Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Gereja

Buah Roh Kudus: Ulang Tahun ke-73 Paroki Tangerang

Semuanya bermula dari pembaptisan seorang bayi bernama Eric Edward van Ameron anak  pasangan suami-istri Belanda Frederick Hendrik van Ameron dan Irene Adolphine C. Pater J. van Leengoed, S.J. membaptis sang bayi pada 23 Mei 1948. ikal bakal itu telah menumbuhkan belasan ribu umat di Paroki Tangerang Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB). Data pada catatan Paroki per Mei 2021 menunjukkan jumlah umat telah mencapai 5.969 kepala keluarga (KK) Sejarah juga mencatat pemekaran Paroki Tangerang menjadi enam paroki.   Pada tahun 1948 Mgr. Petrus Willekens, S.J. menempatkan P J. van Leengoed, S.J. di Tangerang sekaligus sebagai pastor tentara. P Laurentius van der Werf, S.J. (saat itu Pastor Kepala Mangga Besar) hadir untuk ikut menangani Tangerang. Masyarakat Tangerang saat itu terdiri atas dua suku besar, yakni suku Tionghoa dan suku Banten yang sudah ada berabad-abad sebelumnya. Pater Werf yang ahli dalam misi Tionghoa, beberapa kali dalam seminggu mengunjungi ladang barunya. Usaha yang tak kenal lelah dari Pater Werf tersebut menjadikan Mgr. Willekens, pada tahun 1952, berkenan menjadikan Tangerang sebagai paroki dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan nama Hati Maria Tak Bernoda.  La Petite Histoire (sejarah kecil) Paroki Tangerang itu diangkat oleh P Benedictus Hari Juliawan, S.J. dalam homili pada misa konselebrasi Hari Raya Pentakosta, sekaligus memperingati ulang tahun ke-73 Paroki Tangerang, pada hari Minggu (23/5) lalu. Dalam misa itu, Pater Provinsial didampingi konselebran PP Walterus Teguh Santosa, S.J. (Pastor Kepala), Justinus Sigit Prasadja, S.J. (Pastor Ekonom Provindo), Simon Petrus Bambang Ponco Santoso, S.J. (Pastor Rekan), dan Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. (Pastor Rekan). “Berawal dari pembaptisan bayi (usia dua bulan), sekarang menjelma menjadi paroki yang besar,” kata Pater Provinsial. Dalam perayaan Pentakosta itu, Pater Provinsial mengajak umat kembali untuk merefleksikan buah-buah roh. Roh itulah yang menguatkan dan menopang perjalanan Paroki HSPMTB sehingga menjadi paguyuban umat yang besar dan kuat, terlebih di dalam menghidupi perjalanan iman. Proses perkembangan tersebut mengingatkan akan adanya kekuatan yang menemani, mengupayakan kebersatuan umat. Kekuatan yang menemani itu ditegaskan oleh Pater Provinsial sebagai Roh Kudus, dari kata parere-parakletos, yang ada di samping, untuk bersama dan menemani. Menemani berarti membantu umat untuk mengambil keputusan, mengajak berbicara, dan ikut menemani di saat-saat sulit. Kehadiran roh ini adalah roh yang mempersatukan, meski perbedaan akan selalu ada. Untuk itu perbedaan itu tak bisa dan tak perlu dihapus, sebab merupakan bagian dari rahmat Tuhan sendiri. Bacaan pertama dari Kisah para Rasul (Kis 2: 1-11), kiranya aktual dalam konteks dampak pandemi covid-19 di dunia kita sekarang ini. “Para murid saat itu tengah mengalami ketakutan dan mengunci diri pada suatu ruangan. Kemudian Roh Allah datang dalam rupa lidah-lidah api dan tiupan angin keras. Sama seperti  angin dan api yang menandai kehadiran Allah saat Musa mendapat sepuluh perintah Allah di gunung Sinai,” kata Pater Provinsial. Saat ini pun umat juga tengah takut dan mengunci diri oleh karena covid-19. Pater Provinsial mengajak umat mau membuka diri untuk kehadiran Roh Kudus dalam perjalanan iman. Bagaimanapun berbagai macam persoalan akan selalu ada dalam kehidupan yang dijalani, maka dengan kehadiran Roh yang menguatkan itu kita berani menghadapi segala tantangan. “Hidup itu selalu penuh cobaan, kalau penuh dengan saweran itu namanya dangdutan,” demikian tulisan di sebuah bak truk yang disitir oleh Pater Provinsial.  Kontributor: P Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. – Paroki Tangerang

Pengumuman A24

Pengumuman Kaul Akhir – Juni 2021

Dalam surat tertanggal 24 Mei 2021, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. mengeluarkan dekrit yang memutuskan untuk meminta saudara-saudara kita di bawah ini untuk mengucapkan kaul akhir dalam Serikat Jesus: P. Agustinus Sarwanto, S.J. P. Ignatius Drajat Soesilo, S.J. Br. Yohanes Paulus Sunari, S.J. Kita mengucapkan Proficiat untuk ketiga saudara kita ini dan membawa mereka dalam doa-doa kita. Tempat dan tanggal pengucapan kaul akhir akan diumumkan menyusul. Bambang A. Sipayung, S.J. Socius Provinsial SJ Indonesia

Provindo

Tahbisan Diakon SJ: Dan Kamu harus Menjadi Saksi!

Senin, 10 Mei 2021, menjadi hari istimewa bagi Provindo karena dua fraternya ditahbiskan diakon, yaitu Frater Martinus Dam Febrianto, S.J. dan Frater Philipus Bagus Widyawan, S.J. Keduanya ditahbiskan diakon oleh Bapak Uskup Robertus Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang, di Gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta. Dalam upacara tahbisan tersebut, Bapa Uskup didampingi oleh Provinsial SJ Indonesia, Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dan Rektor Kolese Santo Ignatius Yogyakarta, Pater Andreas Sugijopranoto, S.J. Prosesi tahbisan dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan umat yang hadir pun dibatasi jumlahnya. “Kamu Harus Bersaksi” diambil dari Injil Yohanes (Yoh 15:27) menjadi tema tahbisan diakon SS Dam dan Wawan. Tema ini menggambarkan rasa syukur mereka berani mengambil keputusan menjadi murid Kristus meskipun mereka memiliki banyak kelemahan dan kerapuhan. Ayat ini jugalah yang menguatkan mereka untuk menjadi saksi Kristus di tengah umat beriman.Dalam homilinya, Bapak Uskup berpesan agar kedua diakon hendaklah melayani dengan penuh kerendahan hati dan sukacita serta bertekun dalam doa sebagai tanda kedekatan dan kelekatan terhadap Kristus. Para diakon hendaklah terus belajar dan selalu bergantung pada rahmat iman akan Yesus Kristus dan Roh Kudus agar mampu tetap setia melaksanakan kehendak Allah, baik dalam kata-kata maupun tindakan.Kedua diakon ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Sebelum masuk novisiat, Frater Dam telah bekerja di industri budidaya tanaman air dan ikan di Lampung, Sumatera Selatan. Sementara Frater Wawan masuk novisiat setelah lulus dari Seminari Menengah Santo Petrus Canisius, Mertoyudan.Selesai novisiat, keduanya melanjutkan formasi filsafat di STF Driyarkara, Jakarta. Formasi TOK mereka jalani di tempat berbeda. Frater Wawan kembali ke Seminari Mertoyudan sebagai sub-Pamong, sementara Frater Wawan bekerja di JRS Indonesia yang mengurusi para pengungsi asing di Medan dan Bogor.Keduanya bersama kembali ketika menempuh formasi teologi hingga selesai di Fakultas Teologi Wedabhakti-Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jika tidak ada aral melintang, kedua diakon ini akan menerima tahbisan imam tahun ini. Mohon doa dari seluruh nostri dan rekan berkarya, serta seluruh umat. Kontributor: Angelo Tiro Daenuwy, S. J.

Provindo

Pembukaan Tahun Ignatian: Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus

Serikat Jesus universal baru saja membuka peringatan 500 tahun peristiwa Ignatius terluka di Pamplona dengan nama Tahun Ignatian. Di Indonesia, tahun Ignatian dibuka dengan Perayaan Ekaristi pada Kamis, 20 Mei 2021 pukul 17.00 WIB di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan dipimpin oleh P Benedictus Hari Juliawan, S.J. dengan konselebran P A. Sugijopranoto, S.J. dan P C. Kuntoro Adi, S.J.. Tahun Ignatian ini diperingati selama setahun ke depan sampai 31 Juli 2022. Acara inti akan dilaksanakan pada 12 Maret 2022 yang menandai peringatan 400 tahun kanonisasi Santo Ignatius dan Santo Fransiskus Xaverius. Kondisi pandemi yang tak kunjung selesai tidak mematahkan semangat panitia Tahun Ignatian untuk menyelenggarakan Pembukaan Tahun Ignatian. Panitia membuat berbagai pertimbangan dan tindakan, diantaranya tetap memberlakukan protokol kesehatan bagi para tamu undangan dengan memeriksa suhu, tes genose oleh tim ATMI Surakarta, dan pemberian jarak tempat duduk. Selain itu, tamu undangan yang diperkenankan hadir hanya terbatas untuk komunitas-komunitas dan paroki Jesuit di Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang, serta para rekan berkarya Serikat Jesus di Yogyakarta. Untuk memfasilitasi komunitas SJ, rekan berkarya, dan umat yang tidak dapat bergabung secara langsung bisa mengikuti acara secara virtual di kanal Youtube Jesuit Indonesia.   Pembukaan tahun Ignatian ditandai dengan penyalaan lilin Ignatian oleh Pater Provinsial SJ Indonesia. Lilin ini menjadi simbolisasi agar kita semakin diperbaharui, siap sedia diutus, dan simbol yang memandu tingkah laku dan pola hidup kita sesuai dengan tema Tahun Ignatian yaitu Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus. Selama Perayaan Ekaristi, diputarkan tiga video cannonball moment yang berisi kisah pertobatan dan transformasi yang dialami oleh Simona dari Italia, Frater Andre dari Kolese St. Ignatius Yogyakarta, dan Kiki dari komunitas Magis Indonesia. Pengalaman pertobatan dan transformasi tersebut dialami melalui perjumpaan pribadi dengan Allah yang menyelamatkan. Dalam homilinya, Pater Beni mengajak kita untuk merefleksikan kembali apakah kita pernah mengalami pengalaman perjumpaan dengan Allah secara pribadi. Kemudian, apakah pengalaman perjumpaan tersebut membuat kita berani untuk berubah sehingga kita menjadi diperbarui ataukah berlalu begitu saja?     Dalam Perayaan Ekaristi, ditampilkan juga video pendek hasil karya Teater De Brito dengan judul “Ambillah Kebebasanku.” Film pendek ini mengajak kita untuk berkontemplasi dalam kehidupan para siswa dalam pergulatan di masa pandemi ini agar tetap mendengarkan suara Roh Allah dan terus maju dalam jalan peziarahan sebagai orang muda. Pater Bagus Laksana, sebagai ketua panitia Tahun Ignatian menyampaikan rangkaian kegiatan selama setahun ke depan. Diawali dengan misa pembuka dan akan ditutup dengan misa penutupan pada 31 Juli 2022 kemudian disusul retret untuk semua nostri Jesuit Indonesia dan para rekan berkarya, acara seminar, webinar, dan diskusi bersama mengenai dengan tema utama pertobatan. Panitia bekerja sama dengan beberapa pihak melakukan studi khusus mengenai sejarah perjalanan misi Serikat Jesus sebagai Provinsi selama 50 tahun ini yang nanti hasilnya akan dipublikasikan. Dilakukan pula publikasi buku Pater Jendral berjudul Berjalan bersama Ignatius Loyola. Pater Gregorius Sutomo, S.J. akan menjadi pendamping renungan Menemukan Hidup Baru dalam Kristus. Selain beberapa kegiatan itu, panitia Tahun Ignatian mengajak rekan muda Jesuit dan awam untuk berbagi kisah perjalanan pertobatan transformatif mereka dalam video pendek cannonball moment. Perjalanan ziarah pada situs-situs penting dalam misi Serikat Jesus selama ini, terutama misi di luar Jawa, akan dilakukan dengan dua cara, yaitu virtual dan fisik jika keadaan memungkinkan. Seluruh kegiatan dapat diakses melalui link website www.ignatian500.global atau ignatius500.jesuits.id.     Misa Pembukaan Tahun Ignatian ini bisa terselenggara berkat bantuan berbagai pihak, antara lain para teologan di Kolsani, Koor Ignatius, CM Universitas Sanata Dharma, MAGIS Yogyakarta, dan Kolese de Britto. Selamat memperingati Tahun Ignatian bagi para Jesuit dan rekan berkarya, semoga kita semakin diilhami untuk memiliki keterbukaan hati agar mampu menerima Roh Kudus yang hendak memberi kita keberanian yang ajaib.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator SJ Provindo

Feature

Kami Bersama Rakyat Myanmar: Aksi Solidaritas Masyarakat Indonesia pada KTT ASEAN

Hingga sekarang, situasi di Myanmar tidak ada kemajuan berarti untuk pulih kembali sebagai negara yang demokratis dan damai. Sejak 1 Februari 2021, ketika junta militer melakukan kudeta dan menahan Konselor Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint, rakyat Myanmar hidup dalam situasi genting, tidak aman, dan mengalami kekerasan dari junta militer. Aksi-aksi protes damai ditanggapi dengan kekerasan dan pembunuhan. Mereka bagaikan domba tanpa gembala. Seruan untuk menghentikan kekerasan dan pembunuhan dari lembaga-lembaga dan badan dunia serta para pegiat hak-hak asasi manusia serta kelompok-kelompok religius tidak dihiraukan sama sekali oleh junta militer. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi ke tempat yang aman. Baru-baru ini diberitakan bahwa ada sekitar sekitar 25 ribu orang dari etnis Karen yang mengungsi ke Thailand, karena dibombardir lewat udara oleh militer. Untuk membantu mencari solusi atas situasi di Myanmar ini, Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Jakarta, pada tanggal 24 April 2021 yang lalu. Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah KTT ini. Salah satu agenda pertemuan tersebut adalah mendiskusikan solusi krisis yang sedang terjadi di Myanmar. Pemimpin junta militer yang menggulingkan pemerintahan yang syah, Jendral Min Aung Hlaing diundang untuk menghadiri pertemuan ini. Sementara itu National Unity Government of Myanmar (NUG) yang baru saja dibentuk mewakili rakyat Myanmar tidak diundang. Hal ini menimbulkan kekecewaan rakyat Myanmar dan reaksi keras dari para pegiat hak-hak asasi manusia, komunitas lintas-iman, masyarakat sipil dan individu-individu yang mempunyai perhatian atas kondisi di Myanmar.  Pada tanggal 21 April, saya mendapatkan pesan WA dari teman-teman Myanmar, meminta bantuan warga Indonesia untuk membuat sesuatu dalam menanggapi KTT ASEAN tersebut. Pesan itu “menggelisahkan” saya yang selama ini tidak tahu harus berbuat apa untuk mengungkapkan solidaritas kami dengan rakyat Myanmar. Hal yang langsung muncul di benak saya adalah berdoa bagi mereka. Setiap hari kami memang selalu memasukkan intensi misa untuk rakyat Myanmar dalam misa komunitas. Namun cukupkah itu? Bagaimana agar doa itu bisa didengar tidak hanya oleh Tuhan tetapi juga oleh masyarakat lebih luas? Maka berburu waktu agar tidak kehilangan kesempatan, saya langsung menghubungi jaringan individu dan lembaga-lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap penderitaan rakyat Myanmar. Gayung pun bersambut! Sepuluh lembaga masyarakat sipil dan lembaga sosial keagamaan serta individu-individu bersepakat untuk membuat doa bersama lintas agama secara online.  Dalam waktu singkat, sepuluh lembaga non pemerintah dan lembaga-lembaga sosial keagamaan serta puluhan individu bersepakat untuk mengadakan doa bersama dengan platform zoom pada malam sebelum perhelatan KTT dilaksanakan, yakni 23 April 2021. Kegiatan doa dapat dilihat dalam link berikut: https://youtu.be/NEBHM36LZLk. Intensi doa untuk mengungkapkan solidaritas dengan rakyat Myanmar yang ditinggalkan oleh Negara-negara Asia Tenggara dengan tidak mengundang perwakilan mereka, sebaliknya malah mengundang jenderal junta militer yang melakukan kekerasan dan represi terhadap mereka. Doa dihadiri oleh enam puluh orang dari perwakilan sepuluh lembaga dan individu-individu lain yang mendukung. Sebagai inisiator utama, saya memberikan kata pembukaan dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan dari wakil lembaga-lembaga pendukung dan memuncak pada doa dari tujuh agama dan kepercayaan (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan Sunda Wiwitan). Ada lima poin tuntutan yang diungkapkan dalam doa tersebut, yakni: Menolak kehadiran wakil junta militer, Jenderal Min Aung Hlaing dalam KTT ASEAN dan meminta mengundang perwakilan dari National Unity Government of Myanmar sebagai wakil syah rakyat Myanmar; Mendesak Junta militer untuk melepaskan dengan segera dan tanpa syarat Aung San Suu Kyi dan Win Myint serta tahanan politik lainnya; Mendesak junta militer dengan segera mengakhiri segala bentuk kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat Myanmar, termasuk masyarakat rohingya; Memberikan akses bagi delegasi ASEAN dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ke negara Myanmar untuk melakukan monitoring, menghentikan kekerasan junta militer dan membantu bernegosiasi untuk menemukan solusi secara demokratis, damai, dan inklusif yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Disamping kegiatan doa, pada tanggal 24 April, saat berlangsung KTT, juga diadakan aksi damai yang bertajuk “Gowes for Democracy”, yang diinisiasi oleh Komunitas “Milk Tea Alliance Indonesia” dan didukung oleh lembaga-lembaga masyarakat sipil dan lembaga sosial berbasis agama serta individu-individu lainnya. Kegiatan ini diikuti sekitar 70 pesepeda dari berbagai lembaga dan kelompok masyarakat. Acara dimulai dari kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat menuju tempat perhelatan KTT di kantor Sekretariat ASEAN,  Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara dibuka dengan konferensi pers untuk membacakan pernyataan bersama yang isinya tuntutan-tuntutan seperti yang dinyatakan dalam doa lintas iman di atas. Foto kegiatan dapat dilihat di link berikut: https://drive.google.com/drive/folders/1mJCupS8fcMuGqWokNVY3JtsYktR_ChC_?usp=sharing  Aksi gowes tersebut sempat dihentikan polisi tiga kali. Penghentian ketiga terjadi di Jalan Sudirman dekat Patung Pemuda Membangun. Di situ sempat terjadi ketegangan antara polisi dan peserta aksi, yang videonya sempat viral di twitter @Idmilktea. Video tersebut saya ambil di tempat kejadian, dapat dilihat dalam link berikut: https://youtu.be/U6mz6_lEbCM  Atas situasi Myanmar, KTT ASEAN menelurkan lima kesepakatan, yakni: Kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri; Dialog konstruktif antara semua pihak yang terlibat harus dimulai untuk menemukan solusi damai demi kepentingan rakyat Myanmar; Utusan khusus ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN; ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan lewat AHA Centre. Utusan khusus dan delegasi ASEAN akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak yang berkepentingan. Ada berbagai tanggapan atas hasil kesepakatan ASEAN ini. Rakyat Myanmar dan para aktivis kemanusiaan tidak puas karena rakyat Myanmar tidak terwakili dalam KTT tersebut. Di samping itu juga tidak ada pernyataan yang menuntut junta militer untuk melepaskan sesegera mungkin dan tanpa syarat para tahanan politik. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Perdana Menteri Malaysia dan Singapura sebenarnya menuntut pembebasan para tahanan politik ini, namun tidak masuk dalam hasil keputusan akhir. Ada juga tanggapan lain bahwa hasil kesepakatan KTT ASEAN ini sangat kuat dan secara terang-terangan disampaikan di depan jenderal junta militer yang hadir dalam KTT tersebut. Namun demikian, Jenderal Min Aung Hlaing tidak jelas komitmennya untuk menjalankan kesepakatan itu. Bahkan sehari setelah kesepakatan ASEAN keluar masih terjadi kekerasan dan pembunuhan empat rakyat Myanmar yang mengadakan protes damai. Selain itu dua hari setelah KTT tersebut juga terjadi pecah konflik antara militer etnik Karen dengan junta militer yang menyebabkan sekitar 25 ribu lebih warga Karen mengungsi ke Thailand.  Sementara itu, lewat twitter Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa menanggapi hasil KTT ASEAN sebagai sebuah

Feature

Kesahajaan Umat Dayak di Paroki Botong

Berada di Kalimantan, tentu saja yang terbayang adalah kebun sawit dan tambang. Namun, pengalaman saya berada di Botong, Kualan Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat, dua hal tersebut tidak ada sama sekali. Di Botong, saya bisa menikmati indahnya alam Kalimantan dengan hutan yang luas dan sungai yang mengalir deras serta dapat hidup bersama orang-orang dayak yang ramah dan pekerja keras. Di tempat ini, kita bisa melihat dengan jelas keaslian orang dayak dan juga alam yang dijaga oleh mereka. Sekitar enam bulan yang lalu, seorang Jesuit telah hadir di Pra Paroki Santa Maria, Botong, Ketapang, yaitu Rm. A. Mardi Santosa, S.J. Paroki ini akan diserahkan kepada Serikat Jesus untuk mengawali Paroki SJ yang berada di Kalimantan. Menurut Rm Mardi, paroki ini dipilih karena “kebersahajaan” orang-orang di desa Botong ini menarik untuk kita dampingi. Orang-orang Dayak di Botong merupakan orang Dayak murni yang belum tercampur budaya dari suku lain. Juga alam di sini masih sangat asri dan belum masuk industri perkebunan besar. Perkebunan dan hutan masih dikelola secara klan/keluarga. Maka, berada di tempat ini seperti cita-cita Jesuit dalam Universal Apostolic Preferences yaitu untuk mengajak semua orang mendalami dan mengambil tindakan perubahan seturut Injil.” Pra-paroki Botong terletak di ujung utara Keuskupan Ketapang. Daerah ini sangat terpencil. Untuk menjangkau tempat tersebut menggunakan kendaraan tidaklah mudah karena hanya bisa dijangkau kendaraan roda dua melalui jalan yang sulit. Untung saja saya berada di sana saat kemarau sehingga jalan tidak terlalu buruk. Meskipun begitu, saya masih menemui kesulitan karena tidak terbiasa off road. Tiba di Pastoran Botong membuat saya lega karena akhirnya sampai juga di lokasi. Kulit saya perih dan memerah karena panas yang membakar kulit. Namun semua itu terlupakan ketika disambut umat yang ramah dan ceria. Kami bercerita dan bersenda gurau bersama-sama ditemani kopi asli Kalimantan dan juga gorengan khas mereka. Kami semua merasa lega telah sampai lokasi dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Saya berada di tempat ini selama pekan suci. Saya bertugas membantu mempersembahkan misa atau ibadat, baik di paroki maupun stasi. Empat hari pertama saya berada di Gereja Botong dan stasi-stasi terdekat dengan menggunakan motor dan empat hari berikutnya saya keliling stasi-stasi dengan menggunakan perahu. Saya merasakan bahwa ini menjadi pengalaman yang sangat menarik. Untuk menjangkau sebuah lokasi pelayanan tidaklah semudah dan semurah seperti di Jawa. Juga sangat melelahkan. Namun berbagai kesulitan dan kelelahan tersebut hilang begitu bertemu penduduk sekitar yang sangat ramah dan air sungai yang jernih segar. Memang tidak semua sungai di sana berair jernih dan segar karena adanya tambang emas ilegal. Hal lain yang juga saya lihat menarik di sana adalah betapa orang-orang di sana memiliki karakter pekerja keras. Di tengah cuaca yang panas dan terik, mereka bersama-sama menanam atau menuai padi di tengah hutan. Selain itu, mereka juga bekerja sama memotong kayu di hutan untuk membangun sebuah rumah. Ada juga yang bercerita kepada saya kalau tangannya bengkak karena harus potong kayu yang besar dan keras. Menarik juga ketika tahu bahwa mayoritas orang di sana memiliki hobi sama, yaitu memancing ikan baong. Mari kita bersama-sama berdoa untuk perkembangan umat di Botong agar mendapatkan rahmat melimpah untuk mensyukuri dan merawat alam yang indah ini serta merasakan bagaimana Tuhan bekerja bersama mereka dalam hidup ini. Kontributor: Windar Santoso, SJ

Perjalanan air ke Paroki Malaikat Gabriel Kapi
Feature

Asistensi Pekan Suci yang Memperkaya

Nostri dan rekan berkarya terkasih, Pekan Suci yang lalu Rm. Sudri mengutus saya untuk asistensi Tri Hari Suci dan sosialisasi PNE (Pustaka Neo Edutech) di Keuskupan Agats-Asmat. Uskup Mgr. Aloysius Murwito OFM meminta saya ke paroki Malaikat Gabriel Kapi, yang dikomandani Pater Heribertus Antoine Ola, Pr didampingi Pater Pius Apriyanto, Pr, yang baru ditahbis. Paroki Kapi menjadi perhatian nasional tahun 2018 akibat campak dan gizi buruk. Keadaan sekarang jauh berbeda. Transportasi Air Perjalanan dari Agats ke Kapi menggunakan long boat sungguh luar biasa. Kami berangkat pukul 10 pagi dan tiba pukil 17.30. Rencana semula berangkat 07.30, tetapi karena air masih surut, boat belum bisa melewati air. Setiap kali ke Agats, Pater Heri berbelanja keperluan pastoran, paroki, kios dan pribadi. Yang selalu harus dibeli adalah bahan bakar untuk long boat. Perjalanan ke Kapi menembus beberapa kali potong untuk mempersingkat waktu perjalanan. Perjalanan bervariasi antara sungai besar-laut lepas-kali potong-muara. Kali-kali potong tidak dapat dilewati saat air surut. Menembus kali potong membutuhkan keahlian tersendiri. Ada kali potong yang lebarnya sedikit lebih lebar dari badan boat kami. Kadang kami harus merunduk untuk menghindari cabang-cabang pohon yang terjuntai di atas kami. Kiri kanan hanya hutan belantara yang indah. Kicau burung menyemarakkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kami diguyur hujan, hanya sekejap matahari memancarkan sinarnya. Perjalan Agats-Kapi biasanya 6 jam. Transportasi air merupakan transportasi utama di Keuskupan Agats. Kunjungan uskup maupun pelayan pastoral harus memperhatikan kalender air yang disediakan oleh BMKG. Angka 2-3 disebut air koda, keadaan air normal, aman untuk dilalui. Diluar rentang itu perlu waspada. Kalender air membantu memperkirakan waktu pasang surut air, sehingga kegiatan/kunjungan bisa direncanakan. Kali ini saya bisa menumpang pastor paroki Kapi karena dia ke Agats menghadiri rekoleksi keuskupan yang dibawakan Pater Yan Djawa, SVD dari Jayapura. Rekoleksi berlangsung Selasa, 30 Maret pagi, dilanjutkan misa Krisma pada sore hari. Saya bersyukur sore bisa bergabung. Kasula yang digunakan khas Asmat. Masyarakat Peramu Masyarakat Asmat tinggal di daerah rawa, tergolong peramu. Mereka ke hutan bila persediaan sagu habis, atau ke sungai mencari ikan, udang. Di sepanjang sungai/laut terdapat bevak yang digunakan untuk bermalam saat mereka mencari sagu atau makanan lain di hutan. Incest Perkawinan sedarah di Kapi dan beberapa wilayah tak terhindarkan karena lingkungan yang tertutup. Berkunjung ke wilayah lain hanya bisa dilakukan dengan boat sedangkan masyarakat umumnya hanya memiliki perahu kecil yang tidak bisa dipakai untuk jarak jauh. Untuk mengatasi keadaan ini keuskupan mengadakan kegiatan OMK per dekenat. Sesudah Paskah, 18-25 April, kegiatan OMK dekenat dipusatkan di Kapi. Orang-orang muda belajar berkebun, memasak, memproses sagu, dan belajar saling mengenal satu sama lain. Puasa Internet Kapi belum memiliki koneksi internet. Listrik menggunakan generator yang menyala pkl. 18.00-06.00. Kabel listrik sudah terpasang oleh PLN, namun belum teraliri. Kejadian Luar Biasa (KLB) 2018 Tahun 2018 tahun kelam bagi paroki Kapi, karena menjadi perhatian nasional akibat laporan penyakit campak dan gizi buruk. Perhatian muncul setelah uskup berkunjung bersama seorang dokter dari Jakarta. Sang dokter terkejut melihat banyak anak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, dan banyak yang menunjukkan gejala campak. Saat itu Kapi masih berstatus kuasi paroki. Sejak diliput Kompas banyak wartawan datang meliput. Dinas Kesehatan seperti tersengat. Perubahan mulai tampak sejak Kapi menjadi paroki dan dikomandani Pater Heri. Warga tampak bersih, kulit mereka sehat. Kebiasaan mandi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan semakin tampak. Pemberdayaan Umat Kapi Pastor paroki berusaha memberdayakan umat yang seluruhnya masyarakat Asmat, dengan mengolah dan menjual tepung sagu, menanam sayur, keladi dan padi. Pemberdayaan ini diharapkan bisa meningkatkan gizi dan ekonomi umat. Tri Hari Suci Kamis Putih dan Jumat Agung saya menemani pastor paroki di Kapi. Sabtu Paskah saya ikut Pater Pius ke stasi St. Petrus dan Paulus As’atat. Perjalanan ke As’atat menembus hujan dan angin. Perayaan Malam Paskah sungguh menyentuh, dilingkupi oleh cahaya redup dan hembusan angin. Setelah perayaan kami langsung kembali ke Kapi. Perjalanan pulang yang dingin kami nikmati sambil sesekali melihat kerlap-kerlip kunang-kunang. Sawaerma Dalam perjalanan pulang ke Agats, tak terduga saya bisa bertemu Pater Vincent Paul Cole, Maryknoll, pastor Amerika yang menjadi misionaris sejak 1979 di Sawaerma. Pater membangun gereja Kristo Amore (Kristus Bangkit) yang penuh dengan ukiran Asmat. Tiang-tiang gereja menggambarkan unsur dunia dan ilahi. Semua ukiran kayu swadaya umat. Ada 12 tungku di dalam gereja. Setiap tungku dikelilingi oleh 2 keluarga. Tidak ada kursi dalam gereja, umat dan imam duduk di lantai. Umat membaca Kitab Suci pada Tungku Sabda dan imam merayakan Ekaristi pada Tungku Ekaristi yang letaknya berhadapan. Tidak habisnya saya mengagumi gereja agung, artistik dan megah ini. PNE Sebelum dan sesudah asistensi saya meluangkan waktu untuk mengenalkan Pustaka Neo Edutech, kreasi Rm. Sudri dan tim. Para guru terheran-heran. Mereka bisa mengakses materi dan video pelajaran tanpa harus menggunakan jaringan internet. Ini pengalaman pertama mereka menggunakan intranet. Akhir Kata Pengalaman Pekan Suci di Keuskupan Agats-Asmat sungguh memperkaya. Saya belajar banyak dari pastor paroki yang mampu berkreasi di tengah himpitan keterbatasan. Alam menyediakan yang dibutuhkan. Kontributor: Dismas Tulolo, SJ

Prompang

AYOK: A Joyful Vocation Week 2021

Dalam rangka memeriahkan Hari Minggu Panggilan Sedunia ke-58, Tim Prompang SJ menyelenggarakan serangkaian acara bertajuk AYOK: A Joyful Vocation Week 2021. Rangkaian kegiatan ini diadakan pada 22-24 April 2021. Pada Kamis, 22 April 2021, AYOK dimulai dengan “Temu Virtual Tim Prompang” yang melibatkan religius dari berbagai LHB (Lembaga Hidup Bakti atau Ordo/Tarekat) dan Keuskupan. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 180 peserta. Rm. Agustinus Setyodarmono menjadi fasilitator utama yang menuntut refleksi bersama atas kinerja Tim Prompang setiap komunitas. Antusiasme peserta begitu besar sehingga acara ini dilanjutkan dalam dua kesempatan ke depan pada bulan Mei dan Juni. Pada Jumat, 23 April 2021, AYOK dilanjutkan dengan “Tilik Hidup Membiara.” Acara ini dihadiri oleh lebih dari 190 OMK yang tersebar di seluruh Indonesia. Sejumlah sekolah bahkan mengikuti acara ini bersama-sama. Acara ini mengundang sejumlah pembicara seperti Rm. Harry Setianto, S.J., Br. Andri Pratomo, FIC, Sr. Hetwika, SJMJ, Rm. Frans Kristiadi, Pr., dan Jennifer Odelia (OMK). Mereka saling berbagi pengalaman hidup membiara dan bagaimana perspektif OMK memandang para biarawan/wati. Pada Sabtu, 24 April 2021, AYOK ditutup dengan “Talkshow dan Ekaristi Kaum Muda.” Acara ini merupakan kolaborasi antara para Frater Filosofan Unit Johar Baru dengan OMK Theresia. Talkshow diramaikan oleh fr. Petrus Craver, S.J., Sr. Alexandrine, OSU, dan Walma Jelena. EKM dimeriahkan oleh Rm. L. Suharjanto, S.J., Jennifer Odelia, dan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo melalui rekaman homili. Bagi Tim Prompang SJ, acara AYOK 2021 menjadi kesempatan untuk merayakan sukacita rahmat panggilan yang Tuhan berikan. Kata ‘AYOK’ tidak sekadar menjadi akronim atau singkatan, tetapi juga berarti undangan atau ajakan (kata seru ayo). Kami ingin mengajak orang muda untuk mengalami sukacita perjumpaan dengan para religius dalam menghidupi panggilan Tuhan. Panggilan Tuhan tidak pernah eksklusif. Maka dari itu, kami mengundang religius dari berbagai LHB dan Keuskupan untuk turut memeriahkan acara ini. Selain itu, ada pula OMK yang terlibat karena panggilan Tuhan begitu beragam. Paus Fransiskus dalam Gaudete et Exultate juga menekankan bahwa panggilan kekudusan tidak hanya dimiliki oleh kaum berjubah, tapi semua orang. Inilah tanggapan kami atas ajakan Pater Jenderal Arturo Sosa untuk membangun “kultur promosi panggilan” yang sudah kita lakukan selama bertahun-tahun. Sebagai Jesuit, sejatinya kita semua adalah promotor panggilan karena hidup kita adalah kesaksian bagi orang-orang yang kita layani. Kontributor: Tomas Becket Pramudita, SJ – Prompang SJ