Berkibarlah bendera negeriku
Berkibarlah engkau di dadaku
Tunjukkanlah kepada dunia
Semangatmu yang panas membara
Daku ingin jiwa raga ini
Selaraskan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan karismamu
Sepenggal syair dari lagu BERKIBARLAH BENDERA NEGERIKU itu karya Soedjarwoto Soemarsono (Gombloh). Kali ini dinyanyikan oleh para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Laetitia Disability Choir (LDC) dampingan Lembaga Daya Dharma – Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ). Para anggota LDC terdiri dari para penyandang disabilitas netra dan daksa. Mereka dengan segala kemampuan dan keterbatasannya telah berupaya merekam suara dan gambar video dirinya bernyanyi dari tempat tinggal mereka masing-masing untuk bisa tampil menginspirasi publik melalui kanal youtube Gue LDD pada program NADA UNTUK NEGERI (NADI) edisi perayaan kemerdekaan RI ke 76 tahun 2021.
Bait-bait pada lagu ini semakin mendapatkan makna yang menggetarkan jiwa ketika bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa di dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19. Pada kondisi yang serba sulit ini, Sang Merah Putih mengundang seluruh anak bangsa untuk terlibat dalam aneka gerakan kreatif membangun ketangguhan warga melawan virus corona dan dampak pandemi ini bagi kesejahteraan hidup bersama.
Kita semua diajak untuk merayakan kemerdekaan RI ke-76 dengan terus mengobarkan semangat merah putih, yaitu semangat berani dalam kesucian dengan cara mengambil peran berjuang dan bekerja sama melawan penyebaran virus covid-19 dan membantu warga bangsa yang mengalami dampak dari pandemi ini.
Berikut ini pesan lengkap dari Romo C. Kristiono Puspo, S.J. sebagai Direktur LDD KAJ pada pengantar program NADI episode merayakan kemerdekaan Agustus 2021. “Saya atas nama Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta, mengucapkan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76. Jayalah Indonesia. Dan tentunya dalam situasi seperti saat ini, kita diajak untuk terus berjuang, berani memperjuangkan kesadaran bersama, untuk bertumbuh bersama, dan untuk bergandengan tangan bersama di dalam situasi pandemi ini. Kita diundang untuk dengan tulus berani berjuang meretas dan menyingkirkan pandemi covid-19 secara bersama-sama. Kita perlu bergandengan tangan, roh yang sama dulu dan sekarang terus menggerakan kita untuk berjuang melawan covid -19 ini.”
DOMUS ISOMAN
Salah satu gerakan bela rasa yang bertumbuh di KAJ menanggapi dampak dari pademi ini adalah DOMUS ISOMAN. Sepercik gerakan belarasa ini untuk membantu para penyintas covid 19 agar bisa melakukan isolasi secara mandiri dan tersentral. Ide ini hadir ketika kondisi penyebaran covid di DKI Jakarta pada periode bulan Juni s.d Agustus 2021 mengalami lonjakan
yang sangat drastis sehingga rumah sakit dan tempat-tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah mengalami kesulitan untuk melayani warga penyintas covid-19.
Bergandengan tengan; Komisi PSE – Komisi Pendidikan – Komisi Kesehatan – dan LDD Keuskupan Agung Jakarta bersama paroki, sekolah, kongregasi, biara, rumah sakit, pemerintah, para relawan, dan para donatur menyelenggarakan pelayanan “isolasi mandiri terpusat” yang diperuntukkan bagi penyintas dari warga pra sejahtera (baca: miskin).
Salah satu penyelenggara Domus Isoman adalah Para Suster Gembala Baik. Domus Isoman St. Maria de Fatima ini hadir berkat kolaborasi Kongregasi para Suster Gembala Baik dengan alumni sekolah Santa Maria, Paroki Matraman, Rumah Sakit St. Carolus, KAJ, serta para relawan dan donatur. Bertempat di komplek biara dan sekolah Santa Maria, Jatinegara, Jakarta Timur, Domus Isoman ini akhirnya bisa melayani penyintas covid-19 dari keluarga pra sejahtera. Sr. Magdalena Rini, RGS sebagai ketua Yayasan Gembala Baik mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa ikut serta mengambil bagian dari perjuangan Gereja bersama segenap umat dalam situasi perang tanpa senjata untuk melawan penyebaran virus covid-19.
Berikut ini adalah pesan syukur yang disampaikan oleh Sr. Magdalena, RGS dalam program NADI di GueLDD edisi Kepak Sayap Kemerdekaan bulan Agustus 2021. “kami, para suster Gembala Baik bersyukur, karena akhirnya pada hari ini secara resmi kami boleh ikut ambil bagian dalam Gereja yang sedang berjuang bersama umat dalam situasi perang tanpa senjata ini. Kami bersyukur karena kami boleh bersama-sama alumni, para donatur, dan para relawan menyediakan tempat ini bagi saudara dan saudari kami yang membutuhkan tempat isoman.”
V O L T
Volunteering and Leadership Training (VOLT) adalah program kaderisasi orang muda untuk penggerak sosial bela rasa dan penerus gerakan kerelawanan di LDD KAJ. Program perdana telah diselenggarakan LDD KAJ pada bulan Juli 2021. Desain utama dari program VOLT adalah olah pikir, olah hati, dan olah tindak. Olah pikir agar orang muda semakin mampu memahami kondisi, ancaman, dan tantangan sosial yang up to date dan terjadi di lingkungan hidup sekitarnya. Dari proses ini diharapkan para peserta mampu berpikir secara kritis menemukan akar penyebab masalah dan mau terlibat memberikan sumbang pikir untuk mengatasi masalah yang ada. Olah hati agar para peserta semakin bertumbuh menjadi generasi peduli yang memiliki hati nurani; yang tidak puas dengan keberhasilan diri jika tidak terlibat untuk memperbaiki kondisi sosial di sekitarnya. Olah tindakan dimaksudkan agar para peserta VOLT ini bisa terlibat langsung dalam gerakan sosial bela rasa yang diselenggarakan oleh LDD KAJ dan mitra gerakan serta oleh orang muda ini sendiri dalam project-project sosial yang kreatif.
Dalam masa pandemi ini, terlebih di bulan Juli dimana eskalasi sebaran kasus covid di DKI Jakarta menunjukkan peningkatan drastis, maka VOLT terpaksa diselenggarakan secara virtual penuh. Sudah barang tentu banyak hal dari tujuan VOLT belum bisa dicapai. Namun kehadiran para narasumber dalam sesi-sesi pembelajaran bersama telah memberikan makna tersendiri.
Salah satunya adalah M. Wahid Emha yang akrab disapa Gus Wahid. Pimpinan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim – Nahdatul Ulama (LPBI – NU) ini membagikan inspirasi nilai toleransi kepada peserta VOLT yang datang dari aneka latar belakang. Beliau menunjukkan fakta perbedaan dan toleransi alamiah yang ada pada tubuh manusia. Semua alat pada tubuh manusia tidak sama persis, namun fungsinya untuk saling melengkapi dan menguatkan. Demikian juga dalam kehidupan sosial kemasyarakatan; setiap individu diciptakan dengan keunikan sekaligus kebebasan yang berbeda-
beda, namun perbedaan itu hendaknya dikelola untuk saling melengkapi demi terwujudnya kesempurnaan hidup dalam perdamaian bersama.
Selain isu keberagaman dan toleransi, ada pula isu aksesibilitas bagi penyandang disabilitas, isu lingkungan hidup dan perubahan iklim, isu hak-hak asasi manusia, isu kepemimpinan, dan isu khas bagi anak muda terkait roadmap pencarian dan pengembangan potensi diri.
UNTUK IBU PERTIWI
Mengakhiri program NADI edisi merayakan kemerdekaan RI ke-76, para alumni peserta VOLT berkolaborasi dengan tim penyelenggara VOLT yang terdiri atas para relawan muda LDD KAJ mempersembahkan “energi emas” mereka dalam kesatuan suara untuk IBU PERTIWI ciptaan Ismail Marzuki/Kamsidi Samsudin. Iringan musik diaransemen ulang oleh Rafael Deo Sutjipto (relawan muda LDD KAJ).
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Ibu Pertiwi, … tanah air kita Indonesia tengah bersusah hati. Bukan saja oleh pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, tetapi juga oleh karena nafsu tamak sebagian warganya yang haus oleh harta dan kuasa untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya. Nafsu tamak tak terkendali ini pada akhirnya mengabaikan keadilan, kesejahteraan umum, dan kemuliaan martabat alam lingkungan hidup serta martabat manusia.
Energi orang muda adalah energi kita semua. Kepakan sayap untuk peduli pada negeri Semangat mengabdi Pertiwi dengan menerobos batas-batas solidaritas!
Kulihat ibu Pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah, putra putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu, kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan banga
Kontributor : F.X. Yono Hascaryo Putro – LDD KAJ