Pada 29 Januari 2020 yang lalu, Paroki Purbayan mengadakan misa syukur dengan intensi IMLEK dengan sangat meriah. Berbagai kegiatan sebelum dan sesudah misa diadakan untuk umat, seperti menyanyikan lagu-lagu syukur imlek, atraksi barongsai dan liong, serta pembagian jeruk dan angpao.
Perayaan misa syukur ini dilakukan secara konselebran oleh para romo Paroki Purbayan dengan selebran utamanya Rm. Joanes Yandhie Buntoro, CDD. Beliau sebelum misa memainkan musik rebab untuk lagu ‘Karena Aku Kau Cinta’dan lagu mandarin ‘Ce Dao’. Alunan musik gesek tersebut membuat suasana perayaan syukur imlek semakin semarak dan syahdu. Rm Bagus sendiri juga ikut mempersembahkan lagu ‘Yesus itu baik’ diiringi alunan gitar oleh Rm. Tino.
Dalam pengantarnya, Rm. Yandhie, mengajak semua umat untuk bersyukur karena Allah telah hadir dalam setahun kemarin, dengan memimpin dan merawat umatnya, dan juga memohon semakin banyak berkat untuk tahun berikutnya yaitu dalam tahun tikus.
Bagi Rm. Yandhie, perayaan syukur imlek merupakan sebuah bentuk harapan di mana kita telah keluar dari kegelapan dan menuju terang. Perayaan pengharapan inilah yang menjadi kunci kesuksesan dalam melangkah ke tahun berikutnya. Setiap orang diajak untuk memiliki harapan untuk tegap melangkah menghadapi berbagai tantangan dengan belajar dari kesalahan-kesalahan di tahun yang lalu. Menurutnya, jika semua orang setia membawa terang maka tidak akan ada lagi kegelapan. Kegelapan tidak akan pernah bisa mengalahkan terang. Sekecil apapun harapan kita, tidak akan mempu menjauhkan kita dari berkat Allah. Maka dari itu, lewat imlek, kita dihadapkan pada momen pertobatan seturut Kristus yang selalu memberikan berkat melimpah di bumi dan di surga. Walau demikian, sampai hari ini, masih ada saja orang-orang yang enggan mensyukuri hidup karena mereka hanya ingin menikmati cahaya dari Tuhan saja dan tidak mau berjerih payah atau berjalan bersama cahaya atau harapan tersebut.
Imlek adalah perayaan syukur. Kita percaya bahwa segala kesulitan hanya bisa diselesaikan dengan pengorbanan. Warna merah adalah simbol pengorbanan. Maka dari itu, imlek merupakan perayaan pengorbanan di mana kita diajak untuk semakin rela berkorban dan berbuat baik untuk sesama. Imlek bukan sebuah pesta meriah melainkan ajakan untuk merefleksikan tahun yang lalu dan antispasi tahun mendatang lewat simbol-simbol shio agar kita waspada dan tidak jatuh dalam kesalahan yang sama.
Salah satu simbol imlek adalah adanya bunyi yang bising di mana-mana, seperti bunyi petasan, musik barongsai, dan lainnya. Kebisingan ini merupakan simbol manusia yang berkarya, manusia yang mau obah dan bekerja, bukan simbol manusia yang suka foya-foya dan senang membuat gaduh atau merugikan orang lain. Perayaan imlek adalah perayaan mengusir kesepian dan kemalasan untuk mengingatkan kalau kita mau aktif dan melakukan sesuatu. Namun, aktivitas yang dilakukan bukanlah aktivitas egois atau untuk diri sendiri melainkan aktivitas yang mencirikan atraksi barongsai di mana satu sama lain bekerjasama dan menghasilkan kekuatan serta keindahan. Ketika manusia saling bekerja sama dan membangun networking, manusia akan menjadi semakin kokoh dan menawan.
Rm. Yandie juga menyatakan bahwa perayaan imlek memiliki empat arti, yaitu setiap orang diajak untuk bersyukur kepada Tuhan atas penyertaannya dalam tahun yang lalu dan kemudian memohon berkat untuk yang tahun baru.
Kedua, imlek menjadi momen berterima kasih kepada leluhur. Setiap keluarga diwajibkan berkumpul dan berdoa bersama untuk para leluhur karena percaya bahwa hidup kita saat ini hanya bisa ada karena leluhur. Tanpa mereka, kita tidak bisa seperti sekarang ini. Imlek menjadi ungkapan keberterima-kasihan dan doa bagi para leluhur agar mereka tetap diberkati Allah.
Ketiga, perayaan imlek juga merupakan perayaan bersama keluarga besar yang ditandai dengan tradisi makan bersama. Satu sama lain dalam keluarga harus berkumpul dan saling mengenal serta makan bersama. Kebersamaan ini ditandai dengan kesejajaran satu sama lain lewat makan makanan yang sama agar satu sama lain mendapatkan rejeki yang sama serta tidak berniat menjatuhkan satu sama lain.
Keempat, perayaan ini juga menjadi momen di mana satu sama lain diajak untuk saling maaf-memaafkan. Setiap malam imlek semua orang memohon maaf satu sama lain, orang tua ke anak, saudara ke saudara, kakak ke adik, dan sebaliknya, agar beban batin menjadi plong sehingga setiap orang dapat melangkah ke tahun yang baru dengan kemurnian dan kasih sayang.
Setelah misa, acara dilanjutkan dengan atraksi barongsai dan liong serta berkunjung ke Pasar Gedhe Solo untuk menikmati pesta lampion.
Windar Santoso, SJ