capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Cerita dari Shelter Kampoeng Media

Date

Ketika pandemi Covid-19 mulai menjalar di Indonesia dalam bulan Maret 2020, kampung-kampung di Sinduharjo  mulai mengunci diri, termasuk kampung Jaban, tempat Kampoeng Media (SAV dan PT. Alam Media) berada. Aneka kegiatan yang sudah direncanakan sepanjang tahun dan melibatkan banyak orang, terpaksa dibatalkan. Kompleks penginapan yang baru saja selesai direnovasi urung digunakan. Staf pun mulai bergiliran masuk kerja. 

Kami (Rm. Murti dan Rm. Iswara) gelisah. Apa yang bisa dilakukan untuk membantu masyarakat pada masa krisis ini? Salah satu kemungkinan adalah Penginapan Kampoeng Media yang kosong dijadikan Shelter bagi para tenaga kesehatan, tetapi RT/RW setempat tidak memberi izin karena mereka tidak ingin orang luar masuk kampung dan membawa virus. Pada saat Pandemi Covid-19 gelombang pertama, kami hanya bisa membantu sembako bagi orang-orang yang terdampak Covid-19 dan sumbangan untuk keperluan pencegahan Covid-19 di Kampung Jaban.

Sumbangan sembako datang saat Shelter Kampoeng Media dibuka

Shelter Kampoeng Media

Pada awal Mei 2021 program-program pelatihan yang menggunakan penginapan Kampoeng Media sudah bisa dibuka kembali, tetapi ternyata dalam bulan Juni 2021 kasus infeksi C-19 kembali meningkat tajam. Pandemi gelombang kedua mulai merebak. Banyak rumah sakit mulai kewalahan menangani pasien. Masa darurat ditetapkan oleh pemerintah.  Program-program dibatalkan dan Kampoeng Media kosong lagi. Kami gelisah lagi. Namun SAV masih bisa secara rutin memberi pencerahan terkait kesehatan dan bagaimana memaknai masa krisis ini melalui Bincang MoTV dan Program Katekese Bener 20 yang disiarkan lewat Youtube. Apalagi yang masih bisa kami buat? Kebetulan pada akhir Juni Romo Provinsial menanyakan kepada Rm. Murti apakah Kampoeng Media bisa digunakan sebagai tempat isolasi mandiri?  Kami berdua berdiskresi. Jawaban kami: bisa, tetapi kami harus minta  persetujuan  RT/RW lebih dulu. 

Ide dasarnya adalah  Shelter Kampoeng Media diprioritaskan 50% untuk warga sekitar, dan 50% mitra kerja kami (guru-guru SD Kanisius, karyawan lingkungan Yayasan Pusat Kateketik, Yayasan Sanata Dharma, dan karyawan PT Kanisius). Tujuannya adalah mengurangi beban rumah sakit dan memisahkan orang sakit dari orang sehat, terutama mereka yang di rumahnya tidak ada tempat untuk isolasi. Saat itu kami hanya punya modal tempat, sedangkan relawan, tenaga kesehatan, dana, peralatan, dan pengalaman belum kami punyai. 

Relawan selalu siap melayani

Langkah pertama adalah berdialog dengan Ketua RT 03 Jaban dan RW 25. Saya mendatangi Ketua RT 03 dan berdialog dengan beliau. Ternyata pak Ketua RT 03 sepaham dengan gagasan di atas. Kalau pada awal 2020 virus masih jauh, sekarang virus sudah ada di tengah warga Jaban, maka perlu dicari solusi agar warga yang terpapar mendapat pertolongan. Pak Ketua RT 03 berjanji untuk berembug dengan pengurus RT yang lain. Setelah berembug hari itu juga, mereka semua mendukung. Termasuk pak Ketua RW 25 pun setuju.  Pak Ketua RT 03 meminta agar semua rencana dituangkan dalam surat proposal secara terperinci untuk disampaikan kepada Lurah Sinduharjo, Satgas Covid-19 Kelurahan Sinduharjo, dan Puskesmas Kecamatan Ngaglik. 

Sementara itu, Rm. Murti sebagai PIC Shelter Kampoeng Media telah menjalin komunikasi dengan Sonjo (Solidaritas Yogya) yang sudah merintis shelter untuk warga. Rm. Murti juga menghubungi RS Panti Rapih untuk mendapatkan masukan tentang tata cara mengelola shelter dari segi kesehatan, sekaligus mencari bantuan dokter atau tenaga medis lainnya sebagai konsultan bagi para Isoman.  Dengan surat proposal atas nama PT Alam Media yang bekerja sama dengan SAV-USD  dan yang sudah ditandatangani Ketua RT 03 Jaban, kami bertemu pak Lurah Sinduharjo, Satgas Covid Kelurahan, dan Puskesmas Kecamatan Ngaglik. Mereka semua mendukung, terutama pak Lurah sangat bergembira. Pak Lurah telah menghubungi sekolah-sekolah yang ada di kelurahan Sinduharjo, tetapi tak satu pun dari sekolah-sekolah itu merelakan gedungnya untuk dipakai sebagai tempat isolasi mandiri. Ini sangat kebetulan, ada lembaga yang menawarkan diri. Pak Lurah sangat senang, bahkan Shelter Kampoeng Media diakui sebagai satu-satunya shelter di tingkat Kelurahan Sinduharjo.  Puskesmas Ngaglik juga mendukung, tetapi tidak bisa menyediakan tenaga kesehatan, namun berjanji untuk menyuplai vitamin.

Setelah ada kepastian izin tersebut, Provinsialat memberi dana awal sehingga kami mulai bergerak untuk mengatur tempat dan juga menyiapkan alat-alat pokok yang diperlukan. Peralatan medis termasuk APD masih terbatas sekali, tetapi sambil jalan dapat dilengkapi. Kami menyiapkan 21 kamar. Sebetulnya setiap kamar bisa diisi dua orang, namun demi efektivitas isolasi para dokter mengusulkan agar setiap kamar hanya diisi satu orang saja.

Ternyata ketika kabar bahwa kami mau membuka shelter mulai tersebar, banyak pihak  tertarik untuk membantu. Para relawan bermunculan: dua mahasiswa dari Kerabat Kerja Ibu Teresa, beberapa mahasiswa di Yogya, Suster-suster ADM, Suster-suster FCJ, Frater-frater SJ, dan Staf SAV. Kelompok Sego Mubeng dari Paroki Kotabaru ikut menyuplai makanan siap saji, terutama bila jumlah Isoman melebihi sepuluh orang. Suster CB Syantikara menyiapkan minuman sehat setiap hari. RS Panti Rapih menyediakan tenaga kesehatan termasuk dua dokter yang menjadi konsultan kami. Ada banyak donatur yang silih berganti mengirim sembako, alat-alat kesehatan, obat-obatan, dll. Juga banyak donatur yang mengirim uang entah jumlah besar atau kecil. Semua kami terima dengan senang hati. Berkat kemurahan hati banyak orang, shelter Kampoeng Media bisa membagi sembako dan makanan siap saji bagi warga Jaban RW 25 dan 26  yang sedang isoman di rumah masing-masing.

Suasana nyaman di Shelter Kampoeng Media

Tanpa upacara macam-macam, Shelter Kampoeng Media  dibuka pada 12 Juli 2021 untuk warga sekitar dan mitra kerja kami (inklusif).  Syaratnya OTG tanpa komorbid dan dinyatakan positif melalui PCR/Antigen serta masih bisa mandiri. Tim Kesehatan RS Panti Rapih menjadi tim seleksi penerimaan Isoman dan sekaligus tim kosultan bagi para Isoman. Setiap hari jumlah Isoman bertambah, sehingga angkatan 1 berjumlah 22 orang.  Angkatan 2 berjumlah 17 orang. Tepat pada tanggal 16 Agustus 2021 sore, semua Isoman sudah sembuh dan Shelter Kampoeng Media ditutup karena tidak ada lagi warga yang hendak melakukan Isoman. Betul-betul para Isoman dan kami semua dapat merayakan Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-76.

Pelayanan berbasis WA

Pelayanan Shelter Kampoeng Media berbasis WhatsApp baik pada saat pendaftaran, selama berada di shelter, maupun saat para Isoman meninggalkan shelter. Pengelola, tenaga kesehatan, dan para relawan sangat minim berkontak langsung dengan para Isoman. Satu dua relawan saja yang berkontak dengan mereka, yaitu saat kedatangan dan saat mengantar mereka ke Puskesmas untuk mendapatkan tanda lulus. Pelayanan berbasis WA ini dikoordinasi oleh sekretariat (Ibu Elis, relawan dari SAV). Ada tiga group WA di Shelter Kampoeng Media, yaitu Grup Pengelola dan Nakes, Grup Relawan Kampoeng Media dan Pengelola/Nakes, dan Grup Isoman bersama Pengelola dan Relawan. 

Sesuai dengan syarat-syarat pendaftaran yang kami sebarkan lewat media sosial, para Isoman menghubungi lebih dulu nomor dari Sektretariat Shelter Kampung Media, kemudian mereka mengisi  google form. Data-data yang masuk dirangkum lalu dilaporkan kepada Tim Kesehatan untuk diseleksi. Setelah diterima, jadwal kedatangan dirundingkan dengan Sekretariat dan disiapkan penyambutan oleh relawan. Pada saat kedatangan para Isoman menandatangani MoU untuk bersedia mentaati peraturan shelter, sekaligus dilatih menggunakan alat pengukur tekanan darah, oxymeter dan thermogun.  Kemudian Isoman diantar ke shelter.

Relawan mengantar makanan ke Shelter

Di shelter ada acara harian seperti makan pagi, laporan kondisi kesehatan lewat google form (pagi dan sore), bersih-bersih kamar, berjemur, snack dan makan siang, snack sore dan makan malam, serta acara doa bersama (insklusif) lewat zoom. Doa dan renungan secara Katolik dipimpin oleh frater-frater Kolsani secara bergantian, sedangkan doa secara Muslim dipimpin oleh salah seorang relawan.

Tiap pagi dan petang para Isoman diminta untuk mengecek kondisi kesehatan masing-masing dengan menggunakan peralatan yang disediakan, kemudian mengisi google form serta mengirimkannya kepada Sekretariat. Laporan kemudian dikirim ke Tim Kesehatan untuk dianalisis. Bila ada sesuatu yang harus diklarifikasi, Tim Kesehatan berkontak langsung dengan Isoman yang bersangkutan. Bila ada obat-obat khusus yang harus dibeli, Isoman mengirim berita kepada keluarganya agar dibelikan obat tersebut. Secara periodik juga diadakan pertemuan online (zoom) antara Isoman, Relawan, dan Tim Kesehatan. Informasi terkait cara menjaga kesehatan juga dikirim lewat WA. Sapaan dan candaan dari relawan untuk para Isoman juga disampaikan lewat WA. Menjelang akhir dari masa isolasi, kami menyiapkan surat pengantar untuk Puskesmas. Sehari sebelumnya, Sekretariat memberitahu Puskesmas bahwa kami akan mengantar Isoman yang sudah selesai masa isolasinya agar dicek dan diberi tanda lulus. Sebelum meninggalkan shelter, Isoman diminta mengisi evaluasi lewat google  form dan pamitan lewat WA sambil menyampaikan kesan-kesan mereka.

Pelayanan kesehatan bagi para Isoman yang berbasis WA ini menumbuhkan kesadaran baru tentang peranan media. Selama ini fokus perhatian kami lebih pada bagaimana mewartakan iman dan nilai-nilai lewat media atau menayangkan acara-acara rohani lewat media. Kegiatan pelayanan di shelter dengan menggunakan media ini ternyata bukan hanya menjadi ranah ungkapan iman tetapi sudah menjadi bagian dari perwujudan iman. Kami tidak hanya membangun komunitas jejaring, tetapi juga membangun komunitas insani. Persaudaraan dan kasih saling ditumbuhkan di antara kami yang semula tidak saling kenal. Buahnya adalah kebahagiaan dan saat manusia berbahagia, Tuhan dimuliakan. 

Evaluasi dari para Isoman
Mereka sangat berterima kasih atas pelayanan yang diberikan.  Evaluasi yang mereka isi menunjukkan bahwa pelayanan di shelter Kampoeng Media membahagiakan, mulai dari fasilitas tempat, alat-alat kesehatan, makanan, keramahtamahan, informasi, dan pelayanan rohani. Mereka juga memberikan masukan-masukan yang berharga untuk memperbaiki pelayanan. Intinya, para Isoman mengalami shelter Kampoeng Media ini sebagai oase kerahiman Tuhan.

Bersama sebagian relawan di akhir tugas

Buah yang kami petik

Kami (semua yang terlibat dalam Shelter Kampoeng Media) merasa bahagia bisa membantu para isoman dengan menyediakan tempat, fasilitas, dan pelayanan. Ternyata ada begitu banyak orang yang terketuk hatinya untuk terlibat dan memberikan apa yang dimiliki.  Pada saat kami mau membuka dan memberikan diri, orang lain tergerak untuk memberikan diri juga, menyumbangkan apa yang mereka punyai. Kami mengalami terjadinya kembali kisah penggandaan roti. Dengan memberi kami menerima, bahkan secara berkelimpahan.  Kami bisa membantu para warga sekitar yang isoman di rumah masing-masing. Semangat solidaritas dan kemurahan hati masyarakat kita masih tinggi. Ini sungguh membanggakan dan membangkitkan rasa syukur. Yang juga membanggakan adalah bahwa banyak orang muda secara sukarela menjadi relawan di Shelter Kampoeng Media. Selain itu, kami belajar berdiskresi dengan berbagai, pihak lalu belajar berkolaborasi dengan macam-macam profesi dan golongan orang.

Demikianlah berbagi cerita dari Shelter Kampoeng Media. Pengalaman bersama di Shelter Kampoeng Media yang relatif pendek jangka waktunya (12 Juli – 16 Agustus 2021) ini  telah menjadi proses pembelajaran tentang iman akan kebangkitan. Seperti kata Paus Fransiskus, “Kebangkitan adalah kekuatan yang tidak ada duanya. Di tengah kegelapan selalu muncul kehidupan baru yang cepat atau lambat akan menghasilkan buah. Kebaikan senantiasa muncul dan kemudian menyebar.” (EG art. 276). Dengan demikian hidup menjadi cerita yang layak diwartakan. 

Kontributor : Pater Y.I. Iswarahadi, S.J.

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *