See, Judge, Act
Temu Kolese 2023 Tahun ini menjadi kesempatan yang istimewa bagi siswa-siswi kolese. Temu Kolese (Tekol) diadakan lagi dengan peserta dari Kolese Kanisius, Kolese Gonzaga, Kolese Loyola, Kolese PIKA, Kolese Mikael, Seminari Mertoyudan, Kolese De Britto, dan Kolese Le Cocq D’armandville. Meskipun berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, kehangatan dan keseruan sebagai anak kolese begitu terasa. Tekol ini diadakan pada 16-20 Oktober 2023 di Kolese De Britto dengan mengangkat tema To Be Friend With The Poor: menjadi teman bagi mereka yang tersingkir. Dinamika dan kegiatan disiapkan sedemikian baik oleh panitia dengan harapan mampu membawa peserta pada pengalaman dan pendalaman nilai bahwa anak muda harus mau terlibat untuk menjadi teman bagi yang tersingkir. Acara ini melibatkan kolaborasi panitia siswa, guru, hingga pamong atau moderator antarkolese. Tekol 2023 merupakan Temu Kolese pertama setelah jeda lima tahun karena pandemi. Ada suatu kerinduan terpendam akan perjumpaan yang dibawa oleh masing-masing Kolese. Banyak peserta dari masing-masing kontingen merasa sangat antusias dan ingin ambil bagian dalam kegiatan Tekol 2023 ini. Oleh karena itu banyak acara di Tekol tahun ini yang dirancang sedemikian rupa dengan harapan bisa memberikan kenangan dan momen berharga bagi setiap kolese terutama panitia dan peserta yang terlibat langsung. Dalam perencanaannya, panitia mulai membahas konsep dan model kegiatan sejak awal tahun 2023. Pertemuan demi pertemuan akhirnya membuahkan konsep rangkaian kegiatan Tekol 2023 dengan berbagai modifikasi dari Tekol sebelumnya. Secara khusus dalam Tekol kali ini, panitia juga mencoba untuk memadukan audio-visual dalam setiap kegiatannya. Sehari sebelum kontingen tiba, panitia sudah sampai di lokasi Tekol 2023 untuk memastikan segala sesuatunya siap. Hari Minggu itu SMA Kolese De Britto menjadi ramai dengan segala kesibukan panitia yang melakukan persiapan. Berbagai penyesuaian dan adaptasi harus dilakukan dalam waktu singkat agar acara dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada hari pertama Tekol 2023, upacara pembukaan dilakukan oleh Pater Baskoro selaku Delegat Pendidikan Serikat Jesus, Pater Kuntoro selaku rektor SMA Kolese De Britto, dan Pater Hugo sebagai ketua panitia. Rangkaian pembukaan diawali dengan sambutan, pemukulan gong oleh sejumlah perwakilan kolese Jesuit di Indonesia, perarakan bendera, menyanyikan mars setiap kolese, menyanyikan mars Tekol 2023, dan defile. Berangkat dari harapan dan antusiasme Jesuit serta panitia perancang acara, Tekol dirancang dengan memodifikasi beberapa tradisi menjadi kegiatan yang lebih inovatif. Salah satu contohnya adalah defile pembukaan Tekol 2023. Pada kegiatan Tekol sebelumnya defile diadakan dengan perarakan kontingen yang diiringi mars masing-masing Kolese. Kali ini defile dibungkus dengan pertunjukan teater gabungan kolese. Teater ini mengusung kisah hidup Inigo di masa modern yang menceritakan perjalanan hidupnya kepada dua orang sahabatnya yaitu Xavier dan Faber. Perjalanan Inigo dipilih karena memuat unsur-unsur khusus immersion Tekol 2023 sesuai dengan tema “To be Friend with The Poor”. Ada tiga narator utama dalam kisah ini yang berperan sebagai Ignatius Loyola, Xavier, dan Faber. Cerita diawali dengan kisah hidup Inigo kecil yang ditampilkan oleh Kolese Kanisius. Kolese PIKA melanjutkan dengan pola asuh orang tua Inigo. Ternyata, lingkungan di sekitar Inigo tidak baik. Inigo tercebur dalam pergaulan yang buruk. Bagian ini divisualisasikan oleh Kolese Loyola dan Gonzaga. Kolese De Britto melanjutkan hidup Inigo yang harus bekerja sebagai kuli demi memenuhi kebutuhan hidupnya hingga mengalami kecelakaan yang membuatnya cacat. Ia juga diringkus oleh pihak berwenang yang menangkap basah ketika ia sedang melakukan transaksi. Penggambaran hidup Inigo dalam sel divisualisasikan oleh Kolese Mikael. Kemudian Kolese Le Cocq D’armandville melanjutkan dengan adegan Inigo menjadi pengemis. Kisah hidup Inigo ditutup dengan visualisasi pertobatan Inigo oleh Seminari Mertoyudan. Pada hari kedua, peserta dan panitia siswa dísebar ke beberapa wilayah di Jogja hingga Muntilan untuk melakukan immersion. Immersion ini mengajak para peserta untuk merasakan dan terlibat dalam keseharian mereka yang kecil dan tersingkir. Bentuk immersion yang dilakukan meliputi kunjungan ke panti jompo, panti asuhan, pasar, TPA, kuli pasir, bersih kota, dan berdialog dengan PSK. Selama immersion, peserta dapat melihat dan merasakan langsung kondisi sebenarnya tanpa terpengaruh stigma yang berkembang di masyarakat. Setiap lokasi immersion memiliki keunikan dan tantangannya masing-masing. Mereka yang pergi ke lokasi kuli pasir harus berangkat sejak pukul dua pagi dan baru kembali pada siang hari. Perjalanan menuju ke lokasi cukup panjang dan memakan banyak waktu. Belum lagi mereka harus belajar untuk menambang pasir dalam waktu singkat. Lokasi TPA juga menyambut dengan bau yang tidak sedap, ditambah lagi panas terik mentari yang kuat. Begitu pula dengan lokasi lainnya, mereka juga memberikan kekayaan ilmu hidup yang mengesan bagi setiap peserta. Sekembalinya ke De Britto, peserta diperbolehkan untuk beristirahat hingga acara talkshow dan pengendapan bersama di malam harinya. Talkshow dibawakan oleh Pater Pieter Dolle bersama dengan relawan dari SPM Realino. Mereka membagikan sepak terjang mereka untuk menjadi teman bagi mereka yang tersingkir. Mereka mengatakan bahwa membantu sesama membuahkan suatu kebahagiaan tersendiri meskipun tidak jarang kesabaran mereka juga diuji khususnya ketika berhadapan dengan anak-anak. Setelah talkshow, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk sharing dan menuliskan apa yang didapat pada selembar kertas A2. Kertas tersebut kemudian dipajang dan menjadi reminder berharga bagi semua. Seluruh kegiatan di hari itu ditutup dengan adorasi pada Sakramen Mahakudus. Hari ketiga merupakan hari pertandingan olahraga dan non-olahraga. Ada pertandingan olah raga kolaboratif dan ada pula antarkolese. Basket putra, sepak bola, basket putri, dan futsal putri bersifat kolaboratif. Sedangkan voli, lari estafet, atletik lari 2,4 km, tenis meja, dan badminton dipertandingkan antarkolese. Adapun perlombaan non-olahraga meliputi debat Bahasa Inggris, musikalisasi puisi, mendongeng, Tekol Got Talent, stand up comedy, fotografi, dan film pendek. Beberapa pertandingan olahraga juga dimeriahkan oleh pertandingan para Pater/Frater dan beberapa guru. Pertandingan berlangsung dengan penuh semangat dan berjalan dengan baik. Seluruh peserta bersemangat untuk memberikan performa terbaiknya demi tim dan kemenangan. Sejak pagi hari, para peserta telah mempersiapkan diri dengan mengenakan jersey Tekol. Mereka berkumpul di sisi-sisi lokasi pertandingan untuk menonton dan menunggu giliran bermain. Tidak hanya dipenuhi oleh antusiasme para peserta, panitia juga bekerja keras dalam memeriahkan pertandingan. Dentuman serta sorakan khas dari suporter Kolese Mikael dan Kolese De Britto menambah kemeriahan pertandingan di hari itu. Pada Kamis malam diadakan Malam Kesenian yang dibalut dalam kisah perjalanan punakawan saat berjalan-jalan di Jogja. Malam Kesenian ini menyuguhkan lanjutan pesan moral yang diberikan saat defile. Setiap penokohan dan pementasan yang dilakukan berjalan dengan baik.







