Pilgrims of Christ’s Mission

Pelayanan Masyarakat

Bantuan APD untuk RS Panti Rahayu, Wonosari

Rm. Peter B. Devantara, SJ selaku koordinator Gerak Solidaritas Jesuit Indonesia memberikan perlengkapan APD, termasuk baju Hazmat, kepada RS. Panti Rahayu, Wonosari. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung gerak solidaritas ini sehingga kegiatan ini bisa terlaksana dan kita bersama bisa menghentikan pergerakan pandemi Covid-19. AMDG. #dirumahaja#solidaritascovid19#JesuitIndonesia#JesuitSolidarity#JesuitStories#JesuitInitiatives#lawancorona#IndonesiaLawanCovid19#bersatumelawancovid19

Pelayanan Spiritualitas

7 Strategi di Masa Pandemi secara Spiritualitas

1. Berdoa. Tuhan itu selalu mendengarkan. Saya sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan itu beserta kita. Sedekata kita dengan diri kita sendiri. Bahkan lebih dekat. Waktu saya berdoa, saya menantikan jawaban Tuhan.  Walaupun saya tidak selalu tahu bagaimana cara Tuhan akan menjawabnya, tetapi saya percaya bahwa Tuhan pasti akan menjawab. Ketika saya berdoa untuk orang lain, seperti ibu saya yang tinggal di kota lain, saya tahu bahwa mereka hadir bersama saya dalam doa seperti berada dalam ruangan yang sama. Dalam Tuhan yang hadir, kita semua disatukan. 2. Tetap Terhubung. Saya baru-baru ini menjalani karantina mandiri selama 14 hari setelah suami saya jatuh sakit dengan gejala mirip flu setelah kami kembali dari Eropa. (Kami semua sehat sekarang.) Saya menemukan bahwa keterhubungan melalui program seperti Zoom, Skype, atau Google Meet, atau SMS atau whatsapp, adalah cara terbaik untuk memelihara relasi dengan orang lain di luar karantina. Manusia itu memang mahluk sosial dan membutuhkan relasi. 3. Menyapa. Anda tidak sakit atau karantina mandiri? Perhatikanlah apa yang dibutuhkan sesama. Kita memang masih tetap menjaga jarak dengan membuat grup chat orang-orang di lingkunganku. Ketika saya tidak bisa ke luar, seorang teman mengirimkan rangkaian bunga dan juga minuman ke rumah kami. Jaga jarak tidak berarti akhir dari pelayanan. 4. Berterima kasih. Selalu ada sesuatu untuk disyukuri. Percayalah. Saat saya menulis ini, kedua anak saya yang dewasa sudah berada di rumah bersama kami, dan mereka semua sehat. Saya bersyukur atas obrolan bersama, makan bersama, dan rahmat kesehatan bagi kami semua. Rasa terima kasih memberikan kita perspektif. 5. Melambat. Saya sering berharap punya waktu lebih banyak untuk berkontemplasi. Hati-hati dengan harapan anda. Akan tetapi, waktu lebih banyak waktu untuk merenung dan memandang matahari terbit atau melihat pohon yang indah lewat jendela belakang rumah sungguh memberikan rasa damai. Membuat roti tentu saja membutuhkan lebih banyak waktu daripada membelinya. Namun proses itu membantu saya untuk hadir sepenuhnya dalam waktu itu, sambil merawat orang lain. Mungkin melambat adalah hadiah tersembunyi. 6. Melibatkan diri dalam pekerjaan bermakna. Para biksu selalu tahu prinsip ini, “kita membutuhkan keseimbangan antara pekerjaan, doa, dan waktu luang dalam kehidupan.” Saya seorang guru. Karena itu saya mencurahkan seluruh energi saya untuk mengajar mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi melalui sarana/platform jarak jauh, bekerja sesuai jam kantor, dan menemukan cara baru dan kreatif untuk membantu mahasiswa-mahasiswa saya bertumbuh dan belajar. Bahkan bagi mereka yang sudah pensiun atau tidak bekerja, tugas-tugas seperti membuat roti, memperbaiki kerusakan keci yang tertunda, atau mengatur foto ke dalam album dapat menjadi pekerjaan yang bermakna. 7. Cinta Cinta itu menular. Cinta, kata St. Ignatius, ditunjukkan dalam perbuatan, tidak hanya dalam kata-kata. Pernyataan ini menolong kita untuk berani mengatakan kepada orang lain, bahwa saya mencintai mereka. Bagaimana Anda ingin berbagi cinta hari ini? oleh Marina McCoy diterjemahkan dari https://www.ignatianspirituality.com/seven-spiritual-strategies-for-a-time-of-pandemic/

Pelayanan Spiritualitas

Day 8: Satu Bangsa Manusia

“Kita adalah satu bangsa manusia. Tidak ada kemanusiaan Kristiani atau kemanusiaan non-Kristiani. Kemanusiaan itu satu dan kita semua dicintai oleh Allah.” Inilah pesan utama Pater Arturo Sosa bagi kita semua. Melalui pesan ini, ia mengajak kita untuk terus mencari Roh Allah yang tak pernah berhenti berkarya untuk mempersatukan bangsa manusia. Roh-Nya mendorong kita keluar dari fanatisme kelompok yang sempit, sehingga kita dapat berkolaborasi untuk melewati momen krisis ini dan menciptakan dunia yang lebih baik. Menurut Pater Arturo Sosa, dunia yang lebih baik ini ditandai dengan struktur politik-ekonomi yang adil, sehingga setiap manusia dapat mengalami “hidup dalam segala kepenuhannya” (Yoh 10:10). Dunia semacam itu jugalah yang diperjuangkan oleh Yesus melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Sebelum sengsara-Nya, Ia berdoa kepada Bapa-Nya, agar murid-murid-Nya “menjadi satu”, sama seperti Ia dan Bapa-Nya adalah satu (Yoh 17:22). Demi mewujudkan persatuan bangsa manusia, Allah telah mengorbankan diri-Nya. Allah telah menunjukkan solidaritas-Nya pada manusia yang menderita. Kini, kala dunia tengah dihadapkan pada krisis luar biasa akibat pandemi Covid-19, kita semakin dipanggil untuk turut berkorban demi kebaikan bersama seluruh bangsa manusia. Kita mau melakukan ini karena kita semua telah menerima anugerah hidup baru. Kita kini tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri, tetapi bagi Dia yang telah mati dan dibangkitkan bagi kita (2Kor 5:15). Pada Hari Raya Paskah ini, kita dipanggil untuk memperbarui komitmen iman kita. Sejauh manakah kita mencoba mewujudkan iman sebagai upaya membangun persatuan bangsa manusia? #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #JesuitSolidarity #JesuitStories #JesuitInitiatives #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #bersatumelawancovid19

Pelayanan Gereja

Paroki Kampung Sawah Tanggap Wabah Pandemi Covid 19

Umat Stasi Stanislaus Kostka, Paroki St. Servatius Kampung Sawah melakukan gerakan solidaritas dengan membagikan Sembako  dan  vitamin sebanyak 300 paket untuk warga sekitar yang membutuhkan. Selain itu,umat Kampung Sawah juga membagikan 150 paket makan siang dengan 8 kali pembagian selama bulan April dan Mei 2020. Pada saat ramadhan nanti akan dibagikan juga paket takjil sebagai pengganti paket makan siang kepada warga sekitar untuk bekal buka puasa. Mari bersama @jesuitindonesia aktif berkoordinasi dan berkolaborasi dalam menghadapi wabah COVID-19. #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #JesuitSolidarity #JesuitStories #JesuitInitiatives #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #bersatumelawancovid19

Pelayanan Spiritualitas

Day 7: Kebaruan di Tengah Kesunyian

Paskah tahun ini terasa amat berbeda bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Kidung pujian yang penuh gegap gempita tak kita nyanyikan. Lonceng gereja yang meriah pun tak terdengar dentangnya. Kita berdiam di rumah masing-masing bersama keluarga terdekat atau bahkan hanya seorang diri. Kesunyian menyelimuti perayaan kita. Dalam kesunyian jugalah Yesus beralih dari kematian menuju kebangkitan. Kehidupan baru-Nya tidak berawal dengan perayaan meriah, tetapi dalam keheningan makam. Kebaruan hidup pertama-tama bukan soal perayaan meriah. Sebaliknya, sebagaimana dinyatakan oleh Pater Arturo Sosa, kebaruan hidup terjadi manakala “kita menjadi sadar akan pentingnya menjaga Kebaikan Bersama (Common Good) dan bersikap serius terhadap tanggung jawab pribadi masing-masing.” Sikap ini adalah buah dari kesungguhan mengubah diri dalam kehidupan sehari-hari.  Ini perlu kita lakukan bukan hanya untuk melewati krisis saat ini, melainkan juga untuk menciptakan dunia yang lebih baik setelah krisis ini berlalu. Pater Arturo Sosa mengingatkan, “Virus yang lebih mengerikan dari Covid-19 adalah ketidakadilan dunia yang menyebabkan begitu banyak orang tidak bisa hidup secara manusiawi.” Kita bisa mengusahakan kehidupan yang lebih baik bagi mereka apabila kita menjadikan krisis ini sebagai kesempatan memperbarui relasi-relasi dan struktur-struktur hidup bersama yang tidak adil. Inilah perutusan rekonsiliasi dan keadilan yang diemban Serikat Jesus pada zaman ini.  Suasana senyap Paskah kali ini boleh jadi merupakan undangan dari Tuhan agar kita berani meninggalkan hiruk-pikuk perayaan dan mulai mengusahakan perubahan nyata dalam hidup pribadi, komunitas, dan karya kita. Perubahan-perubahan apakah yang bisa kita lakukan bersama, agar dunia sungguh bisa menjadi “Rumah Kita Bersama”? #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #SerikatYesus #JesuitStories #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #BersatuMelawanCovid19

Pelayanan Spiritualitas

Day 6: Pandanglah Yesus yang tersalib.

Bagi Pater Arturo Sosa, sosok Kristus yang tersalib adalah pewahyuan Allah yang paling dalam. Dalam diri Yesus yang tersalib, kita melihat bagaimana Allah merelakan hidup-Nya, agar kita dapat hidup. Di tengah suasana kepekatan hari-hari ini, Pater Arturo Sosa mengundang kita untuk menempatkan diri di hadapan Yesus yang tersalib dan memandang Dia dalam-dalam. “Saat kita memandang Yesus yang tersalib, kita akan bisa melihat orang-orang yang tersalib dalam pandemi ini dan akibat ketidakadilan yang ada di dunia.” Dalam penderitaan merekalah kita menemukan Tuhan di tengah-tengah krisis ini; Tuhan yang memanggil kita untuk melakukan sesuatu bagi mereka. Pater Arturo Sosa mengajak kita menatap penderitaan Yesus bukan hanya sebagai peristiwa sejarah yang terjadi dua ribu tahun lalu. Beliau mengingatkan kita bahwa hari-hari ini Kristus yang tersalib hadir sangat dekat dengan kita. Kenalan, sahabat, ataupun keluarga kita mungkin tengah berada di rumah sakit atau sudah wafat karena wabah Covid-19. Situasi ini bisa membuat kita merasa betul-betul tidak berdaya. Namun, setiap hari kita juga melihat bagaimana tenaga medis mengorbankan diri untuk membantu mereka yang menjadi korban Covid-19. Seperti Hamba Yahweh (Yes 52), merekalah yang hari-hari ini menanggung penyakit kita dan memikul kesengsaraan kita. Berkat wafat Kristus, kita beroleh hidup. Kini, Ia meminta kita memberikan diri, agar mereka yang menderita juga dapat memperoleh hidup. Apakah tindakan nyata yang dapat kita lakukan sebagai wujud solidaritas pada Kristus yang tersalib dan mereka yang tengah menderita? #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #SerikatYesus #JesuitStories #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #BersatuMelawanCovid19

Pelayanan Masyarakat

School from Home

Frater Aditya Christie SJ memberikan pelajaran agama daring bagi kelas X SMA Kolese Gonzaga, Jakarta.  Tema yang diangkatnya adalah menemukan  Tuhan dalam segala (finding God in all things). Pembelajaran daring ditempuh sebagai physical distancing guna menghindari penularan virus corona di lembaga pendidikan. Kita berharap semoga para pendidik dan murid di mana pun dianugerahi daya tahan, kesehatan, dan kreativitas dalam masa Covid19 ini.  #dirumahaja #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #JesuitSolidarity #JesuitStories #JesuitInitiatives #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #bersatumelawancovid19

Pelayanan Spiritualitas

Day 5: Keberanian Mengambil Risiko

“Kita tidak boleh membiarkan diri didikte oleh ketakutan. Kita harus dibimbing oleh keberanian.” Pesan yang amat menantang dari Pater Arturo Sosa ini didasarkan pada kutipan dari Surat kepada Orang Ibrani (Ibr 2:14-18) yang menegaskan bahwa Kristus telah membebaskan kita dari perhambaan pada rasa takut akan maut. Menurut Pater Jenderal, “kalau kita membiarkan diri dipenjara oleh rasa takut, kita hanya akan menjadi budaknya.” Kita menjadi jauh dari Roh Allah yang ingin membimbing kita untuk berani mengambil risiko dan memunculkan inisiatif-inisiatif baru yang dituntut oleh krisis ini. Pada hari Kamis Putih ini, kita juga diingatkan bahwa Yesus pun memilih untuk berani mengambil risiko. Ia bukannya tidak mengalami ketakutan saat berdoa di Taman Getsemani. “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh dalam berdoa” (Luk 22:44). Doa memberikan Dia kekuatan, sehingga pada akhirnya, Ia berani memilih untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu kecuali apabila Aku meminum-Nya, jadilah kehendak-Mu” (Mat 26:42). Yesus menunjukkan bahwa doa dapat memberikan kita karunia keberanian untuk melaksanakan kehendak Allah dan menanggung segala risikonya. Keberanian Yesus memberikan hidup-Nya ini kita kenangkan dalam Perayaan Ekaristi. Namun, Ekaristi bukan hanya sekadar mengenangkan pemberian diri Yesus. Ekaristi juga merupakan saat menghadirkan kembali pemberian diri Yesus, sehingga kita dikuatkan dalam mengikuti Dia. Maka dari itu, kita bisa bertanya: Apakah kita lebih cenderung dikuasai ketakutan? Atau, apakah kita berani mengambil risiko berinisiatif, sehingga hidup kita menjadi kesaksian kasih Allah yang tanpa batas?  #dirumahaja #solidaritascovid19 #JesuitIndonesia #JesuitSolidarity #JesuitStories #JesuitInitiatives #lawancorona #IndonesiaLawanCovid19 #bersatumelawancovid19