Tahun ini pada 25 Januari 2020 merupakan hari yang menggembirakan karena astrologi cina menyatakannya sebagai perayaan Tahun Baru Imlek 2571. Kegembiraan ini juga dirasakan umat Paroki SS. Petrus dan Paulus, Mangga Besar. Mereka mengadakan perayaan Ekaristi dalam ujud syukur Imlek dengan penuh kegembiraan dan keceriaan. Nuansa merah memenuhi seluruh Gereja. Nuansa merah tersebut tidak hanya terlihat dalam dekorasi, serta pernak-pernik-nya melainkan juga fashion umat yang hadir. Kehadiran mereka dalam perayaan ini menunjukkan bahwa rasa syukur Imlek bukan hanya sekedar perayaan kebudayaan melainkan juga spiritual.
Sebelum perayaan ekaristi dimulai, tim Persekutuan Doa Karismatik Katolik mengawalinya dengan menyanyikan beberapa lagu. Umat diajak untuk bernyanyi dan memuji Tuhan dengan cara yang unik. Lagu ‘Apa Salahmu’ dan ‘Maumere’ versi rohani, serta ‘Dalam Yesus Kita Bersaudara’ dinyanyikan dengan penuh semangat dan sukacita. Selain tim PDKK, ada pula persembahan lagu dari Oti. Ia adalah pemenang lomba tarik suara di Barcelona, Spanyol. Kehadirannya membawa kekaguman sendiri bagi umat. Suasana yang disuguhkan ternyata tidak hanya itu, melainkan juga ada tari-tarian yang dipersembahkan oleh Orang Muda Katolik.
Perayaan ekaristi dimulai dengan lagu pembukaan bernuansa mandarin, ‘Lai Lai Guo Xin Nian’ (Datanglah ke Tahun Baru). Perayaan ini dilakukan secara konselebran dan Rm. Ipung, selaku pastor kepala, menjadi selebran utamanya. Tiga konselebran lainnya adalah Rm. Dibjo, Rm. Chris Purba, dan Rm. Bambang Rudianto. Rm. Ipung, di awal perayaan ekaristi mengingatkan seluruh umat bahwa perayaan kali ini juga sebagai perayaan Pertobatan St. Paulus, sebuah pesta yang juga penting bagi umat Paroki Mangga Besar. Oleh karena itu, Imlek tahun ini, selain merayakan kegembiraan tahun baru juga menjadi momen undangan untuk melakukan pertobatan terus menerus.
Homili kali ini dibawakan oleh Rm. Bambang Rudi. Dalam homilinya, beliau mengajak semua umat untuk semakin menyadari simbol-simbol yang ada di dalam kehidupan. Simbol-simbol tersebut tidak boleh berhenti sebagai simbol harafiah saja, melainkan perlu direfleksikan dalam terang iman orang kristiani. Setiap dari kita diajak untuk menemukan bagaimana Kristus juga memiliki peranan di tahun baru imlek ini dan menjadi berarti dalam hidupku. Kristus menjadi pusat dari seluruh hidupku dengan kondisi apa pun. Singkat kata, simbol bisa menjadi sarana untuk menemukan Tuhan di dalam hidup kita.
Sebelum berkat penutup dilakukan pemberkatan jeruk dan angpau yang ditunggu-tunggu banyak orang. Dua simbol khas imlek tersebut diberkati dan akan dibagikan kepada umat di akhir misa. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa tampilan dari Oti dan juga tari-tarian dari OMK. Lagu ‘He Xin Nian, Zhu Xin Nian’ yang dinyanyikan bersama-sama menjadi penutup seluruh perayaan Ekaristi tersebut.
Setelah perayaan ekaristi, para imam berdiri di depan altar untuk memberikan salam ‘Gong Xi Fa Cai’ kepada semua umat yang hadir. Wajah bahagia dan sumringah tampak pada setiap umat yang hadir dalam perayaan ekaristi tersebut. Semoga Tahun Baru Imlek kali ini membawa kegembiraan untuk kita semua. Gong Xi Fa Cai, Xi Nian Kuai Le, Wan Shi Ru Yi, Shen Ti Jian Kang.
S. Barry Ekaputra, SJ