Pilgrims of Christ’s Mission

August 6, 2021

Pelayanan Masyarakat

Bertualang Menembus Fakta

Tahun 2021, Majalah Basis telah mencapai usia 70 tahun sejak pertama kali terbit pada 1 Oktober 1951. Dalam rangka menyambut ulang tahunnya, majalah sosial budaya ini menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk “Sekolah Basis” secara daring melalui platform Zoom (zoominar) pada 1 – 10 Juli 2021 setiap pukul 19.00-21.00 WIB.  Untuk menyelenggarakan kegiatan ini, Majalah Basis tidak bergerak sendiri. Majalah Basis bekerja sama dengan Komunitas Utan Kayu (KUK), Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), TribunNews, Periplus, Bentara Budaya, dan Jesuit Insight. Kesepuluh zoominar Sekolah Basis dengan beragam tema digelar guna “menembus fakta”, menyentuh kedalaman etika, politik, seni, pandemi, ekonomi, filsafat dan teologi. “Selama sepuluh hari kami mengajak para hadirin sekalian untuk bertualang, belajar, mengarungi kedalaman tema-tema seni, ekonomi, politik, filsafat, dan teologi yang menjadi kajian di Majalah Basis,” ujar Dr. A. Setyo Wibowo, Pemimpin Redaksi Majalah Basis.  Sepuluh tema yang ditawarkan adalah 1) Profil Majalah Basis, 2) Estetika Seni Adorno, 3) Etika Komunikasi di Era Digital, 4) Komunisme Masih Hidup?, 5) Albert Camus dan Pandemi, 6) Agama, Rasionalitas, dan Teologi Publik di Zaman Post-Sekular: Berdialog dengan J. Habermas, 7) Retorika, Semiotika, dan Hermeneutika: Belajar dari Intelektual Muslim Fakhr al-Din al-Razi, 8) Estetika dan Rasa, 9) Prospek Demokrasi di Era Kapitalisme Digital, 10) Kilas Balik Majalah Basis. Sementara itu para pembicara dan penanggap zoominar yang diikuti 400-600 peserta ini antara lain Bandung Mawardi, Dr. Rémy Madinier, Goenawan Muhamad, Dr. G.P. Sindhunata, Dr. J. Haryatmoko, Dr. Agus Sudibyo, Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, Prof. Hermawan Sulistyo, Ph.D., Prof. Dr. A. Sudiarja, Dr. A. Setyo Wibowo, A. Bagus Laksana, Ph.D, Dr. Fitzerald Sitorus, Dr. J.B. Heru Prakosa, Ulil Abshar Abdalla, Ayu Utami, Dr. B. Hari Juliawan, dan Yustinus Prastowo. Pemimpin Umum Majalah Basis, Dr. G.P. Sindhunata, menceritakan bahwa ketika menggantikan tugas budayawan Dick Hartoko, ia ingin membuat Majalah Basis lebih terkomunikasikan. Format lama Majalah Basis menjelang era Reformasi cukup ketinggalan, maka diganti dengan bentuk seperti sekarang. “Supaya tidak terlalu ilmiah, harus diberi warna yang lebih jurnalistik,” tutur filsuf sekaligus sastrawan dan wartawan ini. Oleh karena itu, Majalah Basis sejak di bawah asuhan Dr. G.P. Sindhunata senantiasa menggandeng para perupa, terutama dari Yogyakarta, yang ikut ambil bagian dalam perwajahan Majalah Basis. Inilah mengapa Majalah Basis mengusung tagline “Jurnalisme Seribu Mata”. “Hal ini juga untuk menghindari kesan elitis. Majalah Basis bukan majalah jurnal, majalah kebudayaan yang kering, atau majalah intelektual yang elitis, tetapi majalah yang mampu mengomunikasikan apa yang sulit, dalam, dan berbobot sehingga bisa dimengerti,” imbuhnya.  Ia pun melanjutkan, “Jurnalis yang mau menggali kedalaman itu bagaikan mempunyai seribu mata. Kita mau betul-betul inklusif, tidak eksklusif. Dengan segala mata yang kita punya, kita tidak meninjau hanya dari satu sudut saja. Maka, semboyannya adalah menembus fakta.” Apa yang ada dibalik fakta dilihat lebih dalam dengan intuisi, pikiran, dan pengolahan. “Dengan seribu mata kita memandang dan dengan kedalaman kita ingin melihat sesuatu,” pungkas penulis novel Anak Bajang Menggiring Angin ini. Selamat ulang tahun ketujuh puluh, Majalah Basis! Kontributor : Willy Putranta

Feature

Kursus Social Media Marketing à la Kolese Hermanum

Di zaman digital ini, media sosial merupakan hal yang tak dapat dipisahkan lagi dengan hidup semua orang. Hampir seluruh penduduk dunia ini terlibat di dalam hiruk pikuk media sosial, entah sebagai “produser konten” ataupun hanya sebagai penikmat saja. Adanya perkembangan tampilan yang semakin menarik dari setiap media sosial juga membuat pengguna betah berlama-lama berada di dalamnya. Pandemi covid-19 ini juga semakin menjadikan media sosial sebagai dunia baru yang memungkinkan setiap orang berjumpa, berkumpul, dan berbagi informasi tanpa harus bertemu secara fisik. Keadaan ini kemudian mengundang para Jesuit muda untuk ambil bagian dalam dinamika media sosial dengan menghadirkan konten-konten yang positif. Bekerja sama dengan Samita Daniswara Mandiri, Sanggar Prathivi menyelenggarakan kegiatan kursus Social Media Marketing bagi para skolastik yang tinggal di Kolese Hermanum. Kursus ini berlangsung selama tiga hari, yaitu pada tanggal 19, 21, dan 22 Juli 2021. Tujuan dari kegiatan ini adalah menajamkan kembali kemampuan managemen para skolastik dalam bermedia sosial. Adapun pemberi materi dalam kursus ini adalah Bpk. Ivan Daniswara, Ibu Putri, dan Chloe.  Pada hari pertama (19/7), kursus diawali dengan penjelasan mengenai beberapa istilah yang sering digunakan dalam media sosial, misalnya algoritma, engagement, clickbait, bio, hashtag, dll. Kemudian pada sesi sore hari, peserta diajak untuk mendiskusikan langkah-langkah dalam menentukan target audiens, cara dalam menyampaikan pesan, dan sarana media sosial yang dipakai.  Pada hari kedua (21/7),  para peserta diberi penjelasan mengenai strategi untuk mendapatkan perhatian audiens dengan mengoptimasi bio pada akun sosial media yang dimiliki. Bio yang semakin jelas, detil, dan menarik akan mempermudah orang lain dalam mengenali siapa dan apa tujuan dari akun yang dilihat. Untuk mendapatkan perhatian banyak orang, peserta juga diajak untuk menentukan hashtag dan caption yang tepat dalam membuat sebuah postingan. Para peserta juga diminta untuk berdiskusi mengenai pembuatan kalender dalam membuat postingan.   Di hari ketiga (22/7), kreativitas peserta diuji dalam kegiatan membuat contoh postingan berupa video singkat. Proses pembuatan video dilakukan secara pribadi di unit masing-masing. Sore harinya, peserta mempresentasikan video yang telah diposting melalui sosial media tertentu dan melihat bagaimana tanggapan-tanggapan yang muncul dari para audiens.  Tentu apa yang telah didiskusikan bersama selama tiga hari itu bukanlah sesuatu yang sama sekali baru bagi para peserta. Kendati demikian, kegiatan ini bermanfaat sebagai ruang untuk mengevaluasi apa yang selama ini sudah dilakukan oleh para Jesuit muda dalam memperluas “Kabar Gembira” di dunia digital, khususnya sosial media. Harapannya melalui kursus ini konten-konten positif yang dibuat juga dapat lebih efektif tersebar kepada banyak orang.  Kontributor : Alexius Aji Pradana, S.J.

Pelayanan Masyarakat

Festival Paduan Suara “Mutiara Budaya”

Merayakan Pesta Emas Pusat Musik Liturgi (PML) tentu paling baik dengan Pentas Paduan Suara. Sejak awal tahun 2021 PML merencanakan suatu festival paduan suara dalam dua versi: Versi A secara live pada hari Sabtu, 10 Juli 2021 di Auditorium Puskat khusus untuk paduan suara di Yogyakarta dan sekitarnya; Versi B secara virtual dengan tayangan video dari sejumlah paduan suara di seluruh penjuru Nusantara. Sejak daftar lagu inkulturasi diedarkan melalui Google Form, banyak peserta yang mendaftarkan diri. Bahkan tidak sedikit kelompok paduan suara yang bertanya: “Untuk ikut harus bayar berapa?” Padahal pendaftaran untuk festival ini tidak dipungut biaya sama sekali. Ada pula yang menanyakan juri dalam festival ini, padahal festival ini diselenggarakan tanpa penjurian. Semua peserta yang terlibat akan mendapatkan sertifikat.  Segala rencana di atas tidak dapat berjalan dengan mulus karena situasi pademi Covid 19 yang tidak terkendali mendekati hari pelaksanaan festival. Pada Juni 2021 PML mengajukan izin kepada Satgas Covid 19 setempat untuk mengadakan Festival dengan 200 penonton saja dengan tetap mentaati protokol kesehatan. Proposal tidak disetujui hingga akhirnya pada 3 Juli justru diumumkan adanya PPKM darurat. Panitia dengan sigap terpaksa mengubah konsep festival. Akhirnya festival hanya akan diadakan secara virtual bahkan untuk kelompok paduan suara dari Yogyakarta sekalipun. Setiap peserta terlibat dalam festival ini melalui rekaman video mereka.  Setelah bergulat dengan proses yang panjang, akhirnya acara festival paduan suara “Mutiara Budaya” terlaksana melalui kanal Youtube PML pada 10 Juli 2021 pukul 17.00-19.30 WIB. PML menampilkan video-video paduan suara yang berpartisipasi dalam festival ini kemudian diberikan komentar dan tanggapan dari pihak PML.  Banyak orang terhibur dan bergembira dengan festival model ini meskipun masih ada kendala teknis berupa penggeseran antara gambar dan suara. Maklumlah ini “produksi perdana” dari PML. Banyakan paduan suara yang berpartisipasi dalam festival ini bekerja keras untuk menyiapkan rekaman video secara profesional. Terima kasih! PML pun banyak belajar dari festival virtual ini. Meski tidak sama dengan festival secara langsung, dan terlepas dari kekurangan sana sini yang masih ada, pantas dipuji usaha dan kreativitas terutama dalam mengolah segi visual dari masing-masing peserta pantas dipuji.  Misa Syukur Ulang Tahun Tidak hanya rencana festival paduan suara yang porak poranda, rencana misa syukur pun berantakan. Misa Syukur dengan Paduan Suara Vocalista Sonora, dengan lagu-lagu inkulturasi yang diiringi dengan alat musik tradisional, dilengkapi dengan sambutan Romo Provinsial SJ dan dihadiri oleh ratusan undangan alumni, relasi serta ditutup dengan santapan siang sebagai kesempatan untuk bertukar pengalaman dan bercerita, dibatalkan. Akhirnya pada 11 Juli 2021 jam 10.00 diadakan Misa Syukur secara daring yang “disiarkan” lewat Youtube dan HIDUP TV. Misa ini disemarakkan oleh paduan suara yang hanya terdiri dari 8 orang, staf PML, dan beberapa tamu. Proses streaming dibantu oleh pakar medsos, Bp. Aan, dari Atma Jaya yang didampingi oleh Mas Jati, karyawan PML. Moto PML “Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan” dan moto khusus untuk tahun pesta emas PML “Melalui musik yang bermutu menggerakkan hati orang” turut terpampang lewat banner di bagian latar.  Misa syukur ini diakhiri dengan suatu kejutan yaitu penayangan salam khusus dari Bp. Kardinal Suharyo untuk pesta 50 tahun PML. Beliau masih ingat akan usaha PML dalam membangun inkulturasi sejak tahun 1980an semasa beliau masih kuliah di Fakultas Teologi Wedhabakti (FTW)Kentungan Yogyakarta. Bapak Kardinal juga menegaskan pentingnya karya Pusat Musik Liturgi di masa depan. Selamat Ulang Tahun PML!  Kontributor : Karl Edmund Prier,S.J. – PML Yogyakarta

Pelayanan Spiritualitas

Mengungkapkan Kerinduan terdalam lewat Kisah Hidup St. Ignatius Loyola

Christian Life Community (CLC) juga mengadakan Novena St. Ignatius Loyola melalui zoom meeting. Acara ini diselenggarakan dari Kamis,22 Juli sampai dengan 30 Juli 2021 setiap pukul 21.00 WIB melalui zoom meeting. Pada hari pertama banyak peserta tidak bisa masuk ke ruang zoom karena keterbatasan kapasitas peserta pertemuan. Karena membludaknya minat untuk mengikuti novena ini, panitia memutuskan untuk bekerja sama dengan Jesuit Insight dalam memperluas siaran melalui kanal YouTube Jesuit Insight.  Novena yang berjalan selama 9 hari ini tidak hanya diikuti oleh teman-teman CLC saja, melainkan juga dari kelompok Caminar con Inigo, peserta ziarah St. Ignatius Loyola online yang sempat diselenggarakan beberapa bulan yang lalu. Tema novena selama 9 hari ini disiapkan secara khusus per harinya oleh tim CLC. Dalam kegiatan novena ini, selain berdoa bersama, semua peserta diajak untuk melakukan latihan doa Ignatian dengan membangun compositio loci melalui video yang berisi musik dan gambar. Kemudian memohon rahmat yang disesuaikan dengan tema hari tersebut dan dilanjutkan dengan membaca kisah inspiratif yang dikutip dari autobigrafi St. Ignatius yang kemudian direfleksikan. Para peserta juga diajak untuk melakukan percakapan rohani dengan membayangkan kehadiran Yesus. Novena ditutup dengan mendoakan Doa Tahun Ignatian serta doa penutup yang secara khusus disusun dan memuat Universal Apostolic Preferences (UAP). Selain berdoa bersama, para peserta novena juga diberi kesempatan untuk menyampaikan intensi-intensi doa yang dibacakan di awal novena oleh Diakon Wawan, mbak Santi (CLC) dan Yeyen (Fasilitator LRP). Banyak peserta yang sangat terbantu dengan cara berdoa novena seperti ini. Beberapa mengatakan bahwa doa-doa mereka terkabul.  Dalam novena ini beberapa Jesuit juga dilibatkan untuk memberi berkat penutup dari hari kedua sampai kesembilan. Mereka adalah Rm. Suharyadi, Rm. Dodo, Rm. Alis, Rm. Bambang Sipayung, Rm. Wir, Rm. Paul Suparno, dan Rama Provinsial Benny. Salah satu romo pendamping CLC juga dilibatkan untuk memberikan berkat penutup yaitu Rm. Iwan Pr. Di hari terakhir novena, selain diberi kesempatan untuk memberi berkat penutup, Romo Provinsial Benny juga diberi kesempatan untuk menyapa teman-teman dari CLC dan peserta novena.  Adanya Novena ini dan keterlibatan Jesuit di dalamnya menjadi salah satu langkah nyata dalam mendampingi umat mengenal cara berdoa Ignatian terutama di Tahun Ignatian dan situasi pandemi. Kesempatan ini juga menjadi ruang doa untuk mengungkapkan kerinduan terdalam yang mereka rasakan saat ini. Sebagai Jesuit, kita pun ditantang untuk kreatif dan total untuk mau berjalan bersama umat menuju kepada Allah. Berjalan bersama umat tidak hanya diartikan sekadar mengajak berdoa saja tetapi melakukan latihan doa yang membantu mereka untuk menjadi pendoa yang aktif. Dalam latihan doa mereka diajak untuk masuk ke dalam relasi pribadi, perjumpaan pribadi dengan Yesus melalui kerinduan-kerinduan yang diekspresikan dalam intensi-intensi doa mereka. Kontributor : Evodius Sapto Jati Nugroho, S.J.

Karya Pendidikan

Apa Makna Bertobat?

Berawal dari pertanyaan sederhana di atas, Komunitas St. Ignatius Loyola, Semarang, mengadakan triduum Peringatan 500 Tahun Pertobatan St. Ignatius Loyola sekaligus sebagai rangkaian acara yang mengantarkan kami pada permenungan Hari Ignatius Loyola (31 Juli). Triduum yang disiarkan secara daring pada 28– 30 Juli 2021, diisi dengan tiga tema renungan yang berbeda-beda setiap harinya. Yang khas pada rangkaian acara ini adalah tradisi penyediaan air berkat yang dinamai sebagai “Air Ignatius” dan kegiatan Vaksinasi Anti-Virus Covid-19 untuk civitas academica SMA Kolese Loyola dan SMK PIKA Semarang. Renungan di hari pertama triduum adalah “Bertobat itu Berubah”. Hari kedua, “Bertobat itu Merencanakan Hidup”. Akhirnya hari ketiga, “Bertobat itu Berbuat.” Dalam homili di hari pertama triduum, Pater Bas Sudibyo, SJ, mengajak kita semua memaknai bahwa “Bertobat itu Berubah” berarti menanggalkan identitas lama, yang penuh dosa, dan mulai mengenakan identitas baru sebagai pengikut Kristus. Renungan hari pertama diwarnai dengan renungan mengenai perjalanan sejarah perubahan identitas dari Inigo de Loyola menjadi Ignatius Loyola. Perubahan identitas tersebut diawali dengan melihat Peristiwa Canonball Inigo sebagai “blessing in disguise”, yang menjadi titik awal dari perubahan hidup Inigo. Ketidakberdayaan Inigo diisinya dengan permenungan mengenai kehidupan Yesus (Imitatio Christi) dan Kisah Santo-Santa (Flos Sanctorum). Setelah itu, kami merenungkan terhadap pengalaman penyerahan pakaian perang Inigo di hadapan Bunda Maria & pengalaman latihan rohaninya di Manresa. Kematangan diskresi Ignatius untuk memutuskan mengabdi Allah membawanya pada perubahan baru di hidupnya. Renungan di atas menjadi pintu masuk lebih dalam pada permenungan di hari kedua, “Bertobat itu Merencanakan Hidup.” Dalam homili di triduum hari kedua, Pater Vico Cristiawan, SJ, mengajak untuk mencermati dan memaknai momen “perubahan” rancangan Ignatius Loyola. Kegagalan rancangannya untuk tinggal di Yerusalem oleh karena kehendak Allah melalui keputusan Gereja Katolik, justru semakin membuatnya sadar: Apa yang sebenarnya Tuhan kehendaki padaku? Perencanaan hidup sebagai bagian jalan pertobatan senantiasa memberikan momen atau waktu untuk lebih banyak dan semakin peka mendengarkan kehendak Allah melalui pengalaman-pengalaman yang membentur atau menyentuh diri kita. Perencanaan hidup yang didasarkan pada kehendak Allah ditandai dengan upaya melatihkan terus-menerus proses berdiksresi dan memutuskan langkah-langkah hidup baru dan lebih baik, yang akan dilakukan ke depannya. Beberapa langkah atau semacam tips yang dilakukan Ignatius Loyola bersama 9 temannya adalah melalui Ekaristi dan Latihan Rohani, mereka mencoba berdiskresi dengan hening keputusan hidup baru yang mereka lakukan. Renungan di atas membantu kami merenungkan bahwa pertobatan tidak cukup berhenti pada perencanaan semata, melainkan harus dilakukan dalam tindakan konkret. Dalam homilinya pada hari ketiga Triduum, Pater Yakobus Rudyanto, SJ, mengajak kami merenungkan bahwa “Bertobat itu Berbuat.” Menyatakan cinta dan kehendak untuk mengikuti Tuhan tidak cukup berhenti pada kata-kata atau perencanaan semata, melainkan harus diwujudkan dalam perbuatan konkret. Pater Rudy mengajak kami mencecap-cecap secara mendalam bahwa “cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan, daripada kata-kata.” Kami diajak untuk melihat pengalaman Vaksinasi Anti-Virus Covid-19 bagi civitas academica SMA Kolese Loyola dan SMK PIKA, Semarang. Kerja keras para panitia penyelenggara dan kehendak para peserta vaksinasi untuk menjadi lebih sehat menjadi bukti nyata bahwa Tuhan mengajari kami bahwa cinta dan kepedulian akan upaya melawan pandemi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa cinta dan kepedulian untuk melawan pandemi dapat menjadi sarana untuk mencintai dan memuliakan Tuhan.  Akhirnya rangkaian Triduum tersebut ditandai dengan pemberkatan air sebagai Air Ignatius. Harapannya, melalui sarana Air Ignatius, kami dibantu untuk berdevosi dan berupaya memekakan hati, budi, kehendak, dan tindakan kami untuk semakin mencintai Allah dalam hidup kami sehari-hari. Air Ignatius tersebut dibagikan kepada siapapun yang membutuhkan bantuan devosi akan St. Ignatius Loyola. Triduum permenungan 500 Tahun Pertobatan Ignatius Loyola kami simpulkan pada dalam Perayaan Ekaristi 31 Juli 2021 dalam Peringatan St. Ignatius Loyola secara daring. Bersama dengan para civitas academica SMA Kolese Loyola, Pater Rudy, SJ, mengajak umat untuk merenungkan bahwa mengikuti Tuhan adalah senantiasa berdiskresi, membuat keputusan, dan kemudian melaksanakan rancangan-rancangan hidup yang sudah didasari pada keyakinan bahwa Allah mengehendakinya demikian. Peringatan St. Ignatius Loyola tersebut ditutup dengan pemberian penghargaan terhadap para staff SMA Kolese Loyola yang telah 25 tahun bekerja dan melayani seluruh civitas academica SMA Kolese Loyola. Merekalah inspirasi konkret bahwa cinta pada Allah melalui pelayanan harus senantiasa diwujudkan dalam perbuatan daripada sekadar kata-kata. Ad Maiorem Dei Gloriam! Kontributor : Br. Nicolaus David, SJ – St. Ignatius Loyola Community, Semarang

Komunikator

Webinar J-Live: Dari Inigo Ke Ignatius

Pandemi sudah berlangsung hampir setahun lebih dan tanpa disadari, sudah dua kali ini Serikat Jesus Provinsi Indonesia merayakan Pesta Santo Ignatius Loyola tanpa bertemu secara fisik dalam kelompok besar sesuai dengan kebiasaan yang terjadi sebelum adanya pandemi Covid-19. Perayaan Santo Ignatius Loyola kemudian dilakukan di komunitas masing-masing dalam kelompok kecil, tetapi tentu saja tanpa mengurangi makna yang dapat dicecap dari teladan sang pendiri Serikat. Perjumpaan di dalam ruang virtual merupakan salah satu cara bertindak di tengah pandemi ini karena perjumpaan secara langsung membawa risiko yang besar bagi kesehatan masing-masing orang. Ada beberapa kegiatan yang diadakan dalam rangka memperingati Pesta Santo Ignatius Loyola secara virtual tahun ini. Salah satunya adalah Webinar yang diadakan oleh Majalah Rohani. Majalah Rohani bekerja sama dengan Jesuit Insight mengadakan J-Live dalam format webinar untuk merayakan Hari Raya Peringatan Santo Ignatius Loyola pada tanggal 31 Juli 2021. Selain itu, J-Live ini diadakan juga dalam rangka memperingati 70 tahun Majalah Rohani. Tema webinar J-Live kali ini adalah Dari Inigo ke Ignatius, mengenai perubahan, pertobatan dan transformasi yang dialami oleh Santo Ignatius dalam mengikuti Sang Raja Abadi. Ibu Mg. Sulistyorini, Direktur Eksekutif PT Kanisius yang juga seorang pembelajar spiritualitas Ignatian, menjadi pembawa acara pada kesempatan tersebut. Romo Nano SJ dan Romo Paul SJ menjadi pembicara. Romo Sindhu selaku pelindung Majalah Rohani memberikan rangkuman dan menggaris bawahi beberapa poin penting dari apa yang disampaikan oleh narasumber. Perjumpaan ini dilakukan dari beberapa tempat yang berbeda. Ibu Sulistyorini membawa acara dari kantor PT Kanisius, Romo Nano SJ di Girisonta, Romo Paul SJ di Seminari Mertoyudan, Romo Sindhu di Kolsani dan tim Jesuit Insight juga di Kolsani. Akan tetapi, semuanya bisa berjumpa secara daring-sinkronus. Teknologi menjadi sarana yang sungguh membantu kerasulan dan pelayanan di masa pandemi ini. Webinar berlangsung selama 90 menit, dari pukul 20.00 hingga 21.30 WIB, dengan jumlah penonton mencapai 285 viewers pada saat livestreaming tersebut. Terdapat beberapa pertanyaan yang muncul terhadap apa yang disampaikan oleh masing-masing pembicara. Sayangnya, tidak semua pertanyaan itu dapat dijawab satu per satu karena keterbatasan waktu dan juga karena banyaknya pertanyaan yang ada. Romo Nano SJ dan Romo Paul SJ memilih beberapa pertanyaan serta kemudian menjawabnya dengan sangat baik. Dari semua komentar yang bermunculan, semuanya memberikan kesan positif dan menyatakan rasa syukur mereka karena boleh mengenal spiritualitas Ignatian. Romo Nano sendiri menyebut mereka sebagai “Ignatian Lovers”. Romo Sindhu akhirnya memberi kata penutup pada penghujung sesi webinar ini, merangkum dari beberapa poin penting dari apa yang disampaikan oleh para pembicara. Tentu saja tujuan lain dari diadakannya webinar ini adalah untuk mengenalkan Majalah Rohani ke khalayak yang lebih luas, terlebih karena sudah 70 tahun Majalah Rohani ada dan semakin ingin menegaskan eksistensinya. Terwujudnya webinar ini tentu saja karena kerjasama dari beberapa pihak, dari pembawa acara, pembicara, frater Kolsani yang menjalani ad-extra di Majalah Rohani, yaitu Fr. Siwi dan Fr. Suroso serta Fr. Tiro yang bertugas di balik layar bersama dengan Jeje dari Komsos Kotabaru, hingga para pemirsa yang menyaksikan webinar dengan segala dukungan yang diberikan. Semoga Majalah Rohani tetap eksis dan mampu bekerja sama dengan banyak pihak untuk semakin mengenalkan spiritualitas, menunjukkan jalan kepada Allah di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini.  Kontributor : Joseph Marendra Dananjaya, S.J. – Jesuit Insight

Prompang

Gaya Kekinian Mewartakan Warisan Rohani St. Ignatius

Menyambut pesta St. Ignatius Loyola, Tim Promosi Panggilan Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Prompang SJ) mengadakan Novena melalui Live Instagram. Acara Novena yang diberi judul “9 Hari bersama Ignatius” tersebut dimulai pada 23 Juli hingga 31 Juli 2021. Bahan-bahan diambil dari Novena St. Ignatius yang dibuat Rm. L.A. Sardi SJ dan dikemas dalam bentuk percakapan rohani virtual. Terdapat sembilan kisah tentang Ignatius Loyola yang menjadi tema percakapan antara lain: kisah St. Ignatius di Pamplona (hari I), Loyola (hari II), Aranzazu (hari III), Montserrat (hari IV), Manresa (hari V), Yerusalem (hari VI), Alcala (hari VII), Paris (hari VIII), Roma( Hari IX).  Agar lebih kaya, novena melibatkan 19 Jesuit dan 10 kolaborator awam yang berasal dari Magis Indonesia, CLC, Kelompok Latihan Rohani Pemula (LRP), peserta Prompang SJ dan guru-guru Kolese. Dengan dijiwai spirit Tahun Ignatian 2021 yaitu “Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus”, novena ini tergolong unik karena tim Prompang SJ memakai metode di luar kebiasaan. Kalau biasanya novena berbentuk perayaan ekaristi, ibadat maupun doa, Novena “9 Hari Bersama Ignatius” ini dikemas dalam bentuk percakapan 2-4 orang tiap harinya yang bertolak dari kisah hidup St. Ignatius.  Tim Prompang SJ juga memilih Live Instagram (Live IG) sebagai media yang digunakan. Sebuah media yang lazim digunakan anak muda tapi ternyata baru bagi sebagian Jesuit yang terlibat dalam novena tersebut. Pater Provinsial yang turut serta dalam novena mengakui bahwa ini merupakan kali pertama beliau menggunakan platform Live IG.  Mengapa tim Prompang SJ memilih metode ini? Alasannya sederhana, tim Prompang SJ ingin menyebarluaskan warisan St. Ignatius kepada orang muda sekaligus menekankan kembali pentingnya percakapan rohani. Perlu diingat bahwa kelahiran Serikat Jesus berawal dari percakapan antara St. Ignatius dan sahabat-sahabatnya. Sarana Live Instagram ini dipilih karena lebih menarik, cair ramah bagi orang muda. Gaya kekinian sharing iman ini juga bisa memberikan engagement. Sesuatu yang paling dirindukan orang muda di masa pandemi ini dan siapa tau bisa membangkitkan panggilan menjadi Jesuit di hati mereka. Novena “9 Hari Bersama Ignatius” ini berangkat juga dari kondisi aktual para Jesuit dan kolaborator awam yang terlibat. Acara berdurasi satu jam itu dikemas secara ringan tanpa mengurangi unsur kemendalaman. Misalnya P. Effendy Kusuma Sunur dalam Novena ke 7 Alcala menceritakan kegelisahannya saat membuka tempat isoman bagi para penderita Covid – 19 di Wisma PTPM Sosrowijayan Yogyakarta. P. Effendy kemudian mengkaitkan pengalamannya tersebut dengan kisah St. Ignatius saat menghadapi tantangan di Alcala.  Laurentia Bertha dari CLC Bandung, dalam Novena ke 4 Montserrat bercerita mengenai bagaimana ia bergulat dengan berbagai pilihan dalam hidupnya. Pengalaman St. Ignatius di Montserrat membantunya untuk pada akhirnya berani mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.  Selama sembilan hari novena, netizen yang setia mengikuti Live IG berjumlah sekitar 40-110 orang setiap harinya. Saat ini tayangan novena tersebut masih dapat diakses di akun Instagram Prompang SJ dengan jumlah view sekitar 800 hingga mencapai 1400 view untuk masing-masing permenungan. Kita berharap bahwa para peserta yang mengikuti novena ini sungguh merasa terbantu memahami dan merefleksikan kisah hidup Ignasius. Akun Instagram Prompang SJ sendiri saat ini telah diikuti oleh 5.200 followers dan menjadi salah satu platform andalan untuk mempromosikan Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Novena “9 Hari Bersama Ignasius” melalui Instagram adalah konfirmasi bahwa warisan rohani Ignatius bersifat adaptif dan kontekstual. Novena ini juga menjadi pemantik bagi Jesuit, kolaborator awam dan para sahabat Ignatius untuk terus tak kenal lelah menggali warisan-warisan St. Ignatius. Melalui percakapan, benih persahabatan tumbuh dan pada akhirnya berbuah pada lahirnya Serikat Jesus. Kita harus yakin bahwa setiap kali seseorang menggali lagi warisan kerohanian St. Ignatius, dia sedang melahirkan kembali semangat Latihan Rohani. Juga setiap kali para anggota Serikat membangun dan mengokohkan persahabatan dengan sesama Jesuit dan kolaboratornya, dia meneguhkan kembali lahirnya Serikat Jesus yang memiliki misi di dunia untuk menyelamatkan jiwa – jiwa dan membawa kebaikan demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Laugh and grow strong. AMDG! Kontributor : S. Aditya C. Manggala, SJ & S. Andreas A. Mantiri, SJ – Tim Prompang SJ

Komunikator

Pertobatan Ignatius: Ibu dari segala Pertobatan

Doa Vigili St. Ignatius diadakan sehari sebelum peringatan St. Ignatius Loyola yang jatuh setiap tanggal 31 Juli. Doa Vigili Santo Ignatius tahun ini diadakan bersama seluruh-Asistensi Asia Pasifik (JCAP). Dengan menggunakan susunan ibadat sore, keunikan vigili tahun ini  adalah setiap Provinsi atau Regio yang tergabung dalam JCAP memanjatkan atau melantunkan doa dalam bahasa nasional mereka masing-masing. Doa dilakukan serempak pada 31 Juli 2021 secara daring pukul 18.00 waktu Jakarta atau 19.00 waktu Manila dan 20.00 waktu Tokyo. Doa ini disiarkan melalui platform media sosial Facebook dengan akun JCAPSJ dan Youtube dengan kanal Jesuit Conference Asia Pacific. Pater Antonio Moreno, S.J., Presiden JCAP, dalam pengantarnya menyinggung tentang kisah pertobatan Ignatius dengan pandemi yang sedang kita alami ini. Pandemi telah memakan banyak korban meninggal dan mengakibatkan banyak orang menderita. Pater Toni juga mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa politik di Myanmar yang juga menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan penderitaan. Tidak sedikit orang harus mengungsi karena nyawa mereka terancam. Saat ini kita pasti merasa prihatin karena pengangguran di banyak tempat dan ancaman bahaya kelaparan yang tidak kunjung bisa diatasi. Keadaan ini diperburuk dengan terjadinya banyak bencana alam di beberapa tempat di Asia Pasifik. Pater Toni mengajak kita semua untuk berdoa bersama, merefleksikan, dan berjuang bersama mengatasi semua ini sesuai dengan talenta masing-masing sehingga pada akhirnya kita akan mampu memandang segala sesuatu secara baru di dalam Kristus.   Setelah pengantar, dilanjutkan dengan bacaan pertama yang diambil dari Kitab Ulangan 30: 15-20. Jo Nolasco, Asisten Direktur Administrasi dan Keuangan EAPI (East Asian Pastoral Institute), Manila, membacakannya dengan cukup jelas. Bacaan ini mengandung ajakan untuk mengikuti Tuhan yang benar agar kita semua dan keturunan kita senantiasa mendapat perlindungan dari Tuhan.   Setelah bacaan pertama, disampaikan renungan dalam bahasa Tetun oleh Superior Regional Timor Leste, Pater Joaquim Sarmento, S.J. Dalam renungannya ia menggarisbawahi tentang dunia kita saat ini di mana banyak terjadi peristiwa-peristiwa kekerasan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakadilan yang semakin meluas. Ia mengajak kita agar semakin berani meneladan pertobatan Santo Ignatius yang melatih kita dalam menentukan pilihan yang mengarah pada kehidupan. Ini berarti kita harus berani melawan segala hal yang memisahkan kita dengan Tuhan dan menolak pilihan yang seolah baik namun justru membawa kita kepada kematian. Memilih jalan Tuhan berarti memilih jalan kehidupan. Dunia kita, yang diperburuk dengan pandemi, semakin diliputi oleh kegelapan. Bumi kita saat ini sedang berduka. Akan tetapi kita pantas bersyukur karena telah diwarisi oleh Santo Ignatius satu hal yang sangat berharga, yaitu discernment. Discernment bukan melulu perkara memilih kehidupan atau kematian, kebaikan atau keburukan, tetapi lebih pada perilaku dalam hidup sehari-hari yang senantiasa memilih segala hal demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Liz Kim, Koordinator Program Internasional Jesuit Mission Australia, membacakan bacaan kedua yang diambil dari Kitab Sirakh 7:32-36. Bacaan kedua ini mengajak kita agar senantiasa memberi perhatian kepada mereka yang miskin, sakit, dan tersingkir. Kita harus bermurah hati kepada semua ciptaan, bahkan kepada mereka yang sudah tiada.   Setelah bacaan kedua, doa vigili dilanjutkan dengan pembacaan cuplikan Autobiografi St. Ignatius oleh S Joseph Wong, S.J. dari Provinsi Cina. Cuplikan yang diambil adalah mengenai kisah Santo Ignatius yang sangat aktif tetapi tiba-tiba harus berdiam diri. Ini sangat menyiksanya namun demikian justru itulah cara Tuhan bekerja membawa Ignatius kepada pertobatan sejatinya.   Setelah itu, doa dilanjutkan dengan pendarasan Mazmur 145-146 oleh para skolastik Kolese Hermanum, Jakarta dalam bahasa Indonesia yang diberi subtitle Bahasa Inggris. Seusai pendarasan Mazmur dilanjutkan pembacaan Injil Markus 4:35-41 dalam bahasa Inggris. Injil ini tidaklah dibacakan seperti dua bacaan sebelumnya melainkan hanya ditampilkan slide dengan musik latar yang mendukung. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada para peserta doa agar dapat turut serta dalam doa vigili dengan cara membaca Injil secara pribadi. Kisah Injil yang dipilih adalah Yesus yang meredakan badai di lautan.  Br Jasper Ong, S.J. dari Regio Malaysia-Singapura, memberikan renungan atas Bacaan Injil. Ia menyampaikan bahwa pandemi itu ibarat badai dalam bacaan Injil. Pandemi membuat kita semua khawatir akan tenggelam bahkan perasaan frustrasi mendalam. Hal sama dirasakan oleh para murid ketika mereka dilanda badai di samudera luas. Pengalaman para murid mengajak kita untuk bercermin pada kisah pertobatan Santo Ignatius. Setelah Ignatius mendapat canonball moment, ia pun sempat jatuh pada keputusasaan dan gejolak karena hidup lamanya hingga akhirnya Allah sendiri hadir dan memberi rahmat ketenangan dalam dirinya. Setelah renungan Injil, doa dilanjutkan dengan refleksi dari Provinsi Jepang yang digambarkan dengan kisah rutinitas sehari-hari dan ditutup dengan minum teh. Minum teh ala Jepang ini hendak menggambarkan kehendak kita untuk berhenti sejenak dari rutinitas agar bisa berefleksi dan bersyukur kepada Tuhan melalui doa. Dalam merayakan syukur ini, kita juga memohon agar Tuhan berkenan membimbing kita sebagaimana Ia membimbing Santo Ignatius menuju pertobatan sejatinya. Para skolastik di Arrupe International Residence yang berasal dari Thailand, Myanmar, Kamboja, Timos-Leste, Fillipina, dan Vietnam juga berpartisipasi dengan menyanyikan lagu As I Kneel Before You di mana lirik pada ayat dinyanyikan dalam bahasa nasional masing-masing skolastik. Doa vigili Santo Ignatius ini diakhiri dengan doa penutup dan berkat oleh Pater Kim Yong-su, S.J., Provinsial SJ Korea. Ia mendoakan kita semua agar karena didorong oleh semangat pertobatan Santo Ignatius kita semakin dimampukan untuk mengambil peran dalam mewujudkan preferensi kerasulan universal Serikat Jesus bersama para rekan berkarya kita dan semua orang yang berkehendak baik.  Selamat merayakan pesta Santo Ignatius. Kontributor : Herman Wahyaka