Doa Vigili St. Ignatius diadakan sehari sebelum peringatan St. Ignatius Loyola yang jatuh setiap tanggal 31 Juli. Doa Vigili Santo Ignatius tahun ini diadakan bersama seluruh-Asistensi Asia Pasifik (JCAP). Dengan menggunakan susunan ibadat sore, keunikan vigili tahun ini adalah setiap Provinsi atau Regio yang tergabung dalam JCAP memanjatkan atau melantunkan doa dalam bahasa nasional mereka masing-masing. Doa dilakukan serempak pada 31 Juli 2021 secara daring pukul 18.00 waktu Jakarta atau 19.00 waktu Manila dan 20.00 waktu Tokyo. Doa ini disiarkan melalui platform media sosial Facebook dengan akun JCAPSJ dan Youtube dengan kanal Jesuit Conference Asia Pacific.
Pater Antonio Moreno, S.J., Presiden JCAP, dalam pengantarnya menyinggung tentang kisah pertobatan Ignatius dengan pandemi yang sedang kita alami ini. Pandemi telah memakan banyak korban meninggal dan mengakibatkan banyak orang menderita. Pater Toni juga mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa politik di Myanmar yang juga menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan penderitaan. Tidak sedikit orang harus mengungsi karena nyawa mereka terancam. Saat ini kita pasti merasa prihatin karena pengangguran di banyak tempat dan ancaman bahaya kelaparan yang tidak kunjung bisa diatasi. Keadaan ini diperburuk dengan terjadinya banyak bencana alam di beberapa tempat di Asia Pasifik. Pater Toni mengajak kita semua untuk berdoa bersama, merefleksikan, dan berjuang bersama mengatasi semua ini sesuai dengan talenta masing-masing sehingga pada akhirnya kita akan mampu memandang segala sesuatu secara baru di dalam Kristus.
Setelah pengantar, dilanjutkan dengan bacaan pertama yang diambil dari Kitab Ulangan 30: 15-20. Jo Nolasco, Asisten Direktur Administrasi dan Keuangan EAPI (East Asian Pastoral Institute), Manila, membacakannya dengan cukup jelas. Bacaan ini mengandung ajakan untuk mengikuti Tuhan yang benar agar kita semua dan keturunan kita senantiasa mendapat perlindungan dari Tuhan.
Setelah bacaan pertama, disampaikan renungan dalam bahasa Tetun oleh Superior Regional Timor Leste, Pater Joaquim Sarmento, S.J. Dalam renungannya ia menggarisbawahi tentang dunia kita saat ini di mana banyak terjadi peristiwa-peristiwa kekerasan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakadilan yang semakin meluas. Ia mengajak kita agar semakin berani meneladan pertobatan Santo Ignatius yang melatih kita dalam menentukan pilihan yang mengarah pada kehidupan. Ini berarti kita harus berani melawan segala hal yang memisahkan kita dengan Tuhan dan menolak pilihan yang seolah baik namun justru membawa kita kepada kematian. Memilih jalan Tuhan berarti memilih jalan kehidupan. Dunia kita, yang diperburuk dengan pandemi, semakin diliputi oleh kegelapan. Bumi kita saat ini sedang berduka. Akan tetapi kita pantas bersyukur karena telah diwarisi oleh Santo Ignatius satu hal yang sangat berharga, yaitu discernment. Discernment bukan melulu perkara memilih kehidupan atau kematian, kebaikan atau keburukan, tetapi lebih pada perilaku dalam hidup sehari-hari yang senantiasa memilih segala hal demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
Liz Kim, Koordinator Program Internasional Jesuit Mission Australia, membacakan bacaan kedua yang diambil dari Kitab Sirakh 7:32-36. Bacaan kedua ini mengajak kita agar senantiasa memberi perhatian kepada mereka yang miskin, sakit, dan tersingkir. Kita harus bermurah hati kepada semua ciptaan, bahkan kepada mereka yang sudah tiada.
Setelah bacaan kedua, doa vigili dilanjutkan dengan pembacaan cuplikan Autobiografi St. Ignatius oleh S Joseph Wong, S.J. dari Provinsi Cina. Cuplikan yang diambil adalah mengenai kisah Santo Ignatius yang sangat aktif tetapi tiba-tiba harus berdiam diri. Ini sangat menyiksanya namun demikian justru itulah cara Tuhan bekerja membawa Ignatius kepada pertobatan sejatinya.
Setelah itu, doa dilanjutkan dengan pendarasan Mazmur 145-146 oleh para skolastik Kolese Hermanum, Jakarta dalam bahasa Indonesia yang diberi subtitle Bahasa Inggris. Seusai pendarasan Mazmur dilanjutkan pembacaan Injil Markus 4:35-41 dalam bahasa Inggris. Injil ini tidaklah dibacakan seperti dua bacaan sebelumnya melainkan hanya ditampilkan slide dengan musik latar yang mendukung. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada para peserta doa agar dapat turut serta dalam doa vigili dengan cara membaca Injil secara pribadi. Kisah Injil yang dipilih adalah Yesus yang meredakan badai di lautan.
Br Jasper Ong, S.J. dari Regio Malaysia-Singapura, memberikan renungan atas Bacaan Injil. Ia menyampaikan bahwa pandemi itu ibarat badai dalam bacaan Injil. Pandemi membuat kita semua khawatir akan tenggelam bahkan perasaan frustrasi mendalam. Hal sama dirasakan oleh para murid ketika mereka dilanda badai di samudera luas. Pengalaman para murid mengajak kita untuk bercermin pada kisah pertobatan Santo Ignatius. Setelah Ignatius mendapat canonball moment, ia pun sempat jatuh pada keputusasaan dan gejolak karena hidup lamanya hingga akhirnya Allah sendiri hadir dan memberi rahmat ketenangan dalam dirinya. Setelah renungan Injil, doa dilanjutkan dengan refleksi dari Provinsi Jepang yang digambarkan dengan kisah rutinitas sehari-hari dan ditutup dengan minum teh. Minum teh ala Jepang ini hendak menggambarkan kehendak kita untuk berhenti sejenak dari rutinitas agar bisa berefleksi dan bersyukur kepada Tuhan melalui doa. Dalam merayakan syukur ini, kita juga memohon agar Tuhan berkenan membimbing kita sebagaimana Ia membimbing Santo Ignatius menuju pertobatan sejatinya.
Para skolastik di Arrupe International Residence yang berasal dari Thailand, Myanmar, Kamboja, Timos-Leste, Fillipina, dan Vietnam juga berpartisipasi dengan menyanyikan lagu As I Kneel Before You di mana lirik pada ayat dinyanyikan dalam bahasa nasional masing-masing skolastik.
Doa vigili Santo Ignatius ini diakhiri dengan doa penutup dan berkat oleh Pater Kim Yong-su, S.J., Provinsial SJ Korea. Ia mendoakan kita semua agar karena didorong oleh semangat pertobatan Santo Ignatius kita semakin dimampukan untuk mengambil peran dalam mewujudkan preferensi kerasulan universal Serikat Jesus bersama para rekan berkarya kita dan semua orang yang berkehendak baik.
Selamat merayakan pesta Santo Ignatius.
Kontributor : Herman Wahyaka