Pilgrims of Christ’s Mission

Prompang

Prompang

Merawat Kultur Promosi Panggilan

Refleksi Minggu Panggilan 2025 Pada Hari Minggu (11/5), Gereja Universal merayakan Hari Minggu Paskah IV, yang juga dikenal sebagai Hari Minggu Gembala Baik. Dalam tradisi Gereja, hari ini secara khusus dirayakan sebagai Hari Minggu Panggilan. Tim Promosi Panggilan menerima undangan dari beberapa Paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan Keuskupan Agung Semarang (KAS). Para frater, bruder, dan imam Jesuit turut ambil bagian dalam memeriahkan beragam kegiatan seperti live in, “Ngopi Bareng Jesuit”, dinamika bersama orang muda, hingga menyampaikan homili dalam Perayaan Ekaristi. Tulisan ini merupakan refleksi sekaligus dokumentasi atas keterlibatan tersebut.   Safari panggilan di KAJ terpusat di Kolese Hermanum (Kolman), Jakarta. Lebih dari sepuluh paroki di KAJ mengundang para Jesuit untuk terlibat. Paroki-paroki tersebut antara lain: Paroki Katedral, Kramat, Rawamangun, Serpong, Toasebio, Kranggan, Pamulang, Blok B, Bekasi Utara, Tangerang, Kampung Sawah, dan Mangga Besar. Para Jesuit terlibat dalam sejumlah kegiatan mulai dari live in, mengisi paduan suara, menyanyikan Mazmur Tanggapan, sesi “Ngopi Bareng Jesuit,” talkshow panggilan dengan kaum muda, membantu membagikan komuni, dan berbagi kisah panggilan dalam homili.   Di wilayah KAS, safari panggilan terpusat di Kolese Santo Ignatius (Kolsani), Kotabaru, Yogyakarta. Sebanyak sepuluh paroki mengundang para Jesuit untuk terlibat. Paroki-paroki tersebut antara lain Paroki Babadan, Warak, Boro, Gedangan, Purbayan, Solo Baru, Palur, Brayut, Wedi, dan Kotabaru. Para Jesuit terlibat dalam sejumlah kegiatan mulai dari live in di rumah umat, memilah sampah dan membersihkan lingkungan, ziarah ke Gua Maria, sesi “Ngopi Bareng Jesuit,” rekoleksi PIA/PIR, dan membantu imam untuk asistensi membagi komuni atau menyampaikan homili.    Seorang umat dari Paroki St. Yohanes Paulus II, Brayut, Yogyakarta, sangat bersyukur karena umat bisa berjumpa dengan para Jesuit dan perjumpaan itu sangat bermakna. Paroki tersebut belum memiliki biarawan-biarawati asli Paroki Brayut. Umat tersebut menambahkan, “Dengan kehadiran para biarawan-biarawati, diharapkan tumbuh ketertarikan untuk mengikuti mereka, bekerja bersama umat Allah untuk masa depan Gereja.”   Seorang anak dari Paroki Kristus Raja, Solo Baru, juga bersyukur bisa berjumpa dengan para Jesuit dan mendapatkan banyak merchandise menarik seperti kaos, gantungan kunci, dan kertas doa. Anak tersebut memiliki panggilan untuk menjadi seorang imam. Kehadiran dua Frater Jesuit di Paroki Kristus Raja Solo Baru membuatnya bersukacita karena bisa berjumpa dan berbagi pengalaman.   Sr. Colleta, AK, dari Paroki Wedi, Klaten, memberikan kesaksian demikian. “Kehadiran semua peserta live in di paroki wedi adalah karya Roh Kudus yang menggerakkan umat untuk hadir. Kehadiran dua Frater Jesuit melengkapi dinamika kegiatan kami. Terimakasih atas kebersamaan selama live in, ziarah ke Gua Maria Giri Wening, dan kegiatan bersama anak-anak. Semoga tumbuh benih benih panggilan dari Paroki Wedi.”   Pada 12 April 2021, Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. menulis kepada seluruh Superior Mayor mengenai pentingnya meningkatkan usaha-usaha dalam mempromosikan panggilan Serikat Jesus. Hari Minggu Panggilan menjadi momen istimewa bagi para Jesuit untuk merawat kultur promosi panggilan sebagaimana diamanatkan oleh Pater Jenderal.    Dalam sebuah sesi dalam momen Bulan Imamat 2025, Pater Benediktus Hari Juliawan, SJ, menyampaikan bahwa Paroki sangat berperan penting dalam menyuburkan benih panggilan hidup membiara. Kita patut bersyukur karena Serikat Jesus Provindo masih mendapatkan kepercayaan dari sejumlah Keuskupan untuk berkarya di Paroki, yang dalam banyak kasus menjadi sumber panggilan baru bagi Serikat.    Paus Fransiskus, dalam Evangelii Gaudium, menulis, “Banyak tempat sedang mengalami kelangkaan panggilan imamat dan hidup bakti. Hal ini seringkali disebabkan oleh kurangnya semangat kerasulan yang menyebar ke dalam komunitas-komunitas yang mengakibatkan dinginnya semangat dan daya tarik. […] Bahkan di paroki-paroki…hidup persaudaraan dan semangat komunitas dapat membangkitkan dalam diri kaum muda keinginan untuk mempersembahkan diri mereka sepenuhnya kepada Allah,” (EG 107). Secara kasat mata, safari panggilan seolah-olah menempatkan para religius sebagai objek yang bisa ditonton, dipertunjukkan, mendapatkan tepuk tangan dan lain sebagainya. Akan tetapi, lebih dalam dari itu, safari panggilan ke paroki justru menempatkan para religius sebagai subjek evangelisasi yang mampu menggerakkan orang muda untuk lebih peka mendengarkan panggilan Tuhan, khususnya panggilan hidup membiara. Perspektif mana yang kita pilih menentukan cara kita untuk merawat kultur promosi panggilan, khususnya bagi Serikat Jesus. Di tengah arus zaman yang seringkali sunyi akan suara panggilan, kehadiran para Jesuit di paroki-paroki dalam safari panggilan menjadi kesaksian hidup yang mampu menggugah hati dan mengajak orang muda bertanya, Tuhan memanggilku untuk apa? Oleh karena itu, membangun kultur promosi panggilan bukanlah semata strategi komunikasi, melainkan tindakan pastoral yang mendalam, yaitu menumbuhkan kepekaan akan suara Tuhan yang tetap memanggil di tengah riuhnya zaman.   Dengan semangat ini, Serikat Jesus Provindo dapat terus melangkah, mempersiapkan para Jesuit muda untuk menjawab panggilan dengan hati penuh harapan.   Kontributor: Schs. Tomas Becket Pramudita, S.J. dan Ignatius Dio Ernanda Johandika, S.J.

Prompang

Banyak Tuaian, Sedikit Pekerja

Minggu, 21 April 2024, seluruh umat Katolik di dunia merayakan Hari Minggu Paskah IV, sekaligus juga memperingati Hari Minggu Panggilan. Pada kesempatan itu, para frater SJ dari Komunitas Kolese Hermanum, Jakarta, melakukan aksi panggilan di beberapa paroki Keuskupan Agung Jakarta, seperti Paroki Hati Kudus Kramat, Kristus Salvator Slipi, Keluarga Kudus Rawamangun, Hati St. Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang, St. Bonaventura Pulomas, St. Helena Curug, St. Monika Serpong, St. Maria de Fatima Toasebio, Wisma SY Depok, dan Katedral Jakarta. Bahkan, aksi panggilan di beberapa paroki dilangsungkan selama beberapa hari dalam bentuk live in. Contohnya adalah Paroki St. Maria de Fatima Toasebio yang menggelar aksi panggilan sejak Jumat-Minggu, 19-21 April 2024. Sedangkan live in di Paroki St. Monika Serpong dan Hati St. Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang dilaksanakan sejak Sabtu, 20 April 2024.   Para umat sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan aksi panggilan. Mereka ikut berbagi cerita, bernyanyi, menari, dan bermain games bersama para frater yang berkunjung ke paroki mereka. Banyaknya umat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan aksi panggilan ini tentu menjadi hal yang menggembirakan. Secara kasat mata, tampak bahwa umat tumbuh dari segi kuantitas. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, pada 3 Maret 2023 bahwa jumlah umat Katolik mengalami peningkatan 1,3 % dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi, peningkatan itu tidak diimbangi dengan jumlah imam, seminaris, dan religius perempuan. Jumlah imam dan biarawan/biarawati tidak meningkat tetapi malah terus berkurang. Secara global, jumlah imam turun 0,57 %, jumlah seminaris turun 1,8 %, dan jumlah religius perempuan turun 1,7 %.     Turunnya jumlah imam, seminaris, dan religius wanita ini menjadi keprihatinan kita bersama. Di saat tuaian ada banyak dan terus mengalami peningkatan, jumlah pekerja malah sedikit dan terus berkurang. Menanggapi hal itu, aksi panggilan para frater SJ menjadi salah satu bentuk usaha untuk menumbuhkan benih-benih panggilan di tengah umat. Hidup religius perlu dikenalkan kepada umat sejak usia dini. Maka dari itu,beberapa paroki, seperti Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, St. Helena Curug, dan Katedral Jakarta mendandani anak-anak BIA paroki masing-masing dengan pakaian romo dan suster cilik. Para romo dan suster cilik ini tidak hanya sekadar berpakaian layaknya romo dan suster, namun juga mengikuti perarakan misa. Hal ini memberi kesan tersendiri bagi anak-anak BIA dan diharapkan dapat menjadi pemantik tumbuhnya panggilan di antara mereka. Tak jarang benih panggilan itu muncul melalui hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya, seperti karena tertarik pada jubah.   Benih panggilan perlu kita dukung dan kita doakan bersama-sama. Kita berharap agar anak-anak muda zaman sekarang semakin peka dan tidak tuli akan panggilan khusus dari Allah serta berani menanggapinya. Amin.   Kontributor: S Mikael Tri Karitasanto, S.J.

Prompang

Asa Panggilan di Tengah Tawaran Dunia

Kamu mau jadi dokter? Akuntan? Arsitek? Pengacara? Atau lainnya? Ada banyak tawaran cita-cita pekerjaan yang dimiliki oleh anak muda. Untuk mencapai cita-cita itu, seorang anak harus melalui tahapan pendidikan khusus, seperti pendidikan sarjana. Kolese Kanisius dan Kolese Gonzaga berupaya menjembatani anak-anak didiknya untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kampus-kampus terbaik beserta jurusannya dengan menggelar edufair. Edufair di Kolese Kanisius berlangsung pada 2-3 September, sedangkan di Kolese Gonzaga berlangsung pada 15-16 September 2023. Prompang SJ turut berpartisipasi pada kegiatan edufair di kedua kolese tersebut. Pada kesempatan ini, Prompang SJ mencoba menawarkan pilihan lain yang ditawarkan kampus-kampus lain yang juga ikut berpartisipasi, yaitu pilihan untuk menjadi seorang Jesuit. Pilihan ini terkesan aneh bagi sebagian orang. Di tengah hiruk-pikuk dunia dengan berbagai tawarannya, masih adakah anak muda yang tertarik menjadi seorang biarawan atau religius? Jawabannya adalah “ada.” Edufair di Kolese Kanisius dan Gonzaga memiliki buktinya. Pada gelaran edufair ini, para siswa Kolese Kanisius yang semuanya laki-laki dan para siswa Kolese Gonzaga, khususnya yang laki-laki, sangat antusias mengunjungi booth Prompang SJ. Seperti biasa, Prompang SJ menggelar acara Ngopi Bareng Jesuit di booth-nya. Melalui acara Ngopi Bareng Jesuit itu, para siswa yang berkunjung dapat minum kopi gratis sambil bertanya-jawab dengan para Jesuit mengenai sejarah Serikat Jesus dan Spiritualitas Ignatian. Selain itu, para siswa juga dapat berbagi cerita mengenai pergulatan hidup mereka, terutama mengenai panggilan hidup. Dari cerita-cerita mereka itulah diketahui bahwa beberapa di antara mereka memiliki ketertarikan untuk menjadi seorang Jesuit. Ada yang berencana bergabung ke dalam Serikat Jesus setelah lulus SMA. Ada pula yang berencana bergabung namun dengan terlebih dahulu menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana. Mereka yang berencana bergabung setelah lulus SMA harus terlebih dahulu mengikuti program KPA (Kelas Persiapan Atas) di seminari, sedangkan mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana dapat bergabung dengan terlebih dahulu mengikuti program rekoleksi promosi panggilan SJ. Booth Prompang SJ tidak hanya dikunjungi oleh para siswa Kolese Kanisius dan Gonzaga, namun juga dikunjungi oleh para orang tua siswa. Para orang tua siswa yang berkunjung menyatakan dukungannya seandainya anaknya memiliki keinginan untuk menjadi seorang Jesuit. Dukungan orang tua dan keluarga merupakan hal penting bagi para calon Jesuit untuk semakin memantapkan panggilannya. Gelaran edufair di Kolese Kanisius dan Gonzaga menjadi bukti bahwa benih panggilan tersebar di tengah tawaran dunia yang beragam. Panggilan untuk menjadi seorang Jesuit masih menjadi pilihan bagi sebagian anak muda. Kolese-Kolese yang dikelola para Jesuit memiliki peran penting dalam menumbuhkan benih panggilan itu melalui perjumpaan-perjumpaan yang terjadi. Kontributor: S. Mikael Tri Karitasanto, S.J – Prompang SJ

Prompang

Panggilan Profetis dan Siap Sedia

Dalam satu tubuh Serikat Jesus terdapat sepasang sayap, yaitu sayap para imam dan sayap para bruder. Keduanya sama-sama mempunyai peran penting. Betapa pun tubuh Serikat berciri klerikal, namun para Bruder ikut serta dalam imamat umum umat beriman (imamat baptisan). Jati diri imamat dikembalikan pada pelayanan, bukan hanya status. Panggilan Bruder di sini memberi sumbangan akan aspek perutusan (misioner), kemendasaran identitas panggilan (to be, more than to do). Ada dua ciri dasar yang menyertai yaitu profetis dan kesiapsediaan. Kedua ciri ini menjadi landasan pelayanan. Bukan semata apa yang kita lakukan atau perbuat, namun siapa kita ini, jati diri, dan hidup kita. Kesadaran akan identitas Bruder Jesuit di atas menjadi salah satu tema yang didalami saat pertemuan para bruder Provindo. Selain studi bersama, ada juga kegiatan outing dan rekoleksi untuk merenungkan kisah hidup St. Alfonsus Rodriguez, pelindung Para Bruder Jesuit. Pertemuan ini dihadiri oleh tujuh belas bruder, dua novis bruder, dan Pater Krispurwana Cahyadi, S.J. sebagai pendamping. Pada hari pertama pertemuan, para bruder saling berbagi suka-duka dalam perutusan. Br. Rajak Spendoyo, S.J. membagikan pengalaman karyanya di Rumah Retret Civita. Ia menceritakan tantangan pandemi yang menerpa karya rumah retret dan strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk tetap dapat menjalankan karya tersebut. Br. Norbertus Mujiyana, S.J. menceritakan pengalaman perutusannya di Seminari Mertoyudan yang tak lepas dari pergumulan menghidupi panggilan sebagai bruder Jesuit di tengah para siswa yang bercita-cita menjadi imam. Masih banyak lagi kisah-kisah suka duka para bruder. Jika tertarik untuk mendengarkannya, bisa langsung menjumpai para Bruder Jesuit. Pada hari kedua, dua belas bruder ber-outing ria ke Sidomukti Bandungan sembari menikmati kopi dan pemandangan yang indah. Para bruder dapat bercengkrama dengan penuh keakraban. Yang menarik, meski rentang usia antar bruder terpaut cukup jauh, namun rasanya tidak ada jarak. Yang muda bisa dengan mudah bercengkrama dengan yang senior dan sebaliknya. Sorenya, di hari yang sama, para bruder berkumpul lagi di Girisonta untuk membahas strategi Promosi panggilan Bruder SJ. Ada beberapa ide dan gagasan yang muncul, yaitu (1) panggilan menjadi Jesuit adalah panggilan yang utama sedangkan menjadi bruder dan imam adalah sarana. Oleh karena itu, panggilan menjadi bruder semestinya juga menjadi tanggung jawab semua Jesuit. Pandangan yang keliru adalah bahwa panggilan bruder itu berarti yang bertanggungjawab hanyalah para bruder saja. (2) Para bruder perlu terlibat secara lebih aktif ke luar, bertemu dengan semakin banyak orang, khususnya orang muda, agar panggilan bruder semakin dikenal. Misalnya, membentuk tim kecil untuk mengisi kegiatan-kegiatan retret, rekoleksi, live in bagi para siswa kolese atau pun sekolah-sekolah lain. (3) Perlu meningkatkan atau mengintensifkan lagi kegiatan kunjungan ke keluarga-keluarga (baik itu keluarga Jesuit maupun umat) dan menjadikan keluarga sebagai basis panggilan dalam hidup menggereja, khususnya untuk panggilan bruder Jesuit. Malam harinya Pater Krispur, S.J. memberikan puncta permenungan yang berisikan poin-poin penting pertemuan para bruder di Roma serta bahan-bahan audiensi para bruder dengan Pater Jenderal dan Paus Fransiskus. Di hari ketiga, para bruder lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdoa dan sharing mengenai (1) Apa yang membuat saya bangga dan bahagia sebagai bruder? (2) Bagaimana saya bisa semakin belajar menjadi kecil, memberi dari yang sedikit, dan setia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan biasa dan harian dalam kesederhanaan? dan (3) Bagaimana kehadiran bruder dapat semakin menumbuhkan tubuh rasuli Serikat, dan menyuburkan panggilan Jesuit (juga kesuburan hidup para imam)? Di hari terakhir ini, para bruder merayakan sukacita pertemuan dengan perayaan Ekaristi peringatan St. Alfonsus Rodriguez, S.J. di Kapel Domus Patrum Novisiat St. Stanislaus Kostka. Para bruder sepakat bahwa kerendahan hati dan kesederhanaan keutamaan yang harus diusahakan dan diteladani dari St. Alfonsus. Sebelum misa, para bruder berfoto bersama terlebih dahulu. Istimewanya, kali ini semua bruder mengenakan jubah. Selamat Pesta St. Alfonsus Rodriguez, S.J. Kontributor: Br. Antonius Dieng Karnedi, S.J. – Prompang SJ

Prompang

Perjumpaan dengan Jesuit di Paroki Sukasari Bogor & Kolese de Britto

Perjumpaan pertama selalu menjadi peristiwa penting yang akan menentukan langkah selanjutnya. Jika perjumpaan pertama tersebut menyentuh sanubari seseorang, biasanya dia akan melanjutkannya ke relasi yang lebih dalam. Akan tetapi, jika tidak menyentuh, maka orang tersebut cepat atau lambat akan menjauh dan berhenti pada perjumpaan itu saja. Acara “Expo Panggilan” di Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari Bogor dan Edufair di SMA Kolese de Britto Yogyakarta menjadi kesempatan bagi para Jesuit untuk membuat perjumpaan-perjumpaan, bahkan mungkin perjumpaan pertama. Perjumpaan ini menjadi kesempatan untuk saling memperkenalkan diri dan semoga menjadi pondasi relasi yang lebih dalam dengan berbagai pribadi dari latar belakang berbeda, termasuk juga para religius dari berbagai ordo/ tarekat/ diosesan. Dalam kesempatan inilah masing-masing pribadi dapat saling mengenal dan mengetahui keunikannya. Acara “Expo Panggilan” di Paroki Sukasari, Bogor diadakan pada Jumat, 14 Oktober 2022 hingga Minggu, 16 Oktober 2022. Empat Jesuit dari Kolese Hermanum (Frs. Cahyo, Mikael, Hari, dan Yohan) berpartisipasi dalam acara ini. Acara ini juga diadakan dalam rangka memeriahkan rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari Bogor ke-60. Ada beberapa komunitas religius lainnya yang juga hadir dalam acara ini, yaitu para religius dari OFM, FMM, RGS, SFS, PRR, Seminari Tinggi Petrus Paulus Bogor, dan Seminari Menengah Stella Maris Bogor. Setelah saling berkenalan satu sama lain di aula paroki, para peserta expo ini menjalani live in di rumah-rumah umat. Selama live in, kami menikmati setiap perbincangan dengan anggota keluarga dan ikut berdinamika dalam kegiatan lingkungan. Dalam dinamika inilah, kami dapat saling meneguhkan setiap peran dan panggilan hidup kami masing-masing. Sabtu, 15 Oktober 2022, semua peserta live-in berkumpul kembali di aula paroki untuk mempersiapkan stand yang disediakan untuk masing-masing ordo/ tarekat religius. Setiap komunitas religius menunjukkan daya kreatifnya dalam mengatur, menata, dan menghias stand-nya. Setiap stand memiliki kekhasannya masing-masing. Jesuit menampilkan stand dengan konsep “Ngopi bareng Jesuit”. Ada beberapa menu andalan di dalamnya, seperti “Kopi Gratis,” “Ngobrol Asyik,” “Foto Narsis,” dan “Tik-Tok Eksis”. Tampaknya konsep “Ngopi bareng Jesuit” cukup menarik dan memikat perhatian umat. Banyak umat dari berbagai kalangan datang ke stand Jesuit. Ternyata banyak dari mereka yang belum mengetahui siapa itu Jesuit dan apa itu Serikat Jesus. Wajarlah kalau belum banyak yang tahu karena saat ini Ordo Serikat Jesus tidak hadir dan berkarya secara langsung di Keuskupan Bogor. Pada waktu yang bersamaan, kegiatan perjumpaan dengan Jesuit juga dilaksanakan di SMA Kolese de Britto pada Sabtu-Minggu, 15-16 Oktober 2022 dalam kegiatan edufair. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi Tim Promosi Panggilan (Prompang) SJ Yogyakarta untuk membuka stand sebagai ruang perjumpaan antara Jesuit dan para siswa Kolese de Britto. Beberapa Jesuit yang terlibat dalam acara ini yaitu Frs. Andre, Adit, Danang SJ. Hadir juga Pater Pieter Dolle, S.J., Pater Edy Anthony, S.J., dan Bruder Ulrig Jumeno, S.J. Dalam perjumpaan ini, Tim Prompang SJ berharap agar corak atau model hidup religius juga bisa menjadi salah satu pilihan dan cara hidup masa depan bagi para alumni Kolese de Britto. Para siswa Kolese de Britto terlihat antusias mengunjungi stand Prompang SJ. Kehadiran Buder Jumeno dalam acara tersebut menjadi kesempatan bagi para siswa di sana untuk mengenal bahwa dalam Serikat Jesus juga terdapat panggilan menjadi seorang bruder yang sama pentingnya dengan panggilan sebagai imam. Antusiasme para siswa juga ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang tinggi akan Spiritualitas Ignatian, Autobiografi Santo Ignasius, dan informasi-informasi penting lainnya mengenai Serikat Jesus. Untuk mendukung suasana perjumpaan, acara di Yogyakarta juga diwarnai “Ngopi bareng Jesuit”. Sembari ngopi bersama, para siswa dapat berjumpa dan bincang-bincang santai dengan para Jesuit. Salam “sruput” dari Tim Prompang Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Kontributor: Frs. Mikael Tri Karitasanto, S.J. & Ag. Lanang Panji Cahyo, S.J. – Prompang SJ

Prompang

Hari Doa Panggilan Sedunia Berselimutkan Nuansa “Kolaborasi”

Hari Doa Panggilan Sedunia tahun ini jatuh pada 8 Mei 2022. Tentunya, hari istimewa ini disambut dengan sangat antusias oleh kebanyakan umat, khususnya di Keuskupan Agung Semarang (KAS) dan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Entah kebetulan atau tidak, antusiasme ini juga terasa karena membaiknya situasi paska pandemi. Hal ini memungkinkan setiap orang untuk melakukan perjumpaan secara langsung sehingga di berbagai paroki perayaan Hari Doa Panggilan Sedunia dapat diselenggarakan bersama-sama.  Berbicara soal panggilan, kiranya agak out of date jika kata “panggilan” hanya dipahami secara terbatas merujuk pada cara hidup ikut Tuhan melalui tarekat, ordo, atau menjadi imam diosesan tertentu. Paus Fransiskus dalam pesannya memperingati Hari Doa Panggilan Sedunia mengungkapkan, “Setiap orang beriman dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam misi Kristus, yakni menyatukan kembali umat manusia yang terpecah-pecah.” Beliau pun menambahkan,  “Sebelum bertemu Kristus dan memeluk iman Kristiani, setiap pria dan wanita menerima karunia kehidupan panggilan mendasar: kita masing-masing makhluk yang dikehendaki dan dikasihi oleh Allah karena keunikan kita di hati-Nya.” Pada waktu yang bersamaan, Serikat Jesus Provinsi Indonesia turut merayakan Hari Doa Panggilan Sedunia dengan semangat kolaborasi. Hal itu tercermin dari kerja sama antara para awam, para religius dari tarekat/ordo/imam diosesan, dan para frater Serikat Jesus di beberapa paroki. Di Regio “Joglosemar” (Jogja–Solo–Semarang), terdapat beberapa kegiatan di delapan paroki, yaitu Paroki Mlati, Paroki Brayut, Paroki Bintaran, Paroki Pugeran, Paroki Kotabaru, Paroki Kartasura, Paroki Palur, dan Paroki Atmodirono. Misalnya di Paroki St. Antonius Kotabaru, Hari Doa Panggilan dirayakan dengan  melibatkan anak-anak PIA (Pendampingan Iman Anak) bersama Bruder CSA dan Suster CB dalam Perayaan Ekaristi. Kemudian, acara dilanjutkan dengan lomba fashion show pakaian religius, entah suster, bruder, ataupun imam. Diakon Deo dan Fr. Danang turut serta dalam perayaan tersebut.  Selain itu, di Paroki Kartasura, Perayaan Ekaristi dimeriahkan dengan arak-arakan lucu dan menggemaskan dari anak-anak yang berperan sebagai uskup, suster, romo, dan bruder. Setelah Perayaan Ekaristi bersama, dilanjutkan acara sharing bersama teman-teman OMK paroki dari Bruder FIC, Suster-suster OP, FSGM, SND, dan Frater-frater Diosesan Makasar, yang dipandu oleh Fr. Barry.  Berbicara soal sharing panggilan, kegiatan itu juga dilakukan di paroki lainnya. Frater Andre berbagi kisahnya dalam homili di Paroki Bintaran, Frater Doni dan Frater Bagas sharing di salah satu wilayah Paroki Brayut, Frater Adit di Paroki Pugeran, Diakon Wylly dan Diakon Steve di salah satu wilayah Paroki Mlati dan sampai Bruder Marsono serta Bruder David ber-sharing di Paroki Atmodirono Semarang.  Menurut Frater Adit, bertumbuhnya keinginan hidup religius (menjadi Jesuit) bermula dari kenangan indah dan menggembirakan dari Paroki Pugeran (kedekatan dengan romo paroki dan masa kecil di PIA yang mengesan). Baginya, pondasi yang kuat dan mengesan itu dibutuhkan untuk menumbuh-kembangkan panggilan tersebut, ditambah dengan dukungan dari keluarga. Ibaratnya, pondasi pengalaman itu tanahnya dan panggilan itu sebagai benih yang ditabur. Tentunya untuk menumbuh-kembangkan benih itu diperlukan tanah yang subur. Selain itu, menurut Frater Barry, Perayaan Hari Doa Panggilan itu momen berharga untuk mengumpulkan cinta yang telah diterima dari berbagai pihak. Dalam konteksnya sebagai anak tunggal, hidup panggilan sebagai Jesuit dapat bertumbuh, berkembang, dan berproses di dalamnya karena cinta dan dukungan banyak orang. Momen “mengumpulkan cinta” ini kiranya sejalan dengan panggilan sejati setiap manusia, yang dimaksud oleh Paus Fransiskus dalam suratnya. Beralih ke Regio Jakarta, Perayaan Hari Doa Panggilan ini dilaksanakan di 3 paroki, yaitu Paroki Kramat, Paroki Blok Q, dan Paroki Pulomas. Nuansa kolaborasi juga terasa. Bermula dari Paroki Kramat, Frater Boni, Suster-suster BKK, CB, dan Frater-frater OFM, SX, bertugas bersama dalam Perayaan Ekaristi. Selain itu, juga ada beberapa anak yang mengenakan kostum religius. Momen homili diganti dengan sharing panggilan hidup membiara dari salah satu frater dan suster dari tarekat tertentu. Di Paroki Blok Q, acaranya juga dibuka dengan Perayaan Ekaristi dengan nuansa mirip. Namun, ada beberapa frater yang diminta untuk menemani adik-adik PIA dan berdinamika bersama, seperti kegiatan mewarnai dan semacamnya. Selain itu, yang unik di Paroki Blok Q, setiap tarekat atau ordo atau imam diosesan diminta untuk mendirikan pos secara bersama-sama, entah itu pos kopi atau pos musik.Konsep yang diusung ialah adalah para biarawan-biarawati dan imam diosesan ini melakukan promosi panggilan tidak atas nama tarekat, ordo masing-masing, atau diosesan, tapi atas nama kesatuan Gereja. Frater Jesuit yang terlibat ada Frater Cavin, Frater Wibi, Frater Teilhard, Frater Craver, Frater Mikael, Frater Supakchai, Frater Kefas, dan Frater TB. Yang tak kalah serunya adalah para religius ini diajak untuk “berjoget” bersama dengan lagu iringan Mendhung Tanpa Udan yang dipimpin oleh beberapa adik PIA dan pendampingnya. Sepertinya, momen “berjoget” ini bisa jadi salah satu momen ‘klik’ dengan vibes teman-teman muda. Acara merayakan Hari Doa Panggilan Sedunia di Paroki Pulomas sedikit mengambil bentuk yang berbeda dari Blok Q atau Kramat, yaitu melalui pelayanan tugas koor para frater Serikat Jesus. Setelah melantunkan lagu-lagu dalam perayaan Ekaristi, Frater Bayu, Frater Aryo, Frater Pungkas, Frater Yuris, Frater Ferry, Frater Septian, Frater Alex, dan frater lainnya berjumpa dengan ibu dan bapak beserta teman-teman muda, berdekatan dengan pos kopi SJ.  Seluruh acara tersebut berjalan dengan lancar karena kerja sama antara kaum religius dan awam yang membentuk suatu kepanitiaan. Ibu, bapak, dan teman-teman muda yang membantu dalam persiapan live-streaming, mempersiapkan tempat dan sound system, hingga menyediakan snack/konsumsi, mempunyai peran sangat penting dalam Perayaan Hari Doa Panggilan Sedunia. Yang terpenting, semoga kolaborasi untuk saling mendukung panggilan masing-masing pribadi tidak hanya berhenti pada perayaan seremonial, tetapi kesatuan Gereja ini bisa terasa dan mengakar dalam kegiatan hidup harian. Kontributor : Fr. Agustinus Lanang P. Cahyo, S.J. & Fr. Jakobus Aditya C. Manggala S.J. – Prompang SJ

Prompang

Menemani Panggilan di Masa Pandemi

Dalam masa pandemi tentu karya pelayanan maupun formasi kita sebagai Jesuit terus berusaha berjalan dengan mencari bentuk-bentuk baru. Di tengah itu semua, kita sebagai Serikat juga tidak melupakan proses regenerasi yang konkretnya berupa harapan kita bahwa ada pemuda-pemuda yang secara bebas dan gembira tertarik untuk menapaki jalan hidup mereka sebagai Jesuit. Oleh karena itu, Program Pendampingan Promosi Panggilan (Prompang) Serikat Jesus juga ikut mencari bentuk, mengevaluasi kinerja selama ini, dan memiliki harapan serta arah ke depan untuk melanggengkan proses regenerasi tersebut, bahkan di tengah situasi pandemi. Program Prompang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi setiap pemuda yang tertarik masuk Serikat Jesus untuk berproses dalam dua hal pokok, yaitu mengenal diri sendiri (sejarah hidup, motivasi, dsb.) dan mengenal Serikat. Dua hal inilah yang akan menjadi landasan bagi mereka untuk menentukan pilihan hidup. Pada masa sebelumnya, Program Prompang tentu dijalankan secara tatap muka dengan pembagian regio Jakarta dan Yogyakarta. Semenjak pandemi, rekoleksi bulanan yang menjadi kegiatan pokok Prompang terpaksa dialihkan dalam bentuk daring. Tentu ada banyak kelemahan dari model ini yang paling tampak dalam kendala melatih doa dasar, percakapan rohani, community building, dan kesempatan mengenal para peserta secara langsung. Kendati demikian, model daring juga membuka peluang eksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru, yaitu bisa memanggil para Jesuit dari seluruh penjuru provinsi untuk mengisi materi, rekoleksi region Jakarta & Yogyakarta yang bisa dilakukan bersama, dan terakomodasinya banyak peserta dari luar Jawa. Setelah mengantar tiga solisitan angkatan 2021, pada tahun 2022 ini Program Prompang dimulai dengan rekoleksi pembuka pada tanggal 12-13 Februari 2022. Ada 24 pemuda yang memutuskan mendaftar untuk mengikuti Program Prompang ini. Ada yang berdomisili di Lampung, Jakarta, Bekasi, Cimahi, Bandung, Yogyakarta, Ketapang, Surabaya, Medan, Ambawang (Kalimantan), dan Jayapura. Latar belakang masing-masing dari mereka juga beraneka ragam, dari yang masih menjalani studi dari berbagai universitas (termasuk Universitas Sanata Dharma) sampai yang sudah bekerja dalam beraneka ragam profesi. Menggembirakan juga bahwa beberapa peserta lulusan kolese-kolese Jesuit. Koordinator Tim Prompang Serikat Jesus saat ini adalah Pater Paulus Prabowo, S.J. yang dibantu dua tim regio. Di regio Jakarta terdapat Pater Wahyu, Pater Okta, Fr. Upet, Fr. Teilhard, dan Fr. Cahyo. Di regio Yogyakarta-Jawa Tengah terdapat Pater Pieter, Pater Ardi, Br. David, Br. Marsono, Fr. Andre, dan Fr. Adit. Baru-baru ini, Tim Prompang telah selesai menyusun buku Pedoman Promosi Panggilan yang merupakan pedoman bahan rekoleksi bulanan selama periode satu tahun. Dalam Program Prompang, rekoleksi bulanan diadakan setiap hari Sabtu hingga Minggu kedua dalam bulan tersebut dengan tema-tema seputar pengenalan diri, Serikat Jesus secara institusional, spiritualitas dan doa Ignatian, motivasi panggilan, karya-karya Serikat, dan sebagainya sesuai alur dalam buku pedoman. Rekoleksi bulanan diawali dengan berbagi pengalaman pribadi selama satu bulan terakhir dalam kelompok-kelompok kecil melalui breakout room. Kemudian, terdapat sesi pertemuan pertama dengan tema tertentu bersama romo atau bruder Jesuit pada malam harinya. Setelah sesi tersebut, hari ditutup dengan eksamen dan persiapan doa keesokan harinya. Pada hari Minggunya, acara diawali dengan doa pagi terpimpin dan dilanjutkan dengan waktu pribadi seperti makan pagi dan persiapan untuk sesi pertemuan yang kedua. Setelah itu, peserta diberi waktu untuk refleksi pribadi berkaitan dengan tema yang dibahas pada saat itu. Rangkaian rekoleksi ditutup dengan pleno dan Ekaristi bersama secara daring. Di luar waktu rekoleksi, para peserta juga berwawancara secara daring setiap bulan dengan para pendamping Prompang dan mengumpulkan refleksi. Selain rekoleksi bulanan, Prompang juga tetap ikut berusaha menghadirkan wajah Serikat di media sosial. Konten-konten Prompang di Instagram, Facebook, dan Twitter berusaha memperkenalkan Serikat Jesus dalam kemasan yang ringan, singkat, dan kaya ilustrasi. Beberapa konten ikut berusaha mendukung peringatan 500 tahun pertobatan Ignatius dan ulang tahun Provindo dengan mengulas sejarah Serikat di Indonesia dan reportase atas seri webinar sejarah Provindo. Proses pendampingan panggilan ini juga merupakan proses pembelajaran tersendiri bagi para Jesuit yang terlibat di dalamnya, terutama para frater ad extra yang berinteraksi langsung dengan para peserta. Tentu masih ada aneka hal yang perlu para frater kembangkan, misalnya saja kemampuan untuk mengenali seseorang secara mendalam. Akan tetapi, lebih dari itu, promosi panggilan juga merupakan perutusan setiap Jesuit melalui karya, cara hidup, dan hospitalitas masing-masing. Hal ini ditegaskan oleh Pater Jenderal Arturo Sosa dalam suratnya kepada seluruh Serikat tanggal 12 April 2021 yang mengundang setiap Jesuit untuk membangun “budaya promosi panggilan.”  Pada akhirnya, di tengah segala keterbatasan—baik dari sisi pendampingan maupun teknis pertemuan—semoga Prompang tetap bisa menemani pemuda-pemuda ini untuk semakin mengenal Serikat Jesus tetapi juga pertama-tama mengenal kehendak Tuhan dalam diri mereka. Pater Jenderal juga mengingatkan bahwa promosi panggilan bukan hanya usaha manusiawi kita untuk meregenerasi sebuah institusi, tetapi juga senantiasa membutuhkan doa-doa kita pada Tuhan. Kontributor : Fr. Ag. Lanang Panji Cahyo, S.J. – Prompang SJ

Prompang

Gaya Kekinian Mewartakan Warisan Rohani St. Ignatius

Menyambut pesta St. Ignatius Loyola, Tim Promosi Panggilan Serikat Jesus Provinsi Indonesia (Prompang SJ) mengadakan Novena melalui Live Instagram. Acara Novena yang diberi judul “9 Hari bersama Ignatius” tersebut dimulai pada 23 Juli hingga 31 Juli 2021. Bahan-bahan diambil dari Novena St. Ignatius yang dibuat Rm. L.A. Sardi SJ dan dikemas dalam bentuk percakapan rohani virtual. Terdapat sembilan kisah tentang Ignatius Loyola yang menjadi tema percakapan antara lain: kisah St. Ignatius di Pamplona (hari I), Loyola (hari II), Aranzazu (hari III), Montserrat (hari IV), Manresa (hari V), Yerusalem (hari VI), Alcala (hari VII), Paris (hari VIII), Roma( Hari IX).  Agar lebih kaya, novena melibatkan 19 Jesuit dan 10 kolaborator awam yang berasal dari Magis Indonesia, CLC, Kelompok Latihan Rohani Pemula (LRP), peserta Prompang SJ dan guru-guru Kolese. Dengan dijiwai spirit Tahun Ignatian 2021 yaitu “Dalam Kristus Kita Dibarui dan Diutus”, novena ini tergolong unik karena tim Prompang SJ memakai metode di luar kebiasaan. Kalau biasanya novena berbentuk perayaan ekaristi, ibadat maupun doa, Novena “9 Hari Bersama Ignatius” ini dikemas dalam bentuk percakapan 2-4 orang tiap harinya yang bertolak dari kisah hidup St. Ignatius.  Tim Prompang SJ juga memilih Live Instagram (Live IG) sebagai media yang digunakan. Sebuah media yang lazim digunakan anak muda tapi ternyata baru bagi sebagian Jesuit yang terlibat dalam novena tersebut. Pater Provinsial yang turut serta dalam novena mengakui bahwa ini merupakan kali pertama beliau menggunakan platform Live IG.  Mengapa tim Prompang SJ memilih metode ini? Alasannya sederhana, tim Prompang SJ ingin menyebarluaskan warisan St. Ignatius kepada orang muda sekaligus menekankan kembali pentingnya percakapan rohani. Perlu diingat bahwa kelahiran Serikat Jesus berawal dari percakapan antara St. Ignatius dan sahabat-sahabatnya. Sarana Live Instagram ini dipilih karena lebih menarik, cair ramah bagi orang muda. Gaya kekinian sharing iman ini juga bisa memberikan engagement. Sesuatu yang paling dirindukan orang muda di masa pandemi ini dan siapa tau bisa membangkitkan panggilan menjadi Jesuit di hati mereka. Novena “9 Hari Bersama Ignatius” ini berangkat juga dari kondisi aktual para Jesuit dan kolaborator awam yang terlibat. Acara berdurasi satu jam itu dikemas secara ringan tanpa mengurangi unsur kemendalaman. Misalnya P. Effendy Kusuma Sunur dalam Novena ke 7 Alcala menceritakan kegelisahannya saat membuka tempat isoman bagi para penderita Covid – 19 di Wisma PTPM Sosrowijayan Yogyakarta. P. Effendy kemudian mengkaitkan pengalamannya tersebut dengan kisah St. Ignatius saat menghadapi tantangan di Alcala.  Laurentia Bertha dari CLC Bandung, dalam Novena ke 4 Montserrat bercerita mengenai bagaimana ia bergulat dengan berbagai pilihan dalam hidupnya. Pengalaman St. Ignatius di Montserrat membantunya untuk pada akhirnya berani mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.  Selama sembilan hari novena, netizen yang setia mengikuti Live IG berjumlah sekitar 40-110 orang setiap harinya. Saat ini tayangan novena tersebut masih dapat diakses di akun Instagram Prompang SJ dengan jumlah view sekitar 800 hingga mencapai 1400 view untuk masing-masing permenungan. Kita berharap bahwa para peserta yang mengikuti novena ini sungguh merasa terbantu memahami dan merefleksikan kisah hidup Ignasius. Akun Instagram Prompang SJ sendiri saat ini telah diikuti oleh 5.200 followers dan menjadi salah satu platform andalan untuk mempromosikan Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Novena “9 Hari Bersama Ignasius” melalui Instagram adalah konfirmasi bahwa warisan rohani Ignatius bersifat adaptif dan kontekstual. Novena ini juga menjadi pemantik bagi Jesuit, kolaborator awam dan para sahabat Ignatius untuk terus tak kenal lelah menggali warisan-warisan St. Ignatius. Melalui percakapan, benih persahabatan tumbuh dan pada akhirnya berbuah pada lahirnya Serikat Jesus. Kita harus yakin bahwa setiap kali seseorang menggali lagi warisan kerohanian St. Ignatius, dia sedang melahirkan kembali semangat Latihan Rohani. Juga setiap kali para anggota Serikat membangun dan mengokohkan persahabatan dengan sesama Jesuit dan kolaboratornya, dia meneguhkan kembali lahirnya Serikat Jesus yang memiliki misi di dunia untuk menyelamatkan jiwa – jiwa dan membawa kebaikan demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Laugh and grow strong. AMDG! Kontributor : S. Aditya C. Manggala, SJ & S. Andreas A. Mantiri, SJ – Tim Prompang SJ