Paskah tahun ini terasa amat berbeda bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Kidung pujian yang penuh gegap gempita tak kita nyanyikan. Lonceng gereja yang meriah pun tak terdengar dentangnya. Kita berdiam di rumah masing-masing bersama keluarga terdekat atau bahkan hanya seorang diri. Kesunyian menyelimuti perayaan kita.
Dalam kesunyian jugalah Yesus beralih dari kematian menuju kebangkitan. Kehidupan baru-Nya tidak berawal dengan perayaan meriah, tetapi dalam keheningan makam.
Kebaruan hidup pertama-tama bukan soal perayaan meriah. Sebaliknya, sebagaimana dinyatakan oleh Pater Arturo Sosa, kebaruan hidup terjadi manakala “kita menjadi sadar akan pentingnya menjaga Kebaikan Bersama (Common Good) dan bersikap serius terhadap tanggung jawab pribadi masing-masing.” Sikap ini adalah buah dari kesungguhan mengubah diri dalam kehidupan sehari-hari.
Ini perlu kita lakukan bukan hanya untuk melewati krisis saat ini, melainkan juga untuk menciptakan dunia yang lebih baik setelah krisis ini berlalu. Pater Arturo Sosa mengingatkan, “Virus yang lebih mengerikan dari Covid-19 adalah ketidakadilan dunia yang menyebabkan begitu banyak orang tidak bisa hidup secara manusiawi.” Kita bisa mengusahakan kehidupan yang lebih baik bagi mereka apabila kita menjadikan krisis ini sebagai kesempatan memperbarui relasi-relasi dan struktur-struktur hidup bersama yang tidak adil. Inilah perutusan rekonsiliasi dan keadilan yang diemban Serikat Jesus pada zaman ini.
Suasana senyap Paskah kali ini boleh jadi merupakan undangan dari Tuhan agar kita berani meninggalkan hiruk-pikuk perayaan dan mulai mengusahakan perubahan nyata dalam hidup pribadi, komunitas, dan karya kita. Perubahan-perubahan apakah yang bisa kita lakukan bersama, agar dunia sungguh bisa menjadi “Rumah Kita Bersama”?
- #solidaritascovid19
- #JesuitIndonesia
- #SerikatYesus
- #JesuitStories
- #lawancorona
- #IndonesiaLawanCovid19
- #BersatuMelawanCovid19