) Foto Head: Kandang Natal di Aula St. Ignatius, Gedung Yohanes, Blok B, Melawai.(Dokumentasi: Komsos Paroki Blok B) Foto 2: Pater Dhimas membagikan komuni saat Perayaan Ekaristi Hari Natal Kaum Muda, 24 Desember 2021, di GOR Pangudi Luhur, Jakarta Selatan.(Dokumentasi: Komsos Paroki Blok B)

Pelayanan Gereja

Serba-Serbi Kotabaru

Ekaristi Remaja Sumpah Pemuda: “MAESTRO” Kamis (28/10) Perayaan Ekaristi Remaja dengan tagline “MAESTRO” diadakan. “MAESTRO” adalah kependekan dari Muda Semangat Trobosan Bangsa. Misa yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda ini dipimpin oleh Pater Fransiskus Pieter Dolle, S.J. Melalui Ekaristi ini kaum muda diingatkan kembali untuk mengambil peran sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam pembangunan bangsa. Selain itu, juga untuk menjaga warisan bangsa yang telah diwariskan kepada kaum muda. Ada beberapa hal unik dalam perayaan Ekaristi Kaum Remaja kali ini. Salah satunya adalah EKR bulan Oktober 2021 ini bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Untuk mengingatkan kembali perjuangan para pemuda dalam memerdekakan Indonesia, maka ada sebuah video yang dibuat oleh tim panitia. Anggota RKK atau Remaja Katolik Kotabaru satu persatu bergantian menjawab pertanyaan yang diberikan. Sekitar enam anggota RKK memberikan opininya terkait Sumpah Pemuda. Dari apa yang mereka ketahui tentang Sumpah Pemuda, isi Sumpah Pemuda, dan harapan mereka untuk Indonesia. Meski banyak dari mereka yang tidak mengingat isi dari Sumpah Pemuda tapi harapan mereka bagi Bangsa Indonesia sangat tulus. Tujuan dari video ini adalah mengajak kaum muda untuk berefleksi mengenai kepedulian terhadap negara ini. Perayaan Ekaristi pun dilanjutkan dengan homili dari Pater Pieter. Masih dengan suasana perayaan Sumpah Pemuda. Romo mengajak umat untuk mencari apa makna Sumpah Pemuda bagi diri sendiri. Romo juga mengajak kita untuk bangga menjadi warga Indonesia yang memiliki berbagai keberagaman namun tetap bisa bersatu. “Kita patut bangga menjadi warga negara Indonesia dengan semangat kekatolikan. Seperti kata Mgr. Soegijapranata: 100% Katolik, 100% Indonesia.” Melalui homilinya, Pater Pieter mengajak kita untuk melihat keindahan dalam keberagaman yang ada. Tidak selamanya perbedaan itu adalah hal yang buruk. Ada kalanya keberagaman itu membuat sebuah negara menjadi kaya. Keberagaman juga membuat manusia bisa saling melengkapi. Seperti halnya murid-murid Yesus yang memiliki latar belakang yang berbeda atau seperti nada musik yang tidak hanya satu. Connecting People melalui Game Mobile Legends Dalam rangka memeriahkan hari Sumpah Pemuda, Orang Muda Katolik (OMK) Kotabaru menyelenggarakan Kotabaru E-Sport Mobile Legends: Bang-Bang. Tujuan diadakannya Kotabaru E-Sport adalah untuk menjalin relasi antar-orang muda Katolik. OMK Kotabaru memilih tagline “Connecting People” atas dasar keprihatinan terhadap teman-teman muda yang rutinitasnya cukup berubah semenjak adanya pandemi yang membuat banyak orang muda semakin jarang berdinamika. Dengan adanya Kotabaru E-Sport ini, diharapkan rekan-rekan muda bisa mendapatkan relasi satu sama lain, sehingga merangkul kaum muda untuk dapat berkolaborasi dan elaborasi. Kotabaru E-Sport Competition Mobile Legends: Bang-Bang diikuti oleh 32 tim dari berbagai daerah. Turnamen dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, yakni 28-30 Oktober 2021 secara daring. Pada hari ketiga, tepatnya Sabtu, 30 Oktober 2021 turnamen ditayangkan secara live streaming melalui channel YouTube Gereja St. Antonius Padua Kotabaru. Setelah melalui beberapa babak, terdapat 3 tim yang meraih kejuaraan. Juara pertama diraih oleh Always Grateful, juara kedua diraih oleh Carbondioxida, dan juara ketiga diraih oleh Canem Stercore. Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman muda yang telah berpartisipasi. Semoga dengan diadakannya Kotabaru E-Sport, teman-teman memiliki semangat muda yang semakin membara khususnya untuk melayani Tuhan. REBORN CAMP: Mempersiapkan Diri Menerima Baptisan dengan Semangat Ignatian Menjadi Katolik berarti hidup kembali (reborn) dalam Kristus sesuai ajaran Gereja Katolik. Berani memutuskan menjadi Katolik adalah keputusan besar dalam hidup seseorang. Untuk itu, setelah mengikuti hampir 60 pertemuan persiapan selama kurang lebih satu tahun, para katekumen diajak ambil waktu sejenak dan keluar dari rutinitas harian untuk menjernihkan dan memantapkan keputusan menjadi Katolik dalam Reborn Camp 2021.  Reborn Camp 2021, yang diselenggarakan oleh Tim Pelayanan Sakramen Inisiasi pada hari Minggu, 14 November 2021 di Wisma Maya Kaliurang ini, menjadi sarana membangun kekompakan tim antara katekis senior dengan katekis muda. Yang menarik, beda generasi antarkatekis ini justru saling melengkapi sehingga materi katekesenya bisa disampaikan dalam nuansa millennial dan kemasan digital. Fun, seru, namun tetap berbobot. Dalam Sesi 1: The Ignatian Way, Pater Macarius Maharsono Probho, S.J. memberi insights tentang bagaimana memilih berdasarkan Spiritualitas Ignatian. Peserta juga diajak membuat grafik kehidupan untuk menemukan Tuhan dalam kilas sejarah hidup mereka. Dari kilas sejarah hidup mereka itulah, lalu tampak di momen apa saja mereka berjumpa dengan Yesus dan akhirnya berani mengambil keputusan menjadi Katolik. Sama seperti St. Ignatius yang mempunyai cannonball moment, tiap peserta pasti juga mempunyai momen yang memotivasinya mantap menjadi Katolik. Inilah yang diolah dalam kelompok-kelompok kecil selama Sesi 2: My Chosen Way. Kemudian, di tengah hari, Pater Maharsono memperkenalkan examen atau penelitan batin dan mengajak peserta mencecap pengalaman ber-examen sekitar 15 menit. Setelah makan siang, di Sesi 3: My Chosen Name, peserta diajak untuk mengenal lebih dalam nama baptis yang sudah dipilih. Bagaimana riwayat hidup santo atau santa tersebut? Lalu keutamaan-keutamaan apa yang ingin diteladani dari santo atau santa tersebut? Kemudian peserta mensharingkan di kelompok besar. Walaupun berlangsung dari pagi hingga sore, dengan prokes yang ketat, namun Reborn Camp terasa begitu cepat. Seluruh kegiatan ini diakhiri dengan doa penutup kreatif. “Acaranya seru, menyenangkan, dan banyak kawan-kawan yang sama mau memeluk iman Katolik. Setelah acara ini, kami semua lebih mantap lagi untuk mengikuti iman Katolik. Terima kasih juga kepada katekis-katekis yang sudah membimbing kami secara offline maupun online,” ujar Felicia, salah satu katekumen kelas online. Kontributor : Maria Ludwina – Cornelia Marissa & Nicholas Marcel – Jessica Juliani & Edi Widiasta – KOMSOS Kotabaru

Pelayanan Gereja

Menimba Semangat Kemurahan Hati dan Kepedulian melalui UAP

Tahun ini Gereja St Antonius Purbayan merayakan ulang tahun yang ke-105 tahun pada 14 November 2021. Tema yang diangkat tahun ini yaitu Dengan Semangat UAP Gereja St Antonius Purbayan Semakin  Peduli dan Murah Hati di Tengah Pandemi Covid-19. Melalui tema ini Dewan Paroki ingin menularkan semangat UAP kepada para umat, salah satunya dengan merawat dan melestarikan lingkungan hidup.  Sesuai dengan tema HUT Gereja St Antonius Purbayan, Dewan Paroki menunjuk Tim Pelayanan Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup atau Tim Lingkup untuk mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan perayaan ini. Tim Lingkup memutuskan untuk mengadakan kegiatan pembagian tanaman dan menebarkan benih nila di sungai Bengawan Solo, yang diselenggarakan pada bulan Oktober 2021. Kegiatan ini pun diselenggarakan bertepatan juga dengan memperingati hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober 2021.  Kegiatan membagi tanaman gratis kepada umat paroki Purbayan dilaksanakan pada 16-17 Oktober 2021 setelah selesai misa. Tim Lingkup bekerja sama dengan Balai Pengelolaan DASHL (Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung) Kementerian Lingkungan Hidup Surakarta, membagikan 1000 bibit tanaman, yang terdiri atas bibit tanaman hias dan buah. Bibit tanaman hias yang dibagikan yaitu pucuk merah dan tabebuya, sedangkan untuk bibit tanaman buah yaitu sawo, salam, mangga, rambutan, jeruk, sirsak, pala, aren, duwet, dan petai.  Umat begitu antusias dalam kegiatan ini, selain mendapatkan bibit gratis, mereka juga bisa menanam tanaman di rumah mereka. Akibat pandemi Covid-19  umat tidak bisa pergi ke mana-mana dengan bebas. Dengan dibagikannya bibit tanaman ini diharapkan umat mendapat kesibukan baru untuk merawat tanaman. Dan secara tidak langsung, mereka telah membantu merawat bumi dengan melakukan hal kecil seperti menanam dan merawat tanaman. Tanaman yang ditanam dan tumbuh akan menimbulkan sukacita bagi yang merawatnya, apalagi bisa menghasilkan buah kemudian bisa berbagi dengan orang-orang sekitar. Oksigen bertambah karena makin banyak tanaman yang ditanam, maka makhluk hidup menjadi sehat dan ekosistem lingkungan hidup menjadi semakin lestari. Tim Lingkup bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Surakarta mengadakan kegiatan menebar benih ikan nila di sungai Bengawan Solo. Kegiatan ini dilaksanakan 24 Oktober 2021 jam 10.00 dan sebanyak 4000 ekor benih nila disebarkan di sana. Tujuan kegiatan ini agar ikan yang ditebar ini bisa tumbuh berkembang di Sungai Bengawan Solo dan masyarakat di sekitar pinggiran sungai Bengawan Solo bisa menambah gizi keluarga mereka dengan  daging ikan hasil tangkapan mereka. Selain menebar benih ikan di sungai, Gereja Santo Antonius juga menyerahkan bantuan bibit tanaman kepada warga sekitar Bengawan Solo agar ditanam di sepanjang bantaran sungai untuk penghijauan dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan sekitar sungai. Nantinya masyarakat juga bisa memanfaatkan panen buah dari tanaman tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyelamatkan kelangsungan hidup semua ciptaan. Seperti diketahui, pada saat ini ancaman perubahan iklim menjadi isu yang hangat diperbincangkan dan banyak negara bersiap–siap untuk menghadapi bencana perubahan iklim tersebut. Bencana akibat perubahan iklim terjadi karena terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan terjadi karena ulah dan keserakahan kita yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa mempedulikan akibat yang terjadi. Jadi, tepatlah kegiatan ini dilaksanakan karena selain menjaga kelestarian lingkungan hidup juga untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat. Kontributor : KOMSOS Purbayan