Pilgrims of Christ’s Mission

serikat yesus

Provindo

Panduan Cara Doa dan Cara Hidup St. Ignatius Loyola (1)

Latihan Rohani Dari perjalanan pertobatannya yang dimulai di Loyola (Autobiografi 1- 12) hingga masa-masa kematangan rohaninya dan wafat di Roma, 31 Juli 1556 sebagai Superior Jenderal Serikat Jesus, St. Ignatius mencatat pembelajaran tentang bagaimana dirinya dididik oleh rahmat-rahmat Tuhan. Narasi bagaimana dari waktu ke waktu dan tempat ke tempat dia dididik oleh Tuhan tertuang di dalam Autobiografi-nya (Wasiat dan Petuah St. Ignatius, Kanisius, 1996). Sementara cara bagaimana seseorang mendisposisikan diri supaya bisa dididik oleh rahmat-rahmat Tuhan diwariskan di dalam buku Latihan Rohani. Buku kecil ini merupakan buku praktik olah rohani dan berisi cara-cara berdoa serta bahan-bahan doa yang diambil dari Kitab Suci serta bahan-bahan renungan khusus pengalaman St. Ignatius. Sebagai buku panduan praktik (manual), yang melaksanakan pertama kali dari isi buku ini adalah St. Ignatius sendiri. Dalam konteks ini, oleh karenanya, Latihan Rohani bukan hanya buku panduan doa tetapi pada akhirnya adalah juga panduan hidup sebagai orang beriman untuk menjalani panggilannya di tengah dunia. Dan memang begitulah corak kerohanian yang dilatihkan oleh cara-cara doa, yaitu mengantar ke praksis hidup yang oleh Jerónimo Nadal dirumuskan jalinan keutuhannya dengan spiritu (dari Roh), corde (dengan hati), dan practice (dalam tindakan nyata). Dalam bahasa lain dirumuskan bahwa kesempurnaan doa adalah kasih, dan kasih diwujudkan di dalam tindak nyata dan praksis hidup. Jalinan doa dan praksis hidup dengan tegangannya yang sehat dan juga kreatif (healthy and creative tension) ini perlahan-lahan membentuk sikap dan kepekaan rohani seseorang yang kemudian melahirkan kemampuan untuk mengalami kehadiran dan rahmat Tuhan di dalam segala hal (finding God in all things).   Demikianlah kita memahami ketika menjelaskan kepada Gonçalves da Camara, St. Ignatius mengatakan bahwa Latihan Rohani ditulis tidak dalam satu saat saja. “Beberapa hal yang diperhatikan dengan cermat di dalam hatinya sendiri dan yang dipandang berguna , dianggap dapat berguna untuk orang lain pula, begitu ia menuliskannya, misalnya pemeriksaan batin  … bagian mengenai pemilihan (eleksi) diperoleh dari pembedaan dalam roh dan pikirannya yang dialami waktu di Loyola ketika kakinya masih sakit” (Autobiografi 99). St. Ignatius sendiri juga meyakinkan Latihan Rohani yang dijalaninya sendiri lalu dituliskan sebagai panduan menjalaninya untuk orang lain sebagai sarana merasul yang bermanfaat untuk membantu sesama. Dalam suratnya kepada Fulvio Androzzi St. Ignatius menegaskan hal ini (San Ignacio de Loyola, Obras,  1997, 1099-1101 dan di Loyola, Gli Scritti 2007, 1466-1468). “Saudara yang saya hormati, Saudara tahu bahwa ada sarana yang istimewa di antara sarana-sarana yang bermanfaat membantu orang-orang. Yang saya maksud adalah Latihan Rohani. Karena itu, saya mengingatkan Saudara, bahwa Saudara mesti menggunakan sarana Latihan Rohani ini, yang demikian akrab sebagai sarana merasul Serikat Jesus. Minggu Pertama dan beberapa cara berdoa dapat diberikan kepada banyak orang.” Demikian, melalui Latihan Rohani St. Ignatius menyediakan ringkasan kesempurnaan hidup rohani dan menyajikan bagaimana melatihnya di jalan dan keseharian hidup ini. Tidak dalam arti menyediakan program kesempurnaan siap pakai (ready-made), melainkan menyediakan cara dan jalan yang mesti dipraktikkan dan dibiasakan dengan tekun baik sebagai cara doa maupun cara hidup, terutama di dalam menimbang dan membuat pilihan-pilihan atau keputusan. Biasa dikenal dengan berdiskresi dan membuat eleksi (Ignatius Iparraguirre, S. J., A Key to the Study of the Spiritual Exercises, 1959, 38-40). Dengan demikian, kepada orang yang pernah mendengar nama Latihan Rohani St. Ignatius Loyola dan berkenalan dengan Serikat Jesus atau karyanya, tetapi diganggu oleh rasa ingin tahu tentang Latihan Rohani dibukakan salah satu jawaban penting dan strategis, yakni  Latihan Rohani dimengerti untuk dipraktekkan atau dipahami dengan dijalani. Bagi kehidupan rohani, buku kecil ini  menempatkan supremasi praktik dan latihan. Artinya, buku merupakan panduan untuk menjalani latihan rohani yang isinya membiarkan diri dibimbing oleh rahmat-rahmat Tuhan yang diyakini terus bekerja. Letak rahasia dan efektivitasnya adalah ketika seseorang bertekun melatih dan mempraktekkannya dengan bantuan seorang pembimbing.    Cara-cara dan bahan doa Latihan Rohani memuat cara-cara doa, bahan-bahan doa beserta tuntunan dan panduan serta dinamikanya. Dimulai dengan catatan pendahuluan yang terdiri atas dua puluh nomor. Catatan-catatan ini memberi keterangan mengenai apa itu Latihan Rohani, bagaimana menggunakannya, sikap-sikap apa yang mesti dimiliki supaya Latihan Rohani yang dijalani tertata, efektif sekaligus dinamis dengan buah-buah yang diharapkannya. Keterangan dua puluh nomor (LR 20)  juga menyebut syarat-syarat untuk menjalani latihan rohani dari sisi usia dan kekuatan, pendidikan, kemampuan dan kesibukan. Bisa dibayangkan disini beragam pelaku Latihan Rohani dan latar belakangnya, tetapi satu tujuannya, menaklukkan diri dan mengatur hidup supaya selaras dengan kehendak Tuhan serta membangun disposisi untuk rahmat-rahmat Tuhan.   Catatan-catatan tersebut seperti pedoman melangkah dalam Latihan Rohani yang perlu   diperhatikan dan ditepati secara teliti supaya proses Latihan Rohani berjalan efektif dan orang mengalami banyak rahmat bimbingan Tuhan. Setelah Latihan Rohani berjalan pun, untuk mengawal kesungguhan, kedisiplinan dalam menjalani latihan rohani St. Ignatius menyajikan sepuluh aturan tambahan (LR 73 -90). Dikatakan bahwa aturan ini dimaksudkan supaya seseorang dapat lebih baik dalam melakukan Latihan Rohani dan mendapatkan rahmat yang diinginkan. Isinya antara lain preparasi doa meditasi dan kontemplasi serta refleksi; Misalnya, ketika seseorang telah menetapkan akan melakukan doa pada pagi hari dengan bahan Kitab Suci, pada malam hari sebelum tidur sudah mempersiapkan dan mengingatnya. Lalu pada saat bangun segera mengarahkan perhatian pada bahan yang akan direnungkan (LR 73-74). Untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan, setiap kali memulai doa dan berada di tempat meditasi atau kontemplasi, sejenak  mengarahkan hati serta menyadari bahwa kita berada di hadirat Tuhan dan menyadari bahwa “Tuhan memandangku”,   lalu membuat penghormatan (LR 75). Mengenai refleksi, dikatakan bahwa setiap kali selesai latihan rohani mengambil waktu untuk melihat proses dan isi latihan rohani serta memperbaiki yang kurang dan mensyukuri serta mempertahankan yang sudah berjalan baik (LR 77).    Setelah catatan pendahuluan (LR 1-20), dan masuk ke bahan pertama “Asas dan Dasar” (LR 23) yang menegaskan tujuan hidup, sikap terhadap ciptaan, serta ajakan untuk selalu memilih yang lebih (magis) mendukung tujuan diciptakan, St. Ignatius menyajikan dua nomor penting, tujuan Latihan Rohani serta suasana relasi dan komunikasi di dalam bimbingan Latihan Rohani. Dirumuskan dengan jelas bahwa tujuan Latihan Rohani adalah menaklukan diri dan mengatur hidup.  “Tujuan Latihan Rohani adalah menaklukan diri dan mengatur hidup sehingga tidak ada keputusan diambil di bawah pengaruh rasa lekat tidak teratur mana pun juga” (LR 21). Disadari bahwa di dalam mengolah hidup rohani, ada cacat

Provindo

Ekonomi Keselamatan Allah

Seminar Nasional Jesuit Indonesia Development Office Serikat Jesus Provinsi Indonesia baru saja mengadakan seminar nasional dengan tema “Prospek Ekonomi Indonesia di Era Pemerintahan Baru: Tantangan, Peluang, dan Catatan.” Seminar nasional ini diselenggarakan di Hotel Mulia Senayan, Jakarta pada Kamis, 30 Mei 2024. Seminar ini dihadiri sekitar 300 peserta. Hasil dana yang terkumpul dalam acara seminar ini digunakan untuk formasi atau pendidikan para calon imam/ bruder Serikat Jesus. Tak hanya itu, seminar ini juga menjadi ungkapan syukur Jesuit Indonesia atas ulang tahun Pater Franz Magnis-Suseno, S.J. ke-88 yang jatuh pada 26 Mei 2024 yang lalu.   Ada sebuah pertanyaan besar: mengapa Jesuit Indonesia menyelenggarakan seminar dengan tema ekonomi? Pertanyaan ini sering ditanyakan kepada Pater Effendi selaku Ketua Penyelenggara Seminar ini. Dalam sambutannya, Pater Effendi membingkai proses refleksi bersama ini dengan refleksi dari Kitab Kejadian. Usaha kita dalam merefleksikan perekonomian di Indonesia merupakan salah satu usaha konkret untuk terlibat aktif dalam “Ekonomi Keselamatan Allah.” Seminar ini menjadi sumbangan Jesuit Indonesia untuk pemerataan kemajuan perekonomian Indonesia.   Seminar Nasional ini dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah pemaparan latar belakang situasi, tantangan, dan peluang perekonomian Indonesia secara makro. Sesi ini dimoderatori oleh Prof Dr Eduardus Tandelilin M.B.A., dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dengan keynote speaker Menteri Keuangan Republik Indonesia, Dr. Sri Mulyani Indrawati, serta narasumber Dr. Mari Elka Pangestu (praktikus ekonomi) dan Dr. Cyrillus Harinowo (pakar ekonomi, Komisaris BCA). Sri Mulyani memaparkan bagaimana kondisi dunia pasca pandemi yang sedang tidak baik-baik saja, perubahan iklim, digitalisasi, serta tekanan geopolitik yang meningkat. Selain itu, ia juga mengingatkan akan pentingnya mengusahakan kebaikan bersama melalui penggunaan sumber daya negara dengan baik.     Sesi kedua adalah penajaman tema perekonomian Indonesia saat ini secara lebih spesifik. Yustinus Prastowo (Staf Khusus Menteri Keuangan) sebagai moderator menghadirkan situasi cair namun terarah saat narasumber Yanuar Nugroho, Ph. D. (Mantan Deputi II KSP 2015-2019), Benedictus Hari Juliawan, S.J. (Provinsial Serikat Jesus), dan Gregorius Hendra Lembong (Wakil Presiden Direktur BCA) menyampaikan presentasi kajian mereka. Sesi kedua ini membahas beban dan kondisi sandwich generation yang terjadi di kalangan orang muda. Sandwich generation ini bukanlah persoalan individu melainkan persoalan struktural meski di balik kelindan masalah tersebut terdapat peluang untuk memperbaikinya dengan cara membuka ruang dialog dengan pemerintah untuk melakukan reformasi perlindungan sosial.   Pater Franz Magnis-Suseno, S.J. menyampaikan catatan penutup dari masing-masing sesi seminar. Pater Magnis mengingatkan orang-orang muda untuk tetap berani berhadapan dengan realitas, salah satunya AI (Artificial Intelligence). Dalam kesempatan ini pula P. Magnis mendapat penghargaan Rekor MURI sebagai Begawan Filsafat Etika Indonesia atas sumbangsihnya bagi perkembangan filsafat dan kebudayaan di Indonesia.   Banyak pekerjaan rumah kita ke depan, seperti perbaikan tata kelola lembaga pemerintahan, keamanan data di era siber, dan peningkatan konsep kerja layak yang bagi semua orang. Jalanan masih sangat terjal untuk sampai ke sana, namun masih banyak harapan bagi pembangunan Indonesia ke depan. Semoga kita dapat terus berjalan bersama mengusahakan Indonesia yang semakin baik tanpa mengesampingkan yang kecil dan tersingkir.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator Jesuit Indonesia

Karya Pendidikan

“Mengenalkan Seminari dan Panggilan dengan Cara Kreatif”

Open House Seminari Mertoyudan Dalam rangka merayakan peringatan St. Petrus Canisius (PETCA), pelindung Seminari Mertoyudan, Seminari Mertoyudan menggelar acara Open House pada Minggu, 7 April 2024. Acara ini juga diadakan untuk mengenalkan panggilan dan seminari pada umat dan masyarakat sekitar. Dalam open house ini, lebih dari 1000 orang dari paroki-paroki se-Keuskupan Agung Semarang hadir, melihat apa saja yang ada di Seminari Mertoyudan, dan mengunjungi venue-venue yang disiapkan panitia. Acara open house berlangsung pada pukul 09.00 hingga 15.00 WIB.   Dalam open house ini, pengunjung dapat berkeliling seminari untuk melihat berbagai fasilitas yang ada termasuk Kapel St.Petrus Canisius yang ikonik dan lapangan sepak bola yang hijau nan ciamik. Salah satu anak PIA dari paroki Fatima Magelang mengatakan, “Wah, asyik ya di sini, bisa main bola. Lapangannya gedhe.” Ia bersama teman-temannya pun sempat mencicipi menendang-nendang bola di sana.   Selain bisa melihat-lihat, pengunjung juga bisa ikut bermain di Mertozone. Ada empat lokasi Mertozone dan di salah satu lokasinya, pengunjung dapat bermain meniup bola pingpong yang ditaruh di atas gelas berisi air. Pengunjung yang dapat memindahkan bola pingpong sampai ujung akan mendapatkan hadiah menarik yang disediakan oleh panitia. Di lokasi lain, ada permainan menembak target dengan pistol mainan dan teka-teki berhadiah. Mertozone ini ramai didatangi anak-anak hingga panitia yang menjaganya kewalahan. Wajar saja, anak-anak itu suka bermain apalagi jika berhadiah.     Seminari Mertoyudan memang sekolah untuk calon imam. Walaupun begitu, yang dikembangkan di seminari tidak hanya mengenai kerohanian dan pengetahuan tetapi juga minat masing-masing pribadi yang dapat berguna bagi kerasulan pastoral ke depannya. Minat-minat yang sudah terwadahi di seminari seperti olahraga, teater, orkes, tari, karawitan, sastra, seni lukis, seni fotografi, jurnalistik, pecinta alam, dan desain visual juga ditampilkan dalam open house baik dengan bentuk pameran, pertunjukan, maupun dengan stand-stand yang dihiasi hasil karya para seminaris.   Turut hadir juga perwakilan dari Kongregasi Suster SPM dan Kongregasi Bruder FIC yang mempromosikan panggilan hidup membiara. Pengunjung dapat lebih mengenali hidup membiara dan bertanya-tanya kepada suster dan bruder dengan datang ke stand mereka di area Joglo Semangat. Open house dimeriahkan juga dengan doorprize dan tampilan band-band yang diisi oleh para seminaris dan OMK sekitar seminari. Hal itu untuk memberi nuansa semangat muda di seminari yang sudah berusia 112 tahun saat ini. “Kita ini orang muda, maka kita tampilkan kemudaan kita sambil mengajak orang-orang muda lain untuk berani menjadi imam/biarawan-biarawati” tegas Adityo Seno, Seminaris KPA yang juga menjadi ketua panitia.   Tagline Open House tahun ini adalah Gelorakan Jiwa, Bagikan Cahaya. Dengan tagline itu, Seminari Mertoyudan berharap para pengunjung digelorakan jiwanya oleh Tuhan sendiri untuk lebih berani membagikan cahaya di tempat dan perannya masing-masing. Diharapkan dari acara open house ini, umat dan masyarakat sekitar semakin mengenal Seminari Mertoyudan dan semakin banyak pemuda yang tertarik untuk menanggapi panggilan Tuhan serta masuk mendaftar ke seminari. Come and Join Us!   Kontributor: S Bonifasius Dwi Vilas, S.J. – Seminari Mertoyudan

Karya Pendidikan

Lulus Sekolah untuk Apa?

Refleksi Retret Penegasan PIKA 49 Retret merupakan salah satu sarana bagi seseorang untuk hening sebelum mengambil keputusan penting. Bagi peserta didik kelas IV SMK PIKA Semarang, kesempatan retret dipakai untuk mengendapkan seluruh pengalaman mereka selama bersekolah guna melihat disposisi batin mereka sebelum mengakhiri pendidikan dan memulai perjalanan baru ke depan. Pengalaman magang tujuh bulan yang sebelum ini mereka alami tentu memberikan wawasan baru yang membantu mereka berdiskresi sebelum melanjutkan hidup mereka sesudah studi selesai.   Tanggal 15-17 April 2024 menjadi momen bagi peserta didik angkatan 49 untuk mengikuti Retret Penegasan. Peserta berjumlah 54 orang didampingi oleh empat pendamping dari Tim Ignatian sekolah yaitu Bp. Andhy, Bp. Eko, Bp. Tanto, dan Fr. Septian. Retret ini berlokasi di Rumah Retret Panti Semedi (RRPS) Sangkal Putung, Klaten.   Retret penegasan bertema Ite Inflammate Omnia (Go Forth and Set the World on Fire) hendak mengajak para peserta untuk mengendapkan seluruh pengalaman mereka selama empat tahun bersekolah di PIKA sehingga dapat memutuskan dengan kemerdekaan batin pilihan hidup setelah lulus. Peserta didik diharapkan tidak hanya memutuskan berdasarkan keinginan emosi sesaat, melainkan sampai pada kesadaran akan tujuan hidup yang ingin Allah tunjukkan pada mereka. Diharapkan mereka tidak hanya menjadi pribadi yang mengejar hal-hal duniawi semata, melainkan sampai pada tataran hidup untuk semakin mencintai Allah dengan segala sarana yang sudah mereka terima dengan lepas bebas. Ite Inflammate Omnia atau maju dan kobarkanlah dunia yang menjadi jargon untuk menumbuhkan kesadaran bahwa mereka diutus oleh Allah sendiri untuk menjadi agen perubahan yang positif di manapun mereka berada nantinya.     Secara umum, peserta retret merasa gembira karena dapat bertemu dengan teman-teman mereka setelah 7 bulan terpisah karena menjalani Praktik Kerja Industri (Prakerin) di berbagai tempat. Salah seorang peserta mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi kegiatan kebersamaan bersama angkatan yang terakhir sebelum mengakhiri masa pendidikan empat tahun mereka di SMK PIKA Semarang.   Acara diawali dengan melihat konteks angkatan 49 saat ini untuk mengetahui disposisi batin setiap peserta. Sebelum retret, para peserta diminta mengisi form untuk membuat konteks angkatan sebagai bahan dasar berefleksi. Dengan mengetahui disposisi batin, para peserta menyadari seperti apa kondisi angkatan mereka saat ini.   Selanjutnya, dilakukan sharing berdua-dua (Emmausan) agar para peserta bisa saling tukar pikiran dan pengalaman. Sharing ini pun diatur oleh tim agar tiap peserta dipasangkan dengan peserta yang belum begitu akrab. Dengan begitu, mereka bisa saling mengenal dan berbagi cerita pengalaman transformatif yang didapat.   Acara selanjutnya adalah sharing alumni yang dibawakan oleh Kevin dari angkatan 45. Melalui sharing alumni di hari pertama, para peserta memiliki perspektif bagaimana Kevin mengambil keputusan sebagai alumni PIKA. Tentu, PIKA memiliki keuntungan selain bisa kuliah, mereka dipersiapkan bekerja setelah lulus. Kevin juga memberikan motivasi untuk mengambil kesempatan seperti mengambil kerja sambil kuliah atau pun sebaliknya. Peserta diajak untuk tidak perlu malu selagi keputusan itu tidak membawa pada dosa. Selagi masih muda, jangan takut capek maupun gagal. Kalau jatuh 7 kali, berani bangkit 8 kali.   Sharing alumni ini kemudian diperdalam di hari kedua dalam sesi tentang diskresi dan dilanjutkan dengan bimbingan rohani. Melalui materi diskresi, para peserta diajak untuk menyadari berbagai aspek dalam mengambil keputusan penting seturut petunjuk Latihan Rohani (LR) St. Ignatius. Diawali dengan mengenali Asas Dasar LR 23, peserta diajak untuk mengarahkan tujuan pengambilan keputusan semata-mata untuk menanggapi cinta Tuhan yang begitu besar. Lalu dalam sesi diskresi I peserta diajak untuk melihat berbagai aspek dalam menimbang-nimbang keputusan yang tidak hanya didasarkan pada keinginan duniawi tetapi juga menyangkut pengembangan diri yang terarah pada makin lebih besarnya kemuliaan Tuhan. Di dalam diskresi II peserta diajak untuk belajar cara mengambil keputusan yaitu dalam situasi tenang dan kemerdekaan setelah mengenali berbagai aspek positif dan negatif suatu keputusan. Dalam sesi ini dipaparkan tentang berbagai distraksi yang perlu diperhatikan dalam wujud kelemahan yang mereka temukan. Sesi Diskresi III peserta diajak untuk melihat dampak keputusan yang diambil. Apakah keputusan itu terarah pada Tuhan atau keinginan duniawi, dan bagaimana cara mengatasinya, terlebih terhadap motivasi palsu yakni peran Roh Jahat yang menggiring ke arah egoisme pribadi.   Di antara sesi-sesi tersebut, peserta mulai diajak untuk melakukan bimbingan rohani bersama pendamping masing-masing. Peserta telah dibekali panduan serta pertanyaan yang perlu mereka jawab sehingga ketika proses bimbingan dapat terarah pada penegasan atas hal-hal yang sudah mereka refleksikan. Pendamping berusaha untuk mempertajam, mengoreksi, dan menunjukkan aspek-aspek lain yang dirasa belum peserta temukan dalam refleksi mereka. Ternyata hal tersebut amatlah membantu. Tidak jarang peserta juga menemukan kegalauan saat mengambil keputusan ke depan. Kecemasan akan kegagalan, yang terkait latar belakang keluarga yang memberi pengaruh besar pada pengambilan keputusan mereka sehingga belum sampai pada kemerdekaan batin yaitu lepas bebas.   Di hari ketiga, para peserta diajak untuk lebih rileks dengan melakukan outbound. Peserta diajak untuk berjalan berkeliling di luar kompleks Rumah Retret. Peserta dikondisikan untuk benar-benar serius dan dalam suasana reflektif, di hari ketiga ini dengan menikmati kebersamaan dalam wujud games bersama kelompok. Kebersamaan dan kekompakan bersama tim yang di dalamnya bukan merupakan teman dekat ternyata membantu mereka untuk saling mengenal.     Setelah serangkaian games yang menyenangkan, peserta diajak untuk mengevaluasi dan merumuskan niat-niat baru. Bruder Marsono, selaku kepala sekolah juga sempat hadir memberikan peneguhan bahwa hidup perlu disyukuri karena masih banyak orang muda di luar sana yang belum memiliki kesempatan seperti para peserta. Acara kemudian ditutup dengan perayaan Ekaristi oleh Pater Istanto, S.J. selaku Ketua Yayasan. Dalam Ekaristi tersebut ada empat orang perwakilan peserta yang membagikan buah-buah rohani mereka yang amat menyentuh dan mewakili perasaan teman-teman mereka. Kesadaran bahwa mereka dicintai dan dibentuk oleh Allah sendiri, baik saat di sekolah maupun magang tujuh bulan di berbagai tempat menyadarkan mereka bahwa hidup adalah sebuah perutusan. Hidup tidak hanya untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk dibagikan kepada semakin banyak orang yang membawa pada kebahagiaan sejati. Mereka diajak untuk menjadi manusia bagi sesama.   Akhirnya, kegiatan retret menjadi salah satu kegiatan wajib karena membantu peserta menapaki perjalanan hidup ke depan. Peserta diajak untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, melainkan juga terbuka pada tuntunan Allah. Itulah mengapa pendidikan sebaiknya tidak hanya memberi bekal pada aspek kognitif saja, melainkan juga dalam pendampingan spiritual.   Kontributor: S Yohanes Krisostomus Septian Kurniawan, S.J. – Tim Ignatian

Karya Pendidikan

Menggapai Excellence melalui Pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar

“I don’t know how to love Him, I don’t see why He moved me….” Demikian kalimat yang diucapkan oleh Maria Magdalena ketika merasakan ada perubahan telah terjadi dalam dirinya setelah mengenal Yesus. Kalimat ini merupakan bagian dari salah satu lagu yang masih terngiang-ngiang di komunitas Kolese Gonzaga setelah pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar karya Andrew Lloyd Webber and Tim Rice, 6 April 2024 lalu di Artpreneur Theater Ciputra, Kuningan, Jakarta Selatan.   Kerja Kolaboratif dalam Penyelenggaraan Pementasan Jesus Christ Superstar Salah satu misi Kolese Gonzaga adalah menyelenggarakan pendidikan karakter dan pembelajaran yang inovatif, kompetitif, dan integratif secara efektif dan efisien dengan menggunakan paradigma pedagogi Ignatian. Kolese Gonzaga secara konsisten berusaha mewujudkan misi tersebut dengan berbagai kegiatan pembelajaran baik akademik maupun non akademik. Sebagai sekolah Katolik, tentunya dua momen penting dalam kehidupan Yesus, yakni Natal dan Paskah, wajib dimaknai komunitas secara khusus dan lebih mendalam. Di akhir Semester Gasal TP 2023/2024, sebelum libur Natal 2023, Kolese Gonzaga menyelenggarakan Christmas Carol Concert, sembari mempersiapkan pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar dan pameran seni rupa yang dilaksanakan setelah libur Paskah 2024.     Casting untuk para pemeran utama sudah dilakukan sejak bulan Desember 2023. Proses seleksi yang detail langsung didampingi oleh penggagas kegiatan ini yakni Kepala Sekolah SMA Kolese Gonzaga, Pater Eduard Calistus Ratu Dopo, S.J. M.Ed., dan Pater Emmanuel Baskoro Poedjinoegroho, S.J., serta sutradara pementasan yakni Mas Rangga Riantiarno dan co-sutradara Mas D. Perthino Sebastian dari Teater Koma. Pater Edu dan Pater Baskoro serta para guru beralih peran menjadi pemandu bakat untuk mencermati talenta-talenta siswa. Para siswa yang memiliki kemampuan bermain musik juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi. Di awal Januari 2024 para siswa yang lolos seleksi sudah menjalani latihan. Para siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler Paduan Suara Suara Gonzaga atau dikenal dengan Surga, serta para siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler dance mulai berlatih juga. Intensitas latihan semakin bertambah mendekati hari pementasan.   Para siswa yang tidak menjadi pemeran, pemusik, penyanyi, maupun penari, diberi kesempatan untuk terlibat dalam kepanitiaan sebagai support system pementasan. Moderator, Pater Yulius Suroso, S.J., mengatur kegiatan-kegiatan pendukung acara pementasan sehingga semua tetap terdampingi dengan baik. Setiap kelas diberi kesempatan berpartisipasi mencari dana dengan kreativitas masing-masing. Ada yang menjual makanan, pernak-pernik, kaos, dan lain-lain secara bergantian melalui kegiatan Gonz Sale. Kegiatan pendukung ini pun ditanggapi secara antusias oleh para siswa dengan sedikit nuansa kompetitif tetapi tetap suportif. Promosi pertunjukan Jesus Christ Superstar dilakukan melalui berbagai platform, baik secara digital melalui media sosial, maupun promosi lewat paroki-paroki, dan melalui Opera Komedi Samadi. Tak jarang saat melakukan promosi penjualan tiket ke paroki-paroki para siswa ini diminta menunjukkan kepiawaiannya bernyanyi di hadapan para umat di halaman gereja.     Pembelajaran Sisi Akademik dan Non Akademik dalam Penyelenggaraan Kegiatan Melalui kegiatan ini, sekolah memberikan praktik olah rasa melalui seni pertunjukan, seni musik, seni suara, seni tari, seni sastra, dan seni rupa. Di sana juga ada praktik langsung leadership, entrepreneurship, keterampilan berkomunikasi, dan manajemen waktu. Secara akademik, kegiatan ini juga menjadi sarana project based learning mata pelajaran Bahasa Inggris, Sejarah, Sosiologi, Seni, dan Agama, serta Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Seluruh dialog yang dinyanyikan dalam pementasan terdiri atas 25 lagu berbahasa Inggris. Hal ini menuntut semua pemeran mampu mengucapkan setiap kata dengan vokal dan pelafalan yang benar dan mengungkapkannya dengan ekspresi mimik dan gerak tubuh yang sesuai. Sementara para siswa lainnya wajib mengasah kemampuan memahami dialog dan maknanya. Dalam pembelajaran integratif Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan, siswa diharapkan mampu menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan Yesus Kristus, termasuk kondisi politik, sosial, dan budaya pada masa itu, serta peran kekuasaan Romawi. Mereka diharap mampu mengidentifikasi alasan di balik penyaliban Yesus oleh penguasa Romawi dan otoritas Yahudi pada masa itu, dengan menyajikan konteks politik dan religius yang mempengaruhi keputusan penyaliban Yesus. Dari sisi pembelajaran Ekonomi, siswa diharap mampu menganalisis motif ekonomi yang melatarbelakangi perbuatan murid yang berkhianat, dan konsep pertukaran uang dengan produk dalam peristiwa murid yang “menjual” Yesus. Support system kegiatan pementasan ini pun menjadi sarana pembelajaran ekonomi yang berkaitan dengan strategi promosi, penjualan tiket, perhitungan kebutuhan, dan dana yang dibutuhkan. Dari sisi pembelajaran Sosiologi, siswa diharap mampu menunjukkan pemahaman yang kuat tentang konsep dasar teori konflik, ketidaksetaraan kekuasaan, dan pertentangan antar-kelompok dalam konteks sosial, termasuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat, sumber konflik, dan dampaknya terhadap dinamika sosial.     Pementasan Jesus Christ Superstar sebagai Ekspresi Talenta Panggung Artpreneur Theater Ciputra Kuningan, menjadi saksi proses latihan berbulan-bulan seluruh pihak yang terlibat. Pemeran, pemain musik, paduan suara, dancer, kerja keras panitia guru, dan siswa, serta dukungan orang tua siswa, Yayasan Wacana Bhakti, dan berbagai pihak lainnya bersama terlibat untuk menghasilkan pertunjukan yang luar biasa baik. Rasa lelah dan kerja keras selama persiapan seakan terbayar dengan banyaknya apresiasi dari para penonton yang memenuhi gedung teater berkapasitas 1240 orang tersebut. Lagu-lagu yang dinyanyikan tidaklah mudah. Johanes Bhre yang memerankan Yesus harus menyanyikan lagu dengan penuh kharisma. Lagu-lagu yang dinyanyikan Alonzo Nathaniel dan Aaron Miguel yang berperan sebagai Judas cukup banyak. Beberapa bernada tinggi dan bertempo cepat. Lagu-lagu yang dinyanyikan Gavriel Martahan pemeran Kayafas memiliki range nada yang sangat rendah, sehingga menuntut penyanyi bertipe vokal bas yang mantap. Sementara lagu-lagu yang dinyanyikan Raina dan Diana pemeran Maria Magdalena mengekspresikan kasih, perhatian, penyesalan, dan harapan. Wesley yang memerankan Raja Herodes bermain sangat ekspresif. Para pemain musik yang keren dan Paduan Suara “Surga” yang kompak serta para penari lincah yang sesekali melakukan salto, menampilkan suatu ekspresi multi talenta anak Gonzaga. Gambar-gambar latar yang disiapkan tim multimedia yang ditayangkan pada setiap peristiwa dalam layar LED ukuran 12×6,5 meter juga sangat mendukung suasana yang dikisahkan.     Pendidikan Ignatian dalam Pementasan Jesus Christ Superstar Melalui kegiatan pementasan Jesus Christ Superstar, seluruh komunitas Kolese Gonzaga sejatinya mengalami pembelajaran menggapai excellence dalam pengembangan diri yang berkaitan dengan core values sekolah. Nilai-nilai seperti Competence, Conscience, Compassion, dan Commitment bermuara pada Integrity dan Humanity. Dialog-dialog dalam opera ini menunjukkan sisi-sisi kemanusiaan dari diri Yesus. Orang-orang yang berada di sekelilingnya adalah manusia yang memiliki kelemahan dan mudah jatuh dalam dosa. Yudas, misalnya adalah seorang yang egois dan oportunis, mudah ingkar dan mencari keselamatan diri seperti yang ditunjukkan oleh Petrus. Namun yang terpenting adalah

Pelayanan Gereja

Bertualang di Bethlehem van Java

Sabtu, 27 April 2024, misdinar Gereja St. Yusup Gedangan mengadakan acara studi rohani Bethlehem van Java Misdinar ke kerkhof Muntilan, Museum Misi Muntilan, dan Gua Maria Sendangsono. Frater Yohanes Chrysostomus Wahyu Mega, S.J., pendamping misdinar, mengadakan program ini untuk misdinar dan beberapa tokoh lintas agama. Fr. Wahyu berharap melalui studi rohani Bethlehem van Java, misdinar Gedangan dapat memahami sejarah lahirnya misi kekatolikan di tanah Jawa, menumbuhkan semangat kekatolikan, dan toleransi antarumat beragama.   Beberapa tokoh lintas agama yang menemani kami adalah K.H. Khoirul Anwar (Pengasuh Ponpes Al-Insaniyyah, Salatiga), K.H. Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin, Demak), Ibu Rabi’atul Adawiyah, Ibu Naily Illyun, Bapak Lutfi (ketiganya adalah dosen UIN Walisongo, Semarang), Pendeta Setiawan Budi (Koordinator Persaudaraan Lintas Agama), Ibu Eva Yuni (Staf Bimas Katolik) dan Sr. Lutgardis, O.P. Ini pertama kalinya bagi kami mengalami perjumpaan dengan tokoh lintas agama.   Di Kerkhof Muntilan, kami mengunjungi makam Kardinal Justinus Darmojuwono yang merupakan kardinal pertama Indonesia. Selanjutnya kami mengunjungi makam Pater F. van Lith, S.J, Pater Hoevenaars, S.J. dan beberapa makam pater Jesuit Belanda lainnya. Tempat ini sangat jauh dari kesan menyeramkan tetapi sangat sejuk dan nyaman untuk berdoa.   Dalam bahasa Belanda, kerkhof memiliki arti halaman gereja. Berasal dari dua suku kata, yakni kerk yang bermakna gereja dan hoff yang berarti halaman. Mungkin karena sudah menjadi tradisi bangsa Eropa, khususnya Belanda, bahwa kuburan biasanya ditempatkan tidak jauh dari bangunan gereja. Kata kerkhof lambat laun menjadi sebutan yang familiar untuk kuburan atau pemakaman bangsa Belanda.     Setelah dari kerkhof kami menuju Museum Misi Muntilan. Sesampainya di Museum Misi, kami disambut oleh Bapak Seno. Kami dibagi menjadi dua kelompok besar untuk museum tour. Kami merasa takjub karena Museum Misi Muntilan menyimpan banyak sejarah mengenai perkembangan Agama Katolik. Kami melihat barang-barang peninggalan zaman dahulu seperti peralatan misa, altar dan mimbar dari kayu, jubah rama dan uskup, tongkat gembala, lonceng, dan masih banyak lagi.   Kami belajar tentang jejak sejarah Keuskupan Agung Semarang dan sejarah Gereja Katolik yang ada di Semarang. Ada satu peninggalan dari Pater van Lith, S.J. dan Pater Hoevenaars, S.J. yang menarik, yaitu doa Bapa Kami versi Bahasa Jawa. Kedua Pater ini dengan caranya sendiri menerjemahkannya ke dalam Bahasa Jawa.   Destinasi terakhir adalah Gua Maria Sendangsono. Sedikit informasi, Gua Maria ini masih bersangkutan dengan dua lokasi sebelumnya (Kerkhof Muntilan dan Museum Misi). Gua Maria Sendangsono adalah tempat di mana Pater van Lith , S.J. membaptis 171 orang Jawa. Peristiwa ini terjadi pada 14 Desember 1904. Kini, Sendangsono menjadi salah satu tempat ziarah yang sangat populer.   Di Gua Maria Sendangsono kami mengunjungi makam Barnabas Sarikromo. Awalnya ia memiliki penyakit kudisdi kaki dan sudah melakukan pengobatan dengan berbagai cara namun tidak kunjung sembuh. Suatu ketika ia bersemedi untuk mendapatkan kesembuhan. Ia mendengar bisikan untuk berjalan ke arah timur laut. Dikarenakan kondisi kakinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan, Sarikromo pun menuju arah timur laut dengan cara mengesot. Perjalanan itu membawanya bertemu dengan dua Jesuit, yaitu Bruder Kersten, S.J. dan Pater van Lith, S.J,. Sarikromo memperoleh kesembuhan dan kemudian dibaptis oleh Rama van Lith.   Kami mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pengetahuan dari ketiga tempat tersebut. Kami juga jadi tahu tentang kisah para tokoh penting, seperti Pater F. van Lith, S.J., Pater Hoevenaars, S.J. Bruder Kersten, S.J. dan Bapak Barnabas Sarikromo. Kisah-kisah mereka semakin membuat kami bangga sebagai orang Katolik Jawa. Kami semakin terbakar bukan hanya untuk menjadi Katolik tetapi untuk menghidupi iman Katolik.   Kontributor: Michelle Kanaya – Misdinar St. Yusup Gedangan

Penjelajahan dengan Orang Muda

“By Lifting Others, We Rise Together”

Reportase Ekaristi Kaum Muda Unit Johar Baru Malam minggu, 20 April 2024 yang lalu, lebih dari 100 orang muda dari berbagai komunitas hadir di Unit Johar Baru Kolese Hermanum untuk mengikuti Ekaristi Kaum Muda (EKM). Tradisi tahunan unit Johar Baru itu kali ini terasa spesial karena mengangkat tema By Lifting Others, We Rise Together. Tema ini terinspirasi dari Universal Apostolic Preferences (UAP) Serikat Jesus Berjalan bersama dengan mereka yang terpinggirkan. Selain untuk semakin mengenalkan Serikat Jesus kepada orang muda, EKM kali ini juga bertujuan untuk membangun kesadaran bersama tentang orang-orang yang terpinggirkan di kota Jakarta.   EKM dilakukan dengan semangat kolaborasi yang melibatkan aneka komunitas orang muda yang dijumpai para frater Kolman dalam kerasulannya. Mereka adalah MaGis Jakarta, PERSINK KAJ, PMKAJ Unit Barat dan Unit Selatan, PMKRI, mahasiswa STF Driyarkara, teman-teman dari SMA Gonzaga, OMK Paroki Kampung Duri, OMK Paroki Duren Sawit, dan OMK Paroki Rawamangun. Semangat kolaboratif sangat terasa sebagai cara bertindak dalam acara ini. Para frater menginisiasi dan setiap anggota komunitas terlibat bekerja sama satu dengan yang lain. Dengan antusias mereka menyediakan diri untuk mempersiapkan dekorasi, among tamu, koor, pengisi acara hingga membereskan tempat seusai acara.     Dalam perayaan Ekaristi, para orang muda diajak lebih mengenal siapakah orang terpinggirkan. Homili dibuat interaktif dengan mengajak beberapa orang muda membagikan cerita inspiratif pengalaman bersama mereka yang terpinggirkan. Untuk pendalaman makna, setelah EKM mereka diajak untuk melakukan aksi nyata. Secara berkelompok mereka diajak berjalan di sekitar perkampungan Johar Baru yang padat. Mereka diberi ruang untuk berinteraksi dengan realitas kemiskinan dan berbagi nasi kotak ke orang-orang dari keluarga pra-sejahtera. Kegiatan aksi nyata tersebut kemudian diperdalam dengan sesi sharing dan refleksi. Salah satu pertanyaan reflektif yang diajukan adalah, “Apa yang telah kulakukan bagi orang miskin, apa yang sedang kulakukan untuk orang miskin, dan apa yang akan kulakukan bagi orang miskin?” Refleksi diakhiri dengan menggambar simbol pada kertas sebagai kesimpulan dan kehendak yang akan dibangun setelah acara EKM ini selesai.   Setelah acara selesai, selanjutnya diadakan ramah tamah dan makan malam bersama dengan kemasan menarik, yaitu model ‘pesta rakyat.’ Hidangan-hidangan yang disediakan berasal dari para pedagang kecil sekitar Johar Baru. Selain untuk memberdayakan para pedagang kecil, mereka diundang untuk memuaskan selera ‘kuliner jalanan’ orang muda. Siomay, cilok, bakso, sate, nasi goreng tek-tek, dan es campur laris manis diserbu orang muda yang hadir. Diundang juga kesenian Ondel-Ondel yang biasa ngamen sekitar Johar Baru untuk memeriahkan suasana.   Pater Magnis yang ikut hadir pun turut memberikan pesannya kepada orang muda. “Coba tanya sama Mother Theresa di Kalkuta, apakah ia bahagia? Saya kira dia akan kaget sedikit! Kemudian ia mungkin menjawab, “Belum pernah saya pikirkan karena saya nggak punya waktu untuk itu!” Barangkali dia memang bahagia tapi tidak pernah dia pikirkan. Karena kalau ada yang merasa berterima kasih bahwa Tuhan mengirim kita lewat di dalam hidupnya, maka kita sudah bahagia.”     Malam ‘pesta rakyat’ semakin meriah dengan pertunjukan bakat dari teman-teman muda yang ternyata memiliki talenta luar biasa seperti menyanyi dan berpuisi. Acara menjadi semakin gayeng dengan joget bersama yang dipimpin langsung oleh Frater Pond dari Thailand dan Frater Danish dari Pakistan. Semua yang hadir turut bergoyang dan tertawa.   Dean Yeremia, mahasiswa STF Driyarkara, mengungkapkan kesannya terhadap EKM. “Saya mengikuti Ekaristi Kaum Muda sebagai seorang Protestan. Awalnya saya ikut karena saya diundang untuk ikut bernyanyi dalam acara, namun ternyata EKM benar-benar meninggalkan kesan yang berharga bagi saya. Pengalaman membagikan makanan kepada orang-orang sekitar yang membutuhkan, membuat saya yakin bahwa kebaikan itu universal, jauh melampaui batas-batas agama, suku, ras atau batasan apapun. Saya juga kagum dengan makanan-makanan yang dipilih untuk makan bersama setelah berefleksi. Jesuit memilih mendatangkan pedagang-pedagang makanan di sekitarnya. Ini keren dan berbeda. Jika biasanya setelah acara ditutup dengan makan makanan dari catering, Jesuit memilih menghadirkan Pesta Rakyat termasuk ondel-ondel di dalamnya. Keren”   Sementara itu, Ibu Ong Priscilia, salah satu umat, memberi kesan, “Acara Ekaristi Kaum Muda yang diinisiasi oleh para Frater Unit Johar Baru sangatlah menginspirasi dan menggerakkan kami untuk berpartisipasi. Oleh karena itu, saat dihubungi oleh salah satu frater untuk berpartisipasi, tanpa berpikir lama, kami langsung menyanggupi dan juga tergerak untuk ikut dalam acara. Kami sangat bersyukur bisa menjadi saluran berkat secara langsung lewat acara ini. Semoga acara ini tidak hanya berhenti di sini tetapi tetap diadakan secara berkelanjutan, kami akan selalu siap berkontribusi dan berpartisipasi. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga kami bisa menjadi berkat dalam acara EKM 2024 ini.”   Kontributor: SS Franky Njoto, S.J. & Petrus Guntur Supradana, S.J. – Johar Baru

Pelayanan Gereja

VISUALISASI JALAN SALIB HIDUP 2024: [sudah selesai]

Di kayu salib, sebelum Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya berserah dan berkata, “Sudah selesai.”   Apakah ini berarti kekalahan? Apakah Yesus kalah karena pada akhirnya Ia menyerahkan diri untuk di salib dan menebus dosa kita?   Sebaliknya, kalimat ini bermakna Yesus telah menang!   Ia menang atas besarnya kasih yang diberikan bagi umat manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir hidup-Nya. Sesungguhnya inilah kasih yang taat sampai mati.   Kita pun memanggul salib kehidupan kita masing-masing, yang seringkali wujudnya tidak nampak. Namun, apakah kita siap memenangkan diri kita atas hal-hal dan perbuatan baik?   -terinspirasi dari homili Pater Dodo, S.J.   Visualisasi Jalan Salib Hidup | 29 Maret 2024 | 10.00 WIB | OMK Paroki St. Yusup Gedangan | Halaman Bintang Laut – TK Theresia – SD Marsudirini – Susteran OSF                 Kontributor: Gedangan Muda