Pilgrims of Christ’s Mission

Author name: Komunikator Serikat Jesus

Pelayanan Gereja

Pemberkatan dan Peresmian Gedung Pelayanan Pastoral Paroki Bongsari di Hari Kemerdekaan RI

Tepat di peringatan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2024, Bapak Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko meresmikan dan memberkati Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya, Paroki St Theresia Bongsari Semarang. Pemberkatan dilakukan dalam misa konselebrasi bersama Provinsial Serikat Jesus Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dan Pastor Paroki Pater Eduardus Didik Chahyono, S.J., beserta empat pastor yang lain, yaitu Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., Pater Clemens Budiarta, S.J., dan Pater Bonifasius Melkyor Pando, S.J. Selain peresmian Grha Argya, diresmikan pula Kapel Adorasi St Ignatius (taman dan kawasan baru Gereja Bongsari).   Di hari penuh syukur ini Bapak Uskup mengajak seluruh umat untuk bersyukur atas selesainya pembangunan gedung pelayanan pastoral Grha Argya yang memiliki arti rumah pemuliaan atau persembahan kepada Allah. Lalu apa yang akan kita persembahkan untuk kemuliaan Allah? Apa yang kita persembahkan dengan gedung ini? “Persembahan itu tentu persembahan terbaik dan berkualitas, yaitu iman kita,” tandas Monsinyur.   “Saya berharap, iman akan Yesus Kristus dapat berkembang dengan adanya Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya. Karena gedung ini dipakai untuk proses pembinaan iman dan pewartaan secara terus-menerus dan dari waktu ke waktu. Ini melibatkan anak-anak sampai orang dewasa. Gedung ini akan menghasilkan buah berlimpah ketika umat yang terlibat memberikan diri penuh ketulusan hati, kerelaan, dan dedikasi demi kemuliaan Tuhan,” harap Bapak Uskup.   Sementara itu Pater Didik menyampaikan bahwa pembangunan gedung pelayanan pastoral ini menelan biaya lebih dari 12 milyar rupiah. Dari mana dananya? Pater pun tidak tahu. “Karena kita tidak memulainya dengan simpanan yang ada. Melainkan memulainya dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria, serta tentunya seluruh umat,” tandasnya. Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia Pembangunan, Ignatius Natalis Utomo, menyatakan rasa syukur atas selesainya pembangunan ini. Menurutnya, panitia telah bekerja sejak 2019 atau hampir 5 tahun. Ia pun memperkenalkan satu per satu panitia pembangunan. Dengan diresmikannya gedung pelayanan dan berakhirnya pembangunan, Natalis menyerahkan secara simbolis kunci gedung pelayanan kepada ketua PGPM Paroki Bongsari, Pater Didik.      Sebagai bentuk syukur diadakan pemotongan tumpeng dan penandatanganan prasasti peresmian sebelum berkat penutup. Penandatangan prasasti dilakukan oleh Bapak Uskup, Provinsial Serikat Jesus, dan Romo Kepala Paroki Bongsari. Tumpeng yang dipotong oleh Bapak Uskup diserahkan kepada Pater Didik dan Pater Benny menyerahkan potongan tumpeng kepada Natalis Utomo. Di akhir misa, Bapak Uskup menyampaikan proficiat kepada umat Paroki Bongsari. Menurutnya, Paroki Bongsari adalah paroki yang getol, gencar, dan bersemangat dalam pembangunan dan penggalian dana. “Dalam beberapa kesempatan saya berpesan kepada paroki-paroki lain. Contonen Bongsari kae le golek dana luar biasa dan proses yang dijalani sesuai prosedur berdiskusi dengan Tim Pembangunan Ekonomat Keuskupan!” ungkap Bapak Uskup.   Pembangunan yang menelan biaya 12 M lebih itu meliputi gedung pelayanan pastoral dua lantai dengan luas 1600 m persegi lengkap dengan sound system dan furniture, kapel adorasi, taman, dan penataan kawasan. Setelah Perayaan Ekaristi ada pesta umat. Masing-masing lingkungan menyediakan minimal 40 porsi makanan dan minuman. Sambil menikmati sajian makan malam, umat menyaksikan tampilan dari adik-adik PIA, komunitas adiyuswa, musik OMK, gamelan soepra SMA Loyola, dan group Paksi band dari Yogyakarta.   Hadir dalam acara ramah tamah Kardinal Julius Darmaatmadja, Bante Cattamano, dan beberapa tokoh lintas agama. Dalam acara ramah-tamah disampaikan juga tanda penghargaan pada lingkungan dan donatur. Kemeriahan acara yang dilangsungkan di depan Gedung Pastoral yang megah menggambarkan kegembiraan umat atas keberadaan gedung pastoral paroki. Antonius Iwan Wahyudi selaku ketua panitia pemberkatan dan peresmian menyatakan, ”Saya sangat bersyukur proses pembangunan bisa berjalan lancar dan acara pemberkatan serta peresmian berlangsung meriah. Tidak kurang 1000 umat mengikuti perayaan Ekaristi belum termasuk para penampil yang bersiap mengisi acara. Umat mengapresiasi berhasilnya pembangunan gedung pelayanan pastoral dan tata kawasan gereja yang tampak luas, indah, sejuk, dan nyaman.”   Kontributor:  Antonius Tri – Panitia Peresmian Gedung Grha Argya dan Tata Kawasan Gereja St. Theresia Bongsari Semarang

Provindo

Kudengar SuaraMu Tuhan

Bertepatan dengan perayaan Bunda Maria Diangkat ke Surga pada 15 Agustus 2024, dua imam Jesuit mengucapkan kaul akhir di hadapan Provinsial Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. di Gereja St. Yusup, Gedangan, Semarang. Para kaules ini adalah Pater Benedictus Cahyo Christanto, S.J. dan Pater Aluisius Pramudya Daniswara, S.J. Perayaan Ekaristi dihadiri oleh keluarga, nostri, perwakilan umat Paroki Blok B, Paroki Hati SPM Tak Bernoda, Tangerang, Paroki Blok Q, Paroki Gedangan, dan para tamu undangan. Perayaan Ekaristi ini istimewa karena dimeriahkan oleh paduan suara St Yusup Gedangan dan iringan Bongsari Music Ministry.   Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga sering menjadi hari pilihan favorit para religius untuk mengucapkan kaul. St Ignatius dan para Jesuit pertama juga mengucapkan kaul pada 15 Agustus 1534 di Kapel St Petrus, Montmartre. Oleh karena itu, secara tidak langsung, perayaan Bunda Maria Diangkat ke Surga menjadi tanggal yang istimewa terutama bagi Serikat Jesus. Pada tahun-tahun berikutnya, teman-teman St Ignatius juga memperbarui kaul-kaul mereka di tanggal yang sama.   Hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga menjadi hari pilihan favorit para religius untuk mengucapkan kaul. Seperti St Ignatius bersama dan para Jesuit pertama, mereka mengucapkan kaul pada 15 Agustus 1534 di Kapel St Petrus, Montmartre. Secara tidak langsung perayaan Bunda Maria Diangkat ke Surga menjadi tanggal yang istimewa terutama bagi Serikat Jesus. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, teman-teman St Ignatius memperbarui kaulnya di tanggal yang sama.   Perayaan Bunda Maria Diangkat ke Surga baru diresmikan Gereja pada tahun 1950 oleh Paus Pius XII. Bunda Maria menjadi teladan para Imam dalam menghayati kesetiaan, kesederhanaan, dan kesuciannya. Diharapkan para imam dengan sungguh-sungguh mengupayakan kesucian hidup sehari-hari dalam segala kondisi, dalam percakapan, dan perjumpaan.   Sebelum berkat penutup, Pater Cahyo mempersembahkan lagu ciptaannya “Kudengar suara-Mu Tuhan.” Pater Cahyo menyanyikan lagu ini diiringi petikan gitarnya dan alunan nada dari Bongsari Music Ministry. Suara yang merdu dan alunan musik yang indah menghipnotis umat yang hadir. Setelah berkat penutup diadakan ramah tamah di gedung Bintang Laut.   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator Jesuit Indonesia

Pelayanan Masyarakat

Vertical and Horizontal: From God to Others

“Anak-anak-Ku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3 :18)   Saya suka sekali mengamati manusia dan belajar banyak dari sesama, dekat atau jauh, kenal atau belum sama sekali. Kompleksitas dan keunikan setiap pribadi memberi saya kekuatan sekaligus semangat menjalani keseharian. Mereka mendorong saya terus berbagi apa yang saya punya. Ini bentuk perayaan keberagaman hidup dan syukur pada setiap kesempatan yang diberikan Tuhan. Terkadang merefleksikan pengalaman hidup dapat memberikan semangat baru untuk menjalaninya. Ada suatu hal yang saya pelajari dari merefleksikan pengalaman hidup saya, yaitu kehidupan yang sulit, perjuangan harian tidak pernah akan hilang. Tidak ada jaminan pasti esok hari akan seperti apa di tengah perjuangan dan kesulitan. Menyerah bukanlah pilihan terbaik. Karena itu, saya terus belajar menemukan sisi positif setiap pengalaman yang saya lalui, baik maupun buruk. Jadi, fokus dalam hidup ini bukan persoalan, melainkan apa yang bisa dipelajari. Menjadi bagian Komunitas Volunteer Realino adalah kesempatan berharga yang Tuhan berikan untuk saya jalani. Dari kegiatan ini, saya banyak belajar mengenai kehidupan, mendapatkan semangat hidup, dan keinginan berkarya lebih bagi sesama. Hal yang melatarbelakangi bergabungnya saya dalam komunitas ini: saya memiliki keinginan memberikan ilmu yang saya punya bagi orang yang membutuhkan. Keinginan dalam diri saya mengabdikan diri pada sesama bermula saat saya merasa berkat Tuhan pada saya sangat besar. Tuhan memberikan saya kesempatan belajar di universitas tanpa mengeluarkan biaya saat banyak orang tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan saya. Karena itu, menjadi bagian suatu Komunitas Volunteer Realino ini merupakan kesempatan besar bagi saya untuk menyalurkan berkat yang telah Tuhan berikan. Kegiatan Realino SPM adalah memberikan pendampingan kepada anak-anak di pinggiran rel kereta api. Sebagian dari mereka tidak memiliki kesempatan merasakan dunia pendidikan. Membuat karya kerajinan menjadi salah satu kegiatan yang sangat digemari. Mereka bisa melakukan aktivitas sesuai kreativitas mereka masing-masing meskipun masih membutuhkan bimbingan dari saya sebagai volunteer. Kegembiraan dan semangat anak-anak, ketika melihat kami para volunter datang, sangat menyejukkan hati. Momen itu membuat semangat dalam diri kembali penuh. Saya terus terdorong untuk memberikan apa yang saya miliki kepada mereka. Kehidupan anak-anak ini tidaklah mudah. Mereka mengalami kekurangan: tempat tinggal tidak layak, kesehatan bukan prioritas, lingkungan sekitar yang kotor. Meskipun demikian semangat dan senyuman mereka di Komunitas Belajar Realino menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja menjalani situasi yang tidak mudah itu. Kehadiran saya tentunya tidak sepenuhnya mengatasi kesulitan mereka namun saya tetap akan berusaha hadir untuk mereka. Saya ingin menyampaikan kepada mereka bahwa masih ada harapan bagi kita yang mau terus berjuang menjadi lebih baik dan mengusahakan hal baik. Kata terima kasih yang anak-anak sampaikan di akhir kegiatan menjadi kata terindah yang selalu saya dengar. Kata-kata mereka itu menjadi penyemangat bagi saya untuk terus berusaha menyalurkan berkat yang sudah Tuhan berikan. Usai kegiatan belajar bersama anak-anak, kami para volunteer akan melakukan evaluasi kegiatan dan saling membagikan refleksi. Dari refleksi yang dibagikan, saya mendapatkan banyak pandangan baru. Rasa lelah karena mengajar anak-anak dibayar lunas dengan kebahagiaan dan semangat baru yang direguk dari kegiatan bersama anak-anak. Dengan menjadi volunteer, saya mendapatkan kekuatan baru untuk terus berusaha, berjuang menjadi lebih baik menjalani kehidupan. Perubahan tentang tujuan hidup menjadi berubah sejak berkegiatan dengan anak-anak yang membutuhkan, melihat kehidupan lain. Sebelumnya semua ambisi dan mimpi hanya tertuju pada diri sendiri. Sekarang itu menjadi ambisi dan mimpi untuk kehidupan banyak orang supaya mendapatkan kehidupan yang layak. Komunitas Volunteer Realino yang saya ikuti ini membawa visi: kaum lemah, rentan, miskin, dan tersingkir memperoleh kehidupan adil, bermartabat, dan berdaya di masyarakat melalui pendidikan dan keterampilan. Misinya adalah befriend, collaborate, dan empower. Visi dan misi ini secara tidak langsung tertanam dalam diri saya sejak saya tergabung di dalamnya. Dari situ saya memperoleh semangat menjalani hidup dan terus menyalurkan berkat yang saya terima dari Tuhan kepada mereka yang paling membutuhkan.   Kontributor: Monayanti Simanjuntak – Volunteer Realino SPM

Penjelajahan dengan Orang Muda

Saling Bersinergi untuk Menemukan yang “Magis” dalam Sebuah Keterbatasan

Ignatian exercise is becoming aware in growing inner freedom of God’s personal design or plan for me.” The Personal Vocation – Herbert Alphonso, S.J. Masih melekat di ingatan kami saat itu, sesi pembekalan terakhir di Kolese Hermanum Unit Johar Baru. Kami dibekali materi panggilan raja, meditasi dua panji, dan tiga golongan orang. Selama berdinamika dalam Formasi Magis 2023, kami menerima banyak bekal berupa latihan doa dasar, meditasi, eksamen maupun doa praktis yang membantu sampai pada perubahan, mengalami konsolasi, dan cinta pada Allah. Melalui Immersion Experiment inilah kami diajak menemukan yang “magis” sebagai sarana mencapai tujuan. Tema To Serve as You Deserve, kami maknai sebagai cara melibatkan diri seutuhnya dalam menjalankan peran sebagai manusia sebagaimana penjelmaan Allah untuk kami. Sebelum memulai segala sesuatu, kami mohonkan rahmat jiwa besar dan hati rela untuk bisa masuk ke dalam MAGIS Immersion Experiment dengan sungguh. Saat itu, secara personal kami memohon rahmat untuk bisa lepas bebas dan tidak terpaku dengan kegelisahan kami sendiri. Memohon rahmat supaya terus menyadari dan percaya bahwa Tuhan akan selalu menuntun langkah dan memegang tangan kami selama berdinamika di Lovely Hands Gardens, Sunter, Jakarta Utara.   Komunitas tempat kami immersion bernama Lovely Hands Gardens. Komunitas ini awalnya didirikan atas inisiatif Ibu Maria Lanneke Alexander bersama suaminya. Mereka terpanggil untuk memberikan pelayanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, terutama dari keluarga yang kurang mampu. Lovely Hands Gardens melayani tanpa memandang latar belakang agama meskipun berada di tempat yang identik dengan agama Katolik. Tak hanya menangani berbagai kondisi disabilitas, Lovely Hands Gardens juga merupakan ruang untuk belajar dan terapi. Di Lovely Hands Gardens ini para guru, pendamping, dan orang tua saling bersinergi untuk mengupayakan dan mengusahakan yang terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Di Lovely Hands Gardens, latihan kemandirian diutamakan. Anak-anak diajarkan untuk setara dan berdaya dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti menanam, menyiram, memanen, memasak, membuat kompos, & air lindi. Bu Lanneke mengungkapkan bahwa anak-anak diajarkan untuk bisa menemukan jati diri dan tidak hanya mengandalkan belas kasih. Sebagaimana anak-anak dipersiapkan untuk mampu hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat, anak-anak sangat ditekankan untuk disiplin dan tidak diperkenankan untuk mendahului antrian karena kondisi fisik atau keterbatasan lainnya. Anak-anak juga diminta untuk bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah untuk memandang mereka setara, bersikap normal seperti layaknya bertemu anak-anak, memperlakukan seperti biasa dan tidak terlalu berlebihan.     Tibalah hari itu. Hujan cukup lama tak berhenti dari pagi hingga menjelang siang. Kondisi ini tak menghentikan semangat agere contra kami untuk melawan kelekatan dengan perasaan aman dan nyaman berdiam di rumah. Bersamaan dengan harapan dan intensi baik, ternyata kami masih membawa kebingungan masing-masing. Muncul pertanyaan bagaimana memposisikan diri agar bisa masuk ke dalam dunia mereka dan membuat mereka nyaman atas kehadiran kami. Pertanyaan ini pada akhirnya secara tak sadar menghantar pada suatu permenungan singkat, bahwa ternyata hal yang lebih krusial sedang terjadi dalam diri kami. Ya, moment dimana kami dihadapkan dengan diri kami sendiri dan keraguan yang kami bawa dalam diri hingga akhirnya tuntunan Roh Kudus-lah yang memampukan untuk bisa melawan keraguan dan mengubah rasa itu menjadi tindakan nyata dalam bentuk sapaan hangat yang kami berikan.   Dalam immersion ini, kami (Ditha, Herian, Marie, Mary, Rakhas, dan Alexa) menjadi satu kelompok circle. Kami saling bersinergi untuk hadir sepenuhnya, menyediakan diri, dan melawan ragu untuk terus berkomitmen menjaga api semangat tetap menyala. Sebagaimana Spiritualitas Ignasian selalu membawa misi, melakukan sesuatu dengan berkarya, tidak diam dan selalu bergerak atau dinamis, hari ini kami membawa kerelaan hati untuk memberikan waktu dan tenaga yang kami miliki. Menanggapi panggilan Raja Abadi dalam aksi nyata, kami memberanikan diri untuk mengambil bagian dalam karya Allah bagi sesama. Kami menemani Dylan, Dimas, Raka, Ezar, William, Rifki, Marvel, Ansel, Kefas, Chika, Iin, Sasa, Kim, Gracia, dan Fajar. Kami berdinamika dalam beberapa aktivitas yaitu membuat puding, membuat jus timun suri, menanam semaian terong, dan menyiram tanaman di kebun.   Setelah makan siang, kami semua beraktivitas bersama. Kami melukis pohon cinta dan harapan, dimana setiap anak menempelkan sidik jari mereka ke ranting-ranting pohon. Ilustrasi ini mengingatkan kami pada kisah pokok anggur. Kami hanya dapat memberi dari apa yang kami miliki. Kami rasa saat itulah waktu yang paling tepat untuk kami semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah dengan berbagi kasih. Kegiatan ini juga mengingatkan kami pada pengalaman Bu Lanneke. Ia bercerita bahwa ia hampir tidak menemukan kendala berarti. Hati tulus yang selalu ia bawa telah mengantarkannya pada banyak sukacita dan keajaiban. Ia tidak merasa terbebani karena melibatkan Tuhan sepenuhnya. Kesaksian Bu Lanneke begitu berkesan dan mengena bagi kami hingga saat ini.   Tanpa kami sadari, dengan terlibat sepenuhnya bersama mereka, segala pikiran dan prasangka negatif yang sempat ada hilang. Kami berhasil memposisikan diri sebagai anak-anak untuk bisa sepenuhnya hadir di sini dan saat ini. Percaya bahwa kami bisa terus bersandar pada-Nya membuat kami semakin yakin untuk mengabaikan bisikan roh jahat yang menggoda. Menyadari bahwa kami dilimpahi begitu banyak rahmat, mengetahui bahwa apapun yang kami lakukan hanya tertuju pada-Nya, melakukan segala sesuatu tidak untuk manusia melainkan untuk-Nya telah menuntun kami untuk bisa lepas bebas. Tanpa ragu dan percaya akan penyelenggaraan-Nya yang menjadi keutamaan pengharapan, kita semua Ia pelihara dan kasihi, begitu juga dengan kami dan anak-anak yang kami jumpai. Kami mengalami perjumpaan personal dengan Tuhan melalui anak-anak yang teramat istimewa ini. Kami “menemukan Tuhan” dalam diri mereka. Perwujudan cinta dalam aksi ini mengantar kami untuk mengalami sendiri menjadi men and women for others, bagaimana cinta Tuhan begitu tidak terbatas dalam keseharian di Lovely Hands. Sepulang dari Lovely Hands, hati kami begitu penuh dan banyak rahmat yang mengalir deras. Kami merasakan bentuk kasih yang begitu nyata dari sorot mata mereka. Rasa-rasanya, seperti ada surga kecil dengan malaikat-Nya hadir di sini. Dalam konsolasi itu, kami semakin percaya akan kehadiran Tuhan yang amat dekat, sebagaimana diungkapkan St. Ignatius sendiri, “You may be sure that the progress you make in spiritual things will be in proportion to the degree of your withdrawal from self-love and concern for your own welfare.”   Kontributor: Alexandra Yovina dan Patricia Editha – Magis Indonesia

Karya Pendidikan

Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 dan Pelantikan Kepala Sekolah

Kamis, 25 Juli 2024 bertempat di SD Kanisius Serengan, yang sekarang ini menempati gedung SMP Kanisius 2 Surakarta di Jalan Honggowongso No. 7 Surakarta, berlangsung Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Joseph M.M.T. Situmorang, S.J. sebagai selebran utama didampingi Pater Clemens Budiarta S.J., (Vikaris Parokial Paroki Purbayan) dan Romo Maternus Minarto, Pr (Pastor Kepala Paroki Aloysius Mojosongo sekaligus Ketua Komisi Pendidikan Kevikepan Surakarta). Perayaan Ekaristi dibuka dengan lagu “Dengan Gembira Bersama Melangkah” yang dinyanyikan siswa-siswi SD Kanisius Serengan Surakarta diiringi musik angklung siswa-siswi TK Kanisius Serengan Surakarta.   Hadir dalam perayaan Ekaristi ini seluruh guru, karyawan, siswa-siswi SD Kanisius Serengan, para kepala sekolah di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, orangtua murid, komite sekolah, dan pemerhati Kanisius. Perayaan Ekaristi juga dilaksanakan secara live streaming.   Setelah perayaan Ekaristi ada penyerahan Surat Keputusan penetapan kepala sekolah dan pelantikan delapan kepala sekolah baru di lingkungan Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Dilanjutkan dengan pentas karya seni siswa-siswi berupa tarian, gerak lagu, dan penyajian musik angklung dari SD Kanisius Serengan serta penampilan band siswa SMP Kanisius 1 Surakarta.   Pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah Kanisius Dalam homilinya, Pater Joseph mengambil renungan dari bacaan Injil bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. “Pelayanan pendidikan sekolah-sekolah yang didirikan Kanisius bertujuan sebagai tempat melakukan pendidikan karakter dan mengusahakan kebaikan bersama. Dan juga memastikan para tenaga pendidik, guru dan staf karyawan memiliki semangat pelayanan agar hasil pendidikan yang baik dapat diterima, dinikmati, dan dialami oleh para peserta didik. Para peserta didik didampingi dan dibantu untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang berkarakter melayani dan berguna untuk orang lain. Para peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan punya hati. Bisa merasakan hal-hal yang ada di sekelilingnya dengan baik,” kata Pater Joseph.   Lebih lanjut Pater Joseph menyampaikan bahwa pendidikan Kanisius selalu mengarah pada pengolahan hati dan bukan hanya mengolah akal budi. Membentuk hati yang tergerak oleh belas kasih seperti teladan Sang Guru. Hati yang punya passion terhadap orang lain dan lingkungan di mana mereka tinggal, punya empati yang bisa merasakan, dan turut bergerak menanggapi hal-hal yang ada di sekelilingnya “Tujuan yang ketiga pendidikan Kanisius adalah mengajak peserta didik menjadi orang-orang yang memiliki kehendak baik. Harapannya peserta didik yang memiliki banyak pengetahuan, hatinya merasakan dan peduli dengan orang lain, perilaku dan gerak-geriknya serta kehendaknya menggerakkan untuk berbuat baik. Tidak hanya berhenti pada otak, tetapi turun ke hati dan tangannya digerakkan oleh kehendak yang baik, berbuat kebaikan dalam kebersamaan melayani,” kata Pater Joseph.   Pelantikan Kepala Sekolah Mengawali tahun ajaran baru, Yayasan Kanisius melantik delapan kepala sekolah baru. Pelantikan dilakukan oleh Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Pater Joseph MMT Situmorang, S.J. dengan penyerahan Surat Keputusan sebagai kepala sekolah. Dalam pelantikan ini kepala sekolah mengucapkan sumpah jabatan sebagai kepala sekolah. Adapun yang menerima Surat Keputusan sebagai kepala sekolah yaitu: Ibu Sophya Yunitasari, S.Pd. (TK Kanisius Serengan), Ibu Yosephin Dian Dwi Martanti, S.Pd. (TK Kanisius Mlese), Ibu Yuliana Suwantini, S.Pd. (TK Kanisius Delanggu), Ibu Eri Retno Apsari, S.Pd. (TK Kanisius Sidowayah), Ibu Lilik Hartini, S.Pd. (TK Kanisius Purbayan), Bapak Albertus Deny Kristiawan, S.Pd. (SD Kanisius Mlese), Ibu Gabriella Elsa, S.Pd., (SD Kanisius Delanggu), dan Ibu Perdana Wulan Sari, S.Pd. (SD Kanisius Pucangsawit).   Lebih senang belajar di sekolah yang baru Sementara itu, para siswa SD Kanisius Serengan Surakarta yang pindah tempat belajar, awalnya berada di jalan Veteran Surakarta ke jalan Honggowongso, mengatakan bahwa mereka lebih senang karena sekolahnya lebih luas, bersih, dan nyaman untuk belajar.   Kontributor: FX Juli Pramana – YKC Surakarta

Pelayanan Gereja

Charity Mini Concert Orchestra “Gift of God”

Sabtu, 27 Juli 2024 lalu, Pastoral Mahasiswa Surakarta mengadakan Charity Mini Concert Orchestra yang bertajuk “Gift of God” di Pendopo Paroki Mahasiswa Surakarta (PARMAS). Dalam kesempatan ini, PARMAS bekerjasama dengan Bengawan Symphony Orchestra dan Teras Kamar. Dana yang terkumpul dalam konser ini akan digunakan untuk renovasi gedung serta fasilitas yang ada di Paroki Mahasiswa Surakarta. Sebelum konser, ada perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh Pater Fransiskus Kristino Mari Asisi, S.J. dan Pater Hugo Bayu Hadibowo, S.J. Konser dimulai pada pukul 19.00 WIB. Lagu per lagu mulai dinyanyikan yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan lelang lukisan milik Om Hans & Pater Hugo, S.J. Banyak orang antusias mengikuti pelelangan tersebut. Ada dua orang yang membeli lukisan milik Om Hans & Pater Hugo. Pater Kristino. menampilkan tiga lagu yang ia gubah sendiri dan diaransemen untuk orkestra oleh Bengawan Symphony Orchestra. Pelelangan dilanjutkan dengan lukisan milik Pater Danang, S.J. dan setelah itu dilanjutkan dengan lagu terakhir dari Pater Kristino yang berjudul “Bunda Penuh Cinta.”      Setelah penampilan lagu tersebut, gitar yang digunakan oleh Pater Kristino juga dilelang. Gitar itu ditandatangani oleh Pater Kristino sendiri sebagai bentuk penghargaan atas ketersediaan pembeliaan. Sebagai pemuncak konser, Bapak Gabriel Rosanto Adi menyediakan diri untuk menyanyi bersama dengan Pater Kristino sebagai apresiasi atas konser yang diadakan dengan baik dan lancar.   Konser ditutup dengan pemberian bunga kepada Ibu Sari selaku koordinator Bengawan Symphony Orchestra, Bapak Gabriel Rosanto Adi sebagai Ketua Panitia Charity Concert ini, dan Mas Ferry sebagai konduktor. Setelah itu ditutup dengan sayonara dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat.   Kontributor: Joshua – KOMSOS Purbayan

Pelayanan Spiritualitas

Lintas Komunitas Ignatian: Studi Surat-surat dan Instruksi St Ignatius

Berlokasi di Rumah Retret Wisma Samadi Abdi Kristus, Gedanganak-Ungaran, pada 12-14 Juli 2024 diadakan acara semi retret bertajuk Studi Surat-surat dan Instruksi St Ignatius. Ditemani oleh Pater L. A. Sardi, S.J., acara ini dihadiri 46 peserta awam dan religius dari berbagai komunitas Ignatian, yaitu: CLC (Christian Life Community), LRP (Latihan Rohani Pemula), SBS (Schooled by the Spirit), KD (Kerasulan Doa-Jaringan Doa Bapa Suci Sedunia), SIS (Sahabat Ignatian Sabah), MI (Mitra Ignatian), para alumnus sekolah Jesuit, Mendaki Jalan Sukacita Arrupe, dan ziarah Ignatian yang pernah diadakan oleh Serikat Jesus Provinsi Indonesia. Pertemuan ini bertujuan mempelajari delapan surat St. Ignatius Loyola yang dikelompokkan ke dalam enam bagian, yaitu: pentingnya Latihan Rohani, Cara Bertindak Seorang Anggota Serikat dalam Perutusan, Kemiskinan, Pembinaan Anggota Serikat, Tentang Kesehatan, dan di bagian akhir Ajakan St Ignatius untuk Berusaha Mencari dan Merasakan Kehadiran Tuhan di dalam Aktivitas Hidup Sehari-hari. Surat-surat yang dipelajari diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh panitia dari Mitra Ignatian yang kemudian dikoreksi dan disempurnakan serta diberi pengantar oleh Pater Sardi, S.J. Para peserta terlibat dalam diskusi mendalam dan refleksi tentang isi surat-surat yang memberikan wawasan berharga tentang spiritualitas Ignatian dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.     Dengan jumlah peserta yang dibatasi hanya 46 orang, terjadilah proses dan dinamika studi yang lebih intens. Suasana retret sangat terasa di saat-saat silentium makan pagi dan juga di saat-saat renungan pribadi. Adapun di saat makan siang dan malam peserta membaur dengan suasana yang nyaman dan sangat cair. Terasa ada koneksi satu sama lain walaupun berasal dari daerah-daerah yang berjauhan dan banyak yang baru pertama kali bertemu. Mengenai peserta yang datang dari beragam komunitas ini, Pater Sardi, S.J. menulis di bagian penutup buku studi. “Keberagaman asal dan kelompok peserta studi surat-surat dan instruksi St. Ignatius ini, secara pribadi membuat saya merasa bersyukur dan bergembira karena diingatkan kembali akan salah satu bab dari buku Arturo Sosa, SJ, Berjalan Bersama Ignatius (Kanisius, 2021); bab 11 tentang “Perutusan Bersama: Sekolah Dialog dan Keterbukaan.” Aktivitas formasi spiritualitas Ignatian ini terasa meneguhkan kebenaran yang termuat dalam bab buku tersebut, terutama peneguhan oleh kehadiran peserta dari beragam kelompok Ignatian untuk bersekolah bersama dari sang guru, St. Ignatius sendiri, melalui surat-surat dan instruksinya.”   Acara ini memberikan pengalaman dan menambah wawasan yang bermakna bagi semua peserta, terlebih dengan hadirnya Pater Nano atau Pater Agustinus Setyodarmono, S.J., yang mempersembahkan misa penutup. Kehadirannya sebagai Koordinator Formasi Awam Sahabat Ignatius di tengah-tengah utusan dari berbagai komunitas Ignatian semakin menguatkan kesan dan pesan ikatan kebersamaan dan persaudaraan yang didasari spiritualitas yang sama. Umpan balik dari peserta sangat positif, dengan banyak yang merasa terinspirasi dan termotivasi untuk menerapkan ajaran St. Ignatius dalam kehidupan mereka. Rencana tindak lanjutnya antara lain akan diadakan pertemuan rutin untuk terus mempelajari dan mendalami spiritualitas Ignatian.   Kontributor: Adela Riana – Mitra Ignatian

Provindo

Menyatu dengan Kehidupan Kristus

Pater Markus Sjamsul Wanandi, S.J. adalah seorang Jesuit yang selama kurang lebih 40 tahun mendapatkan perutusan di bidang pendidikan. Beliau banyak berkecimpung dalam karya dunia pendidikan Jesuit Indonesia, antara lain di SMA Kolese Loyola Semarang, SMA St. Joseph Dili, dan menjadi pengurus Yayasan di Kolese Kanisius, Perkumpulan Strada, Kolese Mikael, dan Yayasan Kanisius Semarang. Pada Rabu, 24 Juli 2024 yang lalu, ia merayakan ulang tahunnya ke-80 di Kolese Kanisius, Jakarta. Di usianya yang sudah tidak lagi muda, Pater Markus masih berdedikasi dan memberikan perhatiannya di dalam dunia pendidikan.   Perayaan ulang tahun Pater Markus diawali dengan perayaan Ekaristi di Kapel Kanisius kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah di area Kolese Kanisius. Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. menjadi selebran utama dalam perayaan syukur ini, didampingi oleh Pater Superior Komunitas Kolese Kanisius. Dalam homilinya, Pater Beni menyampaikan bahwa Pater Markus adalah pribadi yang selalu berani membuka dirinya sehingga Allah berkarya melalui beliau di dalam dunia pendidikan. Hal ini menjadi undangan bagi kaum muda untuk berani dan mau membuka dirinya menjadi men and women for others di mana pun berkarya.     Selain menjadi ungkapan syukur atas ulang tahun Pater Markus, pada kesempatan ini pula dilakukan penggalangan dana untuk pembangunan Wisma Emaus. Wisma Emaus adalah rumah untuk para Jesuit yang sudah purna tugas dan beberapa Jesuit yang perlu penanganan khusus karena masalah kesehatan. Saat ini Wisma Emaus hanya memiliki 15 kamar. Dalam lima tahun ke depan, jumlah Jesuit yang berusia lebih dari 75 tahun akan mencapai 62 orang. Ini menjadi salah satu alasan perlunya perluasan Wisma Emaus agar ke depan dapat menampung lebih banyak Jesuit senior.   Dalam perencanaan itu, tidak hanya akan dibangun kamar saja namun juga kamar isolasi yang layak untuk perawatan medis bagi Jesuit senior yang sedang sakit dengan fasilitas penunjang lainnya. Harapannya, para Jesuit senior yang masih aktif dapat menikmati masa purna tugasnya. Bapak/Ibu, Saudara/i yang tergerak dapat menyalurkan donasi pembangunan wisma Emaus melalui rekening Arka Praevesionis: Perkumpulan Aloysius CIMB Niaga Semarang No. 702825369300   Kontributor: Margareta Revita – Tim Komunikator Jesuit Indonesia