Tim spiritualitas Serikat Jesus mengenalkan pribadi Pater Pedro Arrupe, Jenderal Serikat Jesus ke-28, dalam Webinar dan Dialog Interaktif Virtual “Mendaki Jalan Sukacita” pada Kamis, 24 Februari 2022 melalui ruang virtual Zoom. Hadir sebagai narasumber Pater L.A. Sardi, S.J. (Pembimbing Rohani di Collegio Internazionale del Gesù, Roma) serta Robin dan Susanne, pasangan suami istri (pasutri) yang aktif sebagai fasilitator Latihan Rohani Pemula (LRP).
Sebelum diangkat dalam webinar, Pater Arrupe lebih dulu dikupas dalam edisi khusus Majalah ROHANI Januari 2022 yang memuat kisah tentang sosoknya serta naskah hasil tulisannya sendiri. Sosok Pater Arrupe dikenal dengan sebutan “Santo Ignatius yang kedua” karena kesucian dan teladan hidupnya. Ia juga yang memunculkan cita-cita menjadi “men and women for others” (menjadi insan bagi sesama) bagi para alumni sekolah Jesuit.
Pada kesempatan pertama, Susanne mengungkapkan bahwa saat dirinya membaca edisi khusus Majalah ROHANI, ia kerap berhenti sejenak dan merenungkannya. “Saya menyimpulkan, yang Pater Arrupe katakan tentang sukacita itu rasanya sama dengan yang saya temukan dalam LRP. Sukacita itu kita dapatkan saat hati kita penuh,” tuturnya sembari menunjukkan gambar bentuk hati ke layar.
“Saat hati kita penuh, kita akan merasakan sukacita, kedamaian, semua serba indah. Tapi tidak mudah mempertahankan hati yang utuh itu. Ada saja yang bisa membuatnya terkoyak,” sambung Susanne yang lantas menyobek sebagian gambar hati tadi.
Susanne menyebut, rasa khawatir maupun rasa bersalah membuat hati tidak utuh. Dalam latihan rohani, Susanne berhasil melepaskan rasa bersalah yang pernah dialaminya. “Saya mempercayakan rasa bersalah saya kepada Tuhan. Akhirnya, hati saya utuh kembali sehingga saya bisa melihat dengan lebih jernih. Semua berubah karena perasaan hati ini,” tegasnya.
Sementara itu Robin memandang Pater Arrupe layaknya seorang ninja yang bisa “menghilang”. Ninja diketahui keberadaannya untuk menjaga dan melindungi meski tidak tampak. “Don Pedro meski sudah meninggal tetapi pribadinya tetap dikenang dan karya-karyanya tetap masih dilakukan sehingga rasanya dia masih hidup dan kita tahu dia ada,” jelas Robin.
Hal ini ditunjukkan lewat pengalaman Pater James Martin, S.J. kala bersama beberapa pastor lain menjadi relawan dalam Pasca-9/11. Mereka dilarang masuk ke ground zero meski untuk mengadakan Misa. Akhirnya, Pater Martin berdoa memohon bantuan Pater Arrupe, “Bantu kami untuk masuk ke wilayah itu dan melakukan karya Tuhan.”
“Ajaibnya, ada yang menolong sehingga mereka bisa masuk ke sana. Jadi, walaupun tidak kelihatan, tapi Don Pedro itu ada,” simpul Robin.
Selanjutnya, Pater Sardi menyatakan bahwa Pater Arrupe adalah contoh orang yang menghayati iman personalnya secara sungguh-sungguh sampai akhirnya berpengaruh kuat bagi kehidupan publik. “Sosok ini mampu mengintegrasikan tegangan antara hidup rohani dan aktivitas kerasulan. Oleh karena itu, spiritualitas Ignatian yang dihadirkan komunikatif untuk semuanya. Maka, Arrupe adalah Ignatius yang dekat dengan kita,” papar Pater Sardi.
Pater Arrupe juga merupakan contoh orang yang setia kepada Gereja. Ia berjuang lewat Serikat Jesus, kepemimpinannya, tulisan-tulisannya, bersama tarekat-tarekat religius yang lain mengobarkan semangat pembaharuan Konsili Vatikan II yang kala itu belum selesai dan terus berjalan. “Selama 50 tahun ini pun terus diperjuangkan dan kita punya patron orang yang berjuang sampai habis,” tegas Pater Sardi.
Tentang kepemimpinan Pater Arrupe, Pater Sardi meringkasnya sebagai “orang yang memimpin bersama dengan yang lain”. “Integritas pribadinya luar biasa, tapi corak kepemimpinannya diwarnai kesadaran bahwa dia tidak bisa sendirian tapi bersama yang lain. Jadi, kepemimpinannya disebut kepemimpinan dalam doa, diskresi, dan konsultasi,” urai Pater Sardi sembari menambahkan bahwa hal tersebut inspiratif untuk zaman ini.
Pada pengujung webinar, Pater Antonius Sumarwan, S.J. (Pemimpin Redaksi Majalah ROHANI) men-sharing-kan inspirasi yang ia petik, yaitu doa ketika Pater Arrupe sudah stroke. Pater Marwan teringat pada tahun 2015, ayahnya terkena stroke. “Bapak saya awalnya sangat aktif, tidak mau dilayani orang lain. Saat menderita stroke, dia sangat shocked. Dalam situasi itu saya merasa doa dari Pedro Arrupe dapat memberikan inspirasi dan harapan saya kepada Bapak. Tidak apa-apa menyerahkan diri kepada orang lain. Pesan dari doa itu ‘kan berada dalam tangan Tuhan,” ungkap Pater Marwan.
Pater Marwan pun mendorong sang ayah untuk mendoakan doa Pater Arrupe dan tetap berada di dalam tangan Tuhan. Pada saat yang sama, Pater Marwan juga belajar, seperti Pedro Arrupe, ia juga ingin berada di dalam tangan Tuhan. “Dari sini saya berharap dari hari ke hari saya bisa terus berada di dalam tangan Tuhan dan merasakan dalam segala yang saya lakukan inisiatifnya bukan semata-mata dari diri saya sendiri, tapi terutama dari Tuhan,” pungkas Pater Marwan.
Kontributor : Willy Putranta – BASIS