Pilgrims of Christ’s Mission

jesuit indonesia

Provindo

Terlibat dan Berkolaborasi demi Kebaikan Bersama

100 tahun sudah Kolese St. Ignasius Yogyakarta berdiri dan melahirkan ratusan imam Jesuit. Sebagai ungkapan syukur, panitia ulang tahun 100 tahun Kolsani menyelenggarakan berbagai acara yang dimulai sejak Februari tahun ini. Dimulai dengan tahbisan Imam Jesuit, Sayembara Cipta Karya 100 tahun Kolsani, Seminar Penelitian, dan Misa serta Puncak Acara. Sayembara Cipta Karya 100 tahun Kolsani ini berupa lomba menulis cerpen, cover lagu, desain poster, dan fotografi yang diikuti oleh orang-orang muda. Puncak acara syukur ulang tahun diselenggarakan pada 25 Juli 2023 di Gereja St. Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta dan kompleks Kolsani. Bersamaan dengan perayaan syukur ulang tahun 100 tahun Kolsani ini beberapa Jesuit juga merayakan pesta Jubilaris. Jubilaris 50 tahun dalam Serikat Jesus PP. Ignatius Loyola Madya Utama, S.J.; Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, S.J.; Antonius Puja Harsana, S.J.; Antonius Sudiarja, S.J.; Fransiskus Xaverius Widoyoko, S.J.; Michael Windyatmaka, S.J. dan Bruder Mateus Sugiyono, S.J. Jesuit yang merayakan 25 tahun dalam Serikat Jesus yaitu PP. Paulus Bambang Irawan, S.J. dan Odemus Bei Witono, S.J. serta 25 tahun menjadi imam Jesuit PP. Nicolaus Dibyadarmaja, S.J.; Fransiskus Xaverius Murti Hadi Wijayanto, S.J. dan Tarsisius Puspodianto, S.J. Perayaan syukur ini dipimpin oleh Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dengan konselebran PP. Paulus Suparno S.J., Andreas Sugijopranoto, S.J., Floribertus Hasto Rosariyanto, S.J., Joannes de Britto Mardikartono Sugita, S.J., Fransiskus Asisi Susilo, S.J. dan Bernhard Kieser, S.J. Setelah perayaan Ekaristi dilanjutkan perayaan puncak di kompleks kolsani yang dihadiri oleh para Jesuit dan tamu undangan. Dalam acara ini dilaksanakan penyerahan hadiah untuk para pemenang lomba Sayembara Cipta Karya 100 tahun Kolsani. Dimeriahkan pula penampilan dari sanggar tari PSP Anak Pingit, sanggar tari Mahasiswa Mentawai, band OMK Kobar, Kolese JB, Volunteer PSP, Realino, Lintas Agama serta OMK, dan organ tunggal Hadi Soesanto. Pada tahun 1921 Serikat Jesus Provinsi Netherland membuat keputusan untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pendidikan awal calon Jesuit, agar benih panggilan baik pribumi dan misionaris akrab dengan tanah misi. Pada tanggal 18 Februari 1923 diresmikanlah Kolese St. Ignatius, Yogyakarta sebagai tempat formasi calon imam dari jenjang novis, yuniorat filsafat, dan teologi. Ketika zaman penjajahan Jepang, Kolsani sempat ditutup, namun kemudian dapat direbut kembali oleh Pater Djajasepoetra, S.J. Sejak tahun 1954, Kolsani menjadi rumah formasi dan pendidikan bagi frater yang belajar teologi hingga sekarang. Teologi inilah yang membentuk para Jesuit, mereka diajak untuk terlibat dan berkolaborasi dengan masyarakat. Ciri teologi di Kolsani adalah teologi angkat pantat. Istilah tersebut diberikan oleh Pater Kieser, S.J. agar para Jesuit jangan hanya duduk dan membaca teologi, namun bergeraklah keluar dan terlibat di tengah konteks masyarakat. Kontributor: Margareta Revita – Komunikator Provindo

Provindo

“Tetapi Karena Engkau Menyuruhnya, Aku Akan Tetap Menebarkan Jala Juga” 

Forum Provinsi 2023 | 24-25 Juli 2023 “Saya tidak takut pada dunia yang baru. Yang saya takutkan adalah jika kita para Jesuit tidak punya apa pun untuk ditawarkan pada dunia itu, tidak bisa bicara atau berbuat apa pun yang menunjukkan eksistensi kita sebagai Jesuit.” Kutipan tersebut dibacakan oleh Fr. Septian Kurniawan dalam ibadat pembukaan Forum Provinsi 2023. Acara tahunan ini mengundang semua anggota Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Provindo) untuk berkumpul di Rumah Retret Panti Semedi Sangkal Putung, Klaten, Jawa Tengah. Kutipan tersebut dipercaya berasal dari Pater Pedro Arrupe, Jenderal Serikat Jesus ke-28 (1965- 1983) dan masih terdengar aktual dan dapat memberi kerangka bagi Forum tahun ini. Serikat Jesus dari waktu ke waktu berusaha untuk menanggapi situasi zaman. Menjadi makin bermakna dalam Forum kali karena Pater Provinsial Benedictus Hari Juliawan menempatkannya dalam konteks penyampaian Rencana Apostolik Provindo (RAP) 2023-2029 kepada seluruh Jesuit Indonesia. Melalui RAP tersebut, Serikat Jesus Provindo ingin mengalami pertobatan terus-menerus agar semakin dapat dipercaya oleh Gereja dan masyarakat Indonesia, gesit sebagai organisasi, dan berani memeluk tantangan-tantangan dunia secara terukur. Secara lebih spesifik, RAP dibagi menjadi tiga prioritas. Yang pertama adalah prioritas internal, yaitu terkait dengan tata kelola Provindo sebagai lembaga. Berikutnya adalah prioritas keterlibatan Provindo dalam lingkup Asia-Pasifik. Terakhir adalah prioritas eksternal yang menyangkut pelayanan Provindo dan tantangan-tantangan dalam konteks Indonesia yang hendak ditanggapi. Dalam waktu dekat, teks RAP akan tersedia untuk para kolaborator Serikat agar semakin terintegrasi dalam gerak bersama Serikat Jesus Provindo. Para Jesuit yang hadir diberi kesempatan untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok kecil dan menyampaikan pertanyaan maupun hasil diskusi pada Provinsial. Harapannya, RAP tidak hanya menjadi tambahan dari sekian banyak dokumen Serikat yang sudah ada, tetapi menjadi sesuatu yang dihayati oleh semua yang terlibat dalam misi Serikat Jesus di Indonesia. Mencermati apa yang dicanangkan dalam RAP, perasaan ragu dan khawatir muncul, namun seperti Simon Petrus di Danau Genesaret, semua yang terlibat dalam tugas perutusan ini mau mengulang apa yang dikatakan Petrus “…tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan tetap menebarkan jala juga.” (Luk 5:5). Selain penjelasan RAP oleh Pater Provinsial, ada acara lain yang khas pada Forum kali ini. Yang pertama adalah pemaparan buah-buah dari Kongregasi Prokurator oleh Pater Bambang A. Sipayung. Kedua, pengalaman pendampingan Kelompok Awam Sahabat Ignatius oleh Pater Ag. Setyodarmono. Secara sederhana, Kongregasi Prokurator adalah konsultasi yang diprakarsai dengan Pater Jenderal untuk mengevaluasi keadaan Serikat Universal (Serikat Jesus di seluruh dunia). Setiap provinsi memilih perwakilannya, yang kemudian disebut “prokurator”. Orang tersebut bukanlah Provinsial dan ia bertugas untuk mengumpulkan informasi soal Serikat dengan mendatangi dan berbicara dengan komunitas dan karya Serikat Jesus di provinsinya. Kongregasi Prokurator yang lalu berlangsung pada 15-22 Mei 2023 di Loyola, Spanyol. Kelompok Awam Sahabat Ignatius merupakan inisiatif Serikat untuk lebih memperkuat jejaring dan pendampingan antara kelompok-kelompok awam yang berbasis Spiritualitas Ignatian. Pater Setyodarmono yang biasa dipanggil Pater Nano, S.J. menyampaikan rasa syukurnya bahwa sejak pandemi sampai sekarang animo akan Spiritualitas Ignatian berkembang pesat. Tampak tren bahwa kelompok-kelompok Ignatian tidak lagi bergantung pada figur seorang Jesuit tetapi para awam sendirilah yang menjadi penggerak dan pengkader. Misa Forum pada tanggal 24 Juli 2023 dipimpin oleh tiga imam baru Jesuit yang ditahbiskan pada 16 Februari yang lalu, yaitu Pater Yohanes Deodatus, Pater Agustinus Daryanto, dan Pater Yulius Suroso. Para novis dari Girisonta mengiringi dengan lagu yang menggugah dan penuh semangat. Keterlibatan para novis dalam Forum merupakan cara untuk memperkenalkan mereka kepada para Jesuit lintas generasi.Terlepas dari acara-acara resmi tersebut, Forum, dari tahun ke tahun, juga selalu menjadi ruang perjumpaan bagi para Jesuit Indonesia untuk menimba lagi semangat dari kebersamaan sebagai satu tubuh apostolik Serikat Jesus. Kontributor: S. Theilhard Aurobindo Soesilo, S.J.

Pengumuman A24

Pengumuman Kaul Akhir 2023

Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. dalam keputusannnya tertanggal 1 Mei 2023 dan 11 Juli 2023, telah mengundang saudara-saudara kita di bawah ini untuk mengucapkan kaul akhir dalam Serikat Jesus: 1. P Joseph Mangatur Mangisi Tua Situmorang, S.J. 2. P Eduardus Didik Chahyono Widyatama, S.J. 3. P Agustinus Rudy Chandra Wijaya, S.J. 4. P Alexander Hendra Dwi Asmara, S.J. Kita mengucapkan proficiat untuk saudara kita ini dan membawanya dalam doa-doa kita. Tempat dan tanggal pengucapan kaul akhir akan diumumkan menyusul. Bambang A. Sipayung, S. J. Socius Provinsial SJ Indonesia

Pelayanan Masyarakat

Rumah untuk Kembali

Rumah bagiku adalah tempat ternyaman untuk beristirahat setelah bergelut dengan berbagai kesibukan yang menguras energi. Aku menemukan “rumah” keduaku, tempat menenangkan pikiran sejenak setelah satu minggu berkutat dengan angka serta rumus yang memenuhi memoriku. Realino, itulah rumah keduaku yang aku kenal sejak Februari 2023 lalu. Sebenarnya masih terlalu awal untuk mengatakan Realino sebagai rumah kedua, namun itulah yang aku rasakan selama kurang lebih tiga bulan ini. Bermula dengan postingan feeds Realino saat itu melewati beranda eksplore Instagram pribadiku. Postingan itu menarik mataku dan membuat jariku mulai membuka profil serta menelusurinya lebih dalam. Tanpa berpikir panjang dan hanya bermodal nekat, aku langsung mendaftarkan diri menjadi volunteer. Singkat cerita, aku akhirnya bergabung setelah bertemu dengan Pater Fransiskus Pieter Dolle, S.J. dan Mbak Luci. Pertemuan awal itu saja sudah membuatku yakin bahwa aku akan berada di tempat ini. Hari-hari mengajar selalu berlangsung menyenangkan bagiku. Melihat anak-anak yang menyambut kedatangan para volunteer di tempat mengajar membuatku sumringah. Mereka selalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan apa pun. Suatu waktu, salah satu anak bersemangat menghampiriku, memegang lenganku kemudian bertanya “Mbak, hari ini kita mau ngapain? Seru-seruan lagi kan?” Luar biasa, pertanyaan sederhana itu mampu membuat energiku penuh kembali untuk menghadapi berbagai peristiwa yang akan datang. Tingkah laku iseng anak-anak selalu mewarnai Jombor di sore hari. Tanpa mereka, Jombor hanya tempat mengajar biasa yang membosankan. Hal-hal kecil yang dilakukan anak-anak itu membuatku ingin kembali ke sana setiap minggunya, bertemu mereka. Tidak hanya anak-anak yang membuat Realino ini aku tetapkan sebagai rumahku. Realino mempertemukanku dengan orang-orang luar biasa yang sebelumnya tidak aku duga akan dapat bertemu. Orang-orang itu yakni Pater Pieter, Mbak Luci, para volunteer, dan mereka yang mampir untuk berbagi kebahagiaan. Mereka adalah orang yang mampu membuatku semangat meng-upgrade diri karena aku merasa “ditemani” berproses bersama mereka. Dari mereka aku belajar banyak hal tentang hidup secara tidak langsung. Di tempat ini aku bertemu orang-orang yang bersedia meluangkan waktu di sela kesibukan demi memberikan tenaga melayani orang lain dengan penuh kasih. Dalam keadaan apapun; hujan-panas, siang-malam mereka meluangkan waktu berkumpul di Jalan Mataram yang selalu sibuk itu. Terkadang keluh kesah terdengar, namun senyum mereka tetap terkembang di wajah lelah mereka. Mereka yang membuatku semakin yakin bahwa aku memang “berjodoh” dengan Realino dan segala isi di dalamnya. Terima kasih Realino. AMDG! Kontributor: Aurelia Pradhita Nareswari Pangarso

Karya Pendidikan

Jobfair ATMI Surakarta 2023

Pendidikan adalah investasi. Hal ini menjadi perhatian serius Politeknik ATMI Surakarta. Tujuan akhir dari proses pendidikan di ATMI adalah seluruh lulusan ATMI harus mendapatkan pekerjaan sesuai dengan pilihan hati dan keahliannya. Pendidikan selain menghasilkan perubahan dalam diri anak didik, harus pula menghasilkan sesuatu yang bisa dipetik. Ini merupakan tanggung jawab institusi pendidikan. Bagi mahasiswa ATMI, selain menghasilkan perubahan karakter, pendidikan juga memberikan seluruh mahasiswa kemampuan di bidang keilmuan yang mereka pelajari. Ketika lulus dari proses pendidikan, maka seluruh mahasiswa memiliki kompetensi di bidang keilmuannya sehingga bisa masuk dalam industri dan berkontribusi di dalamnya. Perubahan karakter dan mendapatkan pekerjaan adalah dua hal yang saling terkait. Industri sampai saat ini masih mempercayai kualitas lulusan ATMI karena lulusan ATMI memiliki karakter yang bagus dan kompetensi di bidang keilmuannya. Dua hal yang sangat dibutuhkan industri. Sampai saat ini masih banyak perusahaan mencari tenaga kerja lulusan ATMI. Perusahaan membutuhkan tangan-tangan terampil lulusan ATMI. Di sisi lain, mahasiswa butuh pekerjaan. Untuk memadukan dua kepentingan ini, Politeknik ATMI Surakarta secara rutin mengadakan kegiatan Jobfair. Jobfair 2023 diadakan pada hari Senin-Rabu, 19-21 Juni 2023. Terdapat 36 perusahaan terseleksi yang hadir dalam Jobfair 2023 sekaligus melakukan rekrutmen. Sementara perusahaan yang tidak bisa datang ke ATMI melakukan proses seleksi secara online. Perusahaan yang mengikuti Jobfair ATMI adalah perusahan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, otomotif, makanan, dan mainan. Yang khas dari Jobfair ATMI 2023 adalah terbuka untuk umum dan diselenggarakan dengan sangat baik. Selain mahasiswa tingkat akhir, mahasiswa ATMI tingkat I & II juga ikut terlibat sebagai panitia dan hadir untuk melihat-lihat potensi ketika mereka lulus nanti akan mendapatkan peluang bekerja di perusahaan seperti apa. Tampak juga beberapa orang tua mahasiswa yang menghadiri kegiatan Jobfair ini sehingga bisa membantu anak dalam memutuskan jenis pekerjaan dan perusahaan yang akan dipilih. Panitia juga bekerja dengan sangat baik, yaitu memberikan informasi secara transparan terkait profile company serta lowongan yang tersedia melalui layar televisi yang disediakan di arena job fair sehingga calon pencari kerja bisa mempelajari perusahaan dan jenis pekerjaan yang akan dipilih. Selain penjelasan di booth, setiap perusahaan juga diberi kesempatan untuk melakukan presentasi di kelas sehingga semakin memberikan kejelasan dan arah para pencari kerja. Kontributor: John Prasojo – ATMI Surakarta

Pelayanan Gereja

Adorasi kepada Sakramen Maha Kudus bagi Calon Komuni Pertama

Ada sebuah tradisi menarik di Gereja St. Yusup Gedangan sebelum misa penerimaan komuni pertama, yaitu tirakatan. Dalam tirakatan ini calon penerima komuni pertama diajak untuk melakukan adorasi kepada Sakramen Mahakudus. “Tirakatan bagi calon penerima komuni pertama sudah ada sejak lama. Ini merupakan kegiatan positif yang menjadi ciri khas dari Gereja Gedangan. Menurut saya, ini baik untuk selalu diteruskan setiap tahunnya, meskipun sempat berhenti di masa pandemi,” ujar Pastor Kepala Benedictus Cahyo Christanto, S.J. Tirakatan atau adorasi ini diselenggarakan sebagai penutup misa Sabtu sore, 10 Juni 2023, sekaligus menjadi persiapan bagi calon penerima komuni pertama keesokkan harinya. Pater Cahyo memimpin tirakatan ini. Setelah misa berkat penutup, Sakramen Maha Kudus dibawa Pater Cahyo dengan penuh khidmat dari Gereja St. Yusup Gedangan menuju Gedung Pertemuan Bintang Laut di lantai 2. Kegiatan ini diperuntukkan secara khusus bagi calon penerima komuni pertama, namun banyak umat yang antusias hadir mengikuti tirakatan ini. Umat ingin merasakan kedekatan secara personal dengan Allah. Musik taize yang mengiringi tirakatan ini, membawa para calon penerima komuni pertama dan umat yang hadir dalam suasana tenang, hening, dan damai. Selama satu jam, calon penerima komuni pertama dan umat diajak menikmati keheningan bersama dengan Allah yang hadir dalam Sakramen Mahakudus serta merenungkan misteri Ekaristi. Semoga dengan tirakatan ini, para calon penerima komuni pertama semakin siap menyambut Ekaristi dan semakin mencintai Allah di dalam Ekaristi. Umat yang hadir juga diharapkan memiliki kegairahan kembali ke gereja dan merayakan Ekaristi mingguan atau harian secara offline, terutama dalam masa pasca pandemi ini. Kontributor: Fr. Wahyu Mega, S.J. – Paroki St. Yusup, Gedangan

Pelayanan Gereja

Peresmian Paroki St. Maria Bunda Allah Botong, Keuskupan Ketapang

Antara Mall Besar dan Kelestarian Alam Daerah Botong dan hutan di sekitarnya mulanya adalah “mall besar” yang menyediakan berbagai macam kebutuhan hidup bagi suku Dayak Kualant. Namun, saat ini “mall besar” tersebut pelan-pelan berubah menjadi daerah yang mengalami kerusakan lingkungan cukup berat. Hutan dan wilayah sekitarnya yang semula menyediakan apa saja yang bisa dinikmati oleh masyarakat, kini menjadi lingkungan yang minim sumber daya alam. Sementara jumlah penduduk terus bertambah, kebutuhan sandang, pangan, dan papan juga terus meningkat. Sumber daya alam yang kini tersisa adalah tambang emas, maka banyak orang Dayak Kualant pun melakukan kegiatan penambangan tersebut. Banyak daerah di sekitar Botong dirambah oleh mesin-mesin “dongfeng” yang digunakan untuk menambang emas. Pada akhirnya, mall besar yang ada pun semakin terancam. Bahkan aliran sungai Kualant yang sebelumnya dialiri air yang sangat jernih, kini menjadi sangat keruh. Persoalan tambang, kerusakan lingkungan, dan dampaknya pada masyarakat di Botong dan sekitarnya bukan tanpa narasi. Sudah ada banyak usaha untuk menanggapi persoalan itu, namun belum banyak perubahan yang terjadi. Bahkan, konflik antara mereka yang pro dan anti tambang pun sudah pernah terjadi dan hingga saat ini belum ada kata sepakat. Dalam homilinya, Bapak Uskup Pius Riana Prapdi, Pr meminta umat menyanyikan lagu Bunda Maria di Tepi Sungai Kualant yang diciptakan oleh Rm. Nugroho Tri Sumartono, Pr. Lagu tersebut mengisahkan tentang janji umat di tepi Sungai Kualant untuk merawat alam. Dalam refleksinya, Mgr. Pius juga menyinggung perjalanannya pada 2 dan 3 Juni 2023 saat mengunjungi Stasi Jangat dan air terjun Siling Ketupak. Pada homili di Stasi Jangat, Mgr. Pius menyinggung soal aliran sungai Kualant ini lima tahun yang lalu sangat jernih dan airnya bisa diminum. Saat ini kondisi airnya tidak lagi sejernih dulu. Kemudian saat berkunjung ke air terjun Siling Ketupak, sembari rekoleksi bersama dengan OMK Botong, Mgr. Pius masih melihat harapan. Aliran air terjun dan sungai masih sangat jernih dan bersih. Ia berharap semoga seluruh umat Botong dapat menjaga dan merawat hutan, sungai, dan tanah yang ada di bawah reksa Paroki Botong. Resmi menjadi Paroki St. Maria Bunda Allah Botong Setelah penantian selama kurang lebih 50 tahun, akhirnya Paroki St. Maria Bunda Allah Botong, Keuskupan Ketapang diresmikan. Dulunya, Wilayah Botong adalah bagian dari stasi di Paroki Balai Berkuak. Telah banyak imam dari macam-macam tarekat berkarya di Botong. Dengan sukacita, setelah Jesuit hadir di stasi Botong, proses peresmian sebagai paroki pun berjalan semakin cepat dan akhirnya pada 4 Juni 2023, Stasi Botong resmi berubah statusnya menjadi Paroki St. Maria Bunda Allah, Botong. Di paroki tersebut sekarang terdapat tiga Jesuit, yaitu Pater Philippus Bagus Widyawan, S.J. sebagai Pastor Kepala Paroki, Pater Albertus Mardi Santosa, S.J. sebagai Pastor Rekan, dan Frater Yosephus Bayu Aji Prasetyo, S.J. sebagai TOK-er. Rangkaian sukacita peresmian paroki diwarnai pula dengan peresmian dua buah kapel, yaitu Kapel Stasi Kemunduk dan Empasi. Selain kapel, diresmikan pula Puskesmas Pembantu di Stasi Jangant yang sekaligus dimanfaatkan tempat doa mingguan. Selain para imam religius, biarawan, dan biarawati, tamu yang hadir dalam peresmian ini berasal dari berbagai paroki dan wilayah. Ada juga umat yang harus menempuh lima jam jalan kaki untuk turut serta menjadi saksi peresmian paroki Botong. Tantangan yang Tersisa Untuk sampai di Paroki Botong, perjalanan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan bersepeda motor dari Balai Berkuak. Kedua dengan menggunakan mobil hingga stasi Empasi dan dilanjutkan dengan motor. Pada masa lalu Paroki Botong dapat diakses dengan perahu, namun karena debit air sungai yang semakin berkurang dan endapan lumpur yang makin meningkat, akses dengan perahu tidak memungkinkan. Entah sampai kapan akses kendaraan roda empat bisa sampai ke Paroki Botong. Menurut kabar, tahun ini ada rencana pelebaran jalan. Akses jalan yang tidak tersedia ini dengan sendirinya memperlambat proses interaksi umat paroki dengan dunia luar. Akses ke fasilitas-fasilitas lain seperti kesehatan, komunikasi, logistik, dan pendidikan akhirnya akan terpengaruh. Dari cerita para Jesuit dan juga yang saya saksikan sendiri, salah satu tantangan berat yang dihadapi umat di paroki ini adalah soal ketekunan dan kemauan untuk menerapkan hal-hal baru dalam hidup kemasyarakatan. Jesuit yang hadir di sana mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut, misalnya dengan ‘mendidik’ orang muda untuk memiliki sikap tekun. Beberapa orang muda telah dikirim untuk belajar pertanian di KPTT Salatiga dan pertukangan di PIKA Semarang untuk melengkapi keterampilan mereka dalam kedua bidang tersebut. Namun, yang kemudian menjadi persoalan adalah bahwa ilmu yang telah dipelajari belum sepenuhnya diterapkan di sana. Harapan tetaplah ada sebab saya menyaksikan beberapa remaja bisa menjadi sangat tekun saat diajari oleh Jesuit yang berada di Pastoran. Ada enam remaja yang secara khusus dididik berdisiplin oleh Pater Mardi, yaitu setiap pukul 06.00 mereka diajari bekerja (menyapu, menanam, menyiram tanaman, membuat tanggul, dan membersihkan area pastoran). Jika mereka memiliki daya tahan, saya yakin soal prinsip ketekunan dapat diasah. Untuk itu, para Jesuit yang ada di sana telah berusaha untuk mencoba memerangi soal tersebut. Cara lain yang dilakukan adalah mengirim anak-anak Dayak Kualant menempuh studi di Jawa, misalnya belajar pada jenjang SMP, SMA, dan SMK di beberapa tempat seperti di Solo, Salatiga, dan Yogyakarta. Harapannya, mereka yang telah selesai belajar mau kembali ke Botong dan mengembangkan daerah mereka.Tantangan lain yang tidak mudah untuk dihadapi adalah memahami budaya setempat dan melakukan inkulturasi, misalnya pesta adat yang disertai minum-minuman beralkohol yang seringkali berujung saling kelahi. Peredaran obat terlarang ternyata sudah sampai juga di tempat ini. Pertanyaan reflektif yang dapat diajukan kemudian adalah bagaimana Paroki Botong dapat mengambil peran positif dan melakukan perubahan. Pastor Paroki telah seringkali mengingatkan dampak negatif ‘poyon’ atau minum alkohol sampai mabuk. Tantangan terakhir yang cukup mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan ilegal. Dampaknya sangat nyata. Misalnya, apa yang terlihat di Sungai Kualant. Akan tetapi, kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan selalu kalah dengan iming-iming keuntungan material hasil tambang. Proses pembangunan kesadaran sudah lama dimulai, paling tidak dari potongan lagu Bunda Maria di Tepi Sungai Kualant yang kita dengar, yaitu janji untuk menjaga alam sekitar. Semoga! Kontributor: F. Antonius Dieng Karnedi, S.J.

JCAP

Pater Primitivo E. Viray Jr., S.J. Presiden JCAP yang Baru

Pater Primitivo “Jun” E Viray Jr., S.J. ditunjuk sebagai Presiden Konferensi Jesuit Asia Pasifik (JCAP) menggantikan Pater Antonio Moreno, S.J. yang telah menjabat sejak tahun 2017. Melalui keputusan tertanggal 13 Juni 2023, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. merasa yakin akan integritas dan prinsip kehati-hatian Pater Viray dalam memimpin JCAP. Tanggal definitif serah terima jabatan dari Presiden JCAP sebelumnya memang belum ditentukan. Sebagai Presiden JCAP, Pater Viray akan berkolaborasi dengan para Superior Mayor JCAP untuk mengimplementasikan keputusan-keputusan Kongregasi Jenderal yang terakhir. Selain sebagai Presiden JCAP, Pater Viray juga akan melayani sebagai Superior Regio Pakistan yang merupakan wilayah misi terbaru JCAP. Saat ini Pater Viray adalah Provinsial SJ Filipina. Lahir di Quezon City, Filipina, ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Hati Kudus yang dikelola Jesuit di Cebu. Gelar sarjana (BS) di bidang Ekonomi Bisnis ia dapatkan dari Universitas Filipina sebelum bergabung dengan SJ pada tahun 1984. Gelar MA Studi Pembangunan Perdesaan dan doktorat Studi Pembangungan ia raih dari University of East Anglia, Norwich, Inggris. Pater Viray memiliki banyak pengalaman kerasulan dalam bidang pendidikan, advokasi untuk orang miskin, dan formasi yang akan membantunya melayani sebagai Presiden JCAP. Tahun 1989-1991 ia menjabat sebagai Asisten Direktur dan selanjutnya sebagai Direktur Program Pranovisiat di Haggerty Hall dan dilanjutkan selama dua tahun (1992-1994) di Rumah Arvisu. Setelah ditahbiskan imam pada tahun 1995, ia ditugaskan menjadi Pastor Rekan dan selanjutnya sebagai Pastor Kepala Paroki Ipil, Zamboanga Sibugay. Kemudian selama tiga tahun (2006-2009) ia mengajar Ekonomi di Universitas Ateneo de Zamboanga sambil melayani sebagai Superior Lokal dan Pendamping TOK. Setelah bertugas di Zamboanga, Pater Viray ditugasi menjadi Rektor Loyola House of Studies sekaligus ditunjuk sebagai Delegatus Formationis dan Wakil Rektor Komunitas Frater-frater Teologan. Pada tahun 2011, ia terpilih sebagai Rektor Universitas Ateneo de Naga (AdNU) dan menjadi Superior Lokal di Naga. Sebelum terpilih sebagai Provinsial, Pater Vinay adalah Rektor AdNU dan Koordinator Komisi Pendidikan Tinggi SJ Filipina. Selama menjadi Provinsial, Pater Viray menanggapi permintaan Uskup Pablo Virgilio David dengan mengirim Jesuit ke Wilayah Misi Hati Kudus di Keuskupan Kalookan. Hal ini memberikan kesempatan kepada Jesuit untuk terlibat secara lebih besar dengan mereka yang terpinggirkan, termasuk mereka yang terkena dampak perang melawan narkoba. Selain itu, ia mengepalai Desk Myanmar demi membantu meningkatkan kesadaran tentang konflik yang meningkat di negara itu dan memobilisasi sumber daya untuk memberikan dukungan kemanusiaan yang sangat diperlukan oleh mereka yang terkena dampak konflik. “Saya berterima kasih kepada Pater Jun atas kemurahan hati dan kesiapsediaannya menerima perutusan baru ini. Dengan bakat yang dimilikinya dan melalui rahmat Tuhan, konferensi ini berada di tangan yang tepat. Saya percaya, ia akan menjadi pemimpin yang dibutuhkan JCAP untuk tahun-tahun mendatang,” kata Pater Moreno. Sebagai Presiden JCAP selama enam tahun, Pater Moreno memfasilitasi penguatan gubernasi/tata kelola regio-regio yang sedang berkembang seraya memperhatikan perkembangan karya kerasulan Konferensi di tengah tantangan unik akibat pandemi Covid-19. Dia memimpin diskresi rencana kerasulan JCAP yang menyoroti 10 Prioritas Konferensi hingga tahun 2025. Ia mendorong kolaborasi dan sinergi yang lebih besar di antara para anggota Konferensi dengan menyadari tuntutan misi yang terus berkembang di wilayah Asia Pasifik. Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel “Fr Jun Viray SJ appointed as new President of Jesuit Conference of Asia Pacific” dalam https://jcapsj.org/blog/2023/06/19/fr-jun-viray-sj-appointed-as-new-president-of-jesuit-conference-of-asia-pacific/ Artikel ini diterjemahkan dengan penyesuaian oleh Tim Sekretariat SJ Provindo pada tanggal 26 Juni 2023.