Seminar ini merupakan salah satu ajakan bagi masyarakat untuk mengenal diri-cara berpikir sebagai bangsa Indonesia. Semoga dengannya, setiap orang yang terlibat dan mendengarkannya dimampukan mentransformasi diri dan membantu bangsa ini bergerak maju.
Pada 13-15 September 2019, Kolese Hermanum, yang diwakili oleh Rm. Suyadi, Br. Suprih dan sembilan frater-bruder filosofan, mengikuti Jambore Kebangsaan yang dilaksanakan di Pesantren Ekologi Ath Thaariq di Garut, Jawa Barat. Kolese Hermanum menjadi salah satu penyelenggara acara tersebut bersama…
Mengenang 20 tahun kemartiran Rm. Dewanto dan Rm. Albrecht tentu saja mengingatkan kita akan keberanian mereka berhadapan dengan para milisi. Kedua orang ini mempertaruhkan nyawa agar bisa melindungi dan melayani umat di Timor Leste. Dengan mengenang mereka kita ingin merefleksikan bahwa karya Allah itu ada dan nyata. Melihat kisah mereka, kita percaya bahwa manusia itu bisa keji dan keluar dari jalan Allah.
Situasi saat itu, setelah referendum, memang tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Referendum terjadi pada 30 Agustus 1999. Namun sebelumnya, pada Januari 1999, ketika pemerintah Indonesia memberi keputusan memperbolehkan adanya referendum, Indonesia menawarkan otonomi khusus kepada Timor Timur, otonomi yang lebih luas daripada provinsi lainnya dan menawarkan banyak kekhususan. Walaupun demikian, hasil referendum berbeda dan rakyat Timor Timor tidak ingin tetap berada bersama Indonesia.
Dengan mereka ini, Rm Tarcisius Dewanto, S.J. dan Rm Karl Albrecht Karim Arbie, S.J., saya memiliki kenangan yang sangat mendalam. Bulan September 1999–2019, itu berarti dua puluh tahun yang lalu. Namun bagi saya, kenangan itu selalu hadir hingga kini.