Pilgrims of Christ’s Mission

jesuit indonesia

Karya Pendidikan

Jendela Toleransi: Bakti Sosial PIKA ke Pondok Pesantren

Pada hari Rabu, 27 Maret 2024, kami para Pengurus ORSIKA (OSIS SMK PIKA) mewakili sekolah melakukan kegiatan bakti sosial. Kami mengunjungi lokasi yang terdampak banjir di area Demak dengan didampingi oleh Staf Kesiswaan yaitu Pak Divo dan Frater Septian. Lokasi yang akan kami jadikan kegiatan aksi bakti sosial adalah di Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin, Jl. KH. Noer, Loireng, Kecamatan Sayung, Demak.   Dalam kegiatan Bakti Sosial ini, kami membawa beras, gula pasir, mie instan, dan sejumlah uang yang diserahkan kepada pengurus Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin. Barang-barang tersebut merupakan hasil kegiatan Aksi Puasa Pembangunan di sekolah setiap hari Rabu selama masa Prapaskah.   Sesampainya di Pondok, kami disambut oleh Frater Wahyu, S.J. dan Gus Khodir. Gus Khodir merupakan kyai/guru penanggung jawab pondok. Frater Wahyu tinggal di pondok selama dua tahun. Saat ini ia sedang menjalankan tugas perutusan di pondok pesantren tersebut dalam rangka mendalami dialog lintas agama. Frater Wahyu juga menjadi guru di SMP Roudlotus Sholihin. Di sana kami mendapatkan cerita-cerita menarik tentang kehidupan para santri pondok.     Salah satu cerita yang menarik bagi kami pada saat itu adalah saat Gus Khodir berbagi cerita mengenai radikalisme di lingkungan sekitar dan toleransi terhadap sesama. Misi yang mereka sedang jalankan adalah menjunjung tinggi toleransi dan mengurangi sikap radikal terhadap agama lain. Gus Khodir pun memberi pembelajaran kepada para santrinya tentang toleransi. Beliau mengajak para santri untuk membuka hati dan mau menerima orang walaupun berbeda agama. Apalagi di sekitar kita masih banyak remaja dan orang tua yang masih bersikap ‘radikal’ terhadap agama lain dan mereka ini juga memiliki paham-paham tersendiri. Cara yang mereka lakukan ialah mengunjungi tempat ibadah agama lain seperti pura, wihara, gereja Kristen, dan gereja Katolik. Bahkan dengan agama lokal pun mereka sering melakukan sharing antaragama.   Namun, di balik kerukunan itu, mereka juga merasakan adanya gejala radikalisme yang mencoba merayap di tengah-tengah masyarakat. Pesan-pesan yang bertujuan untuk memecah belah, menghasut, dan menciptakan konflik seringkali tersebar dengan cepat, terutama di era digital ini. Ketika radikalisme merasuki bahkan tempat yang seharusnya dianggap sebagai oase kedamaian seperti pesantren, kesadaran akan urgensi toleransi semakin menonjol. Aksi bakti sosial di pesantren mengajarkan kepada kami bahwa kegiatan sosial bukan hanya tentang memberi bantuan materi, tetapi juga membangun hubungan yang kokoh antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam menghadapi maraknya radikalisme, kita perlu bersama-sama menyadari bahwa pendekatan pendidikan, dialog, dan kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berbudaya damai.   Pengalaman ini telah mengingatkan kami bahwa kegiatan bakti sosial bukan hanya sekadar memberi tetapi juga belajar dan membawa perubahan. Dalam melangkah maju, mari kita terus menjadi agen-agen perdamaian yang gigih, membawa terang di tengah gelapnya kebencian, dan meneguhkan komitmen kita untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.   Kontributor: Rayyan dan Ansel – PIKA 51

Pelayanan Gereja

VISUALISASI JALAN SALIB HIDUP 2024: [sudah selesai]

Di kayu salib, sebelum Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya berserah dan berkata, “Sudah selesai.”   Apakah ini berarti kekalahan? Apakah Yesus kalah karena pada akhirnya Ia menyerahkan diri untuk di salib dan menebus dosa kita?   Sebaliknya, kalimat ini bermakna Yesus telah menang!   Ia menang atas besarnya kasih yang diberikan bagi umat manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir hidup-Nya. Sesungguhnya inilah kasih yang taat sampai mati.   Kita pun memanggul salib kehidupan kita masing-masing, yang seringkali wujudnya tidak nampak. Namun, apakah kita siap memenangkan diri kita atas hal-hal dan perbuatan baik?   -terinspirasi dari homili Pater Dodo, S.J.   Visualisasi Jalan Salib Hidup | 29 Maret 2024 | 10.00 WIB | OMK Paroki St. Yusup Gedangan | Halaman Bintang Laut – TK Theresia – SD Marsudirini – Susteran OSF                 Kontributor: Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

Visualisasi Jalan Salib dan Pesan Kemanusiaan di Gereja Bongsari: ENGKAU IKUTLAH DENGAN-KU

Gereja Bongsari, yang berada di bawah penggembalaan Serikat Jesus, terus mengekspresikan keberanian dan inovasinya dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang mendalam dan relevan. Salah satu ekspresi dari semangat ini adalah melalui visualisasi jalan salib yang dipersembahkan oleh orang muda Katolik. Visualisasi ini bukan hanya sebuah sarana keagamaan tetapi juga menjadi sebuah medium untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan realitas sosial dan spiritual di sekitar kita.   Dengan tema Paskah yang menggugah hati, Engkau Ikutlah dengan-Ku, jalan salib dipentaskan oleh lebih dari 60 orang muda Katolik (OMK) di Gereja Bongsari. Ini tidak hanya sekadar pertunjukan visual. Jalan salib ini mencerminkan semangat kebangkitan dan harapan yang terus dinyalakan dalam iman Katolik. Teman-teman muda tidak hanya menghadirkan visualisasi yang memukau tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang mengajak untuk bertindak lebih empatik, mengatasi ketidakpedulian, dan meningkatkan kepedulian antarsesama.   Visualisasi jalan salib ini bukanlah semata-mata untuk dinikmati secara estetis. Di balik setiap gerakan dan simbol, terdapat pesan yang dalam tentang pentingnya kemanusiaan dan empati dalam kehidupan sehari-hari. Orang Muda Katolik yang menjadi bagian dari visualisasi ini bukan hanya sebagai aktor, melainkan juga sebagai pembawa pesan tentang bagaimana menghadapi tantangan ketidakpedulian dan kurangnya kepedulian antarsesama di lingkungan sekitar.     Dalam konteks ini, visualisasi jalan salib di Gereja Bongsari tidak hanya menjadi ekspresi keagamaan, melainkan juga refleksi komitmen Gereja dalam memperkuat iman dan memancarkan dampak positif bagi masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui visualisasi ini mengajak umat Katolik untuk mengikuti jejak Kristus dalam tindakan nyata, khususnya dalam hal empati, mengatasi ketidakpedulian, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama.   Melalui tema Engkau Ikutlah dengan-Ku, Gereja Bongsari membangun panggung untuk mengajak para umat bertindak lebih aktif dalam menyebarkan kasih dan keadilan di dunia ini. Pesan kebangkitan dan harapan yang disampaikan melalui visualisasi jalan salib ini menjadi inspirasi dan panggilan setiap individu untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik, yang dipenuhi dengan tindakan-tindakan empatik, dan kepedulian yang berkelanjutan. Dengan demikian, visualisasi jalan salib di Gereja Bongsari bukan hanya menjadi pertunjukan keagamaan, tetapi juga menjadi perwujudan nyata nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sesama yang menjadi inti ajaran Kristiani.   Kontributor: Bonaventura Satria Hagi Putra – OMK Bongsari

Kuria Roma

KITA TIDAK BISA TINGGAL DIAM

Perang di Gaza telah berlangsung selama hampir enam bulan dan dentuman meriam serta desingan peluru belum berhenti. Kita para Jesuit, sebagaimana banyak umat Katolik, perempuan dan laki-laki dari semua agama, dan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan, menolak untuk diam. Kita senantiasa mendaraskan doa, melontarkan ratapan dan protes atas begitu banyak kematian dan kehancuran yang terus terjadi di Gaza dan wilayah-wilayah lain di Israel atau Palestina, dan meluas ke negara-negara tetangga di Timur Tengah.   Paska serangan mengerikan terhadap Israel Selatan pada 7 Oktober 2023, Israel melakukan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza dan melancarkan serangan darat yang membuat sebagian besar Jalur Gaza luluh lantak. Kini kita menyaksikan terjadinya kelaparan dan penyebaran wabah penyakit di Gaza. Puluhan ribu orang tewas, hampir 1.800 orang Israel dan lebih dari 32.000 orang Palestina (belum termasuk mereka yang masih harus digali dari bawah reruntuhan). Selain kematian, ada ratusan ribu jiwa yang hancur, terluka, kehilangan tempat tinggal, dan kini kelaparan dan terserang penyakit.   Kita menegaskan kembali komitmen untuk tidak tinggal diam. Tidak dapat diterima bahwa, meskipun sudah ada upaya, hampir enam bulan memasuki babak konflik tetapi tidak ada yang mampu menghentikan kematian. Memalukan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memastikan bahwa penduduk Gaza memiliki cukup makanan. Memalukan bahwa tidak ada yang mampu meminta pertanggungjawaban atas para penghasut. Dan yang lebih menyedihkan, kita tahu bahwa konflik berdarah di “tanah suci” ini telah dibiarkan terus berlanjut dan menjadi luka yang menganga dan membusuk pada wajah Timur Tengah.   Kita telah melibatkan diri selama puluhan tahun dalam komunitas dan masyarakat di Timur Tengah. Kita ingin mengatakan bahwa peperangan semacam itu tidak seharusnya dibiarkan. Kita tidak bisa lebih memilih kematian daripada kehidupan, balas dendam daripada rekonsiliasi, mencari kesalahan daripada keadilan, mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama, dan kekerasan daripada dialog. Itu semua bukanlah takdir, melainkan sesuatu yang sengaja kita pilih. Tentu ada pilihan-pilihan lain yang bisa diambil dan kita akan terus memupuk mimpi akan masa depan yang berbeda, yaitu masa depan yang telah diramalkan oleh para nabi dalam Kitab Suci. “Mereka akan mengasah pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak mereka menjadi mata pisau. Bangsa tidak akan mengangkat pedang melawan bangsa lainnya dan mereka tidak akan belajar berperang lagi.” (Yesaya 2:4)   Kita satukan suara bersama Bapa Suci, Paus Fransiskus, yang telah berulang kali memperingatkan bahwa perang adalah kekalahan! Setiap perang adalah kekalahan! (Angelus, 8 Oktober 2023). Kita ulangi seruan agar gencatan senjata segera dilakukan. Agar semua sandera 7 Oktober dibebaskan. Agar terjadi negosiasi demi memulai proses yang akan membawa kebebasan, kemerdekaan, dan keadilan bagi semua orang di Timur Tengah. Inilah satu-satunya jalan menuju perdamaian sejati.   Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel “We Cannot be Silent” dalam https://www.jesuits.global/2024/03/29/we-cannot-be-silent/ Artikel ini diterjemahkan dengan penyesuaian oleh Tim Sekretariat SJ Provindo pada tanggal 1 April 2024.

Provindo

Santo Yusuf yang Setia

Bertepatan dengan Hari Raya Santo Yusuf, Pelindung Gereja Universal dan Serikat Jesus, pada 19 Maret 2024, lima orang imam Jesuit mengucapkan kaul akhir di hadapan Provinsial, Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. Kelima imam Jesuit tersebut ialah Pater Ernest Justin, S.J., Pater Heribertus Heri Setyawan, S.J., Pater Nicolaus Devianto Fajar Trinugroho, S.J., Pater Rikhardus Sani Wibowo, S.J., dan Pater Stephanus Advent Novianto, S.J. Pengucapan Kaul Akhir ini diselenggarakan di Kapel St. Robertus Bellarminus, Mrican, Yogyakarta dan dihadiri oleh para nostri, keluarga kaules, dan tamu undangan.   Santo Yusuf adalah sosok yang taat hukum namun bijaksana dan penuh belas kasih. Ia begitu taat pada perintah Tuhan sehingga berani memikul tanggung jawab untuk merawat Maria yang sedang hamil dan menghindarkannya dari hukuman sosial saat itu. Karena kesetiaan dan ketaatannya, Tuhan tidak pernah meninggalkan Yusuf. Yusuf menjadi salah satu bagian penting dalam karya penyelamatan manusia melalui anaknya, Yesus. Santo Yusuf menjadi ayah yang menemani dan mendidik anaknya serta salah satu sosok yang menginspirasi Yesus yang sedang tumbuh remaja.   Kaul akhir menandai setiap Jesuit yang telah secara penuh menjadi anggota Serikat Jesus. Dalam retret persiapan kaul, para kaules bercerita tentang makna kaul akhir bagi mereka. Mereka sekarang melihat bahwa Serikat bukan lagi sebagai orang atau pihak luar yang sekadar menjadi penonton ketika sesuatu terjadi. Serikat kini menjadi bagian konkret dalam diri dan hidup mereka sehingga segala hal yang baik dan yang buruk akan ditanggung bersama. Para kaules ingin meneladan St. Yusuf yang berani mengambil tanggung jawab agar penyelenggaraan dan karya penyelamatan Allah terus terjadi di dunia ini.   Mari kita berdoa agar para kaules dapat meneladan kesetiaan St. Yusuf.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator

Penjelajahan dengan Orang Muda

F.O.M.O. : Filter Out Masalah dan Obsesimu 

Kolaborasi MAGIS Jakarta dan OMK HSPMTB Tangerang Gaya hidup fancy, seperti fashion terbaru, liburan keluar negeri, gadget termutakhir, pencapaian seseorang, dan lainnya, banyak bermunculan di media sosial. Bagi sebagian orang, hal tersebut menimbulkan tekanan emosional tersendiri, seperti perasaan terobsesi untuk mengikuti tren atau merasa kurang update terhadap sesuatu. Perasaan emosional yang muncul itu merupakan salah satu dampak  penggunaan media sosial. Bagi orang muda khususnya, ketika tidak bisa mengikuti  tren terbaru, muncullah perasaan tertinggal dan tidak percaya diri.  Menghindar dari media sosial mungkin sulit bagi sebagian besar orang muda. Apalagi kini, media sosial menjelma menjadi sarana yang efektif guna mengekspresikan dan membangun citra diri (personal  branding). Tak sedikit orang muda terobsesi dengan media sosial dan menjadikannya sebagai ajang pamer. Di lain sisi, perasaan terobsesi berlebih atau kecenderungan untuk terus membandingkan diri sendiri dengan konten media sosial akan memberikan dampak pada kesehatan mental orang muda.  Berangkat dari fenomena itu, Magis Jakarta berkolaborasi dengan Orang Muda Katolik Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Paroki Tangerang menggelar talkshow tentang penggunaan media sosial yang berpengaruh pada  kesehatan mental, dengan tema ‘’FOMO: Filter Out Masalah & Obsesimu’’. Acara ini diselenggarakan pada Minggu, 4 Februari 2024 di Selasar Gereja HSPMTB Tangerang dan dihadiri oleh 90 orang peserta yang mayoritas adalah orang muda.  Talkshow yang diselenggarakan ini juga merupakan rangkaian kegiatan Ekaristi Kaum Muda yang menjadi ajang kolaborasi MAGIS Jakarta dengan OMK berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Dalam kesempatan ini, Alexander Yosua (MAGIS Jakarta 2021), menggandeng Angelia Juwita dari OMK Paroki HSPMTB menjadi ketua panitia EKM. Persiapan telah dimulai sejak akhir tahun 2023. Pengurus dan alumni MAGIS Jakarta berpartisipasi aktif dalam kepanitiaan EKM dalam kolaborasi dengan teman-teman OMK serta Seksi Kepemudaan (SieKep) Paroki HSPMTB.  Talkshow ini difasilitasi oleh Kak Inca Agustina Arifin, M.Psi dan Fr. Albertus Alfian Ferry Setiawan, SJ. Pembahasan berangkat dari tema “Self-love” dan semakin mengerucut pada tema “FOMO (fear of missing out) yang diasosiasikan perasaan takut terasing karena ketinggalan berita atau tren. Istilah tersebut muncul di kalangan Gen Z yang lekat dengan media sosial. Banyak orang di zaman ini yang seakan tidak bisa lepas dari gawai dan media sosial, selalu haus dengan berbagai update. Kelekatan tersebut memunculkan perasaan fomo, yang kemudian mengganggu kesehatan mental seseorang.  Dalam sesi diskusi, para peserta yang hadir diajak memahami pentingnya kesehatan mental, menyadari fenomena fear of missing out, dan cara pencegahannya. Kak Inca mengawali sesi dengan mendefinisikan fomo sebagai rasa “takut merasa “tertinggal’’ karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan lainnya.” Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal yang lebih baik, sedangkan dirinya sendiri tertinggal.  Para peserta talkshow juga diajak Kak Inka agar bisa melakukan deteksi mandiri apakah kita sudah terkena dampak fomo, yakni dengan cara menjawab benar atau  tidak pertanyaan-pertanyaan berikut :  Cara mengetahuinya, apabila kita memiliki sebanyak 3 jawaban benar atau lebih  maka bisa dikategorikan kita telah terkena fomo.  Diketahui ternyata fomo tidak hanya berkaitan perasaan terobsesi saja. Fomo juga menimbulkan dampak-dampak negatif, seperti gangguan pola tidur, kesulitan dalam mengambil keputusan yang benar dan bijaksana, gangguan pada hubungan dengan  orang-orang sekitar yang berarti, produktivitas terganggu, dan sulit fokus. Guna  menghindari itu, Kak Inka memberikan tips atau practical steps to overcome fomo,  yakni dengan cara melatih mindfulness, memahami apa yang dapat memicu perasaan negatif, membatasi penggunaan media sosial, menuliskan jurnal rasa  syukur untuk secara rutin menyadari aspek-aspek positif yang dimiliki, terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang berarti dan sesuai dengan tujuan atau nilai kehidupan, serta memelihara hubungan-hubungan yang berarti dalam hidup.  Fr. Ferry juga menawarkan latihan doa ala Ignatian sebagai  cara ampuh “penangkal” fomo, yaitu Examen Conscientiae. Examen dapat menjadi sarana bagi orang muda zaman sekarang untuk menyadari peristiwa yang dialami, beserta pengalaman dan perasaan dominan. Dalam Examen, orang diajak untuk  menemukan hal-hal yang disyukuri dalam sehari, juga berani menyesali perbuatan perbuatan buruk yang mungkin dilakukan, dan diakhiri dengan membuat niat untuk  menjadi pribadi yang lebih baik. Dominasi perasaan syukur diharapkan dapat  membantu orang muda untuk tidak terobsesi atau tidak lekat pada hal tertentu, atau  setidak-tidaknya mampu membedakan mana yang harus dilakukan dan tidak.  Talkshow yang dimulai pada pukul 14.00 WIB itu selesai pada pukul 16.30 WIB dan dilanjutkan dengan Ekaristi Kaum Muda, yang juga di dalamnya menampilkan teater dari OMK Paroki HSPMTB. EKM dipimpin oleh Pater Alexander Koko, SJ,  moderator MAGIS Jakarta. Dalam homilinya, Pater Koko berharap agar umat semakin dapat mengerti  bentuk cinta dari sekitar dan semakin mampu memberikan cinta pada orang-orang terdekatnya. Bisa jadi ada cinta yang tidak saling memberi dan menerima apabila kita, pelaku cinta, tidak memahami bentuk cintanya, seperti contoh bahasa cinta dari orang muda yang tidak dipahami oleh orangtua.  Suasana senang dan bahagia terlihat dari senyuman dan raut wajah para panitia kegiatan ini setelah seluruh rangkaian acara telah terlaksana. Para peserta dan panitia menutup acara dengan mengabadikan momen bersama. Rasanya tidak ingin mengucapkan “sayonara”. Gerimis di malam itu membuat acara perpisahan Magis Jakarta dan OMK HSPMTB menjadi haru. Usailah euforia persiapan dan pelaksanaan  EKM MAGIS Jakarta dan OMK Paroki HSPMTB. Kini yang  harus terus diupayakan adalah keberanian untuk melepaskan kelekatan dan menggenggam harapan. Esok akan bertemu di lain kesempatan. Kontributor: Samuel Rajagukguk dan Monica Yosinayang

Pelayanan Masyarakat

Kebersamaan, Keberagaman, dan Pengenalan Budaya pada Anak-anak Bongsuwung 

Hari itu tanggal 28 Oktober 2023, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Kami Divisi Kewirausahaan dan Sosial, Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT) berkolaborasi dengan Realino SPM. Dalam kerjasama ini kami mengajarkan keberagaman Indonesia pada anak-anak Komunitas Belajar Realino di Bongsuwung. Kami ditemani para volunteer dan suster yang sama-sama tergerak hatinya berbagi pengetahuan sekaligus kebersamaan dengan anak-anak Bongsuwung. Kedekatan anak-anak Bongsuwung sangat terasa ketika kami datang. Ada candaan yang membuat kami, yang baru pertama kali berkunjung ke sana merasakan kehangatan diterima baik. Ini dapat dilihat dan dirasakan lewat sikap-sikap yang mereka ekspresikan. Berbagai latar belakang kami, anak-anak, serta para volunteer Realino yang mengajar bukan menjadi pembatas kebersamaan kami. Kami merefleksikan keanekaragaman sifat anak-anak Bongsuwung bukanlah penghalang bagi kami untuk menyampaikan materi. Sebaliknya, justru itu menjadi poin penting yang mengajarkan kami bersikap lebih sabar dan responsif. Di setiap sesi pengenalan materi, kami merasakan keunikan, keistimewaan masing-masing pribadi anak. Kami menyadari bahwa setiap karakter membawa tantangan dan kegembiraan sendiri. Setiap jenjang kelompok pendidikan anak-anak ini memiliki keunikannya. Kami berusaha mengakomodasi gaya belajar berbeda-beda, mulai dari mewarnai, menggambar, hingga membuat prakarya. Lewat kegiatan ini, kami tidak hanya mendapati keragaman dalam keperibadian anak-anak Bongsuwung, melainkan juga karakter tingkat pemahaman mereka pada materi. Ada yang dengan cepat mengerti. Sementara ada yang perlu bimbingan dalam pengerjaannya. Meskipun demikian, kerja sama tim yang solid antara kami dan Realino SPM, ditambah semangat berbagi pengetahuan, membuat proses pengajaran tetap berjalan lancar. Kami berusaha memberikan pendidikan yang merata, melibatkan setiap anak tanpa memandang perbedaan sifat atau kemampuan mereka. Melalui pengalaman bersama anak-anak Bongsuwung ini, kami belajar bahwa kesabaran dan kerjasama adalah kunci utama dalam memberikan pendidikan yang baik terhadap karakter anak-anak yang berbeda-beda. Dalam memberikan pengajaran, tanpa sadar, kami juga menerima pelajaran berharga tentang keragaman, empati, dan kegigihan dalam menghadapi perbedaan. Tidak terasa waktu berjalan cepat hingga tiba di penghujung acara. Rasanya sangat senang sekaligus bangga melihat hasil karya mereka dimasukkan ke dalam tote bag masing-masing. Melalui hasil karya ini, kami melihat setiap anak memiliki ciri khas dan kreativitas yang unik dan berbeda-beda. Kami pun tidak melewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen ini sebagai memori pengalaman, kenangan kami dan tanda kebersamaan di Bongsuwung. Persiapan kegiatan ini tentu jauh dari sempurna. Kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar Realino SPM untuk keramahan, keterbukaan, dan kerjasama yang kami rasakan selama kegiatan. Acara mengajar di Bongsuwung kami rasakan sangat berkesan. Bagi kami, pendidikan keberagaman kepada anak-anak Bongsuwung bukan hanya sekadar pemenuhan program kerja, melainkan juga peluang membentuk generasi lebih toleran, terbuka pada perbedaan, khususnya pada anak-anak yang terpinggirkan. Tidak hanya itu, pendidikan keberagaman juga memiliki peran penting membentuk rasa cinta terhadap tanah air. Kami berharap melalui pengenalan keanekaragaman budaya dan kehidupan sekitar mereka, anak-anak Bongsuwung akan semakin menghargai nilai-nilai kebangsaan dan semangat persatuan. Ini sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda. Kami belajar inilah bentuk kontribusi sederhana mempersiapkan anak-anak, khususnya mereka yang tidak diperhatikan, menjadi generasi penerus bangsa yang cinta tanah air. Mimpinya, mereka siap meneruskan perjuangan para pahlawan kita. Kontributor: Keluarga Mahasiswa Antropologi (KeMAnt) UGM

Karya Pendidikan

‘Orang Muda Menemukan Makna’

Dalam rangka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024/2025, SMK PIKA Semarang menyelenggarakan Open House (Casa Abierta) yang mengambil tema ‘Orang Muda Menemukan Makna’. Kegiatan Open House yang dilaksanakan di SMK PIKA Semarang ini merupakan ajang promosi dan platform inklusif yang melibatkan berbagai tingkat pendidikan dan memperkuat keterlibatan komunitas pendidikan. Kegiatan ini diadakan pada 27-29 Februari dan 2 Maret 2024 sebagai puncak kegiatan Open House. Selain itu, karya-karya yang dihasilkan dari proyek siswa ini akan dipamerkan kepada siswa/i TK, SD, SMP, orang tua, dan tamu yang berkunjung ke SMK PIKA Semarang sebagai bentuk apresiasi, dengan harapan dapat meningkatkan motivasi siswa/i. ‘Orang Muda Menemukan Makna’ Tema ini dilatarbelakangi oleh pencarian orang muda dalam menentukan masa depan. Masa depan perlu dipersiapkan sejak dini dengan melihat, merasakan, dan menimbang pilihan-pilihan yang ada. Tidak jarang pilihan-pilihan yang tersedia itu perlu disesuaikan dengan bakat, minat, kebutuhan, keadaan, dan tantangan zaman. SMK PIKA Semarang menawarkan salah satu pilihan menjadi seorang spesialis di bidang perkayuan. Di era sekarang, teknologi perkayuan masih memiliki banyak peluang untuk dimasuki mengingat minimnya ahli perkayuan serta luasnya lapangan kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang masuk di dalamnya. Diharapkan dari tema tersebut para siswa/i TK, SD, SMP dan orang tua melihat dan menemukan makna, sehingga dapat lebih mantap dan yakin untuk sekolah dan menyekolahkan putra-putrinya ke SMK PIKA Semarang. Workshop tentang Furniture Selama tiga hari dari 27 – 28 Februari 2024 mulai dari pukul 08.00 – 15.00 SMK PIKA mengundang secara khusus beberapa SMP swasta di Kota Semarang. Dalam kesempatan ini ada beberapa kegiatan yaitu: presentasi furniture dari instruktur, sharing pengalaman siswa/i SMK PIKA, serta keliling (study tour) area bengkel, unit produksi, dan gedung teori di SMK PIKA. Acara diakhiri dengan sesi tanya-jawab di aula dan pemberian souvenir. Berikut merupakan SMP yang berkunjung ke SMK PIKA Semarang: 1 Selasa, 27 Februari 2024 2. Rabu, 28 Februari 2024 3. Kamis, 29 Februari 2024 Workshop dengan judul ‘Tips memilih furniture yang tepat’ dipresentasikan bukan hanya untuk memperkenalkan SMK PIKA, namun memberikan edukasi bagi para tamu yang datang agar dapat mengetahui ciri-ciri furniture yang layak. Dan ternyata sewaktu sesi tanya jawab, masih banyak orang yang belum mengetahui cara memilih furniture yang tepat. Setelah itu sharing oleh siswa/i SMK PIKA mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di PIKA dan model pembelajaran yang cukup unik. Study Tour, menjadi rangkaian kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh siswa/i SMP. Siswa/i SMP berkeliling dan diperkenalkan beberapa sudut yang ada di SMK PIKA. Siswa/i SMK PIKA selama open house masih berkegiatan belajar mengajar seperti menjalani praktek di bengkel pendidikan, hal ini memperlihatkan model pembelajaran di SMK PIKA sewaktu praktik. Kelas X yang sibuk dengan membuat sambungan serta finishing, lalu kelas XI yang sedang praktek melanjutkan proyek membuat kotak HP, dan kelas XII yang disibukkan dengan proyek membuat kursi yang telah mereka desain. Terdapat juga stand yang memperlihatkan karya/produk yang dibuat oleh para siswa/i SMK PIKA di masing-masing kelasnya. Banyak dari siswa/i SMP tertarik sewaktu mendatangi stand Barisan Suporter Orang-Orang PIKA (BASOOKA) dikarenakan ada maskot yang menari diselingi oleh pukulan drum dan nyanyian dari para penjaga stand BASOOKA. Puncak Perayaan Open House Sabtu, 2 Maret 2024 merupakan puncak dari kegiatan Open House. Beberapa kegiatan di dalamnya meliputi lomba untuk TK – SMP, tour PIKA, pameran produk dari Unit Produksi dan kreativitas anak-anak, stand makanan beraneka macam baik dari siswa/I PIKA dari tiap angkatan, maupun dari luar. Tidak hanya peserta lomba, banyak alumni dan pengunjung umum menyempatkan untuk berkeliling dan menikmati suasana pentas seni dan stand makanan. Berbagai lomba seperti lomba live sketch dan fotografi untuk siswa/i SMP, lalu lomba mewarnai dan menggambar untuk siswa/i TK dan SD. Para guru dari beberapa TK dan SD daerah kota Semarang serta orangtua tampak sangat antusias dalam mendampingi putra/i mereka. Kegiatan Open House kali ini juga melibatkan siswa/i SMK PIKA, mulai dari angkatan 50 sampai 52 untuk menampilkan pentas seni akhir acara. Beberapa ada yang menampilkan tarian modern maupun tradisional dan band. Masing-masing dari penampil mempunyai ciri khasnya yang membuat penampilan pada siang itu meriah. Dapat didengar sorakan-sorakan penonton yang ikut serta dalam menyemangati pada penampil pentas seni Open House ini. Selain pentas seni, di bagian belakang SMK PIKA terdapat bazar makanan. Beberapa stand makanan berasal dari siswa/i SMK PIKA angkatan 49 sampai 52. Masing-masing angkatan memperlihatkan kreativitas dalam berjualan makanan. Terlihat jelas stand Angkatan 51 menarik banyak perhatian dikarenakan ada permainan ‘Serok Ikan’ menggunakan kertas tisu. Beberapa pelanggan ada yang berhasil dan membawa pulang ikan yang dapat diseroknya. Di kantin SMK PIKA juga terdapat stand makanan dari luar yang meliputi bakso, telur gulung, dimsum, es krim, dan masih banyak lagi stand makanan lainnya. Area kantin menjadi area yang terus-menerus ramai dipenuhi oleh para tamu Open House, mulai dari anak kecil hingga orang tua. Ada pula spot dimana para alumni SMK PIKA berkumpul untuk sekedar makan dan bersenda gurau. Open House: Latihan Hospitalitas Acara Open House SMK PIKA bukan hanya untuk PPDB. Open House ini memiliki makna yang lebih dalam, mulai dari tema yang digunakan ‘Orang Muda Menemukan Makna’ hingga serangkaian acara yang dibuat sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan bagi siswa/i TK, SD, hingga SMP mengekspresikan kemampuannya. Acara ini juga sarana bagi peserta didik belajar menjadi tuan rumah yang baik, bisa menjadi panitia yang ramah, dan melatih jiwa kepemimpinan dan kerjasama di dalam kepanitiaan sehingga para peserta dan pengunjung merasa terbantu dalam mengenal SMK PIKA Semarang. Kontributor: Angellica Darmawan (PIKA 50)