Pilgrims of Christ’s Mission

Author name: Komunikator Serikat Jesus

Pelayanan Masyarakat

Akankah Terus Menjadi Mitra Terpercaya Dana Hari Tua?

Lima Dekade Yadapen Mitra Terpercaya Dana Hari Tua. Tagline ini resmi disandang oleh Dana Pensiun Lembaga Katolik Yadapen sejak 2017. Penggunaan tagline tersebut mengiringi migrasi Yadapen dari Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) ke Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Ini adalah momen “kelahiran kedua” dan perkembangan Yadapen sebagai Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK).   Walaupun baru mulai digunakan pada 2017, “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” sejatinya telah diperjuangkan Yadapen sejak resmi disahkan pada 1 Januari 1974. Yadapen lahir berkat kemitraan Pater Georgius Kester, S.J. dan Pater Gustavus Oosthout, S.J. bersama dengan Bruder Leonardo Scrijnemakers, FIC dan suster-suster kepala yayasan pendidikan yang mengupayakan kesejahteraan masa tua para pegawai. Untuk mengupayakan dana hari tua, para pendiri ini juga membangun hubungan saling percaya dengan para donatur, khususnya di Belanda. Sejak awal, “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” secara nyata dihidupkan dalam semangat dan tindakan para pendiri walaupun tidak dirumuskan sebagai sebuah tagline.   Oleh karena itu, acara puncak Pesta Emas Yadapen yang diselenggarakan pada 14-15 Oktober 2024 lalu pada dasarnya merupakan upaya menyegarkan kembali ingatan pada semangat pendiri. Kemitraan dan sinergi menjadi semangat pendiri yang sangat ditonjolkan dalam perayaan ini. Tamu-tamu yang diundang datang dari berbagai lembaga pemberi kerja dengan beragam tempat dan bidang, mulai dari yayasan pendidikan di Sumatera, perusahaan manajer investasi di Jakarta, sampai karya sosial di timur Indonesia. Amat disyukuri pula dukungan Nostri yang hadir mewakili beragam karya, mulai dari Provinsialat, PT Kanisius, hingga lembaga pendidikan seperti Unika Soegijapranata dan Yayasan Kanisius. Para penampil pun berasal dari sekolah-sekolah yang dinaungi beberapa yayasan perintis Yadapen, yaitu Yayasan Kanisius, Pangudi Luhur, dan Marsudirini.     Bukan hanya dalam kehadiran dan penampilan, semangat kemitraan dan saling percaya juga disegarkan melalui momen presentasi pengawas dan pengurus Yadapen, serta diskusi bersama. Apresiasi diberikan atas perkembangan dan berbagai hal baik yang dipaparkan oleh pengawas dan pengurus. Berbagai masukan dan tawaran solusi ditemukan bersama serta dibagikan di antara para hadirin supaya Yadapen sungguh-sungguh dapat menjadi mitra terpercaya.   Pergumulan lembaga dan peserta pun secara jujur dibuka dalam forum. Beberapa contoh dapat disebutkan dalam tulisan ini. Dampak dari kasus Jiwasraya terhadap Yadapen, misalnya, masih disinggung sebagai luka batin yang belum sembuh bagi sebagian orang, lengkap dengan semua kesalah-pahamannya. Ada juga cerita tentang tarik ulur lembaga dalam memutuskan bertahan di Yadapen ketika ada kewajiban mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. Muncul pula pengakuan akan adanya ketertarikan pada tawaran dana pensiun lain, khususnya Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Yang juga terlontar dalam diskusi adalah kesepadanan nilai uang yang diperoleh para pensiunan dibandingkan kebutuhan mereka jika mengikuti program Manfaat Pensiun Berkala yang ditawarkan Yadapen.   Segala bentuk keterbukaan dan saling percaya tersebut pun layak disyukuri sebagai rahmat pesta emas. Alih-alih resistensi terhadap segala hal yang telah, sedang, dan akan diupayakan Yadapen, momen sharing justru menunjukkan rasa saling memiliki antara Yadapen, lembaga pemberi kerja, dan orang-orang yang menjadi peserta dana pensiun. Tersirat keinginan lembaga-lembaga pemberi kerja dan peserta untuk tetap mempercayai Yadapen sebagai mitra dana hari tua mereka. Akan tetapi, keinginan tersebut tentu saja harus Yadapen imbangi dengan inovasi dan tata kelola yang semakin sesuai zaman.     Lepas dari fakta jatuh bangun Yadapen, kesempatan menjadi “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” berbuah dalam hasil yang terukur dalam data: audit dengan predikat “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”, dana kelolaan sebesar Rp 1,2 triliun, dan hasil investasi (Return on Investment/ROI) tahun 2023 yang mencapai 6,58% (melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG sebesar 6,16%). Digitalisasi laporan dan upaya paperless juga terus dikembangkan Yadapen melalui aplikasi Klik Yadapen. Setelah beberapa waktu berjalan dengan aplikasi untuk peserta, acara puncak Pesta Emas Yadapen menjadi kesempatan soft launching aplikasi untuk lembaga.   Bentuk lainnya adalah berupa kesediaan beberapa lembaga dana pensiun untuk memilih Yadapen sebagai rekan belajar, mulai dari Dana Pensiun (DP) KWI, DP PGI, DP Gereja Baptis, DP LAI, Pupuk Kaltim, dan Astra. Yadapen pun masih dianugerahi mitra baru, yaitu PT. Focus Data dan tarekat SJMJ Provinsi Manado. Yang akan menyusul menjadi mitra Yadapen adalah Yayasan Satunama, Yogyakarta dan Akademi Maritim Nusantara, Cilacap. Rangkaian data itu semata-mata ingin menunjukkan bahwa kemitraan yang terus diperjuangkan antara Yadapen, pemberi kerja, dan peserta sungguh-sungguh dapat berbuah baik. Hasil konkret kemitraan ini pun dirayakan dalam Pesta Emas Yadapen sebagai apresiasi atas kesediaan berbagai pihak untuk tetap percaya pada Yadapen.   Pertanyaan “Akankah Yadapen terus menjadi ‘Mitra Terpercaya Dana Hari Tua’?” mungkin saja akan terus dilontarkan oleh berbagai pihak. Pertanyaan tersebut akan dijawab oleh waktu dan kinerja Yadapen saat ini hingga ke depannya. Yadapen sendiri hanya dapat mengusahakan sembari memohon rahmat Tuhan agar spirit “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” terus mengalir dalam nafas hidup dan gerak langkahnya. Selain itu, dukungan semua pihak tetaplah dibutuhkan dalam karya kemitraan ini. Setelah lima dekade, semoga karya ini terus menjadi berkat bagi banyak orang.   Kontributor: Rafael Mathando Hinganaday, S.J.

Pelayanan Gereja

Mengenal Jesuit Lebih Dalam

Minggu, 20 Oktober 2024, teman-teman Gedangan Muda (sebutan untuk OMK Paroki St. Yusup Gedangan, Semarang) mengadakan kunjungan ke Provinsialat Serikat Jesus Provinsi Indonesia.   Dalam kunjungan ini, kami berkesempatan untuk mengenal lebih dalam mengenai persebaran Jesuit di Indonesia serta peninggalan romo-romo yang telah meninggal. Pater Windar Santosa, S.J. menceritakan mengenai kisah sejarah Jesuit serta apa saja yang biasa dilakukan. Beliau juga menjelaskan tugas-tugas perutusan Jesuit yang berakar pada spiritualitas Ignasian, yang menekankan refleksi batin, pelayanan, dan pengabdian kepada sesama. Jesuit memiliki misi penting dalam pendidikan, sosial, dan pelayanan gereja yang telah mereka jalankan sejak zaman kolonial hingga sekarang.   Setelah mendapat banyak pengetahuan dari Pater Windar, S.J., kami berkesempatan untuk mengunjungi museum kecil Jesuit yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah dari romo-romo pendahulu. Museum tersebut memamerkan koleksi yang menggambarkan perjuangan dan dedikasi para Jesuit dalam menyebarkan ajaran Katolik di berbagai wilayah di Indonesia, memberikan gambaran nyata mengenai jejak perjalanan misi mereka selama ratusan tahun.     Harapan dari kegiatan ini adalah agar semangat menggereja orang muda semakin tumbuh, terutama dalam menghidupi Spiritualitas Ignasian yang ditekankan dalam ajaran Jesuit. Dengan memahami sejarah dan nilai-nilai yang dipegang oleh ordo ini, kami diharapkan dapat lebih terinspirasi untuk melayani sesama dan lebih aktif dalam kegiatan menggereja, sejalan dengan semangat refleksi, pengabdian, dan kedalaman batin yang diajarkan oleh Santo Ignatius dari Loyola.   Kontributor: Gedangan Muda

Pelayanan Gereja

56 Tahun Paroki Bongsari Gembira Melangkah

Gembira bersama kita melangkah, itulah sepenggal lirik dari Mars Paroki St. Theresia Bongsari karya alm. Martin Runi. Kalimat ini selalu digaungkan dalam semangat hidup umat Paroki Bongsari. Umat diajak melangkah maju dengan penuh kegembiraan sembari mewartakan sabda Allah kepada sesama.   Tak terasa paroki St. Theresia Bongsari memasuki usia 56 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah paroki dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan komunitasnya. Dalam rangka tahun formatio iman di Keuskupan Agung Semarang, HUT Paroki mengambil tema “Dengan Spiritualitas St. Theresia mewujudkan formatio iman berjenjang dan berkelanjutan”.   Menilik 56 tahun yang lalu, tahun 1968, paroki St. Theresia Bongsari resmi berdiri dan dikepalai oleh Pater Ingen Housz, S.J. Nama St. Theresia dipilih sebagai nama paroki Bongsari karena doa sebuah keluarga telah terkabul melalui perantaraan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Sejarah pemilihan nama ini disampaikan oleh Pater Didik Chahyono, S.J., sebagai pastor kepala pada saat homili dalam misa perayaan HUT Paroki Bongsari pada Minggu, 6 Oktober 2024 lalu.   Dalam homilinya, Pater Didik juga menyampaikan kehidupan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menginspirasi langkah hidup umat Bongsari. Dalam homili tersebut, Pater Didik menyampaikan bahwa St. Theresia merupakan seorang biarawati yang rajin berdoa. St. Theresia ini menganggap dirinya seperti bunga mawar kecil yang akan ia berikan kepada orang-orang yang memohon perantaraannya.     Perayaan Ekaristi Puncak Hari Ulang Tahun Paroki dipimpin oleh Pastor Kepala dengan konselebran romo vikaris parokial Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., dan Pater Clemens Budiarta, S.J. pada 6 Oktober 2024. Ekaristi ini diawali dengan perarakan vandel, dilengkapi pemberkatan gunungan sayur dan diiringi dengan paduan suara Mlengse Voice yang berkolaborasi dengan tim keroncong Tjong D’goest dari Paroki Banyumanik, Semarang.   Pada saat memasuki angka 58 (lima dan delapan), Pater Didik berharap bahwa Paroki Bongsari dapat menjadi paroki yang sungguh “mapan.” Kemapanan ini ditunjukkan dengan gedung pelayanan pastoral Grha Argya, kapel adorasi, dan tata kawasan yang sudah selesai dibangun sebagai fasilitas-fasilitas pendukung untuk kegiatan umat paroki Bongsari. Dalam perayaan ini ada juga launching dan pengenalan website parokibongsari.org yang dilengkapi dengan fitur data umat (SIBO) dan pemesanan ruang.   Pasca perayaan Ekaristi, umat langsung disambut dengan hidangan bubur yang telah disiapkan oleh perwakilan umat dari setiap wilayah di paroki Bongsari. Bubur yang disiapkan pun beragam, mulai dari yang gurih seperti bubur dengan topping telur bacem dan sambal goreng sampai bubur candil yang manis. Sembari menikmati hidangan bubur, umat yang hadir juga disuguhi oleh berbagai penampilan dari perwakilan umat Paroki Bongsari.   Ada berbagai rangkaian acara HUT Paroki Bongsari. Bentuk acara ini merupakan implementasi Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus. Paroki Bongsari membuat beberapa kegiatan, antara lain: Menunjukkan Jalan Menuju Allah: sepanjang bulan Oktober mengadakan empat kali pertemuan katekese pelindung paroki, mengenal spiritualitas St. Theresia di akhir doa rosario. Berjalan Bersama yang Terkucilkan: pembagian sembako untuk masyarakat yang membutuhkan pada puncak HUT Paroki. Peziarahan Bersama Orang Muda: mengadakan katekese untuk anak-anak yang melibatkan sinergi pendamping PIA dan tim OMK pada 8 September 2024. Merawat Rumah Kita Bersama: melakukan kegiatan tabur benih ikan dan senam bersama di area waduk Jatibarang, Kec. Gunungpati pada 29 September 2024.     Meskipun dikemas sederhana, kegembiraan yang terpancar dari umat yang hadir dalam perayaan HUT ke-56 paroki Bongsari sungguh dapat dirasakan dalam rangkaian acara ini. Semoga di usia semakin matang, Paroki semakin menghidupi kharisma St. Theresia, memakai horison Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus, dan dalam kesepahaman dengan gerak gereja Keuskupan Agung Semarang.   Sebagai pelengkap sukacita ulang tahun, pada tanggal 23 Oktober 2024, Komsos Paroki Bongsari memenangkan lomba film dokumenter dengan tema Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) tingkat Kevikepan Semarang. Ada dua kategori yang dimenangkan, yakni Juara I dan Juara Favorit. Hadiah diberikan langsung oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam acara penutupan tahun FIBB di Paroki Kudus. Semoga iman umat semakin diperdalam dan nama Allah semakin dimuliakan dengan pencapaian-pencapaian ini.   Kontributor: Anastasia Adristri – Paroki Bongsari 

Karya Pendidikan

Kemah Budaya Wujudkan Budaya Baik

Pendidikan Pramuka adalah salah satu proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup dan akhlak mulia sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma. Hal tersebut senada dengan Misi Yayasan Kanisius yaitu menyelenggarakan pendidikan yang unggul agar peserta didik berkembang menjadi pribadi yang pancasilais, cerdas, dan berkarakter.   Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan HUT ke-106 tahun mengadakan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius di Bumi Perkemahan Prambanan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 16-18 Oktober 2024 dan diikuti oleh 1.008 peserta dari seluruh sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepanitiaan Jambore Penggalang ini melibatkan 102 pembina dari semua sekolah tersebut. Sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam 6 KSK (Komunitas Sekolah Kanisius), yaitu Kulon Progo, Sleman Barat, Sleman Timur, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Gunungkidul.     Jambore Penggalang Kanisius tahun ini bertajuk Kemah Budaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi terpilihnya Bumi Perkemahan Candi Prambanan sebagai tempat diadakannya acara. Adik-adik penggalang dikenalkan berbagai peninggalan bersejarah yang ada di komplek Candi Prambanan dengan melakukan jelajah candi. Selain itu, mereka juga diajak untuk menyaksikan Sendratari Ramayana sebagai salah satu peninggalan budaya Indonesia. Lebih luas lagi, pengenalan kebudayaan nasional dilakukan melalui kegiatan Defile Nusantara yang diperankan oleh adik-adik dari 6 KSK tersebut. Pembagian wilayah Defile Nusantara sebagai berikut:  KSK Kulon Progo mengusung budaya Sulawesi KSK Sleman Barat mengusung budaya Bali KSK Kota Yogyakarta mengusung budaya Papua KSK Bantul mengusung budaya Kalimantan KSK Sleman Timur mengusung budaya Sumatera KSK Gunung Kidul mengusung budaya DIY   Pada saat defile adik-adik penggalang masing-masing KSK menampilkan berbagai pertunjukan kesenian daerah sesuai dengan pembagian yang sudah diberikan. Tari-tarian dan nyanyian daerah menyemarakkan Defile Nusantara siang itu.     Jambore Penggalang Kanisius tahun ini juga mengusung kearifan lokal Yogyakarta melalui kegiatan wisata kuliner tradisional khas Yogyakarta, seperti peyek belut, jadah tempe, slondok, madu mangsa, manggleng, marning, dan sebagainya.   Rangkaian kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater J. Heru Hendarto, S.J. sebagai selebran utama dengan konselebran PP Aria Dewanto, S.J., Thomas Surya Awangga, S.J., Azismardopo Subroto, S.J., Rm. Herman Yoseph SS, Pr, dan Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr. Setelah perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan.   Kepala Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta Ibu Nur Sukapti, S.Pd. melakukan pemukulan gong yang diikuti dua kali tepuk pramuka oleh seluruh peserta menjadi tanda dibukanya kegiatan. Upacara pembukaan diakhiri dengan laporan persiapan pelaksanaan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius oleh Kak Yanuar Setyarso dan Kak Kensi Jati Hananingrum selaku Ketua 1 dan 2.   Jambore Penggalang Kanisius kali ini mengusung tema “Penggalang Kanisius Tak Gentar” : Penggalang Kanisius Terlibat Aktif, Generasi Tangguh, dan Reflektif. Dengan tema tersebut, adik-adik penggalang Kanisius diharapkan semakin terlibat aktif, tangguh, dan reflektif dalam menghadapi tantangan zaman saat ini. Perkemahan ini dikemas dengan dinamika kampung, di mana setiap kampung dipimpin oleh lurah dan carik. Dalam dinamika kampung ini dilakukan banyak kegiatan yang diharapkan dapat menumbuhkan karakter tangguh, pantang menyerah, tidak rapuh, dan selalu gembira. Selain itu, adik-adik penggalang dilatih menjadi Generasi Reflektif sebagai salah satu penguatan nilai dasar Kanisius (Kedisiplinan, Keunggulan, Kepedulian, Kejujuran, dan Kemerdekaan). Dalam kegiatan perkemahan Jambore Penggalang Kanisius ini, adik-adik diajak untuk berefleksi dan merumuskan aksi sebagai tindak lanjutnya. Harapannya, kegiatan refleksi dan aksi ini menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.     Dalam Jambore Penggalang Kanisius para pembina pendamping menemani adik-adik penggalang untuk berpetualang selama tiga hari dua malam. Kakak-kakak pembina memfasilitasi adik-adik dalam bekerja sama dan peduli terhadap teman serta lingkungan. Kepedulian lingkungan diwujudkan dengan menjaga kebersihan dan kerapian tenda serta pemilahan sampah di kampung masing-masing. Selain itu, adik-adik penggalang juga diajak bergembira melalui fun game dan dinamika keterampilan kepramukaan.   Kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini juga memperhatikan keamanan dan keselamatan bagi para peserta kemah maupun pembina pendamping (Budaya Aman). Panitia bekerja sama dengan Rumah Sakit Panti Rini dalam rangka mengantisipasi keadaan darurat yang dapat terjadi selama kegiatan. Selain itu, tim P3K dari kepanitiaan juga siap memberikan pertolongan pertama sesuai prosedur keselamatan. Budaya aman juga diciptakan dengan membedakan lokasi tenda putra dan putri. Untuk tenda putra di kampung Tangguh dan Aktif sedangkan tenda putri di kampung Reflektif dan Integritas.   Jambore Penggalang 106 tahun Kanisius ini diharapkan menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk pribadi yang cerdas dan berkarakter. Pembelajaran-pembelajaran baik dalam kegiatan ini, harapannya, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di keluarga, sekolah, gereja, maupun masyarakat. Semua dinamika ini juga menjadi usaha dalam mengimplementasikan UAP (Universal Apostolic Preferences) pokok menemani kaum muda menciptakan masa depan yang penuh harapan dan bekerjasama dalam merawat bumi rumah kita bersama.   Kontributor: Panitia Jambore Penggalang Yayasan Kanisius

Pelayanan Masyarakat

Berbagi Berkah

Sabtu, 14 September 2024 yang lalu, para frater PIC (penanggung jawab) nasi berkah berkumpul di unit Pulo Nangka bersama keluarga Ibu Fifi dan Ibu Kim. Selama ini Ibu Fifi dan Ibu Kim menjadi donatur kegiatan nasi berkah yang diadakan Kolese Hermanum. Dalam kesempatan ini hadir pula beberapa perwakilan dari lingkungan Fransiskus Asisi Wilayah 8. Mereka ingin belajar bagaimana menyelenggarakan program nasi berkah ini.   Pater Widy membuka acara dengan sesi perkenalan dari masing-masing yang hadir dan menjelaskan sejarah munculnya program nasi berkah ini. Program nasi berkah merupakan adaptasi dari program yang dilakukan oleh Ibu Fifi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya ketika masa-masa pandemi. Di Kolese Hermanum sendiri, Pulo Nangka adalah unit pertama yang mengawali program ini dan kemudian meluas hingga ke empat unit lainnya (Kampung Ambon, Johar Baru, Kramat 6, dan Wisma Dewanto). Hingga saat ini, program nasi berkah telah berjalan kurang lebih selama satu tahun delapan bulan sejak Januari 2023.   Program nasi berkah ini dimulai dengan mencari warung makan di sekitar unit-unit yang mampu menyediakan makanan yang bersih dan enak. Setelah itu, dilakukan diskusi dengan pemilik warung apakah bersedia jika warungnya dijadikan tempat untuk menjalankan program nasi berkah. Kupon yang dibagikan bernilai sepuluh ribu, namun penerima kupon tetap harus membayar sejumlah dua ribu rupiah ke warung untuk bisa menggunakan kupon tersebut. Setelah sepakat dengan pemilik warung, maka PIC akan membayar sejumlah tiga ratus ribu ke pemilik warung, baru kemudian kupon dibagikan. Setiap minggu ada tiga puluh kupon yang dibagikan dan setiap akhir minggu PIC akan memeriksa dan membayar kupon tersebut sehingga warung tersebut selalu memiliki dana sejumlah tiga ratus ribu untuk menyiapkan makanan. Donasi yang diberikan tiap-tiap unit bisa sampai satu juta dua ratus ribu rupiah dalam setiap bulannya. Bagi warung makan yang bekerja sama dalam program ini tentu bisa menambah pendapatan mereka setiap bulannya, terutama bagi warung-warung makan kecil dan sederhana. Hal ini berarti juga tidak hanya penerima kupon yang menerima manfaat dan berkah tetapi juga warung makannya.     Dalam program ini, ada satu hal yang menarik, yaitu sebagian besar PIC dari masing-masing unit merupakan skolastik ekspatriat. Dalam cerita-cerita yang dibagikan selama acara, mereka merasa bahwa kesempatan menjadi PIC merupakan sarana bagi mereka untuk memperdalam kemampuan berbahasa Indonesia. Mereka merasa terbantu dalam mengembangkan kemampuan bahasa mereka, meski ketika awal-awal memulai program ini rasanya tidak mudah. Selain belajar bahasa, mereka juga mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan warga sekitar sekaligus belajar mengenai situasi masyarakat di Indonesia.   Nuansa yang terbangun dalam kesempatan ini adalah rasa syukur. Dalam cerita dan refleksi yang dibagikan, pengalaman membagikan kupon memberikan momen perjumpaan yang mengesan. Dari cerita yang dibagikan oleh frater Yohan, pengalaman membagi kupon membawanya pada momen saling mengenal satu sama lain dengan orang yang diberi kupon. Frater Yohan bisa berbincang dan mengenal latar belakang pribadi dan keluarganya, dsb. Melalui perjumpaan sederhana, sekat tak kasat mata yang bernama tidak peduli dan tidak kenal perlahan-lahan memudar. Dari cerita dan refleksi yang dibagikan oleh ibu Fifi, ternyata tindakan kecil bisa berdampak besar asalkan dilakukan dengan konsisten. Dari pengalamannya menjalankan program “bagi-bagi makan siang” di sekitar tempat tinggalnya, ada sebuah nilai penting yang muncul yaitu bagaimana cara menghargai orang lain dengan memberi sesuatu secara layak.   Dalam refleksi-refleksi yang dibagikan, ada beberapa hal penting yaitu bahwa ini merupakan bentuk panggilan untuk berjalan bersama orang yang miskin dan tersingkirkan, sebagaimana tertuang dalam UAP nomor dua. Program ini juga disadari sebagai suatu sarana untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ditinggalkan di dunia, sehingga mereka mampu untuk merasakan kasih, rahmat, dan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Tuhan, dengan segala cara-Nya juga ikut berjalan bersama mereka.   Ada banyak nilai dan pengalaman berharga yang bisa dipetik dari program ini. Pengalaman yang dapat terus direfleksikan dan tentunya dibagikan kepada orang lain sehingga buahnya dapat dirasakan oleh banyak orang. Pertanyaannya adalah bersediakah kita menjadi sarana bagi Tuhan untuk menyalurkan rahmatNya pada setiap ciptaan-Nya di dunia?   Kontributor: S Christoforus Kevin Hary Hanggara, S.J.

Tahbisan

Tempatkan Aku Bersama Putera-Mu

Pon me con tu hijo Place me with your Son Pon me con tu hijo Place me with your Son   “Tempatkan aku bersama puteramu.” Inilah lagu pembuka yang mengiringi tahbisan diakon di Gereja Gesu, kampus Universitas Ateneo de Manila, Filipina, pada Sabtu, 12 Oktober 2024 yang lalu. Lagu ini bersumber dari pengalaman mistik La Storta St. Ignatius ketika berjumpa dengan Allah Bapa yang memohon agar dia ditempatkan di samping Putera-Nya yang sedang memanggul salib. Ada 11 skolastik dari 7 negara yang menerima tahbisan diakon tahun ini. Dua frater di antaranya dari Serikat Jesus Provinsi Indonesia, yakni Isidorus Bangkit Susetyo Adi Nugroho, S.J. dan Antonius Septian Marhenanto, S.J. Ada dua skolastik dari regio Thailand, yaitu: Isidore Sadudee Domrongkitmongkon, S.J. dan Jude Tharadol Dongyasopa, S.J. Beberapa frater lainnya adalah Dickson Dalph Tiwelfil, S.J. (Micronesia), Joseph Nguyen Van Vien, S.J. (Vietnam), Nicholas Han Zaw Shing, S.J. (Myanmar), Shane Joseph Liesegang, S.J. (United States), serta Alejo Sarcilla San Buenaventura, S.J, Melvin Garcia Paulme, SJ, dan Rico Jaen Adapon, SJ, (Filipina).   Tiga Poin Homili Administrator Apostolik Cubao Perayaan Ekaristi tahbisan diakonat ini dipimpin oleh Mgr. Honesto P. Ongtioco, D. D., administrator apostolik Keuskupan Cubao. Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh beliau. Pertama, Bapa Uskup mengingatkan kembali dua pertanyaan sederhana yang disampaikan dalam perjumpaannya dengan para calon diakon pada 5 Oktober yang lalu, yaitu: (1) bagaimana mereka mengetahui Serikat Jesus? dan (2) apa yang membuat mereka memutuskan untuk masuk ke dalam kehidupan religius, khususnya menjadi Jesuit?” Pertanyaan tersebut tidak hanya dijawab sekali tetapi juga diendapkan dalam proses perutusan selanjutnya. Kedua, para diakon juga diundang menjadi orang kudus yang membuka diri kepada Tuhan untuk menemukan hal-hal yang indah, khususnya di dalam rahmat panggilan. Dalam hal ini, terpapar dengan berbagai macam orang dari segala latar belakang menjadi sungguh penting, terutama mereka yang terluka dan terpinggirkan.     Ketiga, mengenang kembali perjumpaan Maria dengan malaikat dalam narasi kelahiran Yesus, pengalaman yang hanya terjadi sekali dan tak terulang. Akan tetapi, Maria tetap mengingat hari ketika dia dipilih oleh Tuhan, dan terus membawa kenangan tersebut, bahkan di dalam momen kegelapan. Demikian pula, para diakon mungkin akan merasakan nuansa pengalaman serupa yang diliputi dengan kesendirian dan ketakutan. Mgr. Honesto P. Ongtioco, D. D. mengajak mereka untuk menjaga di dalam hati mereka apa yang terjadi pada perayaan tahbisan ini saat Allah sendiri yang meneguhkan mereka. Tahbisan diakon bukan hanya menjadi pengalaman yang senantiasa terkenang, tetapi juga memberikan kekuatan untuk berkomitmen dalam menjalankan kaul-kaul religius di dalam Serikat.   Rahmat dan Penyertaan Tuhan Setelah Ekaristi, para tamu diundang ke Ateneo High School Covered Courts untuk mengikuti ramah tamah dan santap siang bersama. Beberapa tampilan dari umat tempat kerasulan para frater juga turut mewarnai acara tersebut. Setelah ditahbiskan, para diakon tertahbis melanjutkan tahun terakhir studi mereka di Loyola School of Theology sembari memberikan pelayanan sakramental di beberapa kapel atau gereja di Manila. Doa dan dukungan sungguh diharapkan agar mereka dapat menjalankan perutusan dengan baik serta mempersiapkan tahbisan imamat di provinsi dan regio masing-masing.   Anda dapat menyaksikan streaming Tahbisan Diakon dengan klik link https://www.youtube.com/watch?v=qNK9m6FBDwA&t=3436s   Kontributor: S Laurencius Rony Andriyanto, S.J.  

Feature

BE THE BRIDGE FOR PEOPLE TO KNOW THE MEANING OF LIFE

Menjadi sebuah pertanyaan mengapa menjadi jembatan bagi masyarakat dapat membuat kita mengetahui makna hidup itu sendiri? Jembatan pada konteks ini memiliki arti sebagai perantara atau perpanjangan tangan untuk menghubungkan orang–orang yang mempunyai latar belakang yang beragam, memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan, mengatasi ketidaksetaraan, dan mendukung adanya perubahan positif dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai mahasiswa yang memiliki hak istimewa untuk mendapatkan ilmu atau wawasan yang lebih sudah seharusnya kita memiliki sikap peduli terhadap kehidupan bersosial dan ikut terlibat untuk menjadi jembatan kepada mereka yang membutuhkan bantuan kita.   Peduli adalah salah satu dasar dari kebaikan manusia yang menjadi nilai penting dalam kehidupan bermasyarakat atau bersosialisasi. Namun pada era modern saat ini, tingkat kepedulian antar sesama mulai menurun dikarenakan kesibukan yang menjadikan sikap individualistis semakin meningkat. Rasa kepedulian seseorang dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara namun tentunya sikap proaktif atau keinginan untuk terlibat menjadi jembatan itu sendiri. Cukup banyak cara yang dapat digunakan dan dilakukan untuk menumbuhkan rasa kepedulian dalam diri setiap masyarakat, salah satunya yaitu menjadi relawan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.     Saya pernah menjadi sukarelawan di suatu seksi pengabdian masyarakat yang ada di kota Yogyakarta. Pengabdian ini bertujuan untuk membentuk suatu komunitas belajar pada desa yang tidak memiliki akses pendidikan yang layak. Motivasi saya untuk bergabung menjadi relawan yaitu karena adanya keinginan saya untuk membagikan ilmu yang saya miliki kepada mereka yang membutuhkannya dan mengembangkan nilai–nilai sosial yang ada.    Dari kegiatan sosial tersebut saya mendapatkan banyak pelajaran akan makna kehidupan, salah satunya saya melihat bahwa setiap manusia itu berharga dan memiliki potensi dalam diri mereka masing-masing.    Sudut pandang manusia terhadap kehidupan tentunya berbeda–beda dan cara memaknai kehidupan juga tentunya berbeda namun nilai–nilai sosial itu tidak akan pernah berubah. Menjadi orang yang peduli tentunya tidak akan pernah memberikan makna yang tidak baik, melainkan mengajarkan kita akan banyak makna kehidupan. Dengan menunjukkan rasa peduli kita akan sesama, kita juga mendapatkan suatu hal baru yang sangat berharga di dalam hidup kita dan menjadi paham akan makna dari kehidupan itu sendiri.   Tunjukkanlah rasa peduli dengan mengatakan “aku peduli” dan lakukan tindakan nyata sebagai bentuk jalan pengabdian.   Kontributor: Monayanti Simanjuntak – Volunteer Realino SPM

Karya Pendidikan

UAP dalam Konteks Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan

Michael College Ministry (MCM) Surakarta pada Minggu, 15 September 2024 menyelenggarakan kegiatan Bincang Santai Spiritualitas Ignatian: UAP dalam Konteks Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan. Ini merupakan rangkaian kegiatan Ignatian Day di Aula Politeknik ATMI Surakarta. Kegiatan ini dihadiri  48 orang, yang terdiri atas para guru agama Katolik dari SMP/SMA/SMK yang dikelola Lembaga Pendidikan  Katolik dan para katekis dari paroki-paroki yang berada di Kota Surakarta dan sekitarnya. Hadir pula beberapa kepala sekolah SMA dan SMK dari sekolah yayasan Katolik serta biarawan dan biarawati. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini Memupuk Iman dalam Kegalauan Sehari-hari dengan narasumber Pater Albertus Bagus Laksana, S.J. Rektor Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.   Tahun Peziarahan Harapan  Dewasa ini, salah satu tantangan iman yang dihadapi Gereja adalah hilangnya harapan. Harapan merupakan dasar dalam menjalani hidup. Seorang peziarah yang tanpa harapan sama artinya dengan peziarahan tanpa tujuan. Itulah mengapa harapan begitu penting, terutama bagi kaum muda. Hal inilah yang menjadi dasar Paus Fransiskus menetapkan tahun 2025 sebagai tahun peziarahan harapan.   Banyak orang tua yang hidup sendirian kehilangan harapan akan hari tuanya. Keluarga muda yang harus menanggung beban ekonomi atau menjadi sandwich generation kehilangan harapannya untuk menabung demi masa depan. Anak-anak yang sejak dini sudah terpapar banjir informasi yang tidak bisa dikelola sesuai dengan usianya mengalami keputusasaan dengan situasi saat ini. Para pendidik, pembimbing, guru, dan katekis dipanggil untuk melakukan pendampingan yang sesuai bagi kaum muda agar tidak kehilangan harapan, selaras dengan salah satu tema UAP (Universal Apostolic Preferences) yaitu menemani kaum muda menemukan masa depan yang penuh harapan. Para pendidik, pembimbing, guru, dan katekis diajak mengenal spiritualitas Ignatian untuk mendampingi kaum muda.   “Apakah pendampingan kita cukup kuat untuk memberikan pengharapan bagi anak-anak dan kaum muda?” tanya Pater Bagus Laksana. Ini menjadi pertanyaan reflektif bagi seluruh peserta.    Kasus-kasus terkini Akhir-akhir ini sering terdengar kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Banyak orang menderita, depresi, dan mengalami tekanan. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain tekanan hidup, kematangan otak yang belum tercapai, banjir arus informasi serta faktor biologis, psikologis dan sosial.   Usaha pencegahan dan mengatasi depresi Remaja sekarang sudah terpapar begitu banyak arus informasi bahkan sejak mereka kecil. Banyaknya arus informasi ini tidak sepadan dengan kematangan otak mereka dalam memproses informasi yang ada. Sedangkan kematangan otak manusia baru terjadi pada usia 25 tahun. Itulah mengapa banyak remaja yang ditemukan mengidap depresi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI 2023) angka tertinggi pengidap depresi terjadi di usia 15-24 tahun. Depresi yang tidak tertangani bisa memicu seseorang untuk melakukan percobaan bunuh diri. Bunuh diri adalah puncak dari masalah kesehatan mental masyarakat dan menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.    Dalam masyarakat orang yang mengalami depresi atau melakukan percobaan bunuh diri dicap tidak beriman kuat. Lalu, bagaimana dengan formatio iman? Sebagai pendamping orang muda, kita melakukan perjumpaan fisik (hadir secara langsung), memberikan perhatian serta dukungan dan mendengarkan serta memberi ruang bagi mereka. Stop menghakimi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Selain itu juga dengan menaikkan citra diri, perlunya kehadiran orang tua dalam mendampingi dan meningkatkan resiliensi mental.   Membendung banjir arus informasi harus dilakukan di sekolah-sekolah agar anak tidak menerima informasi-informasi palsu dan memberikan tekanan pada otak yang mestinya tidak perlu dipikirkan. Ponsel bisa tidak digunakan ketika kegiatan belajar-mengajar sekolah. Hal ini sudah dilakukan di negara Amerika. Mereka dipaksa untuk tidak memakai ponsel sehingga sekolah menyediakan laptop atau PC untuk pembelajaran.     Apa peran spiritualitas Ignatian?  Spiritualitas Ignatian mengajak pembimbing mendampingi anak muda untuk melakukan latihan rohani sehingga menumbuhkan motivasi melalui pembedaan roh dan juga diskresi. Orang muda diajak untuk tidak memikirkan hal-hal traumatik, kegagalan masa lalu, dan memandang masa depan dengan suram. sebaliknya, mereka diajak untuk memiliki pengharapan.    Dalam menumbuhkan pengharapan, kita bisa dengan mengajak orang muda untuk terlibat dan ikut pelayanan untuk melatih bela rasa, contohnya membantu menjaga lansia. Tak jarang sebagai manusia kita mengalami kebosanan iman dan ini dapat diatasi dengan membangkitkan selera iman. Selera iman adalah mencari cara-cara agar kaum muda bisa bertumbuh dalam iman. Misalnya untuk Ignatian, melakukan perjalanan ziarah dari Puri Loyola sampa Manresa dengan jalan kaki.    Pater Bagus Laksana mengajak peserta untuk menyadari tujuan manusia diciptakan, yakni memuji, menghormati, dan mengabdi Allah dalam Spiritualitas Ignatian. Hal ini juga digunakan dalam mendampingi orang muda yang sedang galau untuk mengingat tujuan utama hidup dan mampu memilih hal mana yang terpenting bagi hidup mereka. Pater Bagus Laksana juga menjelaskan sedikit mengenai pembedaan Roh, desolasi dan konsolasi, dan mengenal roh baik dan roh jahat.   Keterbatasan pembimbing atau pendamping kaum muda Pada pertemuan ini muncul tanggapan bahwa di  “lapangan,” baik itu di sekolah negeri maupun swasta dan juga di paroki, pembimbing yang mendampingi anak dengan spiritualitas Ignatian masih sedikit, bahkan bisa dibilang tidak ada. Pendamping kaum muda itu kebanyakan sukarelawan yang sering kali tidak menerima pembekalan apapun. Menanggapi hal tersebut Pater Bagus Laksana mengungkapkan bahwa spiritualitas Ignatian memang perlu menjadi  gerakan dan jaringan yang menyentuh orang dalam hidup sehari-hari. Perlu keterlibatan banyak orang, perlu alokasi sumber daya dari Gereja, dan perlu pendampingan berjenjang. Pelajaran agama di sekolah dilakukan sebagai bagian formatio iman dan pendampingan iman.    Kontributor: F.X. Juli Pramana – YKC Surakarta