capture imaginations, awaken desires, unite the Jesuits and Collaborators in Christ mission

Pendidikan Jesuit untuk Indonesia

Date

Keterlibatan Serikat Jesus dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia hadir melalui layanan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Seluruh upaya diarahkan untuk menjawab kebutuhan sesuai dengan tuntutan zaman agar mereka menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang mencintai Tuhan dan peduli pada sesama. Serikat Jesus Provinsi Indonesia sendiri saat ini sudah menyediakan 94 orang untuk terlibat aktif dalam dunia pendidikan, baik dalam level kebijakan, pendampingan iman dan karakter, maupun sebagai pendidik atau guru dan dosen. 

Dalam rangka peringatan 50 tahun Provindo, diadakanlah webinar bertajuk Pendidikan Jesuit untuk Indonesia. Webinar ini adalah satu dari rangkaian webinar yang diselenggarakan oleh panitia Tahun Ignatian dan 50 tahun Provindo. Webinar ini dilaksanakan pada Kamis, 14 Oktober 2021, pukul 19.00 – 21.30 WIB via zoom. Ada sekitar 400-an orang berpartisipasi di dalamnya. Webinar ini dimoderatori oleh Ibu Victoria Ananingsih, ST., M.Sc,. Ph.D., alumna SMA Kolese Loyola, Semarang. Ada tiga narasumber untuk mengupas tema ini, yaitu Pater Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. dari Universitas Sanata Dharma, Ibu M.M. Sudewi Fajarina, S.Si., M.Sc. dari SMA Kolese de Britto, dan Pater Eduardus Calistus Ratu Dopo, S.J., M.E. dari SMA Kolese Kanisius, Jakarta. 

Acara ini dibuka oleh Pater Provinsial, Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dengan menyajikan informasi dan refleksi mengenai dunia pendidikan bagi Serikat Jesus. Ia mengatakan, “Santo Ignatius membayangkan para Jesuit menjadi pengkhotbah atau pengajar yang berkeliling ke mana-mana, idealnya para Jesuit mengajar namun bukan secara formal. Mereka mengajar dalam ruang publik dan ikut dalam perdebatan-perdebatan. Atas permintaan orang lain didirikanlah kolese pertama di Messina, Italia pada tahun 1548. Namun sejak kolese ini dibuka, muncullah pemahaman akan strategi pendidikan untuk kaum muda. Sejak saat itu, Jesuit terbuka pada dunia pendidikan.” Di Indonesia sendiri, kolese pertama yang dibangun adalah Kolese Xaverius di Muntilan pada tahun 1910. Pengalaman ini menyadarkan Serikat Jesus untuk melihat nilai strategis dunia pendidikan dalam membangun Gereja dan dunia. 

Sebagian para peserta yang mengikuti seri Webinar Jesuit Indonesia.

Pater Edu sebagai pembicara pertama membagikan kekhasan pendidikan Jesuit. Ia menjelaskan bahwa Jesuit selalu berjalan bersama pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Sekolah Jesuit tidak membuat kurikulum sendiri. Sekolah-sekolah Jesuit justru menjalankan kurikulum dari pemerintah dalam kerangka pedagogi Ignatian dengan kekhasannya yaitu 4C: Competence, Conscience, Compassion, dan Commitment. Sumbangan Pendidikan Jesuit untuk Indonesia adalah pendekatan Pedagogi Ignatian yang menghasilkan pendidikan menyeluruh dan menjadikan anak didik menjadi pribadi seutuhnya sesuai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam preambule UUD 1945. 

Ibu Dewi sebagai pengajar di SMA Kolese de Britto memberikan pengalamannya mengajar biologi secara kreatif. Model pengajarannya tidak hanya berdasar buku teks melainkan melalui aksi nyata seperti mengajak para murid untuk bersepeda atau berjalan kaki ketika mereka pergi ke suatu tempat. Juga menumbuhkan kesadaran dan kepedulian pada permasalahan tentang lingkungan, misalnya dengan mematikan lampu, AC, atau alat listrik lain ketika tidak dipakai, serta merawat tanaman untuk mengurangi global warming. Ia juga mengisahkan bahwa dalam setiap pengalaman belajar yang dialami muncul perasaan syukur ketika bersinggungan dengan objek makhluk hidup dan lingkungannya. Ada juga rasa kagum,  gembira, pantang menyerah, dan kerja keras. Dengan belajar biologi para siswa dapat memiliki wawasan baru, lebih mencintai alam dan peduli terhadap lingkungan sekitar, dan ada kesadaran untuk menjaga dan merawat bumi sebagai rumah kita bersama. 

Pater Wiryono, sebagai pembicara ketiga, membagikan perkembangan pendidikan tinggi yang dikelola oleh Jesuit. Ia menyatakan bahwa perkembangan yang ada dari pendidikan tinggi Jesuit tidak lepas dari para rekan berkarya yang setia pada misi Serikat Jesus di dunia pendidikan. Ia menambahkan kesannya terhadap para kolaborator atau rekan berkarya, “Sepanjang waktu, Serikat menerima dukungan tidak ternilai dari para sahabat dan kolaborator dalam perutusan. Tradisi ini terus berlangsung hingga saat ini dengan menggunakan metode-metode baru untuk menanggapi zaman. Kami, para Jesuit, adalah para kolaborator dalam sebuah perutusan yang bukan milik kami semata, tetapi perutusan Kristus.”

Banyak peserta terkesan dengan webinar ini karena semakin memberikan inspirasi dalam mengejawantahkan pendidikan di  Indonesia dengan landasan Spiritualitas Ignatian untuk masa depan orang muda. Webinar ini memunculkan pemahaman bahwa Serikat Jesus memberikan warna pada ranah pendidikan Indonesia. Dengan pendekatan pedagogi Ignatian, Serikat Jesus melalui sekolah-sekolah yang dikelolanya, mampu menyiapkan kaum muda yang tak hanya pandai namun juga berkarakter dan punya semangat militansi untuk membela serta membangun Gereja dan negara. Banyak pemimpin muncul dari kolese-kolese yang didirikan oleh Serikat Jesus. 

Serikat Jesus dalam menjalankan misinya di dunia pendidikan Indonesia telah berperan selama bertahun-tahun untuk terus mengembangkan Gereja dan juga negara. Banyak guru atau katekis di berbagai daerah terpencil merupakan lulusan sekolah Jesuit. Begitu juga dengan pemimpin-pemimpin daerah di beberapa kota yang juga merupakan lulusan sekolah Jesuit. Ini merupakan tanda bahwa Paradigma Pendidikan Ignatian mampu mendidik manusia seutuhnya, memanusiakan manusia, dan menjadikan manusia bagi sesama manusia. Pendidikan Jesuit telah menginspirasi banyak guru dan menumbuhkan rasa semakin cinta pada dunia pendidikan yang unggul dan humanis. Dalam merambatkan iman di sekolah-sekolah, Jesuit tidak berdiri sendiri melainkan berjalan bersama pemerintah dan menguatkan kurikulum yang ada dengan paradigma yang khas. 

Kontributor : Ignatius Windar Santoso, S.J.

More
articles

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *