Paroki Kampung Sawah Tanggap Wabah Pandemi Covid 19
Umat Stasi Stanislaus Kostka, Paroki St. Servatius Kampung Sawah melakukan gerakan solidaritas dengan membagikan Sembako dan vitamin sebanyak 300 paket […]
Umat Stasi Stanislaus Kostka, Paroki St. Servatius Kampung Sawah melakukan gerakan solidaritas dengan membagikan Sembako dan vitamin sebanyak 300 paket […]
Tahun ini pada 25 Januari 2020 merupakan hari yang menggembirakan karena astrologi cina menyatakannya sebagai perayaan Tahun Baru Imlek 2571. Kegembiraan ini juga dirasakan umat Paroki SS. Petrus dan Paulus, Mangga Besar. Mereka mengadakan perayaan Ekaristi dalam ujud syukur Imlek dengan penuh kegembiraan dan keceriaan.
Pada 29 Januari 2020 yang lalu, Paroki Purbayan mengadakan misa syukur dengan intensi IMLEK dengan sangat meriah. Berbagai kegiatan sebelum dan sesudah misa diadakan untuk umat, seperti menyanyikan lagu-lagu syukur imlek, atraksi barongsai dan liong, serta pembagian jeruk dan angpao.
Kita hidup dalam ketidaksetaraan yang meningkat. Hal ini diperburuk dengan perubahan besar-besaran dalam dunia kerja. Dunia maya menjadi panggung pertemuan sebagaimana daratan, lautan, dan udara di masa lalu. Dalam industri masa kini, kita bisa mengirim barang yang berat sekali pada waktu yang sama. Kapital menjadi ringan, cepat, dan mudah berpindah. Pihak-pihak yang memperoleh keuntungan dari revolusi industri 4.0 adalah para inovator, investor, dan pemegang saham.
Menjadikan paroki Jesuit itu memiliki cita rasa Jesuit tentu saja tidak mudah dan harus diusahakan. Untuk itu, dibutuhkanlah pintu masuk, yaitu UAP yang diberikan oleh Pater Jenderal beberapa saat lalu.
Mengenang 20 tahun kemartiran Rm. Dewanto dan Rm. Albrecht tentu saja mengingatkan kita akan keberanian mereka berhadapan dengan para milisi. Kedua orang ini mempertaruhkan nyawa agar bisa melindungi dan melayani umat di Timor Leste. Dengan mengenang mereka kita ingin merefleksikan bahwa karya Allah itu ada dan nyata. Melihat kisah mereka, kita percaya bahwa manusia itu bisa keji dan keluar dari jalan Allah.
Situasi saat itu, setelah referendum, memang tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Referendum terjadi pada 30 Agustus 1999. Namun sebelumnya, pada Januari 1999, ketika pemerintah Indonesia memberi keputusan memperbolehkan adanya referendum, Indonesia menawarkan otonomi khusus kepada Timor Timur, otonomi yang lebih luas daripada provinsi lainnya dan menawarkan banyak kekhususan. Walaupun demikian, hasil referendum berbeda dan rakyat Timor Timor tidak ingin tetap berada bersama Indonesia.
Dengan mereka ini, Rm Tarcisius Dewanto, S.J. dan Rm Karl Albrecht Karim Arbie, S.J., saya memiliki kenangan yang sangat mendalam. Bulan September 1999–2019, itu berarti dua puluh tahun yang lalu. Namun bagi saya, kenangan itu selalu hadir hingga kini.