Pilgrims of Christ’s Mission

Author name: Komunikator Serikat Jesus

Kuria Roma

Seri Video Berjalan Bersama Ignatius Episode 5 : Serikat Jesus Zaman ini

Di kedalaman hidup sehari-hari, bagi yang siap mendengarkan, seseorang tentu dapat merasakan suara Tuhan, merasakan detak jantung-Nya yang tidak kenal lelah. Dia memanggil, mengutus, menguatkan hidup, dan mendorong kita untuk berbela rasa. Bagi mereka yang bersedia mencari, Tuhan menyapa kita semua di sini dan saat ini dalam sejarah hidup kita. Dia, mewahyukan diri-Nya dengan penuh kreativitas dan kedekatan di antara keragaman realitas yang melingkupi kita. Bersikap terbuka terhadap cara Tuhan mewahyukan diri kepada kita merupakan dasar proses discernment atau penegasan kita sebagai kolaborator perutusan Kristus, penghidup semangat Ignasian, dan Jesuit. Kitai membawa kesaksian di mana Roh Allah telah membimbing kita dan mendiskresikan panggilan Tuhan saat ini. Di situlah kita hendak mengabdikan diri. UAP adalah buah penegasan ini, yaitu mengabarkan cara hidup kita, tinggal dan tetap berada di tengah dunia. Kita sungguh dipanggil untuk menunjukkan jalan menuju Allah melalui Latihan Rohani dan discernment, untuk berjalan bersama mereka yang tersingkir dari dunia ini, untuk menemani orang muda, dan untuk bekerja sama merawat rumah kita bersama. Namun, UAP bukanlah titik akhir discernment yang kita lakukan dalam keluarga besar Ignasian. UAP adalah peta panduan kita untuk tahun-tahun mendatang yang dengan sukacita, kemendalaman, dan kemurahan hati hendak “mencari dan menemukan Tuhan dalam segala hal” sehingga dengan demikian kita terhubung satu sama lain di dalam Dia. Kita memerlukan banyak pertolongan dan keberanian untuk mewujudnyatakan UAP dalam berbagai konteks. Di situlah kita menemukan diri kita bekerja sama untuk melayani perutusan Kristus. Maukah Saudara sekalian membantu kami? Kami mengajak Saudara semua untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama dalam komunitas, menggunakan ujub doa seperti ditulis pada bagian akhir bab kelima dari buku Berjalan bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan PT. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 167 – 170).

Provindo

Kaul Akhir sebagai Pemberian Diri

Pada Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah, 2 Februari 2022, Serikat Jesus Provinsi Indonesia berbahagia atas pengucapan kaul akhir Pater Yulius Eko Sulistyo S.J., Pater Albertus Buddy Haryadi S.J., dan Pater Antonius Sumarwan S.J.. Melalui kaul akhir, ketiga Pater Jesuit ini mempersembahkan diri untuk sepenuhnya menggabungkan diri atau berinkorporasi ke dalam Serikat Jesus.  Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Provinsial, Pater Benedictus Hari Juliawan S.J. didampingi oleh Pater Yohanes Heru Hendarto S.J. dan Pater Albertus Sadhyoko Rahardjo S.J. di Gereja Santa Perawan Maria Ratu (SPMR) Blok Q, Jakarta. Keluarga, umat dan para Jesuit turut hadir mendukung dalam Ekaristi mematuhi protokol kesehatan. Perayaan ini ditayangkan juga secara live streaming di kanal Youtube Jesuit Indonesia dan Gereja St. Perawan Maria Ratu, Blok Q – KAJ.  Dalam homilinya, Pater Provinsial menegaskan makna kaul akhir sebagai pemberian diri sebagaimana Yesus yang mempersembahkan diri di Bait Allah. Pemberian diri ketiga Pater Jesuit melalui kaul akhir merupakan perjalanan yang tidak selalu mudah dan menuntut kesetiaan.  “Kaul-kaul yang akan diucapkan pada saat kaul akhir sudah punya bobot tertentu karena adanya pengalaman, karena kegagalan, tapi mungkin juga pengalaman belajar bangun dari jatuh atau kegagalan itu”, tutur Pater Provinsial.  Pater Provinsial juga mengajak para umat untuk mendukung dan mendoakan para kaules (orang yang berkaul) agar terus mengenali Yesus dalam pelayanan dan penghayatan kaul. Ketiga kaules menjalani panggilan Jesuit dalam konteks yang berbeda dan penuh tantangan. Pater Buddy sebagai misionaris di Myanmar melayani di tengah situasi konflik politik dan perang saudara yang tak mudah. Pater Eko sebagai psikolog klinis terus bertekun dan berhadapan dengan masalah dalam konsultasi-konsultasi. Pater Marwan sebagai ekonom dan pendidik berada dalam konteks perekonomian yang sulit karena pandemi.  Di penghujung ekaristi, Pater Marwan mewakili para kaules menyampaikan ungkapan syukur kepada Serikat Jesus, keluarga, umat Blok Q, para rekan di Myanmar & Chicago dan seluruh pihak. Pater Marwan yang pernah berkarya di Gereja SPMR Blok Q juga menyampaikan kesan pelayanannya di Blok Q sebagai tonggak yang menentukan perjalanan pelayanannya melalui Credit Union.  Ia mengalaminya sebagai sarana untuk mewartakan kabar gembira bagi orang kecil. Ketiga kaules bersyukur dan memohon doa agar semakin mampu mempersembahkan diri kepada Allah sebagaimana Yesus yang mempersembahkan diri di Bait Allah. Kontributor : Isaac Jacques Cavin, S.J.

Obituary

Selamat Jalan Pater Leonard Smit, S.J.

Pater Leonard Smit sebagai salah satu misionaris Jesuit asal Belanda telah banyak berkiprah dalam pengembangan dan gerak karya pendidikan di Indonesia melalui persekolahan Kanisius. Lahir di Breda, 30 Mei 1941, Pater Smit adalah putera dari pasangan suami-istri (Alm.) Petrus Christian Smit dan (Almh.) Antonia Anna Cornelia Smit. Ia dibaptis pada hari kelahirannya di Gereja Hati Kudus, Breda. Pendidikan dasar hingga pendidikan menengah (1947-1960) ia tempuh di Breda, Belanda. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan di Schola Carolina Den Haag dan setelah itu melamar menjadi anggota Serikat Jesus. Diterima sebagai novis SJ, ia memulai formasi novisiat SJ di Novisiat Mariendaal pada 7 September 1962 dan mengucapkan kaul pertamanya pada 8 September 1964 di Novisiat Mariendaal. Selesai formasi novisiat, ia ditugasi untuk melanjutkan ke tahap formasi Filsafat selama tiga tahun (1964-1967) di Kolese Berchmanianum. Selesai filsafat, Frater Smit menjalani Tahap Orientasi Kerasulan (TOK) sebagai subpamong/surveillant di Kolese Kanisius Belanda selama setahun (1967-1968). Dalam perjalanan formasinya, ia tertarik untuk menjadi misionaris di Indonesia. Oleh karena itu, pembesarnya mengirim Frater Smit ke Seminari Menengah Mertoyudan (1968) untuk belajar bahasa Jawa dan ke IKIP Sanata Dharma (1969) untuk belajar bahasa Indonesia secara intensif. Setelah kemampuan bahasa Indonesianya dirasa cukup, ia lantas diutus untuk menjalani formasi Teologi di Institut Filsafat & Teologi (sekarang FTW Universitas Sanata Dharma) Kentungan, Yogyakarta (1970-1973). Tahbisan tonsura dan tahbisan rendah diterimanya pada 3 Juni 1967 di Nijmegen dari tangan Mgr. J.W.M. Bluysse; tahbisan diakon pada 7 Desember 1972 di Yogyakart dari tangan Bapak Kardinal Darmoyuwono, dan tahbisan imamat pada 8 Desember 1973 di Amsterdam dari tangan Mgr. H. Ernst. Enam tahun setelah menerima tahbisan imamat, Pater Smit menjalani formasi tersiatnya di Novisiat St. Stanislaus Girisonta pada 20 Januari – 31 Juli 1979 di bawah bimbingan P A. Soenarja, S.J. Pada 2 Februari 1981, Pater Smit mengucapkan kaul akhir dengan gradus profess empat kaul di Yogyakarta dan diterima oleh P Suradibrata, S.J. Pater Smit dikenal juga sebagai pribadi yang murah hati dan penuh semangat dalam menjalani tugas perutusannya sebagai seorang Jesuit. Dengan setia, ia menemani guru-guru Yayasan Kanisius ketika menjabat sebagai direktur di Surakarta maupun di kantor pusat Yayasan Kanisius di Semarang. Sebagai pastor paroki, ia pun dengan tekun melayani kebutuhan sakramental umat dan kebutuhan lainnya. Semangat yang kuat untuk melayani umat dan menjalankan perutusannya sebagai Jesuit membuat dia selalu siap sedia menerima perutusan. Ia pun taat ketika Provinsial memintanya untuk pindah ke Komunitas St. Stanislaus, Girisonta ketika kondisi badannya sudah tidak sekuat dulu lagi. Riwayat Tugas Pater Smit setelah Tahbisan Imam Pastoral di Paroki St. Antonius Padua Muntilan 1973-1979 Pastor Rekan Paroki St. Antonius Padua, Purbayan Surakarta 1979-1982 Pastor Paroki St. Antonius Padua, Purbayan Surakarta 1982-1990 Direktur Yayasan Kanisius Cabang Surakarta Surakarta 1982-1990 Konsultor Keuskupan Agung Semarang Semarang 1980-1990 Konsultor Provinsi Indonesia Serikat Jesus Semarang 1989-1998 Direktur Yayasan Kanisius Pusat Semarang 1990-2012 Pastor Paroki St. Athanasius Agung Semarang 1991-1995 Pastor Rekan Paroki St. Theresia, Bongsari Semarang 1995-2011 Direktur Yayasan Dana Pensiun (Yadapen) Semarang 1998-2012 Sekretaris Yayasan Taman Tani Salatiga 2003-2009 Pastor Rekan Paroki St. Yusup, Gedangan Semarang 2011-2020 Asistensi Pastoral di Paroki St. Isidorus Sukorejo 2020-2020 Pembimbing Rohani & Pelayanan Sakramen di Kolese Stanislaus Girisonta 2020-wafat Tanggal 27 Desember 2021, P. Smit dibawa ke RS Elisabeth karena menderita stroke. Kondisi kesehatannya tidak stabil dan sempat kritis pada tanggal 5 Januari 2022. Setelah menjalani perawatan selama kurang lebih satu bulan di RS Elisabeth, Semarang, pada tanggal 28 Januari 2022, P. Smit diizinkan oleh dokter untuk menjalani perawatan di Wisma Emmaus, Girisonta. Pada tanggal 29 Januari 2022, kondisinya kembali kritis dan akhirnya meninggal dunia pada jam 13.40 WIB. Misa Requiem dan Pemakaman Misa Requiem akan diadakan di Gereja St. Stanislaus Girisonta pada hari, tanggal                               : Minggu, 30 Januari 2022 pukul                               : 11.00 WIB dan dilanjutkan dengan pemakaman di Taman Makam Maria Ratu Damai, Girisonta, Bergas, Ungaran sesuai dengan prosedur kesehatan. Selebran utama Provinsial Serikat Jesus Indonesia, P. Benedictus Hari Juliawan dan konselebran P. Markus Yumartana, S.J., P. Agustinus Sarwanto, S.J. dan P. Martinus Hadisiswoyo, S.J.

Feature

PEDRO ARRUPE: Ignatius Loyola yang dekat dengan kita

Kita mengetahui bahwa peringatan 500 tahun pertobatan St. Ignatius (2021) dan 400 tahun kanonisasinya bersama St. Fransiskus Xaverius (2022) dirayakan bersamaan dengan ulang tahun Provinsi Indonesia (Provindo) yang ke-50 (1971). Kita ingat bahwa pada tahun 1859 datanglah para misionaris Jesuit asal Belanda dan akhirnya pada 4 Februari 1956 Pater Jenderal Joannes Janssens, S.J. menetapkan Indonesia yang sebelumnya berstatus tanah misi di bawah Belanda menjadi Vice Provinsi. Selanjutnya, pada 8 September 1971, pesta kelahiran Santa Maria, Pater Jenderal Pedro Arrupe, S.J., menetapkan Vice Provinsi Indonesia menjadi Provinsi Indonesia (Petrus Arrupe-Praep. Gen. Soc. Iesu, “Decretum quo viceprovincia Indonesiana erigitur in Provinciam”, AR 15 [1971], 752-753). Dua peristiwa tersebut, 500 tahun pertobatan St Ignatius dan 50 tahun Provindo, secara bersamaan cukup sering muncul dalam pikiran dan perasaan saya. Pada saat masuk Gereja del Gesù, Roma, dua momen sejarah rohani dan rasuli Serikat tersebut menyempit menjadi St. Ignatius dan Pedro Arrupe, dua Jenderal Serikat dan sama-sama berasal dari Bask, Spanyol. Biasanya pada hari Minggu, di del Gesu misa dimulai pukul 08.00 (dalam memori afektif, rasane kaya misa Minggu pukul 05.30 di Kotabaru). Setelah ikut misa, saya sejenak berdoa pendek di tiga tempat, yaitu di hadapan patung Maria della Strada, Ignatius, dan Pedro Arrupe. Saya berdoa di hadapan tiga pribadi dengan beragam intensi, baik untuk pribadi maupun permohonan teman atau kenalan. Jika kadang muncul dorongan doa karena tidak kerasan dan pengen pulang, maka ketika berdoa di depan makam Pedro Arrupe, saya malah malu sendiri, heeeee; apalagi pada saat membaca bagian teks doa yang berbunyi, “Dia telah memberikan dirinya kepada-Mu, sepenuhnya, baik dalam aktivitas tugas perutusannya, maupun dalam memimpin sesama saudaranya dalam Serikat; baik pada saat dia sehat, maupun juga pada saat sakitnya.” Yang terbayang adalah pemberian diri Pedro Arrupe sebagai Jesuit sampai habis, menderita stroke dan tak berdaya di ujung hidupnya. Kita bersyukur bahwa Tuhan menganugerahi, tidak hanya St. Ignatius, tetapi juga Provinsi kita, seorang Pedro Arrupe. Dalam surat penetapan Provinsi tersebut Pater Arrupe mengungkapkan optimismenya karena melihat banyak orang muda di Provindo. Membaca tulisan-tulisan beliau dan tulisan-tulisan tentang beliau, kita merasakan bahwa Serikat berjalan benar dalam kepemimpinannya yang ditandai oleh kesetiaan kuat dan mendalam terhadap semangat Konsili Vatikan meskipun ini tidak berarti semua itu tanpa kesulitan. Ada energi dan kreativitas rasuli yang mengalir dari kedalaman rohaninya. Tantangan dunia dan persoalan kemanusiaan sebagai bagian dari panggilan dan tantangan perutusan Serikat disuarakan oleh Pedro Arrupe secara jelas. Karena itu, pun kalau dalam memandang dan membayangkan Pedro Arrupe kita berhadapan dengan sosok pribadi yang optimistis, seperti dikatakannya sendiri, hal tersebut dimungkinkan karena bekal utamanya adalah cinta Tuhan; oleh karena kebersatuannya dengan Tuhan. Bekal ini memampukan Pedro Arrupe menatap dunia dengan segala tantangannya dan selanjutnya mengundang anggota Serikat merasul sebagai pribadi yang optimistis. “Soy optimista y lo creo, la razón de ser de este optimismo es la gran confianza en Dios y que estamos en sus manos.” Saya optimis dan saya rasa, alasan optimisme ini adalah kepercayaan yang besar akan Tuhan dan karena berada di tangan-Nya. Atau, ketika majalah Rohani, dalam edisi khusus Januari 2022 menyajikan Pedro Arrupe memberi keterangan MENDAKI JALAN SUKACITA. Di situ hendak disebarkan penggambaran sekaligus rangkuman hidup Pedro Arrupe yang berakar pada cinta Tuhan dan sukacita sejati mengalir dari cinta Tuhan serta menjadi kekuatan menjalankan perutusan. Sukacita Pedro Arrupe ini merupakan penghiburan rohani atau konsolasi sejati. Jenis sukacita dan konsolasi yang bisa digali dan diserap pembelajarannya dari Pedro Arrupe ini bisa ada berada bersama kesulitan, tantangan, serta ketidakberdayaan yang menyertai komitmen seorang Jesuit di jalan panggilan dan tugas perutusannya. Artinya, dari Pedro Arrupe kita bisa belajar menjadi optimistis dalam pelbagai kesulitan yang menyertai peziarahan hidupnya. Dalam semua itu, secara pribadi saya merasakan sosok Arrupe itu seperti menghadirkan St. Ignatius di masa kini dan melalui Pedro Arrupe, St. Ignatius Loyola terasa lebih dekat. “Pedro Arrupe: Ignatius Loyola yang dekat dengan kita.” Inspirasi rohani dan rasuli hidup dan kepemimpinannya seperti mengatakan, apa yang merupakan karya Roh Tuhan pada diri St. Ignatius dan Serikat pada abad-abad silam itu masih terus relevan dan berdaya untuk hidup di masa kini. Dalam doa dengan pengantaraan hamba Allah, disebutkan bahwa keutamaan Pedro Arrupe meyakinkan banyak orang, yaitu bahwa dirinya membantu dengan teladan dan inspirasinya dalam menghayati Injil dan menjadi saksi kenabian di dunia ini serta menyemangati dan menginspirasi setiap orang untuk menghayati imannya di setiap budaya, situasi sosial, politik, agama, dan menjadi manusia bagi sesamanya (Bdk. “Doa dengan pengantaraan hamba Allah Pedro Arrupe,” Postulazione Generale della Compgania di Gesù, Borgo Santo Spirito, 4 – I-00193 ROMA postolazione@sjcuria.org). Keutamaan iman demikian ini berharga layak dan mesti kita serap dan sebarkan kepada sesama. Sekadar contoh, gagasan men for others (1973) yang disampaikan pada kongres internasional para alumni sekolah-sekolah Jesuit Eropa (Valencia, 31 Juli 1973), terus menggema kuat sampai sekarang dan menginspirasi sekolah-sekolah Jesuit karena membahasakan inti panggilan Serikat. Inspirasi dan gagasan ini membahasakan karakter spiritualitas Serikat, yaitu membantu jiwa-jiwa para alumni. Beberapa waktu lalu, Rm Melkyor Pando, S.J. (2017) membuat studi bertema men for others dengan basis anak-anak SMA Kolese Loyola dan konteks zaman ini, yaitu budaya digital. Dalam studi tersebut kurang lebih disimpulkan bahwa karakter atau sisi men for others ini tetap menjadi kontribusi formatif yang sangat penting bagi anak-anak SMA Kolese Loyola zaman ini. Sudah barang tentu, dengan perspektif yang lebih luas, bahkan dapat dikatakan bahwa aspek men for others bisa menjadi alat ukur elementer kesejatian spiritualitas Ignatian. Dalam konteks sejarah Serikat, Peter-Hans Kolvenbach membuat penggambaran yang bagus dengan membaca jejak-jejak Pedro Arrupe bersama jejak- jejak St. Ignatius dan St. Yoseph Pignatelli. Dikatakan bahwa keduanya, baik Pignatelli maupun Arrupe, berada dalam masa-masa sulit dan kritis hidup Serikat. Dikatakan bahwa dengan kesabaran dan kesetiaannya, Pignatelli bertindak sebagai jembatan antara Serikat yang dibubarkan dan Serikat yang direstorasi. Sementara Arrupe, dengan keberanian dan semangatnya, melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Vatikan II bagi pembaruan hidup bakti dan pembaruan Serikat. Peter-Hans Kolvenbach menggambarkan Pignatelli dan Arrupe sebagai penerus sejati Ignatius terutama semangat dalam “mencari dan mendiskresikan apa yang Tuhan kehendaki bagi kehidupan dunia ini, tidak dalam arti yang abstrak, tetapi sangat konkret, di sini dan saat ini, di dalam kehidupan setiap pribadi, Gereja, dan dunia”

Feature

Berkunjung ke Pedalaman Papua

Pada tanggal 23 Desember 2021 yang lalu, aku berkesempatan pergi ke Waghete  untuk mengunjungi salah satu karya Jesuit di Papua. Bagiku, ini adalah kesempatan berharga karena aku dapat melihat kehidupan masyarakat atau Orang Asli Papua (OAP) yang tinggal jauh dari keramaian kota. Dalam taraf tertentu, aku sudah melihat dan mengalami kehidupan bersama OAP selama kurang lebih setengah tahun berada di Nabire. Namun, Nabire adalah kota pesisir. Di sana sudah terdapat banyak pendatang yang hidup berdampingan dengan OAP. Kondisi dan dinamika kehidupan di Nabire sudah lebih “maju” dan modern. Saat akan pergi ke Waghete, aku berharap akan berjumpa dengan corak kehidupan OAP yang berbeda daripada yang aku temui di Nabire. Perjalanan dari Nabire menuju Waghete membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam melalui jalan darat melintasi tiga kabupaten, yaitu Nabire, Dogiyai, dan Deiyai. Waghete sendiri adalah ibukota Kabupaten Paniai. Aku berangkat ke Waghete pukul 7.00 WIT menggunakan mobil sewaan dan ditemani oleh dua orang relawan. Sepanjang perjalanan, kami menikmati pemandangan yang indah dan lebatnya hutan yang masih belum banyak terjamah. Jalanan berkelok-kelok karena kontur tanah yang berbukit-bukit. Untungnya, jalanan dari Nabire menuju Waghete sudah beraspal sehingga akses menjadi lebih mudah. Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya perjalanan tanpa aspal yang membelah hutan tersebut. Setelah 2 jam perjalanan, kami singgah di Kilometer 100 untuk sarapan. Konon inilah tempat terakhir untuk dapat membeli makanan atau minuman. Empat jam perjalanan selanjutnya, sudah tidak ada lagi kios-kios atau warung makan yang tersedia sepanjang perjalanan. Salah satu hal berkesan yang aku dan teman-teman relawan alami selama perjalanan adalah terkena palang. Ketika ada babi atau anjing yang mati di jalanan, masyarakat biasanya memalang jalan untuk meminta uang kepada mobil-mobil yang lewat sepanjang jalan. Biasanya mereka akan meminta uang sebesar Rp 100.000,00. Dalam perjalanan, kami sempat terkena palang beberapa kali. Kami sempat merasa was-was. Untunglah sopir yang mengantar kami sudah berpengalaman menghadapi situasi seperti ini sehingga bisa bernegosiasi dengan masyarakat setempat. Kami sampai di Pastoran Waghete sekitar pukul 13.00 WIT. Udara dingin langsung terasa menusuk. Kami berpindah dari daerah pesisir yang panas ke pegunungan yang dingin. Aku pun harus tidur dengan menggunakan jaket dan 2 selimut di malam pertama menginap di sana. Meski demikian, aku disambut hangat oleh Rm. Adri, Fr. Wahyu, dan empat volunteer di sana. Kami diajak berkeliling pastoran dan gereja paroki serta mengenal beberapa pengurus paroki. Selain untuk menikmati jeda akhir semester, aku juga diminta untuk ikut membantu melayani dalam perayaan Natal di sana. Karena di Paroki Waghete hanya ada 1 pastor paroki, maka perayaan Natal di stasi-stasi hanya akan dipimpin oleh frater, suster, dan para gembala. Aku sendiri mendapat bagian untuk melayani di Stasi Mugouda. Stasi ini adalah stasi yang paling dekat dengan gereja paroki, namun akses menuju stasi ini hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk menuju ke stasi ini, aku dan teman-teman relawan harus menaiki bukit yang cukup curam dan terjal.  Perayaan Natal di Stasi Mugouda dirayakan dengan sederhana. Hal yang menarik adalah beberapa umat mempertahankan kebiasaan untuk menggunakan pakaian adat setempat. Bacaan-bacaan, lagu, dan kotbah pun disampaikan dengan Bahasa Mee. Ketika pertama kali mendengar paduan suara mereka, aku sangat kagum pada keindahan paduan suara mereka. Untuk kotbah, aku pun perlu didampingi oleh penerjemah. Pengalaman memimpin ibadat bersama orang asli tersebut sungguh menjadi pengalaman yang unik dan berharga. Setelah ibadat perayaan Natal selesai, masyarakat biasanya berkumpul untuk acara bakar batu. Mereka menimbun beberapa ekor babi yang telah dipotong-potong dan sayur-sayuran bersama dengan batu yang sudah dibakar terlebih dahulu, tanpa bumbu tambahan. Selain melayani perayaan Natal, kesempatan pergi ke Waghete ini juga menjadi kesempatan untuk mengunjungi beberapa rumah siswa-siswi SMA Adhi Luhur yang berasal dari sekitar sana. Tidak semuanya bisa kami kunjungi karena ada beberapa anak yang rumahnya sangat jauh di perbukitan dan tidak bisa ditempuh dengan kendaraan. Kami hanya berhasil mengunjungi siswa-siswi yang rumahnya ada di sekitar Paroki Waghete saja. Akan tetapi, suatu hari ketika kami sedang berjalan-jalan ke pasar di tepi Danau Paniai, secara tidak sengaja kami justru bertemu dengan beberapa siswa SMA Adhi Luhur yang sedang nongkrong di pasar. Awalnya kami hendak mengunjungi rumah mereka, tetapi jaraknya amat jauh. Untuk mencapai rumah mereka, kami harus menyeberangi danau dengan perahu motor. Kami pun mengurungkan niat kami. Selain untuk jalan-jalan, ternyata mereka pergi ke pasar untuk mengisi daya HP karena di tempat tinggal mereka belum ada listrik. Pada 29 Desember 2021, kami mengakhiri petualangan kami di Waghete. Kami kembali ke Nabire dengan menggunakan pesawat karena lebih murah dan waktu tempuh yang lebih singkat. Pesawat yang kami naiki adalah Cessna Caravan. Aku sempat merasa was-was apakah pesawat kecil ini bisa mengangkut kami beserta penumpang-penumpang lain. Dari dalam pesawat, aku bisa menikmati pemandangan pedalaman Papua yang begitu indah. Aku sempat melihat pemandangan yang tampaknya seperti penambangan emas milik warga lokal. Dari ketinggian langit, kami sungguh disuguhi keindahan dan kekayaan Tanah Papua. Kami mendarat dengan selamat di Nabire dan segera disambut oleh panasnya terik matahari daerah pesisir. Aku bersyukur dapat menyaksikan dan berjumpa dengan masyarakat Papua di Waghete Dari perjalanan singkat ini, aku seperti diingatkan kembali tentang salah satu Preferensi Kerasulan Universal, khususnya berjalan bersama mereka yang tersingkir. Problematika kompleks yang melingkupi Tanah Papua membuat masyarakat di tempat seperti Waghete, dalam hal ini Suku Mee, harus berjuang untuk tetap hidup di tengah gempuran kebudayaan lain, kencangnya laju pembangunan, dan derasnya arus informasi, dan tuntutan modernitas di zaman ini. Preferensi Kerasulan Universal mengingatkanku bahwa kepada atau untuk merekalah pandangan dan hati Serikat seharusnya tetap tertuju. Koyao! Kontributor: Frater Arnold Lintang Yanviero, SJ Dokumentasi: Pribadi

Karya Pendidikan

Kick Off Vaksinasi Murid di SD Strada Bhakti Utama

Perkumpulan Strada merupakan lembaga pendidikan milik Keuskupan Agung Jakarta yang dikelola oleh Serikat Jesus. Perkumpulan Strada saat ini mendidik 23.284 murid. Mereka bersekolah di TK, SD, SMP, SMK, dan SMA Strada yang tersebar luas di wilayah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Para murid, selama pandemi Covid-19, perlu mendapat pelayanan vaksinasi khusus untuk anak dan remaja. Vaksinasi murid dilakukan secara bertahap. Per 21 Desember 2021 sudah ada 8.734 murid Strada yang menerima vaksin. Penjadwalan vaksinasi di Perkumpulan Strada masih akan terus berlangsung. Target vaksinasi ini adalah semua murid Strada menerima vaksin kecuali ada halangan medis, misalnya usia, penyintas, dan penyakit bawaan yang diderita. Ada pengalaman menarik selama kegiatan vaksinasi di berbagai sekolah Strada, misalnya dalam kegiatan kick off vaksin di SD Strada Bhakti Utama, Bintaro, Jakarta Selatan. “Kick Off” adalah istilah dimulainya vaksinasi covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun pada 14 dan 15 Desember 2021 yang diselenggarakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Program vaksinasi ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01. 07/Menkes/6688/2021 tentang pelaksanaan vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid 19) bagi anak usia 6 sampai 11 tahun. Vaksinasi Covid-19 dilaksanakan pada Selasa, 14-15 Desember 2021 oleh pihak Puskesmas bekerja sama dengan pemerintah terkait seperti Lurah, Satuan Pelaksana Penanganan Covid-19, Bidang Pendidikan, TNI dan POLRI di Kecamatan Pesanggrahan Bintaro, Jakarta Selatan. SD Strada Bhakti Utama dipilih dalam pelaksanaan vaksin perdana usia 6 s-d 11 tahun. Menurut Ibu Angel, Kepala Sekolah, sesuai data di Puskesmas, SD Strada Bhakti Utama memiliki murid SD terbanyak di Kecamatan Pesanggrahan, yaitu 558 peserta didik. Selasa, 14 Desember 2021, jumlah peserta vaksinasi kelas II, IV, dan V berjumlah 228 murid. Pelayanan vaksinasi dimulai pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 14.30 WIB. Vaksinasi dilayani oleh enam petugas medis Puskesmas. Satuan Pelaksanaan penanggulangan Covid 19 dan para guru bertugas mendampingi para murid yang divaksinasi. Secara keseluruhan, pelaksanaan Vaksinasi berjalan baik dan lancar.  Pelaksanaan vaksinasi hari kedua, Rabu, 15 Desember 2021 dimulai pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Awalnya kegiatan vaksinasi yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan TNI, POLRI, dan Strada ini akan disiarkan interaktif virtual melalui zoom meeting bersama Bapak Presiden Republik Indonesia namun dibatalkan karena keterbatasan waktu. Peserta vaksinasi hari kedua diikuti murid kelas I, III, dan VI dengan jumlah peserta vaksin sebanyak 270 murid. Vaksinasi di SD Strada Bhakti Utama kali ini dimeriahkan dengan kehadiran Captain America (tokoh komik Marvel) dan Spiderman yang dipersembahkan oleh pihak kepolisian untuk menghibur para murid supaya gembira dan tidak takut menerima vaksin.  Kegiatan vaksinasi di Strada dihadiri oleh Kapolsek Pesanggrahan, Bapak Wendy. Beliau menyampaikan bahwa vaksinasi yang diadakan ini merupakan kerja sama antara Pemda, TNI, dan Polri dalam rangka percepatan pelaksanaan program vaksinasi Covid 19. Hadir pula Pak Rodin, Kepala Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Covid 19, Bidang Pendidikan. Beliau memberikan pernyataan bahwa vaksinasi Covid-19 merupakan hasil kerja sama yang baik dengan sekolah Strada yang bertujuan supaya semua peserta didik usia 6-11 tahun mendapat vaksinasi. Satlak Pendidikan Pesanggrahan sangat mengapresiasi Kepala Sekolah karena telah memfasilitasi segala tempat dan aneka keperluan demi memperlancar penyelenggaraan Vaksinasi Covid 19. Sementara itu wali murid Elfa siswi kelas VI, Bapak Han, menyampaikan bahwa program ini sangat bermanfaat demi kesehatan putrinya. Ia berharap agar semua kegiatan sekolah dapat segera normal seperti semula. Ibu Bene, orang tua Arya, kelas VI sangat menyambut gembira adanya vaksin untuk para murid. Selama ini anaknya tidak berani bepergian karena belum mendapatkan vaksin. Semoga setelah divaksin, ia beserta seluruh siswa lainnya, dapat kembali bersekolah offline seperti sediakala. Kontributor & Dokumentasi: Tim Vaksin Strada, Cabang JPBS

Karya Pendidikan

Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama

Pada Jumat, 24 Desember 2021, Kepala SD Kanisius Semanggi 2 Surakarta,  Bapak Petrus Sunardi, S.Pd., M.Pd. dan Kepala SD Kanisius Serengan Surakarta, Bapak Alb. Susilo Saputra, S.Pd. menerima Sertifikat Sekolah Adiwiyata Tingkat Kota Surakarta Tahun 2021.  Sertifikat yang diberikan pada dua sekolah Yayasan Kanisius Cabang Surakarta ini diterima karena SD Kanisius Semanggi 2 dan SD Kanisius Serengan telah berhasil menerapkan standar Sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah  yang peduli lingkungan yang sehat, bersih, dan indah. Selain itu, Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang menjadi tempat pembelajaran nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar. Sekolah Adiwiyata didorong untuk meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan, dan pelestarian fungsi lingkungan sekolah. Sekolah adiwiyata menerapkan Konsep 5R dalam merawat lingkungan sekolah yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), replace (menggunakan kembali), dan replant (menanam kembali). Dalam rangka perayaan Natal 2021 Yayasan Kanisius Cabang Surakarta melakukan gerakan menanam dan merawat bersama. Gerakan ini dilakukan  bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Yayasan Kanisius telah mendapatkan bibit tanaman sejumlah 600 batang yang akan di bagikan pada 38 sekolah yang berada di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Bibit tanaman telah diambil oleh Seksi Bakti Sosial Panitia Natal 2021 Yayasan Kanisius Cabang Surakarta dan untuk sementara ditempatkan di SD Kanisius Sorogenen Surakarta. Setelah Perayaan Natal, 7 Januari 2022, tanaman yang terdiri atas ketepeng, salam, pala, sirsak, dan lain-lain akan didistribusikan ke sekolah-sekolah Kanisius Cabang Surakarta. Kontributor & Dokumentasi: F.X. Juli Pramana – Kepala SMK Kanisius Surakarta