Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Masyarakat

Pelayanan Masyarakat

Walau Tak Tampak, Don Pedro Tetap Ada

Tim spiritualitas Serikat Jesus mengenalkan pribadi Pater Pedro Arrupe, Jenderal Serikat Jesus ke-28, dalam Webinar dan Dialog Interaktif Virtual “Mendaki Jalan Sukacita” pada Kamis, 24 Februari 2022 melalui ruang virtual Zoom. Hadir sebagai narasumber Pater L.A. Sardi, S.J. (Pembimbing Rohani di Collegio Internazionale del Gesù, Roma) serta Robin dan Susanne, pasangan suami istri (pasutri) yang aktif sebagai fasilitator Latihan Rohani Pemula (LRP).  Sebelum diangkat dalam webinar, Pater Arrupe lebih dulu dikupas dalam edisi khusus Majalah ROHANI Januari 2022 yang memuat kisah tentang sosoknya serta naskah hasil tulisannya sendiri. Sosok Pater Arrupe dikenal dengan sebutan “Santo Ignatius yang kedua” karena kesucian dan teladan hidupnya. Ia juga yang memunculkan cita-cita menjadi “men and women for others” (menjadi insan bagi sesama) bagi para alumni sekolah Jesuit.  Pada kesempatan pertama, Susanne mengungkapkan bahwa saat dirinya membaca edisi khusus Majalah ROHANI, ia kerap berhenti sejenak dan merenungkannya. “Saya menyimpulkan, yang Pater Arrupe katakan tentang sukacita itu rasanya sama dengan yang saya temukan dalam LRP. Sukacita itu kita dapatkan saat hati kita penuh,” tuturnya sembari menunjukkan gambar bentuk hati ke layar.  “Saat hati kita penuh, kita akan merasakan sukacita, kedamaian, semua serba indah. Tapi tidak mudah mempertahankan hati yang utuh itu. Ada saja yang bisa membuatnya terkoyak,” sambung Susanne yang lantas menyobek sebagian gambar hati tadi. Susanne menyebut, rasa khawatir maupun rasa bersalah membuat hati tidak utuh. Dalam latihan rohani, Susanne berhasil melepaskan rasa bersalah yang pernah dialaminya. “Saya mempercayakan rasa bersalah saya kepada Tuhan. Akhirnya, hati saya utuh kembali sehingga saya bisa melihat dengan lebih jernih. Semua berubah karena perasaan hati ini,” tegasnya. Sementara itu Robin memandang Pater Arrupe layaknya seorang ninja yang bisa “menghilang”. Ninja diketahui keberadaannya untuk menjaga dan melindungi meski tidak tampak. “Don Pedro meski sudah meninggal tetapi pribadinya tetap dikenang dan karya-karyanya tetap masih dilakukan sehingga rasanya dia masih hidup dan kita tahu dia ada,” jelas Robin.  Hal ini ditunjukkan lewat pengalaman Pater James Martin, S.J. kala bersama beberapa pastor lain menjadi relawan dalam Pasca-9/11. Mereka dilarang masuk ke ground zero meski untuk mengadakan Misa. Akhirnya, Pater Martin berdoa memohon bantuan Pater Arrupe, “Bantu kami untuk masuk ke wilayah itu dan melakukan karya Tuhan.” “Ajaibnya, ada yang menolong sehingga mereka bisa masuk ke sana. Jadi, walaupun tidak kelihatan, tapi Don Pedro itu ada,” simpul Robin. Selanjutnya, Pater Sardi menyatakan bahwa Pater Arrupe adalah contoh orang yang menghayati iman personalnya secara sungguh-sungguh sampai akhirnya berpengaruh kuat bagi kehidupan publik. “Sosok ini mampu mengintegrasikan tegangan antara hidup rohani dan aktivitas kerasulan. Oleh karena itu, spiritualitas Ignatian yang dihadirkan komunikatif untuk semuanya. Maka, Arrupe adalah Ignatius yang dekat dengan kita,” papar Pater Sardi.  Pater Arrupe juga merupakan contoh orang yang setia kepada Gereja. Ia berjuang lewat Serikat Jesus, kepemimpinannya, tulisan-tulisannya, bersama tarekat-tarekat religius yang lain mengobarkan semangat pembaharuan Konsili Vatikan II yang kala itu belum selesai dan terus berjalan. “Selama 50 tahun ini pun terus diperjuangkan dan kita punya patron orang yang berjuang sampai habis,” tegas Pater Sardi. Tentang kepemimpinan Pater Arrupe, Pater Sardi meringkasnya sebagai “orang yang memimpin bersama dengan yang lain”. “Integritas pribadinya luar biasa, tapi corak kepemimpinannya diwarnai kesadaran bahwa dia tidak bisa sendirian tapi bersama yang lain. Jadi, kepemimpinannya disebut kepemimpinan dalam doa, diskresi, dan konsultasi,” urai Pater Sardi sembari menambahkan bahwa hal tersebut inspiratif untuk zaman ini. Pada pengujung webinar, Pater Antonius Sumarwan, S.J. (Pemimpin Redaksi Majalah ROHANI) men-sharing-kan inspirasi yang ia petik, yaitu doa ketika Pater Arrupe sudah stroke. Pater Marwan teringat pada tahun 2015, ayahnya terkena stroke. “Bapak saya awalnya sangat aktif, tidak mau dilayani orang lain. Saat menderita stroke, dia sangat shocked. Dalam situasi itu saya merasa doa dari Pedro Arrupe dapat memberikan inspirasi dan harapan saya kepada Bapak. Tidak apa-apa menyerahkan diri kepada orang lain. Pesan dari doa itu ‘kan berada dalam tangan Tuhan,” ungkap Pater Marwan. Pater Marwan pun mendorong sang ayah untuk mendoakan doa Pater Arrupe dan tetap berada di dalam tangan Tuhan. Pada saat yang sama, Pater Marwan juga belajar, seperti Pedro Arrupe, ia juga ingin berada di dalam tangan Tuhan. “Dari sini saya berharap dari hari ke hari saya bisa terus berada di dalam tangan Tuhan dan merasakan dalam segala yang saya lakukan inisiatifnya bukan semata-mata dari diri saya sendiri, tapi terutama dari Tuhan,” pungkas Pater Marwan. Kontributor : Willy Putranta – BASIS

Pelayanan Masyarakat

Seabad Penerbit dan Percetakan Kanisius Berkarya : Cita dan Karya Warnai Indonesia

Rabu, 26 Januari 2022, Penerbit dan Percetakan Kanisius genap berusia 100 tahun (satu abad). Aneka dinamika dan keputusan-keputusan telah mewarnai peziarahan Penerbit-Percetakan Kanisius (kini dikenal dengan nama PT Kanisius), hingga berusia satu abad ini. Misi, Visi, dan Nilai yang mengalami perubahan dari zaman ke zaman tentu dibuat sesuai dengan perkembangan zaman. Di tengah pandemi covid yang hingga kini masih menjadi perhatian dunia, PT Kanisius terus-menerus berupaya untuk memenuhi visi para pendiri, menjadi daya ubah bagi bangsa. Maka tidaklah keliru, di usia satu abad ini, ada aneka kegiatan yang diselenggarakan untuk menyemarakkan dan terus memberikan kontribusi nyata bagi bangsa. Sebagai catatan, aneka kegiatan yang diselenggarakan tersebut tidak lepas dari semangat Universal Apostolic Preferences (UAP) dengan empat fokus perhatiannya. Semangat UAP Turut Mewarnai Seabad PT Kanisius Fokus pertama dari UAP adalah Latihan Rohani. PT Kanisius menyelenggarakan Webinar Pendampingan Anak dalam Keluarga Muda di Tengah Situasi New Normal Pandemi Covid-19. Dalam webinar ini dihadirkan orang muda yang berkisah mengenai perjalanan hidup mereka dan kisah pertobatan mereka setelah berjumpa dengan kelompok Magis.  Fokus kedua UAP Adalah berjalan bersama orang muda. Untuk semakin memberikan ruang bagi orang muda, selain kepanitiaan HUT 100 tahun yang didominasi orang muda, pun diselenggarakan aneka kegiatan yang melibatkan orang muda. Live Instagram dengan tema “Festival Bisnis Ngehits”; Webinar “Literasi dan Falasi dalam Konten Digital”; Webinar “Bincang Kebangsaan: Mengelola Kemajemukan, Menuju Indonesia Hebat”; dan memproduksi sebuah webseries berjudul “Cinta Dalam Seutas Tali Sepatu” bekerja sama dengan Studio Audio Visual-USD di bawah arahan Rm. F.X. Murti Hadi Wijayanto, S.J. (sebagai penulis naskah sekaligus sutradara). Fokus ketiga UAP adalah berjalan bersama mereka yang tersingkirkan. Panitia menyelenggarakan kegiatan pendampingan belajar bersinergi dengan Yayasan Soegijapranata asuhan para frater Jesuit di Kampung Pingit. Selain itu, diadakan pula pemberian bantuan buku-buku bacaan untuk Kampung Pingit dan dua Panti Asuhan di wilayah Yogyakarta.  Fokus keempat UAP adalah merawat bumi, rumah kita bersama. Bekerja sama dengan Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) Salatiga, panitia membagikan aneka bibit tanaman kepada Sahabat PT Kanisius yang datang ke Taman Komunikasi PT Kanisius Yogyakarta. Tanpa syarat khusus, Sahabat Kanisius bisa memperoleh bibit-bibit tersebut untuk ditanam di rumah atau di kebun mereka. Syukur atas Tonggak-tonggak Rahmat Seabad PT Kanisius Rangkaian acara yang diselenggarakan oleh panitia dipuncaki dengan tiga acara besar yang diikuti oleh seluruh insan Kanisius dan Sahabat Kanisius. Acara pertama yaitu Kenduri Syukur yang diselenggarakan bersama perangkat desa dan beberapa perwakilan warga. Acara ini sudah menjadi tradisi, sebagai bentuk kehadiran PT Kanisius di tengah-tengah warga sekitar. Pada 26 Januari 2022, tepat 100 tahun PT Kanisius, dipuncaki dengan Perayaan Ekaristi Syukur bersama Mgr. Robertus Rubiyatmoko (Uskup Agung KAS) dan enam imam konselebran. Dalam sambutannya, Bapak Uskup Rubiyatmoko mengungkapkan kebanggaannya akan kehadiran PT Kanisius di Keuskupan Agung Semarang yang telah turut membidani pula kelahiran dan pertumbuhan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Sedangkan Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. (Provinisial SJ Indonesia), mengucapkan selamat dan bahagia atas usia 100 tahun yang dipertahankan oleh PT Kanisius, pun atas dinamika yang telah dilalui oleh PT Kanisius. Segala peristiwa dan keputusan yang pernah dibuat dari waktu ke waktu, baik itu keputusan yang keliru maupun yang benar, telah turut mewarnai perjalanan PT Kanisius. Diungkapkan pula bahwa PT Kanisius adalah sebuah perusahaan unik, karena dalam misi visinya tidak terungkap untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, namun demi pelayanan terhadap Gereja dan bangsa. Tentu semangat kerasulan ini patut dipertahankan dan terus dikembangkan oleh generasi-generasi muda PT Kanisius. Pada selebrasi syukur yang diselenggarakan pada 27 Januari 2022 di ballroom Sahid Jaya Hotel & Convention Yogyakarta, para Sahabat Kanisius yang hadir turut mewarnai sukacita dan kebahagiaan seluruh insan Kanisius. Gubernur D.I. Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam sambutan yang dibacakan oleh Asisten I Pemberdayaan Setda Ir. Aris Riyanta, M.Si., menyampaikan bahwa usia satu abad adalah waktu yang tepat untuk mundur sapecak, untuk berefleksi, untuk berkontemplasi, untuk mengevaluasi, belajar dari sejarah (historia magistra vitae est). Usia satu abad PT Kanisius membuktikan bahwa PT Kanisius konsisten mendukung perjuangan bangsa. PT Kanisius pernah mencetak Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) di masa awal kemerdekaan. Kini PT Kanisius turut mewarnai dengan buku-buku literasi berkualitas yang tersebar di penjuru nusantara hingga luar negeri. Pada hari berbahagia ini pula, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, menyampaikan sambutan dan apresiasi atas usia satu abad PT Kanisius. Mas Menteri Nadiem berharap PT Kanisius terus menjadi penerbit yang menguatkan literasi anak-anak Indonesia dengan berbagai inovasi dan teknologi, terus menyediakan bacaaan yang membuka jendela pengetahuan, mencerdaskan anak bangsa, dan memerdekakan pendidikan Indonesia.  Pater E. Azismardopo Subroto, S.J. (Direktur Utama PT Kanisius) menyampaikan terima kasih untuk para relasi, Sahabat Kanisius, mitra kerja, keluarga besar PT Kanisius yang telah berjalan bersama hingga mencapai usia satu abad. Visi baru telah diluncurkan, yakni Menjadi Perusahaan Inspirastif yang Berdaya Ubah Bagi Bangsa. Beliau berharap, di jejak langkah yang ke-100 tahun ini, PT Kanisius semakin adaptif mengikuti zaman yang dinamis, cepat berubah, dan technology minded. PT Kanisius akan hadir untuk menjawab tantangan zaman dengan tetap menjaga mutu isi buku/produk. Beberapa terobosan inovatif yang sudah dilakukan antara lain pembaruan mesin-mesin cetak, diferensiasi usaha, penyedia produk peribadatan dan pernak-pernik rohani Katolik, penyewaan ruang pertemuan, digitalisasi buku cetak, kehadiran di marketplace, dan semakin banyak sinergi yang dibangun bersama para mitra. Acara selebrasi juga diramaikan dengan penampilan grup musik Paksi Band, Endah Laras, dan lukis pasir oleh Dr. Sumbo Tinarbuko. Selain itu, di area lobi acara juga dibangun sebuah museum mini yang menampilkan buku-buku terbitan awal PT Kanisius, buku best seller, dan buku yang diterjemahkan ke bahasa asing. ORI yang pernah dicetak PT Kanisius juga ditampilkan dalam museum mini, juga alat-alat yang pernah dipakai dari masa ke masa, termasuk satu buah mesin jahit buku yang hingga kini masih digunakan. Sebagai salah satu tonggak sejarah, Pater Azismardopo beserta Ibu Mg. Sulistyorini (Direktur Eksekutif PT Kanisius), menyerahkan buku Kesetiaan Kreatif, Refleksi Perjalanan 100 Tahun Karya Penerbit-Percetakan Kanisius kepada Bapak Ir. Aris Riyanta selaku wakil Gubernur DIY dan kepada Bapak Uskup Robertus Rubiyatmoko. Buku ini menjadi simbol kehadiran PT Kanisius dalam karya yang terus-menerus ingin mewarnai Indonesia. Satu Abad PT Kanisius, Cita dan Karya Warnai Indonesia. Kontributor : Paulus Widiantoro

Pelayanan Masyarakat

Anugerah Budaya bagi Majalah BASIS

Majalah BASIS telah terbit 70 tahun lamanya. Tepat pada hari ulang tahunnya, Kamis, 18 November 2021, Majalah BASIS menerima anugerah budaya sebagai majalah budaya tertua dari Yogyakarta dan kebanggaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Anugerah ini diberikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana (HB) X, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta. Acara penganugerahan penghargaan ini merupakan bentuk penyadaran akan arti pentingnya pelestarian budaya. Penghargaan ini adalah usaha agar warisan budaya dikembangkan tanpa kehilangan rohnya, terutama bagi generasi muda. Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada setiap orang atau lembaga yang berjasa maupun memiliki prestasi luar biasa dalam pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan. Salah satu penerima penghargaan tersebut adalah Majalah BASIS. “Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi disertai tanda mata atas upaya-upaya tak kenal lelah dan tak kunjung menyerah dari para pelestari dan pegiat kegiatan kebudayaan dan kesenian yang menerima penghargaan ini,” ungkap Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., Kepada Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY. Sementara itu, Sri Sultan Hamengkubuwana X menegaskan bahwa kebudayaan harus dikembangkan dan apresiasi harus diberikan kepada pegiat budaya yang telah berkarya demi makin istimewanya Daerah Istimewa Yogyakarta. “Saya mengucapkan terima kasih kepada para pegiat yang telah berkontribusi dan menerima anugerah penghargaan tahun ini. Semoga anugerah yang diterima bisa menjadi semangat penggerak dalam berkarya meningkatkan marwah budaya, mendukung masyarakat yang lebih sejahtera dalam tataran Hamemayu Hayuning Bawana,” tutur Ngarsa Dalem. Harapan Sri Sultan Hamengkubuwana X kiranya sejalan dengan Majalah BASIS yang betul-betul setia dan konsisten pada visi yang diletakkan pada awal berdiri, yakni menjadi majalah yang kritis berbudaya yang tanggap pada keadaan masyarakat.  Majalah BASIS bahkan memberikan jasa bagi bangsa Indonesia, yakni ketika tahun 1955 menerbitkan artikel-artikel demokrasi yang bahkan dijadikan pedoman demokrasi dan akhirnya dicetak banyak sekali sebagai booklet kecil dan dibagikan secara cuma-cuma kepada rakyat untuk belajar demokrasi.  Ketua Yayasan BASIS, Rm. Prof. Dr. A. Sudiarja, S.J., yang hadir untuk menerimanya menyatakan, “Ini sungguh kehormatan yang luar biasa bagi kami mendapat anugerah budaya dan langsung diterimakan oleh Gubernur DIY, Ngarsa Dalem Sultan HB X. Anugerah ini sebenarnya yang kami harapkan, namun tidak bisa kami pastikan, karena hanya orang lain yang bisa menilai dan menentukan.” Dalam kesempatan terpisah, Pemimpin Umum dan Penanggung Jawab Majalah BASIS, Rm. Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, S.J. mengatakan, “Anugerah budaya ini menurut saya adalah juga hasil dukungan teman-teman wartawan dan pemerintah Provinsi DIY. Maka, saya berharap semoga Majalah BASIS masih terus bisa bertahan melanjutkan perjuangan ini. Ini suatu anugerah yang patut disyukuri sebagai majalah kebudayaan kebanggaan Daerah Istimewa Yogyakarta.” Penulis buku Anak Bajang Menggiring Angin ini juga mengatakan, Majalah BASIS adalah kekuatan budaya yang mendapat penghargaan setelah 70 tahun berjuang. Kesetiaan dan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan rekan-rekan wartawan sejak dulu, membuatnya terus bisa bertahan. “Anugerah ini adalah berkah bagi Majalah BASIS sekaligus berkah bagi pers Indonesia. Lebih-lebih, Majalah BASIS ini selalu menjadi bacaan dan pegangan untuk menggarap skripsi, untuk insight dosen, serta untuk bahan diskusi,” pungkasnya.  Kontributor : Slamet Riyadi, Willy Putranta

Pelayanan Masyarakat

World Food Day : Membangun Ketahanan Pangan dan Gizi

“Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) harus menjadi pedoman bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pertanian dan peternakan. Untuk mengembalikan citra tersebut, KPTT terus berbenah, lebih lagi dengan adanya rencana-rencana implementasi Universal Apostolic Preferences (UAPs),” ungkap Direktur KPTT, Pater F.A. Sugiarta, S.J. Dalam kerangka itu, selama satu tahun terakhir, KPTT mengadakan rekoleksi dan rapat yayasan untuk membicarakan rencana-rencana strategis ke depan. KPTT harus bisa menjadi pedoman, baik dari segi aset yang dimiliki, sumber daya manusianya, manajemen keuangan, model-model kursus yang dijalankan, proses produksi komoditas pertanian, maupun marketing serta sejarah panjang yang dimilikinya. Sebagai salah satu usaha untuk menjadikan KPTT sebagai pedoman atau rujukan di bidang pertanian dan peternakan, pada Jumat, 15 Oktober 2021, KPTT mengadakan webinar dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia. Tema yang diangkat adalah “Membangun Ketahanan Pangan dan Gizi.” Dalam webinar tersebut, KPTT menghadirkan beberapa narasumber yang memiliki kiprah di bidang pertanian. Narasumber pertama adalah Pater Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. yang berbicara tentang membangun ketahanan dan kedaulatan pangan keluarga. Narasumber kedua adalah beberapa orang muda yang berkecimpung langsung dan aktif di dunia pertanian, khususnya produksi beras organik yang berkualitas. Mereka adalah Mas Hengky Peno, Mas Adiyo Mbering, Mas Justin Nursanto, dan Mbak Amanda Kharisma. Narasumber ketiga adalah Ibu Caesilia Isti Sumiwi dari Lembaga Pendamping Usaha Buruh Petani dan Nelayan (LPUBTN).  Webinar yang dimoderatori secara khusus oleh Ketua Yayasan Taman Tani, yaitu Pater Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., diawali dengan presentasi Pater Wiryono, S.J. yang mengupas banyak hal terkait dengan ketahanan dan kedaulatan pangan dalam keluarga. Di masa pandemi ini, kedaulatan pangan bagi keluarga menjadi sangat vital. Bertani adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Dalam presentasinya, Pater Wiryono, S.J. menampilkan salah satu slide yang berisi dialog antara seorang Satgas anti Covid dan seorang ibu petani. Dialog itu hendak menyampaikan poin bahwa dengan berpanas-panasan (bertani) membuat ibu itu merasa lebih sehat. Terkait dengan kegiatan bertani, dalam briefing Webinar, dibahas pula salah satu fakta yang ada di KPTT yaitu tentang tidak ada satupun warga KPTT yang terkena Covid. Apakah ini ada kaitannya dengan kegiatan bertani dan “berpanas-panasan” yang secara langsung meningkatkan imunitas para petani? Perlu penelitian secara khusus untuk membuktikan hipotesis ini. Yang jelas, dari kesaksian para peserta kursus, kegiatan bertani di KPTT itu menyenangkan dan membanggakan. Salah seorang peserta kursus, seorang guru SMA Yakobus Jakarta, bahkan mengatakan bahwa bertani itu satisfying. Ringkasnya, dalam pemaparannya, Pater Wiryono, S.J. banyak menyajikan soal data kebutuhan pangan bagi keluarga dan usaha-usaha nyata apa saja yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarga. Hengky Peno dan Adiyo Mbering, yang menjadi pembicara adalah petani muda yang terjun memproduksi dan memasarkan beras kualitas organik di daerah Klaten. Mereka ini lulusan ATMI (Akademi Teknik Mesin Industri), Surakarta. Karena profesi mereka yang baru ini, ada orang yang memplesetkan ATMI menjadi Akademi Tanaman Menanam Indonesia. , Beras adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat luas dan dikonsumsi setiap hari. Mereka tergelitik, mengapa mereka tidak memproduksi beras yang benar-benar berkualitas dengan menerapkan pertanian berkelanjutan. Mas Adiyo Mbering, dengan motonya “tetap gagah meski melalui jalan yang tidak mudah”, memaparkan bahwa peluang untuk memproduksi beras berkualitas sambil membantu meningkatkan pendapatan petani sangatlah terbuka. Ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai seorang manajer di salah satu perusahaan otomotif ternama dan terjun secara penuh dan fokus untuk menjadi petani dan hanya memproduksi komoditas beras. Ia tidak tertarik dengan jenis komoditas pertanian yang lain. Sementara itu, Mas Hengky Peno terjun ke dunia pertanian bersama dengan Adiyo karena memang punya pengalaman personal saat kecil menikmati enaknya masakan, aroma dan tekstur beras yang pernah disajikan oleh neneknya. Saat bertemu dengan produk yang diproduksi oleh Adiyo, Hengky terpikat dan akhirnya berkolaborasi dengannya untuk turut memproduksi beras sehat kualitas organik. Ia bahkan sering mengajak anaknya yang waktu itu masih bersekolah di SMK Mikael untuk ikut terjun ke sawah. Pada sesi yang sama, Mbak Amanda Kharisma yang saat ini menempuh Pendidikan S2 bidang Pertanian di Reading University, United Kingdom, memaparkan data tentang penurunan jumlah orang muda yang meminati bidang pertanian. Ada pertanyaan mendasar yang ia ajukan, bagaimana kita akan menjaga kedaulatan pangan bangsa kita jika kita tidak memiliki jumlah petani yang cukup? Ada penelitian yang mengatakan bahwa pada tahun 2063, Indonesia tidak lagi memiliki petani. Bagaimana jika hal tersebut benar-benar terjadi? Pentingnya kehadiran dan keberadan petani kembali digaris bawahi oleh Ibu Isti (adik mendiang Pater Bernardinus Herry Priyono, S.J.) dari LPUBTN. Menurut Bu Isti, petani memiliki peran yang penting dalam menjaga kedaulatan pangan di Indonesia. Oleh karena itu, dukungan kita terhadap para petani perlu sungguh-sungguh diberikan. Secara pribadi dan kelembagaan, Bu Isti banyak terjun langsung mendampingi para petani. Ia pernah mendampingi para petani di daerah Njlarem dan Gantang, Jawa Tengah. Dalam proses pendampingan ini, pemberdayaan para petani menjadi hal yang tidak mudah. Ia menyadari bahwa saat kita berkecimpung dalam dunia pertanian, maka akan bersinggungan pula dengan “kekuatan lain” yaitu politik dan kekuasaan. Politik dan kekuasaan akan berdampak langsung pada kehidupan para petani, misalnya saat bersinggungan dengan harga komoditas pertanian dan bagaimana distribusi komoditas pertanian itu terjadi. Kenyataannya, para petani di Indonesia seringkali tidak selalu bisa menentukan harga komoditas yang mereka budidayakan dengan segala jerih payah mereka. Kendati sulit, LPUBTN dan Bu Isti tetap berjuang untuk mendampingi para petani, buruh dan nelayan. KPTT seringkali dilibatkan pula dalam proses pendampingan para petani. Saat ini, kami sedang menyiapkan ratusan bibit alpukat dan program biogas untuk proses pemberdayaan di daerah Gantang, Paroki Banyutemumpang. Semoga gerakan pemberdayaan ini sungguh-sungguh mampu memberdayakan para petani.  Di akhir webinar, Rm. Sunu sebagai moderator membuka sesi tanya jawab dan tanggapan. Dalam sesi ini muncul beberapa usulan, misalnya apakah memungkinkan membuka kursus pertanian yang secara khusus diarahkan untuk para pekerja kantoran, sehingga mereka tetap bisa bertani meskipun tidak secara langsung berkecimpung secara penuh di dunia pertanian. Muncul juga beberapa pertanyaan apakah mungkin jika KPTT melakukan pendampingan secara online pada para petani di tempat lain. Dari hasil presentasi para petani beras organik, banyak pula yang tertarik dengan produk beras kualitas organik dan muncul niat-niat pribadi untuk ikut terlibat memasarkan produk beras yang dikembangkan oleh Mas Hengky dan Mas Adiyo. Di akhir webinar, terjadi kesepakatan bahwa kegiatan webinar ini akan diselenggarakan

Pelayanan Masyarakat

Empat Preferensi Kerasulan JRS

JRS Indonesia menemani, melayani, dan membela kepentingan para pengungsi di Indonesia. Karya kerasulan JRS Indonesia mengintegrasikan Universal Apostolic Preferences ke dalam karya kerasulan Serikat Jesus Provinsi Indonesia dalam misi rekonsiliasi dan keadilan.  Menemani Para Pengungsi Orang-orang yang merasa tak aman di negeri asal mereka (negeri pertama) terpaksa mengungsi, melintasi batas negara mereka, dan mencari suaka atau perlindungan internasional. Tiga belas ribuan pengungsi ada di Indonesia. Bagi mereka, Indonesia merupakan negeri transit (negeri kedua). Di Indonesia, mereka menunggu diterima dan ditempatkan di negeri tujuan (negeri ketiga) oleh negara peratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Tahun 1951 dan Protokol Tahun 1967 tentang Pengungsi. Proses penerimaan dan penempatan ini disebut resettlement.  Semakin lama mereka di Indonesia menanti resettlement, semakin memprihatinkan kehidupan mereka. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjunjung tinggi martabat pribadi dan hak manusia untuk mencari suaka. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia sudah menugasi Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Kendatipun demikian, Negara Indonesia belum memberikan hak untuk bekerja kepada para pengungsi. Sebutan-sebutan “imigran ilegal” dan “imigran gelap” mendiskreditkan mereka. Negara hanya memberikan hak untuk belajar di sekolah kepada anak-anak pengungsi yang berusia tujuh sampai dua belas tahun, dijamin oleh suatu organisasi, memiliki surat izin dari Kantor Imigrasi setempat. Meskipun demikian, mereka tak akan menerima ijazah.  JRS giat dalam interaksi sehari-hari bersama para pengungsi untuk melindungi hak-hak mereka atas kebutuhan-kebutuhan esensial, pelayanan kesehatan, dan pengembangan diri. Mereka dapat mengambil bagian dalam pelbagai pelatihan keterampilan untuk bertahan hidup selama mereka berada di Indonesia. JRS menyediakan ruang-ruang kolaborasi dengan para warga Indonesia di sekitar para pengungsi.  Di JRS Learning Center, yaitu pusat belajar yang dikelola oleh JRS bersama para pengungsi di Bogor, JRS menyelenggarakan kursus-kursus Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan latihan-latihan yoga dan meditasi mindfulness bagi mereka yang ingin memelihara kesehatan jasmani dan rohani.  JRS selalu mengajak semua pihak untuk ikut berkolaborasi dengan JRS. Beberapa kali, Uskup Bogor mengundang JRS untuk menceritakan karya JRS kepada para imam dan rekan-rekan mereka dalam pertemuan para pelayan pastoral di Keuskupan Bogor. Kepada mereka pada 27 Agustus 2019, JRS menceritakan pelaksanaan misinya, maka tiga bulan kemudian bangkitlah kepedulian dalam tindakan bagi para pengungsi. Komunitas Serikat Sosial Vinsensius (SSV) Paroki Sentul, Bogor, menyelenggarakan pelatihan kekriyaan bagi para pengungsi di JRS Learning Center.  Merawat Harapan Para Pengungsi Muda  Para pengungsi muda menghadapi banyak tantangan dalam dunia yang tak memberi alasan bagi mereka untuk mengharapkan masa depan yang lebih baik. JRS melibatkan para pengungsi muda untuk membantu diri mereka sendiri dan para pengungsi yang lain dalam upaya-upaya memulihkan diri, merawat harapan, dan membangun masa depan.  Pada 2020, perahu-perahu mengangkut 396 pengungsi Rohingya dan mendarat di Aceh. Sebagian besar mereka adalah pemuda, pemudi, dan anak-anak. JRS tak hanya menyediakan makanan tiga kali sehari bagi mereka, namun juga ngobrol dan bermain bersama mereka dalam kamp di Lhokseumawe.  Di JRS Learning Center, mereka yang mengajar adalah para pengungsi yang berusia 21 sampai 35 tahun, namun bukan para pengungsi muda ini saja yang mau menjalin relasi dengan sesama mereka. Para warga Indonesia pada usia muda pun mau menjadi sesama bagi para pengungsi, bahkan ketika gelombang kedua kasus infeksi dan kematian Covid-19 di Indonesia mencapai puncak yang empat kali lebih tinggi daripada yang pertama. Selama Maret sampai Agustus 2021, tiga mahasiswi peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta bergabung dengan JRS di Bogor dan Jakarta. Mereka mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan JRS, tak hanya daring namun juga luring, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 bagi semua anggota staf dan sukarelawan JRS Indonesia. Kontribusi-kontribusi para mahasiswi Atmajaya Jakarta peserta KKN ini membantu JRS untuk memberikan dukungan yang sebaik-baiknya kepada orang-orang yang kami layani. Memelihara Rumah Kita Bersama Sekelompok pengungsi yang dilayani oleh JRS mengolah tanah. Pada tiga tahun terakhir ini, JRS bersama para pengungsi semakin berani mewujudkan ide-ide yang kreatif, tak hanya agar mereka dapat makan dan meneruskan kehidupan mereka, namun juga agar mereka dapat mempraktikkan ekologi yang integral dengan sederhana. Sikap hormat dan peduli terhadap martabat manusia tak terpisahkan dari sikap hormat dan peduli terhadap keindahan, diversitas, keutuhan, dan kelestarian semua ciptaan. Untuk melindungi masa depan martabatnya sendiri, manusia perlu memulihkan ekosistem yang rusak. Kewajiban manusia untuk memelihara planet ini merupakan konsekuensi martabat manusia sebagai yang diciptakan secitra dengan Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan baik.  Para pengungsi yang bertani sayur-mayur ini memang, seperti semua orang asing di Indonesia, harus menerima banyak pembatasan. Namun mereka pantang menyerah, terus berpikir dan bertindak secara proaktif, memberdayakan diri. Mereka dan JRS mengajak para warga Indonesia di sekitar mereka untuk bercocok tanam. JRS menyelenggarakan pelatihan bagi para pengungsi dan para warga ini agar meluas dan mendalam pengetahuan dan keterampilan mereka untuk mengelola lahan pertanian dengan cara yang ramah lingkungan. Mereka mewujudkan komunitas agraris yang akrab dengan tanah dan air. Bumi dapat mereka andalkan untuk mengganjar jerih payah dan tetes-tetes keringat mereka dengan hasil bumi yang dapat mereka masak menjadi pangan sehari-hari. Dengan sepenuh hati, mereka mau ikut memelihara bumi. Menjadi Sakramen Cinta Allah yang Universal Di JRS, orang-orang yang lemah dan berdosa menanggapi panggilan Allah dengan pemberian diri melalui praksis solidaritas sehari-hari. JRS menjadi komunitas yang kreatif karena mereka menyatukan karya, misi, iman, komitmen, dan kehidupan mereka untuk memperhatikan dan merangkul para pengungsi yang diabaikan dan disingkirkan. Mereka adalah para anggota staf JRS dan para sukarelawan, para warga Indonesia dan para pengungsi, para Jesuit dan para religius, orang-orang Katolik dan yang beragama lain, laki-laki dan perempuan.  Betapa pun proses dan hasil kerja mereka tak ideal dan tak sempurna, pluralitas JRS dan pluralitas pengungsi menampakkan dan menghadirkan sesuatu yang sempurna, yaitu cinta Allah yang universal. Selama berjalan bersama para pengungsi, JRS akan terus menjadi tanda dan sarana cinta Allah yang universal itu.  Kontributor : Fransisca Asmiarsi dan Peter Devantara, S.J. 

Pelayanan Masyarakat

Kepak Sayap Kemerdekaan

Berkibarlah bendera negeriku  Berkibarlah engkau di dadaku  Tunjukkanlah kepada dunia  Semangatmu yang panas membara  Daku ingin jiwa raga ini  Selaraskan keanggunan  Daku ingin jemariku ini  Menuliskan karismamu Sepenggal syair dari lagu BERKIBARLAH BENDERA NEGERIKU itu karya Soedjarwoto  Soemarsono (Gombloh). Kali ini dinyanyikan oleh para penyandang disabilitas yang tergabung  dalam Laetitia Disability Choir (LDC) dampingan Lembaga Daya Dharma – Keuskupan Agung  Jakarta (LDD KAJ). Para anggota LDC terdiri dari para penyandang disabilitas netra dan daksa.  Mereka dengan segala kemampuan dan keterbatasannya telah berupaya merekam suara dan  gambar video dirinya bernyanyi dari tempat tinggal mereka masing-masing untuk bisa tampil  menginspirasi publik melalui kanal youtube Gue LDD pada program NADA UNTUK NEGERI (NADI)  edisi perayaan kemerdekaan RI ke 76 tahun 2021. Bait-bait pada lagu ini semakin mendapatkan makna yang menggetarkan jiwa ketika  bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa di dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19.  Pada kondisi yang serba sulit ini, Sang Merah Putih mengundang seluruh anak bangsa untuk terlibat dalam aneka gerakan kreatif membangun ketangguhan warga melawan virus corona dan  dampak pandemi ini bagi kesejahteraan hidup bersama.   Kita semua diajak untuk merayakan kemerdekaan RI ke-76 dengan terus mengobarkan  semangat merah putih, yaitu semangat berani dalam kesucian dengan cara mengambil peran berjuang  dan bekerja sama melawan penyebaran virus covid-19 dan membantu warga bangsa yang  mengalami dampak dari pandemi ini.   Berikut ini pesan lengkap dari Romo C. Kristiono Puspo, S.J. sebagai Direktur LDD KAJ pada pengantar program NADI episode merayakan kemerdekaan Agustus 2021. “Saya atas nama  Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta, mengucapkan Dirgahayu Kemerdekaan  Republik Indonesia ke-76. Jayalah Indonesia. Dan tentunya dalam situasi seperti saat ini, kita diajak untuk terus berjuang, berani memperjuangkan kesadaran bersama, untuk bertumbuh bersama, dan untuk bergandengan tangan bersama di dalam situasi pandemi ini. Kita diundang untuk dengan tulus berani berjuang meretas dan menyingkirkan pandemi covid-19 secara bersama-sama. Kita perlu bergandengan tangan, roh yang sama dulu dan sekarang terus menggerakan kita untuk  berjuang melawan covid -19 ini.”  DOMUS ISOMAN  Salah satu gerakan bela rasa yang bertumbuh di KAJ menanggapi dampak dari pademi ini  adalah DOMUS ISOMAN. Sepercik gerakan belarasa ini untuk membantu para penyintas covid 19 agar bisa melakukan isolasi secara mandiri dan tersentral. Ide ini hadir ketika kondisi  penyebaran covid di DKI Jakarta pada periode bulan Juni s.d Agustus 2021 mengalami lonjakan  yang sangat drastis sehingga rumah sakit dan tempat-tempat isolasi yang disediakan oleh  pemerintah mengalami kesulitan untuk melayani warga penyintas covid-19.  Bergandengan tengan; Komisi PSE – Komisi Pendidikan – Komisi Kesehatan – dan LDD  Keuskupan Agung Jakarta bersama paroki, sekolah, kongregasi, biara, rumah sakit, pemerintah,  para relawan, dan para donatur menyelenggarakan pelayanan “isolasi mandiri terpusat” yang  diperuntukkan bagi penyintas dari warga pra sejahtera (baca: miskin).   Salah satu penyelenggara Domus Isoman adalah Para Suster Gembala Baik. Domus  Isoman St. Maria de Fatima ini hadir berkat kolaborasi Kongregasi para Suster Gembala Baik  dengan alumni sekolah Santa Maria, Paroki Matraman, Rumah Sakit St. Carolus, KAJ, serta para  relawan dan donatur. Bertempat di komplek biara dan sekolah Santa Maria, Jatinegara, Jakarta  Timur, Domus Isoman ini akhirnya bisa melayani penyintas covid-19 dari keluarga pra sejahtera.  Sr. Magdalena Rini, RGS sebagai ketua Yayasan Gembala Baik mengungkapkan rasa syukurnya  karena bisa ikut serta mengambil bagian dari perjuangan Gereja bersama segenap umat dalam  situasi perang tanpa senjata untuk melawan penyebaran virus covid-19.   Berikut ini adalah pesan syukur yang disampaikan oleh Sr. Magdalena, RGS dalam  program NADI di GueLDD edisi Kepak Sayap Kemerdekaan bulan Agustus 2021. “kami, para  suster Gembala Baik bersyukur, karena akhirnya pada hari ini secara resmi kami boleh ikut ambil  bagian dalam Gereja yang sedang berjuang bersama umat dalam situasi perang tanpa senjata ini.  Kami bersyukur karena kami boleh bersama-sama alumni, para donatur, dan para relawan  menyediakan tempat ini bagi saudara dan saudari kami yang membutuhkan tempat isoman.” V O L T   Volunteering and Leadership Training (VOLT) adalah program kaderisasi orang muda  untuk penggerak sosial bela rasa dan penerus gerakan kerelawanan di LDD KAJ. Program perdana  telah diselenggarakan LDD KAJ pada bulan Juli 2021. Desain utama dari program VOLT adalah olah  pikir, olah hati, dan olah tindak. Olah pikir agar orang muda semakin mampu memahami kondisi,  ancaman, dan tantangan sosial yang up to date dan terjadi di lingkungan hidup sekitarnya. Dari  proses ini diharapkan para peserta mampu berpikir secara kritis menemukan akar penyebab masalah dan mau terlibat memberikan sumbang pikir untuk mengatasi masalah yang ada. Olah  hati agar para peserta semakin bertumbuh menjadi generasi peduli yang memiliki hati nurani; yang tidak puas dengan keberhasilan diri jika tidak terlibat untuk memperbaiki kondisi sosial  di sekitarnya. Olah tindakan dimaksudkan agar para peserta VOLT ini bisa terlibat langsung dalam  gerakan sosial bela rasa yang diselenggarakan oleh LDD KAJ dan mitra gerakan serta oleh orang  muda ini sendiri dalam project-project sosial yang kreatif.   Dalam masa pandemi ini, terlebih di bulan Juli dimana eskalasi sebaran kasus covid di DKI  Jakarta menunjukkan peningkatan drastis, maka VOLT terpaksa diselenggarakan secara virtual  penuh. Sudah barang tentu banyak hal dari tujuan VOLT belum bisa dicapai. Namun kehadiran  para narasumber dalam sesi-sesi pembelajaran bersama telah memberikan makna tersendiri.   Salah satunya adalah M. Wahid Emha yang akrab disapa Gus Wahid. Pimpinan Lembaga  Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim – Nahdatul Ulama (LPBI – NU) ini membagikan inspirasi nilai toleransi kepada peserta VOLT yang datang dari aneka latar belakang. Beliau menunjukkan fakta  perbedaan dan toleransi alamiah yang ada pada tubuh manusia. Semua alat pada tubuh manusia tidak  sama persis, namun fungsinya untuk saling melengkapi dan menguatkan. Demikian juga dalam kehidupan  sosial kemasyarakatan; setiap individu diciptakan dengan keunikan sekaligus kebebasan yang berbeda- beda, namun perbedaan itu hendaknya dikelola untuk saling melengkapi demi terwujudnya  kesempurnaan hidup dalam perdamaian bersama.  Selain isu keberagaman dan toleransi, ada pula isu aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, isu  lingkungan hidup dan perubahan iklim, isu hak-hak asasi manusia, isu kepemimpinan, dan isu khas bagi  anak muda terkait roadmap pencarian dan pengembangan potensi diri.   UNTUK IBU PERTIWI  Mengakhiri program NADI edisi merayakan kemerdekaan RI ke-76, para alumni peserta VOLT  berkolaborasi dengan tim penyelenggara VOLT yang terdiri atas para relawan muda LDD KAJ  mempersembahkan “energi emas” mereka dalam kesatuan suara untuk IBU PERTIWI ciptaan Ismail  Marzuki/Kamsidi Samsudin. Iringan

Pelayanan Masyarakat

Cerita dari Shelter Kampoeng Media

Ketika pandemi Covid-19 mulai menjalar di Indonesia dalam bulan Maret 2020, kampung-kampung di Sinduharjo  mulai mengunci diri, termasuk kampung Jaban, tempat Kampoeng Media (SAV dan PT. Alam Media) berada. Aneka kegiatan yang sudah direncanakan sepanjang tahun dan melibatkan banyak orang, terpaksa dibatalkan. Kompleks penginapan yang baru saja selesai direnovasi urung digunakan. Staf pun mulai bergiliran masuk kerja.  Kami (Rm. Murti dan Rm. Iswara) gelisah. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu masyarakat pada masa krisis ini? Salah satu kemungkinan adalah Penginapan Kampoeng Media yang kosong dijadikan Shelter bagi para tenaga kesehatan, tetapi RT/RW setempat tidak memberi izin karena mereka tidak ingin orang luar masuk kampung dan membawa virus. Pada saat Pandemi Covid-19 gelombang pertama, kami hanya bisa membantu sembako bagi orang-orang yang terdampak Covid-19 dan sumbangan untuk keperluan pencegahan Covid-19 di Kampung Jaban. Shelter Kampoeng Media Pada awal Mei 2021 program-program pelatihan yang menggunakan penginapan Kampoeng Media sudah bisa dibuka kembali, tetapi ternyata dalam bulan Juni 2021 kasus infeksi C-19 kembali meningkat tajam. Pandemi gelombang kedua mulai merebak. Banyak rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien. Masa darurat ditetapkan oleh pemerintah.  Program-program dibatalkan dan Kampoeng Media kosong lagi. Kami gelisah lagi. Namun SAV masih bisa secara rutin memberi pencerahan terkait kesehatan dan bagaimana memaknai masa krisis ini melalui Bincang MoTV dan Program Katekese Bener 20 yang disiarkan lewat Youtube. Apalagi yang masih bisa kami buat? Kebetulan pada akhir Juni Romo Provinsial menanyakan kepada Rm. Murti apakah Kampoeng Media bisa digunakan sebagai tempat isolasi mandiri?  Kami berdua berdiskresi. Jawaban kami: bisa, tetapi kami harus minta  persetujuan  RT/RW lebih dulu.  Ide dasarnya adalah  Shelter Kampoeng Media diprioritaskan 50% untuk warga sekitar, dan 50% mitra kerja kami (guru-guru SD Kanisius, karyawan lingkungan Yayasan Pusat Kateketik, Yayasan Sanata Dharma, dan karyawan PT Kanisius). Tujuannya adalah mengurangi beban rumah sakit dan memisahkan orang sakit dari orang sehat, terutama mereka yang di rumahnya tidak ada tempat untuk isolasi. Saat itu kami hanya punya modal tempat, sedangkan relawan, tenaga kesehatan, dana, peralatan, dan pengalaman belum kami punyai.  Langkah pertama adalah berdialog dengan Ketua RT 03 Jaban dan RW 25. Saya mendatangi Ketua RT 03 dan berdialog dengan beliau. Ternyata pak Ketua RT 03 sepaham dengan gagasan di atas. Kalau pada awal 2020 virus masih jauh, sekarang virus sudah ada di tengah warga Jaban, maka perlu dicari solusi agar warga yang terpapar mendapat pertolongan. Pak Ketua RT 03 berjanji untuk berembug dengan pengurus RT yang lain. Setelah berembug hari itu juga, mereka semua mendukung. Termasuk pak Ketua RW 25 pun setuju.  Pak Ketua RT 03 meminta agar semua rencana dituangkan dalam surat proposal secara terperinci untuk disampaikan kepada Lurah Sinduharjo, Satgas Covid-19 Kelurahan Sinduharjo, dan Puskesmas Kecamatan Ngaglik.  Sementara itu, Rm. Murti sebagai PIC Shelter Kampoeng Media telah menjalin komunikasi dengan Sonjo (Solidaritas Yogya) yang sudah merintis shelter untuk warga. Rm. Murti juga menghubungi RS Panti Rapih untuk mendapatkan masukan tentang tata cara mengelola shelter dari segi kesehatan, sekaligus mencari bantuan dokter atau tenaga medis lainnya sebagai konsultan bagi para Isoman.  Dengan surat proposal atas nama PT Alam Media yang bekerja sama dengan SAV-USD  dan yang sudah ditandatangani Ketua RT 03 Jaban, kami bertemu pak Lurah Sinduharjo, Satgas Covid Kelurahan, dan Puskesmas Kecamatan Ngaglik. Mereka semua mendukung, terutama pak Lurah sangat bergembira. Pak Lurah telah menghubungi sekolah-sekolah yang ada di kelurahan Sinduharjo, tetapi tak satu pun dari sekolah-sekolah itu merelakan gedungnya untuk dipakai sebagai tempat isolasi mandiri. Ini sangat kebetulan, ada lembaga yang menawarkan diri. Pak Lurah sangat senang, bahkan Shelter Kampoeng Media diakui sebagai satu-satunya shelter di tingkat Kelurahan Sinduharjo.  Puskesmas Ngaglik juga mendukung, tetapi tidak bisa menyediakan tenaga kesehatan, namun berjanji untuk menyuplai vitamin. Setelah ada kepastian izin tersebut, Provinsialat memberi dana awal sehingga kami mulai bergerak untuk mengatur tempat dan juga menyiapkan alat-alat pokok yang diperlukan. Peralatan medis termasuk APD masih terbatas sekali, tetapi sambil jalan dapat dilengkapi. Kami menyiapkan 21 kamar. Sebetulnya setiap kamar bisa diisi dua orang, namun demi efektivitas isolasi para dokter mengusulkan agar setiap kamar hanya diisi satu orang saja. Ternyata ketika kabar bahwa kami mau membuka shelter mulai tersebar, banyak pihak  tertarik untuk membantu. Para relawan bermunculan: dua mahasiswa dari Kerabat Kerja Ibu Teresa, beberapa mahasiswa di Yogya, Suster-suster ADM, Suster-suster FCJ, Frater-frater SJ, dan Staf SAV. Kelompok Sego Mubeng dari Paroki Kotabaru ikut menyuplai makanan siap saji, terutama bila jumlah Isoman melebihi sepuluh orang. Suster CB Syantikara menyiapkan minuman sehat setiap hari. RS Panti Rapih menyediakan tenaga kesehatan termasuk dua dokter yang menjadi konsultan kami. Ada banyak donatur yang silih berganti mengirim sembako, alat-alat kesehatan, obat-obatan, dll. Juga banyak donatur yang mengirim uang entah jumlah besar atau kecil. Semua kami terima dengan senang hati. Berkat kemurahan hati banyak orang, shelter Kampoeng Media bisa membagi sembako dan makanan siap saji bagi warga Jaban RW 25 dan 26  yang sedang isoman di rumah masing-masing. Tanpa upacara macam-macam, Shelter Kampoeng Media  dibuka pada 12 Juli 2021 untuk warga sekitar dan mitra kerja kami (inklusif).  Syaratnya OTG tanpa komorbid dan dinyatakan positif melalui PCR/Antigen serta masih bisa mandiri. Tim Kesehatan RS Panti Rapih menjadi tim seleksi penerimaan Isoman dan sekaligus tim kosultan bagi para Isoman. Setiap hari jumlah Isoman bertambah, sehingga angkatan 1 berjumlah 22 orang.  Angkatan 2 berjumlah 17 orang. Tepat pada tanggal 16 Agustus 2021 sore, semua Isoman sudah sembuh dan Shelter Kampoeng Media ditutup karena tidak ada lagi warga yang hendak melakukan Isoman. Betul-betul para Isoman dan kami semua dapat merayakan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-76. Pelayanan berbasis WA Pelayanan Shelter Kampoeng Media berbasis WhatsApp baik pada saat pendaftaran, selama berada di shelter, maupun saat para Isoman meninggalkan shelter. Pengelola, tenaga kesehatan, dan para relawan sangat minim berkontak langsung dengan para Isoman. Satu dua relawan saja yang berkontak dengan mereka, yaitu saat kedatangan dan saat mengantar mereka ke Puskesmas untuk mendapatkan tanda lulus. Pelayanan berbasis WA ini dikoordinasi oleh sekretariat (Ibu Elis, relawan dari SAV). Ada tiga group WA di Shelter Kampoeng Media, yaitu Grup Pengelola dan Nakes, Grup Relawan Kampoeng Media dan Pengelola/Nakes, dan Grup Isoman bersama Pengelola dan Relawan.  Sesuai dengan syarat-syarat pendaftaran yang kami sebarkan lewat media