Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Spiritualitas

Pelayanan Spiritualitas

Syukur, Panggilan, dan Semangat Magis

Merayakan 17 Tahun Perjalanan MAGIS Indonesia: Sabtu, 23 Agustus 2025, suasana syukur dan sukacita memenuhi Aula Kolese Kanisius, Jakarta. Komunitas MAGIS Indonesia menggelar Misa Syukur 17 Tahun sebagai ungkapan terima kasih atas penyertaan Tuhan dalam perjalanan komunitas ini sejak 2008, yang dihadiri oleh para alumni MAGIS Jakarta dan Yogyakarta. Perayaan ini menjadi momen istimewa, tidak hanya karena komunitas yang telah menapaki 17 tahun, tetapi juga mengucap syukur atas Misa Perdana Pater Leo Tanjung Perkasa, S.J.—pendamping MAGIS Jakarta tahun 2017–2018, Pater Septian Marhenanto, S.J.—alumnus MAGIS Jakarta 2011, serta ucapan syukur atas pengucapan Kaul Akhir Pater Alexander Koko Siswijayanto, S.J.—moderator MAGIS Indonesia.   Dalam homilinya, Pater Leo menyampaikan pemaknaan kata magis yang terus mengalami pengembangan. Dulu, kata magis dimaknai sebagai “lebih”—lebih aktif, lebih terlibat. Namun seiring perjalanan panggilannya, makna itu semakin mendalam menjadi, “Berjuang lebih untuk mengabdi Raja Abadi.” Kini, magis memiliki arti untuk, “Semakin menyerupai Kristus dalam kenyataan hidup sehari-hari.” Pater Leo mengajak agar setiap Magister perlu menjawab panggilan “Be More” sesuai konteks hidup masing-masing.   Pater Septian, dalam sharing panggilannya, turut menyampaikan rasa syukur karena MAGIS menjadi sarana di mana ia secara pribadi “menjumpai dan dijumpai Tuhan.” Ia menyampaikan, bahwa motivasi awalnya mengikuti MAGIS adalah keinginan untuk ikut World Youth Day. Namun, Tuhan justru membelokkan arah hidupnya menuju panggilan selibat.   Sementara itu, di akhir sesi homili, Pater Koko menekankan bahwa kerendahan hatilah yang membuka jalan menuju semangat magis. “MAGIS itu tidak mungkin menjadi magis tanpa magis. Artinya, Komunitas MAGIS itu tidak mungkin memiliki spirit magis tanpa semangat untuk menjadi “lebih.” Dan semua itu tidak bisa diwujudkan, jika tidak didasari oleh kerendahan hati Ignasian. Kerendahan hati yang melihat apakah setiap keputusan praktis maupun keputusan besar kita sudah selaras dengan kehendak Allah.” Sebagai penutup, seluruh umat bersama-bersama mendaraskan Doa Kerendahan Hati (Santo Ignatius Loyola), sebagai bentuk permohonan agar terus bertekun dalam kehendak Tuhan.   Setelah misa, acara dilanjutkan dengan sesi tumpengan sebagai simbol syukur, kebersamaan, sekaligus nostalgia. Potongan tumpeng pertama diberikan kepada perwakilan angkatan pertama (MAGIS 2011) dan angkatan terbaru (MAGIS 2025). Perayaan ini ditutup dengan penuh khidmat dan sukacita. Harapannya, setiap pribadi yang hadir terus membawa semangat magis—semangat untuk terus bertumbuh, melayani, dan menjadi “lebih”, dalam kerendahan hati, seturut teladan Santo Ignatius Loyola.       Kontributor: Humas MAGIS Jakarta

Pelayanan Spiritualitas

Lintas Komunitas Ignatian: Studi Surat-surat dan Instruksi St Ignatius

Berlokasi di Rumah Retret Wisma Samadi Abdi Kristus, Gedanganak-Ungaran, pada 12-14 Juli 2024 diadakan acara semi retret bertajuk Studi Surat-surat dan Instruksi St Ignatius. Ditemani oleh Pater L. A. Sardi, S.J., acara ini dihadiri 46 peserta awam dan religius dari berbagai komunitas Ignatian, yaitu: CLC (Christian Life Community), LRP (Latihan Rohani Pemula), SBS (Schooled by the Spirit), KD (Kerasulan Doa-Jaringan Doa Bapa Suci Sedunia), SIS (Sahabat Ignatian Sabah), MI (Mitra Ignatian), para alumnus sekolah Jesuit, Mendaki Jalan Sukacita Arrupe, dan ziarah Ignatian yang pernah diadakan oleh Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Pertemuan ini bertujuan mempelajari delapan surat St. Ignatius Loyola yang dikelompokkan ke dalam enam bagian, yaitu: pentingnya Latihan Rohani, Cara Bertindak Seorang Anggota Serikat dalam Perutusan, Kemiskinan, Pembinaan Anggota Serikat, Tentang Kesehatan, dan di bagian akhir Ajakan St Ignatius untuk Berusaha Mencari dan Merasakan Kehadiran Tuhan di dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari. Surat-surat yang dipelajari diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh panitia dari Mitra Ignatian yang kemudian dikoreksi dan disempurnakan serta diberi pengantar oleh Pater Sardi, S.J. Para peserta terlibat dalam diskusi mendalam dan refleksi tentang isi surat-surat yang memberikan wawasan berharga tentang spiritualitas Ignatian dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.     Dengan jumlah peserta yang dibatasi hanya 46 orang, terjadilah proses dan dinamika studi yang lebih intens. Suasana retret sangat terasa di saat-saat silentium makan pagi dan juga di saat-saat renungan pribadi. Adapun di saat makan siang dan malam peserta membaur dengan suasana yang nyaman dan sangat cair. Terasa ada koneksi satu sama lain walaupun berasal dari daerah-daerah yang berjauhan dan banyak yang baru pertama kali bertemu. Mengenai peserta yang datang dari beragam komunitas ini, Pater Sardi, S.J. menulis di bagian penutup buku studi. “Keberagaman asal dan kelompok peserta studi surat-surat dan instruksi St. Ignatius ini, secara pribadi membuat saya merasa bersyukur dan bergembira karena diingatkan kembali akan salah satu bab dari buku Arturo Sosa, SJ, Berjalan Bersama Ignatius (Kanisius, 2021); bab 11 tentang “Perutusan Bersama: Sekolah Dialog dan Keterbukaan.” Aktivitas formasi spiritualitas Ignatian ini terasa meneguhkan kebenaran yang termuat dalam bab buku tersebut, terutama peneguhan oleh kehadiran peserta dari beragam kelompok Ignatian untuk bersekolah bersama dari sang guru, St. Ignatius sendiri, melalui surat-surat dan instruksinya.”   Acara ini memberikan pengalaman dan menambah wawasan yang bermakna bagi semua peserta, terlebih dengan hadirnya Pater Nano atau Pater Agustinus Setyodarmono, S.J., yang mempersembahkan misa penutup. Kehadirannya sebagai Koordinator Formasi Awam Sahabat Ignatius di tengah-tengah utusan dari berbagai komunitas Ignatian semakin menguatkan kesan dan pesan ikatan kebersamaan dan persaudaraan yang didasari spiritualitas yang sama. Umpan balik dari peserta sangat positif, dengan banyak yang merasa terinspirasi dan termotivasi untuk menerapkan ajaran St. Ignatius dalam kehidupan mereka. Rencana tindak lanjutnya antara lain akan diadakan pertemuan rutin untuk terus mempelajari dan mendalami spiritualitas Ignatian.   Kontributor: Adela Riana – Mitra Ignatian

Pelayanan Spiritualitas

Ziarah dalam Gelisah

Seri Webinar ketujuh Ziarah dalam Gelisah kembali digelar pada Jumat, 16 Desember 2022 di Gereja St. Theresia, Bongsari, Semarang. Webinar pendalaman Spiritualitas Ignatian ini, yang merupakan buah kerja sama antara Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Yayasan Basis, dan beberapa karya Jesuit, cukup menarik minat para pencinta Spiritualitas Ignatian. Narasumber untuk seri terakhir ini adalah Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J., Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia dengan moderator Ibu Elizabeth Indira. Tema yang diangkat adalah Mengolah Gerakan-gerakan Batin: Menekuni Latihan Pembedaan Roh secara Ignatian dalam Hidup Sehari-hari. Pater Benny, S.J. mengajak kita untuk lebih mengamati gerakan-gerakan batin yang sering muncul dalam hidup kita sehari-hari, terutama dalam pengambilan keputusan. Terkadang kita tidak menyadari bahwa setiap hari kita mengambil begitu banyak keputusan. Sebenarnya gerakan batin atau perasaan apa yang muncul ketika kita akan memilih sesuatu? Apakah kita senang atau sedih atau berat? Lalu bagaimanakah realitas yang ada sebenarnya? Baru setelah itu, kita melakukan pembedaan roh dan mengambil keputusan. Namun adakalanya kita dihadapkan dalam pilihan yang sulit dan membuat ragu. Saat hal ini terjadi, sebaiknya kita mengumpulkan semua informasi dan kemudian melakukan pembedaan roh serta mengamati bagaimana perasaan kita sesungguhnya. Proses ini akan membutuhkan waktu yang agak lama. Apabila kita masih ragu-ragu, ambil saja keputusan namun kita harus berani menanggung konsekuensinya karena setiap keputusan yang kita ambil selalu mengandung konsekuensi. Semakin besar tanggung jawab kita maka semakin besar pula konsekuensinya. Di akhir webinar Pater Benny, S.J. berpesan agar kita tidak perlu khawatir akan apa yang dipikirkan Allah tentang diri kita. Yang terpenting adalah kita memberi ruang bagi Allah untuk bekerja dalam diri kita lewat pembedaan roh dan Allah pasti bekerja saat kita harus menentukan keputusan. Acara ini diselenggarakan secara hybrid dan dimeriahkan dengan iringan musik dari Bongsari Music Ministry. Para umat yang hadir dan bergabung dalam zoom pun terlibat aktif dalam sesi tanya-jawab. Pater Sindhunata, S.J., perwakilan Yayasan Basis dan penulis buku, serta Andi Tarigan, perwakilan Gramedia Pustaka Utama turut hadir dalam webinar ini, sekaligus menutup rangkaian seri Ziarah Dalam Gelisah. Rangkaian seri webinar ini menjadi bedah buku terpanjang dengan peserta terbanyak yang diselenggarakan oleh Gramedia. Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator SJ Provindo

Pelayanan Spiritualitas

Ziarah dalam Gelisah

Pendalaman Spiritualitas Ignatian bertajuk Ziarah dalam Gelisah yang kelima dan keenam kembali digelar pada Jumat, 11 dan 18 November 2022. Webinar buah kerja sama antara Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Yayasan Basis, dan beberapa karya Jesuit ini cukup menarik minat para pecinta Spiritualitas Ignatian. Berdamai dengan Diri: Membuka Diri, Belajar Tanpa Henti Seri kelima webinar ini diselenggarakan secara hybrid di Aula Lantai 5 Perkumpulan Strada, Jl. Gunung Sahari No. 88, Jakarta Pusat, pada Jumat, 11 November 2022 dengan tema Berdamai dengan Diri: Membuka Diri, Belajar Tanpa Henti. Narasumber kali ini adalah Pater Odemus Bei Witono, S.J. Pada kesempatan ini, Pater Bei menyampaikan bahwa mendalami semangat Ignatian dalam pendidikan orang muda adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Serikat Jesus. Ada tiga fokus yang disampaikan Pater Bei. Pertama, kekhasan Pedagogi Ignatian. Kedua, bagaimana penerapan pedagogi Ignatian dalam pendidikan orang-orang muda termasuk di lembaga-lembaga pendidikan. Ketiga, terkait dengan cara atau metode Pedagogi Ignatian yang membantu perkembangan orang muda secara utuh dalam dimensi intelektual, moral, dan spiritual. Dalam pemaparannya, Pater Bei menjelaskan bahwa membuka diri dan belajar tanpa henti mungkin seperti utopia karena sangat tidak mungkin bila kita belajar terus-menerus tanpa henti. Akan tetapi, hati yang penuh sukacita dan semangat yang berkobar-kobar, seperti yang dialami St. Ignatius, akan menggerakkan kita untuk belajar terus-menerus tanpa henti. Ignasius membayangkan bagaimana manusia diselamatkan sejak ia jatuh pada dosa pertama. Dosa itu membuat relasi dunia dengan Tuhan terputus tetapi justru dalam peristiwa ini Tuhan hadir untuk menyelamatkan. Tuhan “memilih” profesinya sebagai guru karena Dia ingin hadir dengan cara mencerdaskan kehidupan umat manusia. Rupanya ini ditangkap oleh Ignatius sebagai cara menolong jiwa-jiwa lewat pendidikan. Dia hadir dalam kehidupan ini meski bukan berarti kehadiran Tuhan itu disambut gembira oleh seluruh umat. Meskipun demikian dalam asas dan dasar disebutkan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuji, menghormati, dan mengabdi Allah. Peristiwa inkarnasi atau kisah penjelmaan menjadi sapaan yang sangat personal yang ditunjukkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, kita patut bersyukur, bergembira, dan bersukacita. Hati yang terbuka itu seperti oase, mata air yang tidak pernah menjadi kering. Berbicara tentang orang muda berarti berbicara tentang orientasi hidup. Menurut Pedro Arrupe manusia bagi dan bersama sesama berarti semakin orang itu cerdas semakin orang itu punya orientasi hidup yang jelas. Semakin seseorang itu terpelajar dan menjadi manusia bagi sesamanya maka hidupnya semakin bermakna. Artinya, kita tidak pernah berhenti untuk belajar karena kalau kita berhenti belajar kita akan ketinggalan dan kehilangan kesempatan untuk menolong orang lain. Tantangannya adalah bagaimana membangun pondasi itu dalam diri orang-orang muda penerus masa depan. Dalam pendidikan Ignatian, kuncinya adalah cura personalis, AMDG, kesatuan hati dan budi menemukan Tuhan dalam segala. Kalau kita bisa menjadi Leader and Agent of Change, maka seseorang yang tadinya bukan apa-apa akan menjadi luar biasa, karena disapa satu persatu. Kita bisa belajar bagaimana Yesus mengenali seluruh muridnya termasuk kita. AMDG merupakan kunci bagaimana kita belajar tanpa henti. Ada tiga dasar, yaitu pertama manusia terus berproses, kedua belajar pada Yesus yang senantiasa menunjukkan pada kita jalan keselamatan seperti yang dilakukan oleh Ignasius dalam buku latihan rohani, dan ketiga sekolah-sekolah, termasuk sekolah Katolik, mengisi hal-hal yang baik bagi masyarakat dan bagi sesama. Masyarakat berubah dan kita terus ingin memberikan sesuatu, maka kata kunci terakhir adalah menjadi excellent. Pendidikan Ignasian mengarahkan kita untuk menjadi excellent. Para peserta tampak antusias mendengarkan penjelasan dari Pater Bei. Peserta yang hadir secara langsung di Aula Lantai 5 Kantor Strada Pusat, Jl. Gunung Sahari No. 88, Jakarta Pusat, menyimak dengan sungguh-sungguh dan secara aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah, dalam pendidikan, apa yang membedakan pendidikan dengan Pedagogi Ignatian dengan pendidikan pada umumnya? Pater Bei memberikan tanggapan dari pengalaman pribadinya. Ketika berumur 10 tahun, waktu pulang sekolah, ia kaget karena rumah sudah dibongkar orang, rata dengan tanah. Terlihat ibunya menangis di balik tumpukan batu bata. Kebahagiaan tercabik-cabik, rasanya marah besar. Cukup lama ia berproses dan berdamai dengan diri sendiri. Bagaimana bisa mengampuni orang yang menggusur rumah. Pater Bei dapat memaafkan orang yang menggusur rumahnya setelah menjadi imam dan melakukan Latihan Rohani. Latihan Rohani dilakukan oleh sekolah yang menerapkan Pedagogi Ignatian. Dalam Latihan Rohani, kita diajarkan tentang asas dan dasar, panggilan Raja, dan kerendahan hati. Guru-guru, karyawan, serta murid-murid yang sudah terbiasa dengan Latihan Rohani, pastinya juga bisa mengampuni orang yang barangkali menyakiti hati dan perasaan kita. Latihan Rohani adalah pergulatan Ignatius sendiri. Kita melihat bagaimana ia meredam seluruh emosi dan cita-citanya hingga akhirnya mampu berdiskresi untuk memutuskan cara mengikuti Tuhan. Sekolah dengan Pedagogi Ignatian tampak dalam nilai-nilai dasar yang ada di sekolah, seperti kejujuran, kedisiplinan, dan keunggulan. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai Ignatian yang diperjuangkan berdasarkan Latihan Rohani. Belajar tanpa henti bukanlah sesuatu yang tidak nyata atau sesuatu yang mustahil jika kita memiliki cita-cita, niat baik, dan peduli sesama. Kita tetap bisa belajar tanpa henti memaknai hari-hari yang kita lalui dan kita gunakan untuk menjadi berkat bagi sesama yang kita layani, menjadi berkat kemajuan kita semua. Untuk menjadi lebih baik, belajar tanpa henti tidak akan pernah sia-sia. Membuka hati adalah prasyarat untuk belajar tanpa henti. Semoga ini menjadi semangat kita demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan. Berdamai dengan Diri: Iman yang Naif tapi Benar Pada Jumat, 25 November 2022 sore, rangkaian Pendalaman Spiritualitas Ignatian bertema Ziarah dalam Gelisah kembali berlanjut. Bertempat di Gereja Paroki St. Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta, topik yang diangkat dalam acara ini adalah “Iman yang Naif tapi Benar: Mengenal Maria dan Spiritualitas Jalan Hati dalam Tradisi Ignatian. Kali ini Pater G.P. Sindhunata, S.J., penulis dan penyunting tiga buku yang menjadi bahan utama acara ini, menjadi narasumbernya. Acara ini dihadiri sekitar 100 audiens secara langsung di tempat atau on the spot serta disaksikan pula oleh ribuan lainnya secara daring. Selain menjabarkan isi buku yang ditulisnya, Pater Sindhu juga membagikan beberapa pengalaman pribadinya dalam beriman. Ia menegaskan bahwa iman seringkali tidak dapat diukur dengan logika dan nalar, sehingga terkesan naif. Akan tetapi, iman selalu dapat dirasakan kebenarannya melalui hati. Para Jesuit, termasuk St. Ignatius sendiri, selalu dipanggil untuk menghayati spiritualitasnya lewat jalan hati. Tak mengherankan bila Paus Pius IX menugaskan Serikat Jesus untuk mempromosikan Devosi kepada Hati Kudus

Pelayanan Spiritualitas

Ziarah dalam Gelisah

Pendalaman Spiritualitas Ignatian bertajuk Ziarah dalam Gelisah yang ketiga dan keempat kembali digelar pada Jumat, 14 Oktober 2022 dan Jumat, 28 Oktober 2022. Webinar yang merupakan kerja sama antara Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, dan Yayasan Basis ini cukup menarik minat para pecinta spiritualitas Ignatian. Berdamai dengan Diri: Mengelola Pergulatan Batin dalam Terang Spiritualitas Ignatian Seri ketiga webinar ini diselenggarakan secara hybrid di Paroki Santo Antonius Padua, Purbayan, Surakarta pada Jumat, 14 Oktober 2022 dengan tema Berdamai dengan Diri: Mengelola Pergulatan Batin dalam Terang Spiritualitas Ignatian. Narasumber kali ini adalah Pater Antonius Sumarwan, S.J. Pada kesempatan ini, ia mengajak para peserta untuk belajar dari kisah hidup St. Ignatius Loyola melalui beberapa potongan scene film Ignacio de Loyola. Menurut Pater Marwan, berdamai dengan diri berarti berusaha menerima pengalaman yang kurang menyenangkan, menemukan rahmat dari pengalaman tersebut, dan terbuka akan kemungkinan atau bahkan jalan hidup baru yang dirahmatkan kepada kita. Untuk ini, kita memerlukan sikap lepas bebas karena apapun yang terjadi dalam hidup kita, sekalipun itu menyakitkan, bisa menjadi sarana karya Allah. Maka, kita pun perlu memohon rahmat Tuhan supaya bisa berdamai dengan diri dan pengalaman luka yang kita alami. Para peserta tampak antusias mendengarkan penjelasan dari Pater Marwan, S.J. Peserta yang hadir secara langsung di Aula Ignatius Loyola, Paroki Santo Antonius Padua, Purbayan para peserta untuk belajar dari kisah hidup St. Ignatius Loyola melalui beberapa potongan scene film Ignacio de Loyola. Menurut Pater Marwan, berdamai dengan diri berarti berusaha menerima pengalaman yang kurang menyenangkan, menemukan rahmat dari pengalaman tersebut, dan terbuka akan kemungkinan atau bahkan jalan hidup baru yang dirahmatkan kepada kita. Untuk ini, kita memerlukan sikap lepas bebas karena apapun yang terjadi dalam hidup kita, sekalipun itu menyakitkan, bisa menjadi sarana karya Allah. Maka, kita pun perlu memohon rahmat Tuhan supaya bisa berdamai dengan diri dan pengalaman luka yang kita alami. Para peserta tampak antusias mendengarkan penjelasan dari Pater Marwan, S.J. Peserta yang hadir secara langsung di Aula Ignatius Loyola, Paroki Santo Antonius Padua, Purbayan para peserta untuk belajar dari kisah hidup St. Ignatius Loyola melalui beberapa potongan scene film Ignacio de Loyola. Menurut Pater Marwan, berdamai dengan diri berarti berusaha menerima pengalaman yang kurang menyenangkan, menemukan rahmat dari pengalaman tersebut, dan terbuka akan kemungkinan atau bahkan jalan hidup baru yang dirahmatkan kepada kita. Untuk ini, kita memerlukan sikap lepas bebas karena apapun yang terjadi dalam hidup kita, sekalipun itu menyakitkan, bisa menjadi sarana karya Allah. Maka, kita pun perlu memohon rahmat Tuhan supaya bisa berdamai dengan diri dan pengalaman luka yang kita alami. Para peserta tampak antusias mendengarkan penjelasan dari Pater Marwan, S.J. Peserta yang hadir secara langsung di Aula Ignatius Loyola, Paroki Santo Antonius Padua, Purbayan menyimak dengan sungguh-sungguh pemaparan kemudian secara aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana membedakan antara kehendak Tuhan dan ego pribadi. Pater Marwan mengingatkan bahwa salah satu dambaan dalam Latihan Rohani St. Ignatius Loyola adalah mencari, menemukan, dan melaksanakan kehendak Tuhan. Pater Sindhunata, S.J. yang hadir dalam kegiatan ini juga menyampaikan dalam kata penutupnya bahwa spiritualitas Ignatian adalah sesuatu yang perlu dilatih terus-menerus. Untuk membantu proses latihan atau olah rohani, salah satu bentuk yang ditawarkan oleh spiritualitas Ignatian adalah Retret Anotasi 19, yang kemudian diolah menjadi Latihan Rohani Pemula. Saat ini komunitas Latihan Rohani Pemula sedang melaksanakan retret sesi ke-8. Pater Marwan yang juga koordinator Latihan Rohani Pemula mengatakan sudah lebih dari 1000 orang menjalani Latihan Rohani Pemula dan merasakan manfaatnya. Harapannya, semoga spiritualitas Ignatian semakin membantu kita untuk menyadari kasih Allah dalam gelap dan terang hidup kita. Hidup adalah Memberi: Mengalami Makna Mendapatkan Cinta dari Latihan Rohani St. Ignatius Jumat, 28 Oktober 2022, menjadi hari yang istimewa terutama bagi Paroki Santa Perawan Maria Ratu (SPMR) Blok Q karena dipercaya menjadi tempat diselenggarakannya seri webinar keempat Ziarah dalam Gelisah: Hidup adalah Memberi dengan subtema Mengalami Makna Mendapatkan Cinta dari Latihan Rohani St Ignatius dan Pater Petrus Sunu Hardiyanta, S.J. sebagai narasumber. Acara ini juga merupakan bagian dari acara Penerbit Gramedia Pustaka Utama, yang menerbitkan karya terbaru Pater Sindhunata, Anak Anak Ignasius. Buku ini menceritakan tentang spiritualitas Ignasian dari sosok para Jesuit, antara lain Pater R. Maryono, S.J. (RIP) yang dahulu pernah berkarya di Gereja Blok Q. Kebetulan sekali bahwa Pater Sunu adalah teman seangkatan Pater Maryono. Dalam webinar ini Pater Sunu membahas mengenai kontemplasi untuk mendapatkan cinta. Kontemplasi untuk mendapatkan cinta adalah sebuah bentuk doa, yang oleh Ignasius dibuat untuk membantu retret dan menghidupi semangat latihan rohani dalam hidup sehari-hari. Menurut Pater Sunu, kontemplasi untuk mendapatkan cinta adalah kontemplasi untuk menghidupi cinta, menghidupi cinta Allah dengan prinsip (1) cinta harus diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata dan (2) cinta itu nyata dalam tindak saling memberi. Dalam terang pengalaman hidup St. Ignasius Loyola, sesungguhnya ia adalah seseorang yang jatuh cinta pada Allah atau mendapatkan cinta dari Allah sehingga ia begitu merindukan Allah lewat sesama. Peluru meriam mengenai kakinya di Pamplona sampai ia menjadi seorang pimpinan Jesuit. Ia banyak mengalami cinta Allah, bahkan selalu mengandalkan Allah. Salah satunya setelah ia meninggalkan Loyola, Ignasius hidup dari orang lain, meminta-minta sepanjang hidupnya, dan benar-benar hidup dari kebaikan Allah lewat orang lain. Dengan perjalanan yang begitu istimewa tersebut, maka Ignasius ingin membagikan pengalaman jatuh cintanya dengan sebanyak mungkin orang. Oleh Ignasius, kita diminta untuk mengingat lalu mensyukuri betapa besar karya Tuhan bagi kita, betapa banyak anugerah telah dilimpahkan-Nya. Ingatlah setiap anugerah Allah sejak kita dilahirkan hingga saat ini. Ignasius mengajak kita untuk menimbang dan melihat bagaimana Allah tinggal dalam ciptaan-Nya, di dalam batu, tumbuh-tumbuhan, dan juga manusia. Bersyukur atas segala pemberian karena telah diberi kehidupan hingga saat ini. Lalu bagaimana kita berlatih secara rohani untuk hal ini? Mulailah berlatih untuk bersyukur karena bersyukur akan melahirkan kerendahan hati (mengakui orang lain) dan kerendahan hati pasti melahirkan kemurahan hati, dan kemurahan hati akan melahirkan keterbukaan, baik keterbukaan kepala, kehendak, tangan, maupun tubuh secara keseluruhan yang berarti siap membantu orang lain – to live for others. Materi webinar ini sangat istimewa dan mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari para peserta. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk, baik melalui zoom

Pelayanan Spiritualitas

Pendalaman Spiritualitas Ignatian: Ziarah dalam Gelisah

Dalam rangka memperkenalkan tiga buku baru karya Pater G.P. Sindhunata, S.J. (Anak-anak Ignatius, Jalan Hati Jesuit, dan Sisi Sepasang Sayap), Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) bekerja sama dengan Yayasan BASIS dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia mengadakan acara “Pendalaman Spiritualitas Ignatian” secara berseri dalam tujuh kali pertemuan (hybrid: onsite dan online). Tema besar yang diangkat dalam pendalaman ini ialah “Ziarah dalam Gelisah: Berdamai dengan Diri dalam Perspektif Spiritualitas Ignatian.” Selain untuk mempromosikan tiga buku di atas, acara ini juga bertujuan untuk: (1) mengenalkan kepada umat siapakah Jesuit, biarawan yang berziarah di dunia sebagai penggembala umat, pelayan sosial, pembimbing rohani, pendidik, peneliti, filsuf, teolog, dan budayawan. Dalam bidang karya yang bermacam-macam itu, para Jesuit tetap digerakkan oleh satu semangat yang sama: Latihan Rohani. Dalam semangat itulah, para Jesuit dipanggil untuk menemukan Tuhan dalam segala; (2) Mengenalkan kepada umat Spiritualitas Ignatian yang bersumber dari Latihan Rohani. Spiritualitas Ignatian sendiri sangat dekat dengan kehidupan umat sehari-hari. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Spiritualitas Ignatian sebenarnya adalah semacam spiritualitas awam. Dalam arti itu, umat diharapkan dapat menemukan diri dalam berbagai pergulatan dan tantangan, dan kemudian dipanggil untuk berziarah menemukan Tuhan dalam segala, apapun tugas dan pekerjaan mereka; (3) Mendukung Promosi Panggilan Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Acara ini diadakan setiap hari Jumat minggu kedua dan keempat, mulai dari bulan September sampai dengan Desember 2022, di beberapa paroki Jesuit di Keuskupan Agung Jakarta dan Keuskupan Agung Semarang, serta di Perkumpulan Strada. Para pembicara yang akan mengisi setiap seri dalam acara ini antara lain: Pater Franz-Magnis Suseno, S.J.; Pater A. Setyo Wibowo, S.J.; Pater Antonius Sumarwan, S.J.; Pater P. Sunu Hardiyanta, S.J.; Pater O. Bei Witono, S.J.; Pater G.P. Sindhunata, S.J. dan Pater B. Hari Juliawan, S.J. Sejauh ini, acara sudah berlangsung sebanyak dua seri. Dari dua seri awal ini, kami menangkap antusiasme yang cukup besar dari umat yang hadir baik secara onsite (110-an) maupun online (180-an) di setiap seri. Seri pertama dilangsungkan di Paroki St. Theresia Jakarta dengan pembicara Pater Franz-Magnis Suseno, S.J. dan host Monica Maria Meifung. Pada seri pertama ini, Pater Magnis, S.J. mengajak para peserta untuk berziarah, bertekun, dan bersetia tanpa lelah dalam menghadapi aneka tantangan zaman ini. Sementara itu, seri kedua dilangsungkan di Paroki Katedral Jakarta dengan pembicara Pater A. Setyo Wibowo, S.J. dan host Ayu Utami. Di akhir acara, host memberikan highlight atas sharing dan peneguhan dari Pater Setyo, S.J. “Kita semua gelisah dan dalam kegelisahan itu kita tetap bisa menemukan makna hidup. Setiap orang memiliki bakat yang harus diterima dengan sikap netral. Sekalipun bakat itu tidak dihargai oleh orang lain, kita tetap perlu menemukan kepenuhan dari bakat itu.” Seluruh rekaman acara dari kedua seri ini dapat diakses di kanal Youtube “Jesuit Indonesia”, “Gramedia Pustaka Utama,” dan Komsos Paroki setempat. Berikut terlampir poster acara untuk lima seri ke depan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam membantu pelaksanaan acara ini, terutama kepada Pastor Paroki (dan Pastor Rekan) St. Theresia dan Katedral, Jakarta, yang telah menyediakan ruangan, fasilitas pendukung, dan perangkat komunikasi visual. Kontributor: Antonius Siwi Dharma Jati, S.J.

Pelayanan Spiritualitas

Membawa Api Iman di CC Ketapang

Catholic Centre (CC) Ketapang pada 24 – 26 Agustus 2022 mengadakan lokakarya kaderisasi angkatan 1 tahap ke-2. Lokakarya ini adalah kelanjutan dari lokakarya sebelumnya yang bertema peran awam dalam hidup menggereja. Dengan konteks ini, Gereja ingin mengajak para imam dan juga umat di wilayah Keuskupan Ketapang untuk menyadari pentingnya kolaborasi dalam hidup beriman. Ini terjadi mengingat di Keuskupan Ketapang jumlah imam dan panggilan masih sangat sedikit sehingga sangat diperlukan keterlibatan awam untuk membantu berjalannya pelayanan di tingkat paroki. Tentu saja, hal ini dapat berjalan mulus ketika umat menyadari bahwa iman harus dikembangkan bersama-sama atau dengan kata lain, perkembangan iman bukanlah semata-mata hanya tugas imam.  Kaderisasi tahap kedua ini hendak menggarisbawahi timbulnya keyakinan bahwa paroki membutuhkan kolaborasi. Hal inilah yang dikembangkan dalam kaderisasi tahap kedua di mana mereka diajak untuk merasakan pentingnya kehadiran dan kebersamaan satu sama lain yang saling menguatkan. Mereka diajak untuk saling menciptakan support system di lingkungan paroki yang akan menguatkan pelayanan gerejawi.  Dalam lokakarya tahap kedua ini, semua peserta diajak untuk mengandalkan Tuhan dengan menyadari kekuatan spiritualitas kekatolikan. Arahnya adalah peserta dapat menemukan Tuhan dalam berbagai pelayanan bersama sehingga mereka tetap mampu berdinamika dalam parokinya masing-masing. Mereka diajak untuk memiliki keterampilan berkomunikasi dan juga mendengarkan karena ini menjadi skill dasar yang patut dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan skill ini, CC Ketapang mengundang Lawrence Chandra dari katolikvidgram untuk memberikan pengetahuan dasar dalam berkomunikasi, mendengarkan, manajemen waktu, dan menggali potensi dari orang-orang yang kita hadapi. Peserta sangat antusias dengan kehadiran beliau karena mereka mendapatkan ilmu baru untuk berhadapan dengan umat yang “sulit” atau umat yang mulai meninggalkan Gereja.  Di malam terakhir kegiatan ini, peserta diajak untuk membangun sebuah kolaborasi dengan mengadakan Ibadat Syukur Kreatif. Mereka dengan antusias menciptakan bentuk-bentuk kreatif dalam beribadat. Ada yang menyimbolkannya dalam bentuk tarian, minuman, air, dan berbagai hal lainnya. Di sini mereka sama-sama berperan dan mengusahakan diri untuk berbagi rahmat Tuhan melalui doa-doa. Ibadat ini berjalan selama dua jam lebih dan para peserta sama sekali tidak merasakan kebosanan. Iman yang muncul dari kolaborasi yang kreatif yang bersumber pada rahmat Tuhan tidak akan mengalami kebosanan, melainkan selalu memunculkan hasrat untuk berkembang dan semakin berpasrah kepada Tuhan.  Acara ini ditutup dengan misa syukur bersama Uskup Ketapang, Bapak Uskup Pius Riana Prapdi. Bapak Uskup berpesan lewat bacaan Injil tentang lima wanita bijak dan lima wanita bodoh. Baginya, para peserta diharapkan untuk menjadi seperti wanita bijak yang selalu sedia mempersiapkan minyak agar tidak ketinggalan momen. Menurut Bapak Uskup, minyak adalah pengalaman iman yang dibawa terus-menerus setiap saat sehingga hidup kita tidak akan mati dan terus menerangi banyak orang. Pengalaman wanita bodoh adalah pengalaman yang menyatakan cukup memiliki satu pengalaman saja dan itu tidak dimunculkan menjadi iman yang menguatkan dirinya dan sesama.  Kontributor: Pater Advent Novianto, S.J.

Pelayanan Spiritualitas

Retret Berjalan Bersama Ignatius

Sebelas orang awam dari KAJ (10 orang) dan Keuskupan Bogor (1 orang) yang terdiri atas enam perempuan, lima laki-laki telah mengikuti retret Berjalan Bersama Ignatius di Rumah Retret Kristus Raja, Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah. Pendamping retret ini adalah Pater Agustinus Priyono Marwan, S.J. yang juga merupakan Direktur Joint International Jesuit Tertianship. Retret dimulai pada Jumat, 15-19 Oktober 2021. Retret ini diselenggarakan dalam jumlah peserta terbatas dengan syarat sudah menerima 2 kali vaksin dan tes antigen dinyatakan negatif. Retret ini mengacu pada buku Berjalan Bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Serikat Jesus, Arturo Sosa, S.J. Kami para awam berinisiatif untuk bergabung dalam peringatan 500 tahun pertobatan Ignatius melalui retret ini. Retret berlangsung sejak Jumat sore, 15 Oktober 2021. Dimulai dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Priyono, S.J. dan kemudian dilanjutkan dengan makan malam. Setiap hari para peserta merayakan Ekaristi dan pada hari kedua setiap peserta bertemu dengan pembimbing serta mengungkapkan rahmat yang diharapkan dari retret ini dengan fokus sesuai tema pada buku. Setiap hari para peserta membangun suasana silentium dalam refleksi pribadi, meditasi, dan doa mengikuti dinamika hubungan mereka dengan Tuhan. Para peserta dapat berinteraksi pada sesi percakapan rohani dalam kelompok, makan bersama, dan wawanhati pribadi bersama pembimbing retret. Pada hari ketiga, peserta memulai wawanhati dan satu jam adorasi Sakramen Mahakudus. Hari keempat dan kelima para peserta menerima sakramen Maha Rahim.  Peserta diajak untuk mengenal seni berjumpa Tuhan dalam segala dengan menggunakan dua cara. Cara yang pertama berjumpa dengan Tuhan dalam retret ini yaitu dengan membaca secara bijaksana dan permenungan dalam 11 bab yang berlanjut dengan wawanhati dengan Tuhan; percakapan rohani dalam kelompok kecil; serta wawanhati dengan pendamping. Sedangkan cara yang kedua antara lain dengan mengindera alam ciptaan; menemukan kehadiran Tuhan dalam pengalaman suka duka hidup pribadi maupun bersama orang lain; mengenal dan melibatkan diri dengan Tuhan melalui meditasi; dan melibatkan diri dalam kisah Tuhan lewat kontemplasi dengan daya indera dan daya jiwa. Sebelum perayaan Ekaristi penutup, pendamping retret menyampaikan bahwa perjalanan ini adalah awal untuk mengikuti Ignatius dalam kehidupan sehari-hari dan menemukan Tuhan dalam segala hal. Tidak ada selamat tinggal. Para peserta berbagi berkat dan kegembiraan yang diberikan selama retret. Beberapa membagikan sharing mereka dalam kelompok pesan di media sosial. Sukacita yang luar biasa terpancar dari wajah peserta dan pendamping retret, sebuah tanda kesiapan untuk berjalan bersama St. Ignatius. Begitu banyak rahmat yang diperoleh oleh para peserta. Salah satunya Pak Adi yang bercerita bahwa retret terakhir yang dilakukannya adalah 10 tahun yang lalu dan bayangan untuk retret kali ini akan berteman dan katam dengan alkitab. Namun ternyata retret ini sungguh santai, menjadikan saya mampu melakukan mapping masalah dan kekhawatiran saya sesuai arahan Pater Priyono. Pada awalnya Pak Tri juga tertarik mengikuti retret ini karena diajak istrinya. Ketika ditanya mohon rahmat apa selama mengikuti retret ini, ia bingung. Ia mulai memperoleh rahmat keinginan untuk membaca buku Berjalan Bersama Ignatius yang membuka hatinya, yaitu tidak perlu memohon rahmat yang tinggi tetapi rahmat yang sederhana. Rupanya Yesus itu bisa dijumpai melalui istrinya yang mengajaknya mengikuti retret ini. Dalam membaca buku, ia mendapat rahmat yaitu merefleksikan dosa-dosa saya yang lalu dan tidak disadari. Pater Priyono semakin meneguhkan dirinya untuk membuka peziarahan dan membersihkan diri kita. Setelah mengikuti retret ini Pater Priyono berharap para peserta tetap merawat keinginan dan kerinduan berjumpa dengan sesama dan Tuhan. Bila ingin memulai sesuatu, mulailah dengan hati walaupun nantinya akan ada banyak gangguan. Tetap ingatlah pesan Santo Ignatius, yaitu menjadi orang yang memiliki kasih, bukan menjatuhkan orang lain namun membuat mereka terangkat dan penuh semangat. Kontributor : PUSPITA