Pilgrims of Christ’s Mission

Karya Pendidikan

Yayasan Kanisius Cabang Surakarta: Pendidikan Kontekstual Refleksi Berbagi Saat Bencana

Rasa duka mendalam  terjadi saat bencana Siklon Tropis Seroja yang membuat banjir bandang melanda daerah Nusa Tenggara Timur hari Minggu, 4 April 2021. Kepedulian atas peristiwa ini datang dari berbagai pihak yang memberikan bantuan secara moral maupun material. Doa, ungkapan bela rasa, dan bantuan yang lain menjadi wujud rasa persaudaraan pada saudara-saudari yang baru terkena musibah. Menarasikan Konteks Bencana Yayasan Kanisius Cabang Surakarta melalui ajakan Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Romo Joseph M.M.T. Situmorang, S.J. mengajak komunitas sekolah baik guru, karyawan, maupun siswa ikut peduli membantu saudara-saudari di NTT yang sedang mengalami musibah dengan doa dan dana. Tidak menjadi soal berapa dana yang diperoleh namun yang penting kerelaan membantu secara ikhlas dan sukarela. Dana disalurkan melalui Yayasan KARINAKAS Keuskupan Agung Semarang. Dalam konteks pendidikan, Romo Joseph mengajak 40 sekolah yang ada di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta selain membangun rasa solidaritas juga mengedukasi para siswa tentang badai (siklon) Seroja yang menyebabkan banjir dan tanah longsor di NTT. Edukasi dilakukan agar para siswa mengetahui penyebab, proses terjadinya badai, gejala yang perlu diamati, dampak yang terjadi serta meminimalisasi dampak resiko bencana di masa depan.. Edukasi yang bisa dilakukan para guru pada siswa dapat dilakukan dengan mencari referensi dari sarana-sarana internet (Google, Youtube dll). Edukasi dapat dilakukan secara kreatif dan disesuaikan dengan situasi, kondisi dan daya tangkap para siswa. Yayasan berharap dengan belajar dari bencana ini, insan Kanisius dapat mengembangkan pengetahuan (kognitif), hati (afektif), dan tergerak memiliki solidaritas untuk mengulurkan tangan membantu dana bagi yang sedang terkena bencana (konasi/psikomotorik). Konteks, refleksi, dan aksi yang dilakukan merupakan pendidikan kontekstual dan komprehensif seturut Paradigma Pedagogi Reflektif ( PPR).  Edukasi bencana: Refleksi dan Aksi Edukasi pendidikan kontekstual saat bencana menjadi bagian keterlibatan guru mendidik para siswa masuk ke dalam “laboratorium masyarakat.” Guru mendidik para siswa untuk membiasakan mengamati, berempati, beraksi dan ikut merasakan bela rasa dalam menyikapi adanya bencana. Dalam pendidikan refleksi ini, sangat penting campur tangan orang tua untuk mendampingi dan menjadi pembimbing sikap empati anak agar di tengah pandemi anak ikut merasakan derita yang dialami saudara-saudari yang lain.  Pendidikan reflektif menjadi bagian pembentukan karakter para siswa agar memahami situasi yang dialami oleh orang lain di tengah hidup masyarakat.  Menanggapi sekolah-sekolah Kanisius memberikan pendidikan kebencanaan dengan mengembangkan literasi bencana berupa berita-berita dari media online, tayangan televisi, portal-portal berita, dan pemberian tugas bagi siswa yang bertujuan memberikan pemahaman pentingnya mengetahui sebab terjadinya badai Seroja, dampak, dan sikap kehati-hatian jika terjadi bencana serupa. Informasi dan penjelasan  dari BMKG yang ditayangkan televisi juga menjadi bahan edukasi.  Di sisi lain, untuk membangun solidaritas melalui pengumpulan dana SMK Kanisius dan SD Kanisius Keprabon 2 membagikan video Friends Are Family yang berisi sikap peduli siswa-siswi di suatu kelas yang memberi bantuan temannya yang tidak membawa bekal makan saat istirahat. Video ini sebagai sarana menggugah empati para siswa untuk menyisihkan uang saku yang tidak dikeluarkan karena pembelajaran di rumah atau meminta orang tua untuk membantu berdonasi tanpa melihat nominalnya. Gerakan bersama sekolah yang melibatkan guru,  siswa, orang tua, komite sekolah, dan pihak-pihak yang peduli pendidikan, serta umat dan masyarakat merupakan bentuk pendidikan kontekstual yang memberikan arti lebih pada edukasi, refleksi, dan berbagi terutama dalam pendidikan para siswa. Menggalang Dana Lewat Bazar Salah satu cara yang dilakukan SD Kanisius Wonogiri dalam menanggapi ajakan Yayasan Kanisius Cabang Surakarta dalam penggalangan dana dilakukan dengan cara bazar dan live music. Siswa-siswi yang bisa memainkan keyboard dan alat musik bersama guru, komite sekolah, umat dan masyarakat sekitar bersama-sama menggalang dana dengan gembira dan ikhlas sambil bernyanyi dan membeli aneka makanan dan stand yang disediakan sekolah, orang tua, komite, dan masyarakat. Hasil yang diperoleh dalam penggalangan dana di SD Kanisius Wonogiri diinformasikan melalui Instagram sebagai bentuk ucapan terima kasih bagi yang sudah berkenan membantu. Pada akhir pengumpulan dana, 30 April 2021, Yayasan Kanisius Cabang Surakarta berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 39.072.500,00. Dana tersebut ditransfer kepada Yayasan KARINA KAS yang akan disalurkan melalui Jaringan CARITAS untuk NTT. Dana sudah diterima disertai ucapan terima kasih dari pengelola Yayasan KARINA KAS. Semoga pola pendidikan kontekstual reflektif saat berbagi ini menjadi sarana insan pendidikan Kanisius, khususnya para siswa Kanisius, untuk semakin memiliki hati yang peduli. Semoga Kanisius semakin di hati anak-anak Indonesia. Kontributor: F.X. Juli Pramana – Guru dan Kepala SMK Kanisius Surakarta

Pelayanan Gereja

“Ah, nasi bungkus lagi”

Ungkapan tersebut dapat memiliki makna berbeda ketika disampaikan oleh seseorang dalam situasi yang berbeda pula. Mungkin hal itu menjadi ungkapan kekecewaan ketika nasi bungkus itu diterima oleh seorang anak yang terbiasa makan KFC, McD, burger, pizza atau makanan cepat saji lainnya. Meskipun sama-sama terbeli, namun konotasi nasi bungkus bagi mereka adalah makanan murahan dan tidak enak. Sebaliknya, ungkapan tersebut dapat menjadi ungkapan syukur ketika nasi bungkus itu diterima oleh seorang anak yang sedang membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Gerakan Berbagi Nasi Jakarta Selama bulan Ramadhan, Gerakan Berbagi Nasi Jakarta dijalankan melalui jalur koordinasi dengan Kecamatan, Kelurahan, RW, dan RT setempat. Dalam salah satu kesempatan, pada 6 Mei 2021 yang lalu, umat Paroki St. Robertus Bellarminus-Cililitan bergabung dengan rekan-rekan LMK, Pengurus RT-RW, ibu-ibu PKK serta ibu-ibu Kader RW 01 Kelurahan Kramat Jati bersama-sama menjalankan Gerakan Berbagi Nasi Jakarta. Meski sejak siang hingga sore hari diguyur hujan, namun hal itu tidak mengendorkan semangat untuk berbagi. Tepat pada pukul 16.30 WIB, bertempat di depan Mushola Al-Huda, ibu-ibu mulai menghentikan sepeda motor atau pejalan kaki yang lewat di Jalan Kelapa Gading III. Tidak semua kendaraan bermotor yang lewat dihentikan., Pilihan dijatuhkan pada mereka yang berprofesi sebagai ojek online atau mereka yang menggunakan masker dengan benar. Begitu pula dengan beberapa pemulung yang lewat.  Hanya yang bermasker yang dihentikan. Pada awalnya mereka sedikit bingung karena dihentikan di antara kerumunan. Namun saat disodorkan dan menerima nasi bungkus, yang terdengar adalah ucapan terima kasih dan terlihat pula gurat senyuman dibalik masker yang dikenakannya. Sukacita berbagi Sekitar 200-an nasi bungkus selesai dibagikan saat menjelang adzan Maghrib sebagai tanda berbuka puasa. Ada canda tawa, ada rasa lega dan ada pula sukacita sepanjang waktu membagikan nasi yang diiringi gerimis kecil. Keterlibatan umat Paroki St. Robertus Bellarminus – Cililitan sore itu, menjadi hal yang tidak biasa.  Biasanya kami hanya bisa mengucapkan selamat berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi kali ini kami juga mengucapkan selamat berbuka puasa. Sukacita, keakraban, silaturahmi, serta kebersamaan dalam keragaman inilah yang dirasakan. Dan di balik itu semua, kita senantiasa  sadar bahwa “sebungkus nasi tidak akan mengubah kehidupan mereka, tapi sebungkus nasi dapat mengajarkan pada kita cara bersyukur dan lebih peka terhadap sesama.” (Slogan Gerakan Berbagi Nasi Jakarta) Kontributor : KOMSOS Paroki Cililitan.

Pelayanan Spiritualitas

MAGIS Jakarta Action Day 2021

MAGIS Action Day merupakan salah satu program kegiatan formasi  tahunan dari komunitas MAGIS Indonesia. Setiap formasi akan melakukan aksi nyata yang dibagikan ke sesama baik secara spiritualitas, service, maupun companionship. Di tahun 2021 ini, MAGIS Jakarta melakukan aksi berupa sharing dan “ngobrol lebih dalam” berlandaskan spiritualitas St. Ignatius Loyola bersama dengan saudara-saudari dan teman-teman orang muda katolik yang tersebar di seluruh paroki di Indonesia secara virtual. Pada hari Minggu, 09 Mei 2021, MAGIS Indonesia, khususnya MAGIS Jakarta mengadakan kegiatan MAGIS Action Day (MAD) 2021 dengan tema “Into The Depth”.   Dalam  kegiatan ini, komunitas MAGIS memberikan semangat spiritualitas Ignasian kepada saudara-saudari dan teman-teman orang muda katolik secara virtual. Peserta yang mengikuti kegiatan MAD ini kurang lebih 160 orang dengan berbagai latar belakang.Di awal pembukaan, Frater Septian Kurniawan, SJ membuka zoom room dengan menyapa peserta dan mengenalkan komunitas MAGIS Indonesia; sejarah terbentuknya komunitas MAGIS hingga kegiatan yang dilakukan. Rm. Alexander Koko, SJ selaku moderator MAGIS Indonesia membuka pengantar dengan membagikan spirit dan tujuan dari kegiatan MAD 2021. Dalam rangka menyambut Tahun Ignatian, Romo Koko mengajak kami untuk berproses dan mengolah hidup lebih mendalam dengan spiritualitas Latihan Rohani dan doa Ignasian yang telah dibagikan oleh Santo Ignatius Loyola semasa hidupnya ke semua orang. Kegiatan ini juga sejalan dengan salah satu dari empat Universal Apostolic Preferences (UAP) Serikat Jesus yaitu Berjalan Bersama dengan Kaum Muda. Dalam kegiatan MAD ini, peserta mendapatkan pembekalan berupa Apa itu Doa, Apa itu Doa Ignasian, Apa saja Doa Ignasian, dan sesi tanya jawab. Juga, ada sharing pengalaman dari pendamping, frater maupun anggota dari komunitas MAGIS dalam grup kecil (circle) perihal bagaimana berproses selama melakukan Doa Ignasian. Pada sesi terakhir, Romo Koko menyimpulkan seluruh rangkaian kegiatan MAD ini dengan sebuah kutipan “Hidup ini bagaikan sebuah petualangan dimana ada banyak hal yang tidak terduga selama di perjalanan dan bagaimana menyikapi hal tersebut dengan keheningan dan ketenangan untuk merasakan dan menemukan Tuhan dalam segala.”

Pelayanan Gereja

Buah Roh Kudus: Ulang Tahun ke-73 Paroki Tangerang

Semuanya bermula dari pembaptisan seorang bayi bernama Eric Edward van Ameron anak  pasangan suami-istri Belanda Frederick Hendrik van Ameron dan Irene Adolphine C. Pater J. van Leengoed, S.J. membaptis sang bayi pada 23 Mei 1948. ikal bakal itu telah menumbuhkan belasan ribu umat di Paroki Tangerang Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB). Data pada catatan Paroki per Mei 2021 menunjukkan jumlah umat telah mencapai 5.969 kepala keluarga (KK) Sejarah juga mencatat pemekaran Paroki Tangerang menjadi enam paroki.   Pada tahun 1948 Mgr. Petrus Willekens, S.J. menempatkan P J. van Leengoed, S.J. di Tangerang sekaligus sebagai pastor tentara. P Laurentius van der Werf, S.J. (saat itu Pastor Kepala Mangga Besar) hadir untuk ikut menangani Tangerang. Masyarakat Tangerang saat itu terdiri atas dua suku besar, yakni suku Tionghoa dan suku Banten yang sudah ada berabad-abad sebelumnya. Pater Werf yang ahli dalam misi Tionghoa, beberapa kali dalam seminggu mengunjungi ladang barunya. Usaha yang tak kenal lelah dari Pater Werf tersebut menjadikan Mgr. Willekens, pada tahun 1952, berkenan menjadikan Tangerang sebagai paroki dari Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan nama Hati Maria Tak Bernoda.  La Petite Histoire (sejarah kecil) Paroki Tangerang itu diangkat oleh P Benedictus Hari Juliawan, S.J. dalam homili pada misa konselebrasi Hari Raya Pentakosta, sekaligus memperingati ulang tahun ke-73 Paroki Tangerang, pada hari Minggu (23/5) lalu. Dalam misa itu, Pater Provinsial didampingi konselebran PP Walterus Teguh Santosa, S.J. (Pastor Kepala), Justinus Sigit Prasadja, S.J. (Pastor Ekonom Provindo), Simon Petrus Bambang Ponco Santoso, S.J. (Pastor Rekan), dan Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. (Pastor Rekan). “Berawal dari pembaptisan bayi (usia dua bulan), sekarang menjelma menjadi paroki yang besar,” kata Pater Provinsial. Dalam perayaan Pentakosta itu, Pater Provinsial mengajak umat kembali untuk merefleksikan buah-buah roh. Roh itulah yang menguatkan dan menopang perjalanan Paroki HSPMTB sehingga menjadi paguyuban umat yang besar dan kuat, terlebih di dalam menghidupi perjalanan iman. Proses perkembangan tersebut mengingatkan akan adanya kekuatan yang menemani, mengupayakan kebersatuan umat. Kekuatan yang menemani itu ditegaskan oleh Pater Provinsial sebagai Roh Kudus, dari kata parere-parakletos, yang ada di samping, untuk bersama dan menemani. Menemani berarti membantu umat untuk mengambil keputusan, mengajak berbicara, dan ikut menemani di saat-saat sulit. Kehadiran roh ini adalah roh yang mempersatukan, meski perbedaan akan selalu ada. Untuk itu perbedaan itu tak bisa dan tak perlu dihapus, sebab merupakan bagian dari rahmat Tuhan sendiri. Bacaan pertama dari Kisah para Rasul (Kis 2: 1-11), kiranya aktual dalam konteks dampak pandemi covid-19 di dunia kita sekarang ini. “Para murid saat itu tengah mengalami ketakutan dan mengunci diri pada suatu ruangan. Kemudian Roh Allah datang dalam rupa lidah-lidah api dan tiupan angin keras. Sama seperti  angin dan api yang menandai kehadiran Allah saat Musa mendapat sepuluh perintah Allah di gunung Sinai,” kata Pater Provinsial. Saat ini pun umat juga tengah takut dan mengunci diri oleh karena covid-19. Pater Provinsial mengajak umat mau membuka diri untuk kehadiran Roh Kudus dalam perjalanan iman. Bagaimanapun berbagai macam persoalan akan selalu ada dalam kehidupan yang dijalani, maka dengan kehadiran Roh yang menguatkan itu kita berani menghadapi segala tantangan. “Hidup itu selalu penuh cobaan, kalau penuh dengan saweran itu namanya dangdutan,” demikian tulisan di sebuah bak truk yang disitir oleh Pater Provinsial.  Kontributor: P Ignatius Suryadi Prajitno, S.J. – Paroki Tangerang

Pengumuman A24

Pengumuman Kaul Akhir – Juni 2021

Dalam surat tertanggal 24 Mei 2021, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. mengeluarkan dekrit yang memutuskan untuk meminta saudara-saudara kita di bawah ini untuk mengucapkan kaul akhir dalam Serikat Jesus: P. Agustinus Sarwanto, S.J. P. Ignatius Drajat Soesilo, S.J. Br. Yohanes Paulus Sunari, S.J. Kita mengucapkan Proficiat untuk ketiga saudara kita ini dan membawa mereka dalam doa-doa kita. Tempat dan tanggal pengucapan kaul akhir akan diumumkan menyusul. Bambang A. Sipayung, S.J. Socius Provinsial SJ Indonesia

Provindo

Tahbisan Diakon SJ: Dan Kamu harus Menjadi Saksi!

Senin, 10 Mei 2021, menjadi hari istimewa bagi Provindo karena dua fraternya ditahbiskan diakon, yaitu Frater Martinus Dam Febrianto, S.J. dan Frater Philipus Bagus Widyawan, S.J. Keduanya ditahbiskan diakon oleh Bapak Uskup Robertus Rubiyatmoko, Uskup Agung Semarang, di Gereja Santo Antonius Padua, Kotabaru, Yogyakarta. Dalam upacara tahbisan tersebut, Bapa Uskup didampingi oleh Provinsial SJ Indonesia, Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dan Rektor Kolese Santo Ignatius Yogyakarta, Pater Andreas Sugijopranoto, S.J. Prosesi tahbisan dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan umat yang hadir pun dibatasi jumlahnya. “Kamu Harus Bersaksi” diambil dari Injil Yohanes (Yoh 15:27) menjadi tema tahbisan diakon SS Dam dan Wawan. Tema ini menggambarkan rasa syukur mereka berani mengambil keputusan menjadi murid Kristus meskipun mereka memiliki banyak kelemahan dan kerapuhan. Ayat ini jugalah yang menguatkan mereka untuk menjadi saksi Kristus di tengah umat beriman.Dalam homilinya, Bapak Uskup berpesan agar kedua diakon hendaklah melayani dengan penuh kerendahan hati dan sukacita serta bertekun dalam doa sebagai tanda kedekatan dan kelekatan terhadap Kristus. Para diakon hendaklah terus belajar dan selalu bergantung pada rahmat iman akan Yesus Kristus dan Roh Kudus agar mampu tetap setia melaksanakan kehendak Allah, baik dalam kata-kata maupun tindakan.Kedua diakon ini berasal dari latar belakang yang berbeda. Sebelum masuk novisiat, Frater Dam telah bekerja di industri budidaya tanaman air dan ikan di Lampung, Sumatera Selatan. Sementara Frater Wawan masuk novisiat setelah lulus dari Seminari Menengah Santo Petrus Canisius, Mertoyudan.Selesai novisiat, keduanya melanjutkan formasi filsafat di STF Driyarkara, Jakarta. Formasi TOK mereka jalani di tempat berbeda. Frater Wawan kembali ke Seminari Mertoyudan sebagai sub-Pamong, sementara Frater Wawan bekerja di JRS Indonesia yang mengurusi para pengungsi asing di Medan dan Bogor.Keduanya bersama kembali ketika menempuh formasi teologi hingga selesai di Fakultas Teologi Wedabhakti-Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Jika tidak ada aral melintang, kedua diakon ini akan menerima tahbisan imam tahun ini. Mohon doa dari seluruh nostri dan rekan berkarya, serta seluruh umat. Kontributor: Angelo Tiro Daenuwy, S. J.

Provindo

Pembukaan Tahun Ignatian: Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus

Serikat Jesus universal baru saja membuka peringatan 500 tahun peristiwa Ignatius terluka di Pamplona dengan nama Tahun Ignatian. Di Indonesia, tahun Ignatian dibuka dengan Perayaan Ekaristi pada Kamis, 20 Mei 2021 pukul 17.00 WIB di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan dipimpin oleh P Benedictus Hari Juliawan, S.J. dengan konselebran P A. Sugijopranoto, S.J. dan P C. Kuntoro Adi, S.J.. Tahun Ignatian ini diperingati selama setahun ke depan sampai 31 Juli 2022. Acara inti akan dilaksanakan pada 12 Maret 2022 yang menandai peringatan 400 tahun kanonisasi Santo Ignatius dan Santo Fransiskus Xaverius. Kondisi pandemi yang tak kunjung selesai tidak mematahkan semangat panitia Tahun Ignatian untuk menyelenggarakan Pembukaan Tahun Ignatian. Panitia membuat berbagai pertimbangan dan tindakan, diantaranya tetap memberlakukan protokol kesehatan bagi para tamu undangan dengan memeriksa suhu, tes genose oleh tim ATMI Surakarta, dan pemberian jarak tempat duduk. Selain itu, tamu undangan yang diperkenankan hadir hanya terbatas untuk komunitas-komunitas dan paroki Jesuit di Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang, serta para rekan berkarya Serikat Jesus di Yogyakarta. Untuk memfasilitasi komunitas SJ, rekan berkarya, dan umat yang tidak dapat bergabung secara langsung bisa mengikuti acara secara virtual di kanal Youtube Jesuit Indonesia.   Pembukaan tahun Ignatian ditandai dengan penyalaan lilin Ignatian oleh Pater Provinsial SJ Indonesia. Lilin ini menjadi simbolisasi agar kita semakin diperbaharui, siap sedia diutus, dan simbol yang memandu tingkah laku dan pola hidup kita sesuai dengan tema Tahun Ignatian yaitu Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus. Selama Perayaan Ekaristi, diputarkan tiga video cannonball moment yang berisi kisah pertobatan dan transformasi yang dialami oleh Simona dari Italia, Frater Andre dari Kolese St. Ignatius Yogyakarta, dan Kiki dari komunitas Magis Indonesia. Pengalaman pertobatan dan transformasi tersebut dialami melalui perjumpaan pribadi dengan Allah yang menyelamatkan. Dalam homilinya, Pater Beni mengajak kita untuk merefleksikan kembali apakah kita pernah mengalami pengalaman perjumpaan dengan Allah secara pribadi. Kemudian, apakah pengalaman perjumpaan tersebut membuat kita berani untuk berubah sehingga kita menjadi diperbarui ataukah berlalu begitu saja?     Dalam Perayaan Ekaristi, ditampilkan juga video pendek hasil karya Teater De Brito dengan judul “Ambillah Kebebasanku.” Film pendek ini mengajak kita untuk berkontemplasi dalam kehidupan para siswa dalam pergulatan di masa pandemi ini agar tetap mendengarkan suara Roh Allah dan terus maju dalam jalan peziarahan sebagai orang muda. Pater Bagus Laksana, sebagai ketua panitia Tahun Ignatian menyampaikan rangkaian kegiatan selama setahun ke depan. Diawali dengan misa pembuka dan akan ditutup dengan misa penutupan pada 31 Juli 2022 kemudian disusul retret untuk semua nostri Jesuit Indonesia dan para rekan berkarya, acara seminar, webinar, dan diskusi bersama mengenai dengan tema utama pertobatan. Panitia bekerja sama dengan beberapa pihak melakukan studi khusus mengenai sejarah perjalanan misi Serikat Jesus sebagai Provinsi selama 50 tahun ini yang nanti hasilnya akan dipublikasikan. Dilakukan pula publikasi buku Pater Jendral berjudul Berjalan bersama Ignatius Loyola. Pater Gregorius Sutomo, S.J. akan menjadi pendamping renungan Menemukan Hidup Baru dalam Kristus. Selain beberapa kegiatan itu, panitia Tahun Ignatian mengajak rekan muda Jesuit dan awam untuk berbagi kisah perjalanan pertobatan transformatif mereka dalam video pendek cannonball moment. Perjalanan ziarah pada situs-situs penting dalam misi Serikat Jesus selama ini, terutama misi di luar Jawa, akan dilakukan dengan dua cara, yaitu virtual dan fisik jika keadaan memungkinkan. Seluruh kegiatan dapat diakses melalui link website www.ignatian500.global atau ignatius500.jesuits.id.     Misa Pembukaan Tahun Ignatian ini bisa terselenggara berkat bantuan berbagai pihak, antara lain para teologan di Kolsani, Koor Ignatius, CM Universitas Sanata Dharma, MAGIS Yogyakarta, dan Kolese de Britto. Selamat memperingati Tahun Ignatian bagi para Jesuit dan rekan berkarya, semoga kita semakin diilhami untuk memiliki keterbukaan hati agar mampu menerima Roh Kudus yang hendak memberi kita keberanian yang ajaib.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator SJ Provindo

Feature

Kami Bersama Rakyat Myanmar: Aksi Solidaritas Masyarakat Indonesia pada KTT ASEAN

Hingga sekarang, situasi di Myanmar tidak ada kemajuan berarti untuk pulih kembali sebagai negara yang demokratis dan damai. Sejak 1 Februari 2021, ketika junta militer melakukan kudeta dan menahan Konselor Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint, rakyat Myanmar hidup dalam situasi genting, tidak aman, dan mengalami kekerasan dari junta militer. Aksi-aksi protes damai ditanggapi dengan kekerasan dan pembunuhan. Mereka bagaikan domba tanpa gembala. Seruan untuk menghentikan kekerasan dan pembunuhan dari lembaga-lembaga dan badan dunia serta para pegiat hak-hak asasi manusia serta kelompok-kelompok religius tidak dihiraukan sama sekali oleh junta militer. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi ke tempat yang aman. Baru-baru ini diberitakan bahwa ada sekitar sekitar 25 ribu orang dari etnis Karen yang mengungsi ke Thailand, karena dibombardir lewat udara oleh militer. Untuk membantu mencari solusi atas situasi di Myanmar ini, Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Jakarta, pada tanggal 24 April 2021 yang lalu. Pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah KTT ini. Salah satu agenda pertemuan tersebut adalah mendiskusikan solusi krisis yang sedang terjadi di Myanmar. Pemimpin junta militer yang menggulingkan pemerintahan yang syah, Jendral Min Aung Hlaing diundang untuk menghadiri pertemuan ini. Sementara itu National Unity Government of Myanmar (NUG) yang baru saja dibentuk mewakili rakyat Myanmar tidak diundang. Hal ini menimbulkan kekecewaan rakyat Myanmar dan reaksi keras dari para pegiat hak-hak asasi manusia, komunitas lintas-iman, masyarakat sipil dan individu-individu yang mempunyai perhatian atas kondisi di Myanmar.  Pada tanggal 21 April, saya mendapatkan pesan WA dari teman-teman Myanmar, meminta bantuan warga Indonesia untuk membuat sesuatu dalam menanggapi KTT ASEAN tersebut. Pesan itu “menggelisahkan” saya yang selama ini tidak tahu harus berbuat apa untuk mengungkapkan solidaritas kami dengan rakyat Myanmar. Hal yang langsung muncul di benak saya adalah berdoa bagi mereka. Setiap hari kami memang selalu memasukkan intensi misa untuk rakyat Myanmar dalam misa komunitas. Namun cukupkah itu? Bagaimana agar doa itu bisa didengar tidak hanya oleh Tuhan tetapi juga oleh masyarakat lebih luas? Maka berburu waktu agar tidak kehilangan kesempatan, saya langsung menghubungi jaringan individu dan lembaga-lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap penderitaan rakyat Myanmar. Gayung pun bersambut! Sepuluh lembaga masyarakat sipil dan lembaga sosial keagamaan serta individu-individu bersepakat untuk membuat doa bersama lintas agama secara online.  Dalam waktu singkat, sepuluh lembaga non pemerintah dan lembaga-lembaga sosial keagamaan serta puluhan individu bersepakat untuk mengadakan doa bersama dengan platform zoom pada malam sebelum perhelatan KTT dilaksanakan, yakni 23 April 2021. Kegiatan doa dapat dilihat dalam link berikut: https://youtu.be/NEBHM36LZLk. Intensi doa untuk mengungkapkan solidaritas dengan rakyat Myanmar yang ditinggalkan oleh Negara-negara Asia Tenggara dengan tidak mengundang perwakilan mereka, sebaliknya malah mengundang jenderal junta militer yang melakukan kekerasan dan represi terhadap mereka. Doa dihadiri oleh enam puluh orang dari perwakilan sepuluh lembaga dan individu-individu lain yang mendukung. Sebagai inisiator utama, saya memberikan kata pembukaan dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan dari wakil lembaga-lembaga pendukung dan memuncak pada doa dari tujuh agama dan kepercayaan (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan Sunda Wiwitan). Ada lima poin tuntutan yang diungkapkan dalam doa tersebut, yakni: Menolak kehadiran wakil junta militer, Jenderal Min Aung Hlaing dalam KTT ASEAN dan meminta mengundang perwakilan dari National Unity Government of Myanmar sebagai wakil syah rakyat Myanmar; Mendesak Junta militer untuk melepaskan dengan segera dan tanpa syarat Aung San Suu Kyi dan Win Myint serta tahanan politik lainnya; Mendesak junta militer dengan segera mengakhiri segala bentuk kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat Myanmar, termasuk masyarakat rohingya; Memberikan akses bagi delegasi ASEAN dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ke negara Myanmar untuk melakukan monitoring, menghentikan kekerasan junta militer dan membantu bernegosiasi untuk menemukan solusi secara demokratis, damai, dan inklusif yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Disamping kegiatan doa, pada tanggal 24 April, saat berlangsung KTT, juga diadakan aksi damai yang bertajuk “Gowes for Democracy”, yang diinisiasi oleh Komunitas “Milk Tea Alliance Indonesia” dan didukung oleh lembaga-lembaga masyarakat sipil dan lembaga sosial berbasis agama serta individu-individu lainnya. Kegiatan ini diikuti sekitar 70 pesepeda dari berbagai lembaga dan kelompok masyarakat. Acara dimulai dari kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat menuju tempat perhelatan KTT di kantor Sekretariat ASEAN,  Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Acara dibuka dengan konferensi pers untuk membacakan pernyataan bersama yang isinya tuntutan-tuntutan seperti yang dinyatakan dalam doa lintas iman di atas. Foto kegiatan dapat dilihat di link berikut: https://drive.google.com/drive/folders/1mJCupS8fcMuGqWokNVY3JtsYktR_ChC_?usp=sharing  Aksi gowes tersebut sempat dihentikan polisi tiga kali. Penghentian ketiga terjadi di Jalan Sudirman dekat Patung Pemuda Membangun. Di situ sempat terjadi ketegangan antara polisi dan peserta aksi, yang videonya sempat viral di twitter @Idmilktea. Video tersebut saya ambil di tempat kejadian, dapat dilihat dalam link berikut: https://youtu.be/U6mz6_lEbCM  Atas situasi Myanmar, KTT ASEAN menelurkan lima kesepakatan, yakni: Kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri; Dialog konstruktif antara semua pihak yang terlibat harus dimulai untuk menemukan solusi damai demi kepentingan rakyat Myanmar; Utusan khusus ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog, dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN; ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan lewat AHA Centre. Utusan khusus dan delegasi ASEAN akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak yang berkepentingan. Ada berbagai tanggapan atas hasil kesepakatan ASEAN ini. Rakyat Myanmar dan para aktivis kemanusiaan tidak puas karena rakyat Myanmar tidak terwakili dalam KTT tersebut. Di samping itu juga tidak ada pernyataan yang menuntut junta militer untuk melepaskan sesegera mungkin dan tanpa syarat para tahanan politik. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Perdana Menteri Malaysia dan Singapura sebenarnya menuntut pembebasan para tahanan politik ini, namun tidak masuk dalam hasil keputusan akhir. Ada juga tanggapan lain bahwa hasil kesepakatan KTT ASEAN ini sangat kuat dan secara terang-terangan disampaikan di depan jenderal junta militer yang hadir dalam KTT tersebut. Namun demikian, Jenderal Min Aung Hlaing tidak jelas komitmennya untuk menjalankan kesepakatan itu. Bahkan sehari setelah kesepakatan ASEAN keluar masih terjadi kekerasan dan pembunuhan empat rakyat Myanmar yang mengadakan protes damai. Selain itu dua hari setelah KTT tersebut juga terjadi pecah konflik antara militer etnik Karen dengan junta militer yang menyebabkan sekitar 25 ribu lebih warga Karen mengungsi ke Thailand.  Sementara itu, lewat twitter Josep Borrell, Perwakilan Tinggi Uni Eropa menanggapi hasil KTT ASEAN sebagai sebuah