Pilgrims of Christ’s Mission

karya pendidikan

Karya Pendidikan

“Dengan Ketekunan, Kita Tumbuh Bersama”

Pada 25 Oktober 2024 lalu, sebanyak 478 orang yang terdiri dari para guru, tamu undangan, dan siswa-siswi menyaksikan momen istimewa Peresmian Gedung di Kolese Le Cocq d’Armandville. Tidak hanya peresmian gedung baru, acara ini juga digelar sebagai puncak Ajang Kreativitas Adhi Luhur (AKAL). AKAL adalah sebuah kegiatan rutin dua tahunan yang bertujuan untuk menyalurkan bakat serta kreativitas para siswa Kolese Jesuit di ujung timur Indonesia ini.   “Dengan Ketekunan, Kita Tumbuh Bersama” menjadi tema Peresmian Gedung dan acara AKAL kali ini. Tema ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kerja keras yang menjadi fondasi kesuksesan bersama. Ketekunan ini terpancar dalam berbagai aspek acara, mulai dari penari kolosal yang giat berlatih, hingga panitia yang mempersiapkan segala hal sejak sebulan terakhir.     Tamu Istimewa AKAL kali ini dihadiri sejumlah tamu istimewa, di antaranya Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, perwakilan Perkumpulan Alumni Kolese Jesuit (PAKJ), Pejabat Daerah, Anggota MRP (Majelis Rakyat Papua), Perwakilan PSW YPPK (Pengurus Sekolah Wilayah Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik), dan Kepala Dinas Kependudukan Catatan Sipil Provinsi Papua Tengah.   Acara dibuka dengan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Provinsial, kemudian dilanjutkan dengan pemberkatan gedung baru. Setelah pemberkatan gedung, dilaksanakan pemotongan pita sebagai penanda peresmian gedung ini oleh Pater Provinsial, Rektor Kolese Le Cocq, Perwakilan Pemerintah Provinsi, dan juga Pak Matheus, Wakil Ketua II Majelis Rakyat Papua.   Ketua Panitia AKAL, Elvin Sampary Giyai, dalam sambutannya, menjelaskan makna tema “Dengan Ketekunan Kita Tumbuh Bersama.” Prosesi dilanjutkan dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Tanah Papua. Tampil pula pertunjukan spesial, mulai dari monolog dari Stifani Semboor dan instrumen solo oleh Rika Rinanti Radja serta tari kolosal.     Karya Bersama Sambutan-sambutan penting juga disampaikan oleh beberapa pihak. Dalam sambutannya, Rektor Kolese Le Cocq sekaligus Badan Pengurus YPPK, Pater Johanes Sudrijanta, S.J., menceritakan proses jatuh bangun pembangunan gedung induk yang hampir memakan waktu dua tahun lebih.   Di balik pembangunan paling megah di Nabire ini, Pater Sudri menyampaikan bahwa ada sosok penting penyumbang ide, gagasan, bahkan materi, yakni Pak Frans. Beliau merupakan seorang arsitek yang dulu pernah bersekolah di Kolese Loyola. Berkatnya, anggaran pembangunan yang diperkirakan mencapai 15 miliar bisa dipangkas menjadi 11 miliar tanpa mengurangi kualitas dan fungsinya.     Ketika diwawancarai, Pak Frans menyampaikan bahwa gedung ini dirancang dengan menerapkan ilmu fisika bangunan untuk mempertahankan kualitas dan keamanan sehingga tahan gempa. Mengingat Nabire adalah wilayah gempa yang membuat tidak ada bangunan yang lebih dari dua lantai di gerbang Cendrawasih ini. Pak Frans menambahkan, “Dinding bangunan luar ini dirancang memakai solid glass block agar mengurangi resiko, namun fungsi kaca tersebut diambil alih oleh lubang-lubang kecil sebagai ventilasi untuk tetap menjaga kualitas udara.”     Harapan Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J., Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, menyampaikan bahwa bangunan yang baru ini kiranya menjadi semangat dan gairah baru bagi keluarga besar Kolese Le Cocq sehingga mampu menghadirkan pelayanan pendidikan yang bermutu di Papua secara umum dan Papua Tengah secara khusus. Bangunan yang sedemikian megah dan kokoh ini diharapkan mampu digunakan semaksimal mungkin dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam segala bidang.   Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Tengah, Ibu Rita Dessy Fauziah Ananda, S.T. selaku perwakilan Pj. Gubernur Papua Tengah dalam sambutannya menyampaikan bahwa peresmian Gedung Induk ini menjadi bukti keseriusan Kolese Le Cocq sebagai salah satu sekolah Katolik terbaik di Papua untuk ikut memberikan akses pendidikan yang bermutu bagi putra-putri Papua.   Bu Dessy mengapresiasi aneka usaha dan kerja keras para Jesuit dan tenaga pengajar di Kolese Le Cocq yang terus berusaha menghadirkan pendidikan yang berkualitas di kota ini. Ia menambahkan bahwa pemerintah akan selalu mendukung berbagai usaha dan niat baik para pengelola dan pelaksana sekolah ini, baik dalam bentuk dukungan moril dan materil sehingga semakin berkembang dan menghasilkan lulusan bermutu.     Tari Kolosal Acara puncak Peresmian Gedung Induk dan AKAL 2024 ditutup dengan tari kolosal. Sekitar 95 penari menyajikan enam tarian berbeda. Pertama, tarian Hati Su Tatinggal di Papua. Ini menggambarkan betapa indahnya keberagaman yang ada di Nabire dan juga ucapan syukur atas keindahan tanah leluhur mulai dari pegunungan sampai pesisir pantai. Kedua, Orsa Modao. Ini merupakan suatu lagu yang berasal dari Napan yang berarti “Hari yang Baik”. Ketiga adalah Waita, melalui prosesi bakar batu dalam tarian ini, kita menghaturkan ucapan syukur atas damai. Keempat, tari Kecak Sanghyang Dedari, di mana tarian ini terinspirasi dari kisah pertemuan antara Hanoman dan Arjuna. Melalui tarian ini, kita berharap bahwa dengan selalu melibatkan Tuhan terutama dalam acara ini, gedung baru Kolese Le Cocq di Papua ini menjadi gedung yang kokoh dan kuat serta bermanfaat baik.   Yang kelima, tarian Pangkur Sagu, menggambarkan kegiatan masyarakat Papua ketika bersiap memanen Sagu. Tarian ini menggambarkan niat para siswa untuk datang dan memasuki dunia pendidikan untuk menemukan sumber penghidupan. Terakhir, tarian Pergaulan Wi Sisi. Tarian ini dibawakan secara massal di wilayah pegunungan dan berasal dari suku Dani. Tarian ini adalah suatu ungkapan harapan agar rasa syukur dan niat mengumpulkan bekal masa depan bagi generasi muda dapat menular bagi semua orang.   Bertumbuh Bersama Pada akhirnya, acara ini kiranya mampu menjadi gairah baru bagi seluruh keluarga besar Kolese Le Cocq d’Armandville. Aneka ketekunan, kerja keras, dan pengorbanan semua pihak, termasuk panitia, para penari, dan para pendukung, kiranya membuat setiap pribadi di dalamnya bertumbuh.   Kontributor: Tim Dokumentasi AKAL 2024

Karya Pendidikan

Kemah Budaya Wujudkan Budaya Baik

Pendidikan Pramuka adalah salah satu proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup dan akhlak mulia sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma. Hal tersebut senada dengan Misi Yayasan Kanisius yaitu menyelenggarakan pendidikan yang unggul agar peserta didik berkembang menjadi pribadi yang pancasilais, cerdas, dan berkarakter.   Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan HUT ke-106 tahun mengadakan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius di Bumi Perkemahan Prambanan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 16-18 Oktober 2024 dan diikuti oleh 1.008 peserta dari seluruh sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepanitiaan Jambore Penggalang ini melibatkan 102 pembina dari semua sekolah tersebut. Sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam 6 KSK (Komunitas Sekolah Kanisius), yaitu Kulon Progo, Sleman Barat, Sleman Timur, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Gunungkidul.     Jambore Penggalang Kanisius tahun ini bertajuk Kemah Budaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi terpilihnya Bumi Perkemahan Candi Prambanan sebagai tempat diadakannya acara. Adik-adik penggalang dikenalkan berbagai peninggalan bersejarah yang ada di komplek Candi Prambanan dengan melakukan jelajah candi. Selain itu, mereka juga diajak untuk menyaksikan Sendratari Ramayana sebagai salah satu peninggalan budaya Indonesia. Lebih luas lagi, pengenalan kebudayaan nasional dilakukan melalui kegiatan Defile Nusantara yang diperankan oleh adik-adik dari 6 KSK tersebut. Pembagian wilayah Defile Nusantara sebagai berikut:  KSK Kulon Progo mengusung budaya Sulawesi KSK Sleman Barat mengusung budaya Bali KSK Kota Yogyakarta mengusung budaya Papua KSK Bantul mengusung budaya Kalimantan KSK Sleman Timur mengusung budaya Sumatera KSK Gunung Kidul mengusung budaya DIY   Pada saat defile adik-adik penggalang masing-masing KSK menampilkan berbagai pertunjukan kesenian daerah sesuai dengan pembagian yang sudah diberikan. Tari-tarian dan nyanyian daerah menyemarakkan Defile Nusantara siang itu.     Jambore Penggalang Kanisius tahun ini juga mengusung kearifan lokal Yogyakarta melalui kegiatan wisata kuliner tradisional khas Yogyakarta, seperti peyek belut, jadah tempe, slondok, madu mangsa, manggleng, marning, dan sebagainya.   Rangkaian kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater J. Heru Hendarto, S.J. sebagai selebran utama dengan konselebran PP Aria Dewanto, S.J., Thomas Surya Awangga, S.J., Azismardopo Subroto, S.J., Rm. Herman Yoseph SS, Pr, dan Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr. Setelah perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan.   Kepala Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta Ibu Nur Sukapti, S.Pd. melakukan pemukulan gong yang diikuti dua kali tepuk pramuka oleh seluruh peserta menjadi tanda dibukanya kegiatan. Upacara pembukaan diakhiri dengan laporan persiapan pelaksanaan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius oleh Kak Yanuar Setyarso dan Kak Kensi Jati Hananingrum selaku Ketua 1 dan 2.   Jambore Penggalang Kanisius kali ini mengusung tema “Penggalang Kanisius Tak Gentar” : Penggalang Kanisius Terlibat Aktif, Generasi Tangguh, dan Reflektif. Dengan tema tersebut, adik-adik penggalang Kanisius diharapkan semakin terlibat aktif, tangguh, dan reflektif dalam menghadapi tantangan zaman saat ini. Perkemahan ini dikemas dengan dinamika kampung, di mana setiap kampung dipimpin oleh lurah dan carik. Dalam dinamika kampung ini dilakukan banyak kegiatan yang diharapkan dapat menumbuhkan karakter tangguh, pantang menyerah, tidak rapuh, dan selalu gembira. Selain itu, adik-adik penggalang dilatih menjadi Generasi Reflektif sebagai salah satu penguatan nilai dasar Kanisius (Kedisiplinan, Keunggulan, Kepedulian, Kejujuran, dan Kemerdekaan). Dalam kegiatan perkemahan Jambore Penggalang Kanisius ini, adik-adik diajak untuk berefleksi dan merumuskan aksi sebagai tindak lanjutnya. Harapannya, kegiatan refleksi dan aksi ini menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.     Dalam Jambore Penggalang Kanisius para pembina pendamping menemani adik-adik penggalang untuk berpetualang selama tiga hari dua malam. Kakak-kakak pembina memfasilitasi adik-adik dalam bekerja sama dan peduli terhadap teman serta lingkungan. Kepedulian lingkungan diwujudkan dengan menjaga kebersihan dan kerapian tenda serta pemilahan sampah di kampung masing-masing. Selain itu, adik-adik penggalang juga diajak bergembira melalui fun game dan dinamika keterampilan kepramukaan.   Kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini juga memperhatikan keamanan dan keselamatan bagi para peserta kemah maupun pembina pendamping (Budaya Aman). Panitia bekerja sama dengan Rumah Sakit Panti Rini dalam rangka mengantisipasi keadaan darurat yang dapat terjadi selama kegiatan. Selain itu, tim P3K dari kepanitiaan juga siap memberikan pertolongan pertama sesuai prosedur keselamatan. Budaya aman juga diciptakan dengan membedakan lokasi tenda putra dan putri. Untuk tenda putra di kampung Tangguh dan Aktif sedangkan tenda putri di kampung Reflektif dan Integritas.   Jambore Penggalang 106 tahun Kanisius ini diharapkan menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk pribadi yang cerdas dan berkarakter. Pembelajaran-pembelajaran baik dalam kegiatan ini, harapannya, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di keluarga, sekolah, gereja, maupun masyarakat. Semua dinamika ini juga menjadi usaha dalam mengimplementasikan UAP (Universal Apostolic Preferences) pokok menemani kaum muda menciptakan masa depan yang penuh harapan dan bekerjasama dalam merawat bumi rumah kita bersama.   Kontributor: Panitia Jambore Penggalang Yayasan Kanisius

Karya Pendidikan

Kemerdekaan di Puncak Merbabu

Sebuah Refleksi Diri untuk Negeri Merbabu, Sang Penjaga Langit Jawa Tengah, adalah salah satu anugerah terindah dari Tuhan yang diberikan pada negeri ini. Keindahan alamnya yang menakjubkan membuat kami semakin mencintai Indonesia. Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79, organisasi pecinta alam SMK Mikael Surakarta atau biasa disebut PASTELLO (Pecinta Alam STM Mikael Solo) mengajak siswa SMK Mikael untuk bersama-sama memperingati hari kemerdekaan Indonesia di Puncak Merbabu. Dengan semangat kemerdekaan, kami berencana untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Merbabu. Kami mulai merencanakan kegiatan ini sejak 2 minggu sebelum pendakian. Banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari pemilihan perlengkapan yang tepat hingga aklimatisasi. Dengan persiapan yang matang, pendakian akan menjadi lebih aman dan menyenangkan.   Jumat, 16 Agustus 2024, pukul 14.30 WIB, 11 siswa SMK Mikael dan 3 guru pendamping mulai berangkat menuju salah satu basecamp di kaki Gunung Merbabu. Gunung Merbabu memiliki beberapa pilihan jalur pendakian dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Kami memilih jalur Wekas karena kuota pendakian untuk jalur lain sudah penuh. Jalur Wekas merupakan jalur pendakian tersulit di Gunung Merbabu. Meski begitu, hal itu tidak membuat semangat kami goyah. Kami malah semakin termotivasi dan bersemangat untuk menjalani misi kami.   Setelah makan malam di basecamp, sekitar pukul 18.00, kami memulai pendakian. Pada pendakian ini, kami berencana membangun tenda di pos 2 dan beristirahat sejenak di sana. Agar pendakian lebih efisien, kami membentuk dua tim pendaki. Tim 1 bertugas sebagai porter yang membawa tenda dan berangkat lebih dulu. Dengan begitu, tim 1 akan sampai lebih cepat dan dapat mendirikan tenda terlebih dahulu. Tim 2 bertugas membawa logistik dan peralatan masak. Sepanjang perjalanan pendakian, kami saling membantu satu sama lain. Kami telah berkomitmen untuk saling menjaga dan tidak meninggalkan teman di belakang. Sebagai siswa Kolese Mikael, kami sangat memegang teguh nilai komitmen yang merupakan bagian dari core values SMK Mikael. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, terjal, dan menantang, kami bersyukur karena seluruh anggota tim berhasil mencapai Pos 2. Kami beristirahat di pos ini selama sekitar lima jam.   Sabtu, 17 Agustus 2024, sekitar pukul 04.30, suara burung berkicau mulai menyambut pagi di Pos 2. Petualangan baru pun dimulai. Setelah bersiap, kami pun melanjutkan pendakian menuju puncak. Tantangan demi tantangan kami hadapi, seperti jalur yang sangat terjal, cuaca yang tak menentu, dan kelelahan fisik. Namun, setiap kesulitan yang kami hadapi mengajarkan kami untuk semakin gigih, sabar, dan membangun kerja sama tim. Meski kami seringkali merasa lelah dan pegal, kami tidak pernah berpikir untuk menyerah. Bagi kami, pendakian ini merupakan sebuah perjalanan spiritual untuk menemukan kedamaian dan keharmonisan dengan alam. Dengan penuh semangat, kami terus mendaki menuju puncak sembari menikmati keindahan alam yang disuguhkan oleh Tuhan. Setiap langkah yang kami tapaki membawa kami lebih dekat dengan awan. Pemandangan matahari terbit adalah hadiah terindah yang tak terlupakan. Kabut yang menyelimuti lembah, hamparan sabana yang luas, dan mata air yang segar, semuanya menyatu menjadi sebuah lukisan alam yang sempurna.     Dengan napas tersengal-sengal, kami akhirnya mencapai puncak Merbabu. Kami pun langsung membentangkan bendera kebangsaan Indonesia, Merah Putih. Tak lupa kami juga membentangkan bendera CTE atau bendera SMK St. Mikael Surakarta. Lelah dan keringat yang bercucuran terbayar lunas saat bendera berkibar gagah di atas awan. Pemandangan sinar matahari yang menyinari Sang Saka Merah Putih dan bersanding dengan bendera CTE adalah momen yang tak terlupakan. Ini adalah persembahan kami untuk para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Mendaki Gunung Merbabu adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengingatkan kami pada perjuangan para pahlawan. Jalur pendakian yang terjal dan cuaca yang tak menentu mengajarkan kami arti kegigihan dan pantang menyerah. Sama seperti para pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan, kami juga harus terus berjuang untuk mencapai tujuan hidup kami. Merbabu mengajarkan kami arti perjuangan.   Misi kami untuk mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera CTE di puncak Gunung Merbabu telah tercapai. Namun sayangnya, kami tidak dapat mengikuti upacara bendera peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-79 bersama para pendaki lainnya karena adanya miskomunikasi. Kami pun memutuskan untuk kembali ke Pos 2 dan melaksanakan upacara di sana.   Di tengah keindahan alam merbabu, kami merenungkan arti kemerdekaan dan nilai-nilai apa yang kami dapat selama pendakian. Kemerdekaan dalam konteks pendakian bukan hanya sekedar mencapai puncak, tetapi juga tentang proses perjalanan. Setiap langkah pendakian adalah sebuah tantangan. Menaklukkan setiap tanjakan, melewati medan yang sulit, dan menghadapi cuaca ekstrem adalah simbol perjuangan untuk mencapai tujuan. Dalam sebuah kelompok pendakian, pasti ada perbedaan karakter dan kemampuan. Mampu menghargai perbedaan adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan bersama. Mendaki gunung adalah upaya melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, dari zona nyaman, dan dari segala keterbatasan yang mengikat. Ini adalah bentuk kebebasan untuk mengeksplorasi diri dan potensi yang lebih besar. Dalam kesunyian alam pegunungan, kami memiliki banyak waktu untuk merenung dan memahami diri secara lebih dalam. Ini adalah kesempatan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, serta menggali potensi yang selama ini terpendam. Nilai-nilai dan semangat kemerdekaan yang kami rasakan saat mendaki gunung dapat kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan yang lebih besar. MERDEKA!   Kontributor: Raditya Dhamar Alfikri – PASTELLO SMK St. Mikael Surakarta

Karya Pendidikan

Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 dan Pelantikan Kepala Sekolah

Kamis, 25 Juli 2024 bertempat di SD Kanisius Serengan, yang sekarang ini menempati gedung SMP Kanisius 2 Surakarta di Jalan Honggowongso No. 7 Surakarta, berlangsung Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Joseph M.M.T. Situmorang, S.J. sebagai selebran utama didampingi Pater Clemens Budiarta S.J., (Vikaris Parokial Paroki Purbayan) dan Romo Maternus Minarto, Pr (Pastor Kepala Paroki Aloysius Mojosongo sekaligus Ketua Komisi Pendidikan Kevikepan Surakarta). Perayaan Ekaristi dibuka dengan lagu “Dengan Gembira Bersama Melangkah” yang dinyanyikan siswa-siswi SD Kanisius Serengan Surakarta diiringi musik angklung siswa-siswi TK Kanisius Serengan Surakarta.   Hadir dalam perayaan Ekaristi ini seluruh guru, karyawan, siswa-siswi SD Kanisius Serengan, para kepala sekolah di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, orangtua murid, komite sekolah, dan pemerhati Kanisius. Perayaan Ekaristi juga dilaksanakan secara live streaming.   Setelah perayaan Ekaristi ada penyerahan Surat Keputusan penetapan kepala sekolah dan pelantikan delapan kepala sekolah baru di lingkungan Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Dilanjutkan dengan pentas karya seni siswa-siswi berupa tarian, gerak lagu, dan penyajian musik angklung dari SD Kanisius Serengan serta penampilan band siswa SMP Kanisius 1 Surakarta.   Pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah Kanisius Dalam homilinya, Pater Joseph mengambil renungan dari bacaan Injil bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. “Pelayanan pendidikan sekolah-sekolah yang didirikan Kanisius bertujuan sebagai tempat melakukan pendidikan karakter dan mengusahakan kebaikan bersama. Dan juga memastikan para tenaga pendidik, guru dan staf karyawan memiliki semangat pelayanan agar hasil pendidikan yang baik dapat diterima, dinikmati, dan dialami oleh para peserta didik. Para peserta didik didampingi dan dibantu untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang berkarakter melayani dan berguna untuk orang lain. Para peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan punya hati. Bisa merasakan hal-hal yang ada di sekelilingnya dengan baik,” kata Pater Joseph.   Lebih lanjut Pater Joseph menyampaikan bahwa pendidikan Kanisius selalu mengarah pada pengolahan hati dan bukan hanya mengolah akal budi. Membentuk hati yang tergerak oleh belas kasih seperti teladan Sang Guru. Hati yang punya passion terhadap orang lain dan lingkungan di mana mereka tinggal, punya empati yang bisa merasakan, dan turut bergerak menanggapi hal-hal yang ada di sekelilingnya “Tujuan yang ketiga pendidikan Kanisius adalah mengajak peserta didik menjadi orang-orang yang memiliki kehendak baik. Harapannya peserta didik yang memiliki banyak pengetahuan, hatinya merasakan dan peduli dengan orang lain, perilaku dan gerak-geriknya serta kehendaknya menggerakkan untuk berbuat baik. Tidak hanya berhenti pada otak, tetapi turun ke hati dan tangannya digerakkan oleh kehendak yang baik, berbuat kebaikan dalam kebersamaan melayani,” kata Pater Joseph.   Pelantikan Kepala Sekolah Mengawali tahun ajaran baru, Yayasan Kanisius melantik delapan kepala sekolah baru. Pelantikan dilakukan oleh Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Pater Joseph MMT Situmorang, S.J. dengan penyerahan Surat Keputusan sebagai kepala sekolah. Dalam pelantikan ini kepala sekolah mengucapkan sumpah jabatan sebagai kepala sekolah. Adapun yang menerima Surat Keputusan sebagai kepala sekolah yaitu: Ibu Sophya Yunitasari, S.Pd. (TK Kanisius Serengan), Ibu Yosephin Dian Dwi Martanti, S.Pd. (TK Kanisius Mlese), Ibu Yuliana Suwantini, S.Pd. (TK Kanisius Delanggu), Ibu Eri Retno Apsari, S.Pd. (TK Kanisius Sidowayah), Ibu Lilik Hartini, S.Pd. (TK Kanisius Purbayan), Bapak Albertus Deny Kristiawan, S.Pd. (SD Kanisius Mlese), Ibu Gabriella Elsa, S.Pd., (SD Kanisius Delanggu), dan Ibu Perdana Wulan Sari, S.Pd. (SD Kanisius Pucangsawit).   Lebih senang belajar di sekolah yang baru Sementara itu, para siswa SD Kanisius Serengan Surakarta yang pindah tempat belajar, awalnya berada di jalan Veteran Surakarta ke jalan Honggowongso, mengatakan bahwa mereka lebih senang karena sekolahnya lebih luas, bersih, dan nyaman untuk belajar.   Kontributor: FX Juli Pramana – YKC Surakarta

Karya Pendidikan

Audiensi dengan Paus Fransiskus dalam Building Bridge Across Asia Pacific

Kamis, 20 Juni 2024, Maria Anita, mahasiswa Magister Psikologi USD dan Helen Vyanessa Ribca Oroh (Mekatronika ATMI Surakarta) berkesempatan mewakili Indonesia untuk melakukan audiensi dengan Paus Fransiskus dalam program Building Bridges Across Asia Pacific. Program yang diinisiasi oleh Loyola University Chicago ini mempertemukan Paus Fransiskus dengan para mahasiswa di Asia Pasifik secara daring untuk membicarakan tantangan yang dihadapi orang muda dan Gereja di dunia modern.   Acara dialog ini berlangsung pada Kamis, 20 Juni 2024 pukul 19.00 WIB dan merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Building Bridges Initiative. Dialog ini pertama kali diinisiasi oleh Loyola University Chicago pada tahun 2022 sebagai respons terhadap panggilan sinodal Paus untuk sinodalitas yang mempromosikan dialog lintas budaya dan lintas iman.   Mahasiswa dari berbagai universitas di Filipina, Australia, Selandia Baru, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Indonesia berkesempatan melakukan dialog dengan Bapa Suci. Paus juga menyambut partisipasi dari mahasiswa-mahasiswa dari Singapura, Timor Leste, dan Papua Nugini, negara-negara yang akan dikunjunginya September mendatang.   Persiapan audiensi dengan Paus Fransiskus dilakukan selama satu bulan. Indonesia masuk dalam satu regio bersama dengan Timor Leste dan Singapura. Dua mahasiswa di regio ini diwakili oleh Maria Anita (Magister Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) dan Helen Vyanessa Ribca Oroh (Mekatronika ATMI Surakarta). Dalam persiapan audiensi ini, keduanya dibimbing para fasilitator Indonesia, yaitu Pater Heri Setyawan, S.J., (dosen Sejarah USD) dan Pater Lucianus Suharjanto, S.J. (dosen Pendidikan Bahasa Inggris USD).   Dalam kesempatan audiensi bersama Paus Fransiskus pada Kamis yang lalu, Maria Anita menyampaikan masalah interfaith relationship yang terjadi di Indonesia.   ”Generasi muda di Indonesia menghadapi dilema interfaith relationship, antara meninggalkan Gereja atau membangun keluarga dengan latar belakang agama berbeda. Oleh karenanya, dibutuhkan bimbingan Gereja untuk pembentukan iman yang sesuai dengan perkembangan kehidupan dan konteks interfaith dan interreligious,” ungkapnya.   Sementara Helen Vyanessa Ribca Oroh menyampaikan keprihatinan bagaimana teknologi dan sosial media bisa menjadi tempat yang aman untuk berbagi dan saling mendukung dalam masyarakat.   “Orang muda mempunyai keprihatinan bagaimana membangun teknologi yang mampu mendorong mereka untuk tetap aktif dan bertumbuh dalam iman di komunitas basis Gereja yang terbuka. Selain itu orang muda berharap media sosial dapat menjadi wadah komunikasi antar masyarakat untuk membangun rasa kebersamaan dan menguatkan masyarakat,” tuturnya.     Maria dan Helen juga mengungkapkan keprihatinan tentang masalah kesehatan mental orang muda. Mereka berharap Gereja dapat merespons dan memberikan dukungan untuk menjaga kesehatan mental generasi muda.   ”Masalah kesehatan mental sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku orang muda. Hal ini terkait dengan masalah komunikasi dan masalah ekonomi dalam keluarga. Keduanya berdampak besar pada kehidupan kaum muda, terutama dalam akses pendidikan dan fasilitas kesehatan yang memadai,” tutur Maria.   “Bagaimana media sosial dapat mendukung kesehatan mental orang muda dan bisa menjadi tempat yang aman untuk saling untuk berbagi dan bertanya. Penting untuk merefleksikan bagaimana kita dapat membangun platform interaktif dan informatif bagi generasi muda agar bisa bertumbuh bersama di dalam masyarakat yang saling mendukung,” ungkap Helen.   Setelah mendengar ungkapan dari keduanya, Paus Fransiskus memberikan tanggapan hangatnya dan menyadari betapa sulitnya kaum muda Katolik untuk berpartisipasi dan memiliki sense of belonging di masyarakat. Bapa Suci mendorong kaum muda untuk berpegang teguh pada iman dan menjaga hati mereka tetap terhubung dengan doa. Dengan melakukan hal ini, kata Paus, akan membantu dialog antar iman dan memungkinkan orang muda untuk selalu berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif.   Bapa Suci juga menekankan pentingnya mempertahankan keyakinan yang teguh meskipun menghadapi tekanan lingkungan serta menjaga rasa memiliki untuk melindungi dari kerentanan. Beliau menyoroti isu identitas, martabat manusia, kesehatan mental, diskriminasi, dan stigma sosial yang menghambat inklusivitas sambil menegaskan bahwa perempuan memiliki peran unik dan tidak boleh dianggap sebagai warga kelas dua.   Di hadapan para mahasiswa Asia Pasifik, Paus Fransiskus membahas pentingnya pendidikan yang holistik. Beliau mengajak semua pihak untuk menolak ideologi konflik dan perang, serta membangun harmoni dan dialog antarbudaya demi perdamaian di dunia yang penuh ketidakpastian.   Paus Fransiskus mengakhiri acara ini dengan mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa atas partisipasi dan refleksi mereka yang telah membantu beliau memahami lebih dalam situasi kaum muda Katolik, terutama dalam persiapan beliau untuk perjalanan apostolik ke Asia dan Oseania pada bulan September 2024 mendatang.   Kontributor: Antonius Febri Harsanto – Kepala Humas Universitas Sanata Dharma

Karya Pendidikan

Jendela Toleransi: Bakti Sosial PIKA ke Pondok Pesantren

Pada hari Rabu, 27 Maret 2024, kami para Pengurus ORSIKA (OSIS SMK PIKA) mewakili sekolah melakukan kegiatan bakti sosial. Kami mengunjungi lokasi yang terdampak banjir di area Demak dengan didampingi oleh Staf Kesiswaan yaitu Pak Divo dan Frater Septian. Lokasi yang akan kami jadikan kegiatan aksi bakti sosial adalah di Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin, Jl. KH. Noer, Loireng, Kecamatan Sayung, Demak.   Dalam kegiatan Bakti Sosial ini, kami membawa beras, gula pasir, mie instan, dan sejumlah uang yang diserahkan kepada pengurus Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin. Barang-barang tersebut merupakan hasil kegiatan Aksi Puasa Pembangunan di sekolah setiap hari Rabu selama masa Prapaskah.   Sesampainya di Pondok, kami disambut oleh Frater Wahyu, S.J. dan Gus Khodir. Gus Khodir merupakan kyai/guru penanggung jawab pondok. Frater Wahyu tinggal di pondok selama dua tahun. Saat ini ia sedang menjalankan tugas perutusan di pondok pesantren tersebut dalam rangka mendalami dialog lintas agama. Frater Wahyu juga menjadi guru di SMP Roudlotus Sholihin. Di sana kami mendapatkan cerita-cerita menarik tentang kehidupan para santri pondok.     Salah satu cerita yang menarik bagi kami pada saat itu adalah saat Gus Khodir berbagi cerita mengenai radikalisme di lingkungan sekitar dan toleransi terhadap sesama. Misi yang mereka sedang jalankan adalah menjunjung tinggi toleransi dan mengurangi sikap radikal terhadap agama lain. Gus Khodir pun memberi pembelajaran kepada para santrinya tentang toleransi. Beliau mengajak para santri untuk membuka hati dan mau menerima orang walaupun berbeda agama. Apalagi di sekitar kita masih banyak remaja dan orang tua yang masih bersikap ‘radikal’ terhadap agama lain dan mereka ini juga memiliki paham-paham tersendiri. Cara yang mereka lakukan ialah mengunjungi tempat ibadah agama lain seperti pura, wihara, gereja Kristen, dan gereja Katolik. Bahkan dengan agama lokal pun mereka sering melakukan sharing antaragama.   Namun, di balik kerukunan itu, mereka juga merasakan adanya gejala radikalisme yang mencoba merayap di tengah-tengah masyarakat. Pesan-pesan yang bertujuan untuk memecah belah, menghasut, dan menciptakan konflik seringkali tersebar dengan cepat, terutama di era digital ini. Ketika radikalisme merasuki bahkan tempat yang seharusnya dianggap sebagai oase kedamaian seperti pesantren, kesadaran akan urgensi toleransi semakin menonjol. Aksi bakti sosial di pesantren mengajarkan kepada kami bahwa kegiatan sosial bukan hanya tentang memberi bantuan materi, tetapi juga membangun hubungan yang kokoh antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam menghadapi maraknya radikalisme, kita perlu bersama-sama menyadari bahwa pendekatan pendidikan, dialog, dan kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan berbudaya damai.   Pengalaman ini telah mengingatkan kami bahwa kegiatan bakti sosial bukan hanya sekadar memberi tetapi juga belajar dan membawa perubahan. Dalam melangkah maju, mari kita terus menjadi agen-agen perdamaian yang gigih, membawa terang di tengah gelapnya kebencian, dan meneguhkan komitmen kita untuk menjaga keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.   Kontributor: Rayyan dan Ansel – PIKA 51

Karya Pendidikan

Sosialisasi Pedoman Umum Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PUPTK)

Rabu, 15 November 2023 lalu diselenggarakan Sosialisasi Peraturan Umum Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PUPTK) Yayasan Kanisius Cabang Surakarta yang diadakan di aula Paroki Gereja Santo Antonius Padua Purbayan, Surakarta. Selain sosialisasi PUPTK juga dilakukan Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Keuangan dan Sosialisasi Pedoman Remunerasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Yayasan Kanisius. Narasumber pada kegiatan sosialisasi ini adalah Pengurus Yayasan Kanisius (Pusat) Pater J. Heru Hendarto, S.J.; Pater Melkyor Pando, S.J.; Pater Ig. Aria Dewanto, S.J.; Bapak Ant. Suparjono, dan Bapak Feliks Yanik. Sosialisasi diikuti oleh 75 orang peserta yang terdiri dari 34 kepala sekolah , 34 guru, dan 7 staf Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Pelaksanaan Sosialisasi PUPTK, merupakan rangkaian kegiatan pembenahan atau pembaruan yang dilakukan Yayasan Kanisius untuk menandai ulang tahunnya yang ke-105. Kegiatan sebelum sosialisasi yang telah dilakukan adalah peluncuran One Gate System. One Gate System adalah sistem tata kelola sekolah yang memadukan sistem informasi pembelajaran dan informasi keuangan secara digital. Sistem ini bisa diakses oleh orang tua murid dan pemerhati pendidikan. Peluncuran sistem ini sendiri dilakukan pada 28 Oktober 2023 yang lalu di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. One Gate System terdiri dari dua program yaitu My Home School (MHS) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK dalam implementasinya didasari semangat “ARTS” (Accountable, Responsible, Transparent, Sustainable) di lingkungan Yayasan Kanisius. Dengan adanya peluncuran MHS orang tua peserta didik dapat memantau kehadiran putra-putrinya di sekolah. Selain itu, mereka juga dapat memantau kegiatan pembelajaran di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan, penilaian yang diberikan sekolah, dan MHS dapat menjadi media komunikasi antara sekolah dengan orang tua. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sendiri dapat memberikan informasi terkini mengenai data keuangan yang menjadi tanggungjawab orang tua dan penyelesaian keuangan yang telah dilaksanakan. Penetapan dan Penerapan PUPTK Pater Joseph MMT Situmorang, S.J., Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa sosialisasi PUPTK merupakan upaya memperbaiki karya pelayanan di Yayasan Kanisius. Jika dikaitkan dengan perayaan ulang tahun Yayasan Kanisius yang ke-105, kegiatan sosialisasi merupakan perwujudan tema ”Berpadu untuk Kanisius Maju”. Pedoman-pedoman yang disusun diawali dengan diskusi di sekolah, regio, dan cabang kemudian dibicarakan bersama oleh pimpinan cabang serta pengurus yayasan. ”Pedoman Umum Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang dulu bersifat ad experimentum atau uji coba kini ditetapkan dan akan diterapkan menjadi pedoman kepegawaian,” kata Pater Joseph Situmorang S.J. Keterpaduan Pengelolaan Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Kanisius, Pater J. Heru Hendarto, S.J., mengungkapkan bahwa pada awal tahun 2023 telah dilakukan rapat Yayasan Kanisius yang dihadiri para kepala cabang, pengurus, pengawas, dan pembina. Dalam rapat tersebut telah disepakati usaha untuk melakukan keterpaduan pengelolaan Yayasan Kanisius. ”Keterpaduan itu harus dilakukan dengan komunikasi yang semakin intensif. Sosialisasi PUPTK, Petunjuk Pelaksanaan Keuangan dan Pedoman Remunerasi akan dikomunikasikan sehingga secara bertahap agar Yayasan Kanisius dapat menjawab kepercayaan yang diberikan serta tantangan zaman,” kata Pater Heru Hendarto, S.J. Berkaitan dengan pembaruan tata kelola Yayasan Kanisius, Pater Heru Hendarto mengharapkan agar semua pihak ikut berpadu karena Kanisius dipercaya oleh masyarakat. Banyak hal yang harus dikerjakan bersama. Salah satunya adalah tata kelola yang menjadi bentuk perwujudan lembaga pendidikan yang transformatif. Selain tata kelola juga akan dikembangkan sistem komunikasi, sarana prasarana, dan guru serta tenaga kependidikan. Pengembangan guru sudah mulai dilakukan dengan memberikan tugas belajar di Universitas Sanata Dharma bagi 11 orang guru. Di sisi lain, pengembangan dilakukan dengan menerapkan evaluasi kinerja individu dan evaluasi kinerja sekolah. ”Evaluasi kinerja di Yayasan Kanisius dilakukan dengan evaluasi diri pendidik dan tenaga kependidikan serta evaluasi kinerja sekolah. Evaluasi kinerja sekolah sangat diperlukan khususnya untuk menghadapi tantangan sekolah yang kekurangan murid. Maka, sekolah harus mengevaluasi kinerjanya, tidak bisa hanya tenang-tenang saja,” kata Pater Heru Hendarto. ”Keunikan sekolah-sekolah Kanisius yang bisa dibanggakan perlu disampaikan kepada anak didik, kinerja pelayanan yang baik harus diberikan pada orang tua. Di era digital saat ini tata kelola yang lebih ditingkatkan merupakan nilai magis yang perlu diwujudkan bersama.” ungkap Pater Heru Hendarto. Mendukung Pelayanan Pendidikan Sosialisasi PUPTK disampaikan oleh Pater Melkyor Pando, S.J. Tujuan PUPTK selain untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan nilai dasar yang dilaksanakan oleh Yayasan Kanisius juga bertujuan agar tercapai efektivitas dan efisiensi kerja. ”Selain tujuan tersebut, terbitnya Pedoman Umum Pendidik dan Tenaga Pendidikan Yayasan Kanisius bertujuan untuk tercipta kenyamanan dan kesejahteraan pendidik serta tenaga kependidikan yang akan mendukung terlaksananya pelayanan pendidikan di Yayasan Kanisius,” kata Pater Melkyor, S.J. Pada saat sosialisasi Pater Melkyor, S.J. juga memberikan pemaparan tentang status pegawai, mekanisme penerimaan, pengangkatan, kepangkatan, pembinaan, dan pengembangan pegawai, evaluasi kinerja dan kesejahteraan di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Pengelolaan Keuangan dengan Prinsip ARTS Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Keuangan dan Pedoman Remunerasi disampaikan oleh Pater Ig. Aria Dewanta, S.J. Pater Aria S.J. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa sebagai lembaga yang berada dalam lingkup Keuskupan Agung Semarang, pengelolaan keuangan berlandaskan prinsip solidaritas kristiani dan subsidiaritas. Solidaritas kristiani artinya yang kuat membantu yang lemah, dan subsidiaritas artinya mengusahakan kemandirian di setiap unit karya. Pengelolaan keuangan menggunakan sistem terpadu sehingga terjadi subsidi silang. Semua pemasukan keuangan yang dikumpulkan oleh Kantor Yayasan/ Cabang didistribusikan ke unit-unit sesuai dengan kebutuhan dalam anggaran (budgeting). Hal ini dilakukan demi terselenggaranya operasional dan pengembangan karya pendidikan. Pater Aria, S.J. mengingatkan dalam pengelolaan keuangan harus memenuhi kriteria manajemen keuangan yang sehat: yaitu ARTS (Accountable, Responsible, Transparent, dan Sustainable). Remunerasi adalah pemberian kepada pendidik dan tenaga kependidikan sebagai imbalan atau penghargaan atas hasil kerja atau kontribusi yang bersifat rutin kepada Yayasan Kanisius tempat dia bekerja. Pedoman remunerasi Yayasan Kanisius merupakan wujud pelaksanaan dari Peraturan Umum Pendidik dan Tenaga Kependidikan tahun 2003 khususnya pasal 26 yang mengatur tentang gaji dan tunjangan. Saat penjelasan tentang pedoman remunerasi, salah satu tanggapan positif dari para peserta adalah rencana pemberian Tunjangan Hari Raya atau THR. Pada akhir kegiatan sosialisasi, Pater Joseph MMT Situmorang, S.J. mengajak para pendidik dan tenaga kependidikan untuk merefleksikan kinerja diri dan kinerja komunitas; meningkatkan kinerja dengan semakin bekerja lebih ”mantap” dan bergairah. Kontributor: FX Juli Pramana – YKC Surakarta

Provindo

Apa Kata Mereka?

TEMU KOLESE 2023 Temu Kolese 2023 adalah kegiatan yang diinisiasi oleh para pamong kolese agar siswa-siswi Kolese Jesuit Indonesia berjumpa dan berkolaborasi. Dalam kegiatan ini tidak hanya siswa-siswi Kolese saja yang berjumpa dan berkolaborasi, namun juga para pamong dan guru Kolese juga. Berikut ini beberapa pengalaman berkesan yang dirasakan oleh para guru dan siswa saat mengikuti Temu Kolese 2023. “Bertemu dengan teman-teman baru, tanpa mereka pengalaman di Temu Kolese 2023 ini gak bisa tak rasain. Di sini aku mengetes diriku sendiri bisa gak ya aku bergaul dengan semua orang tanpa melihat perbedaan,” ungkap Raina Atitaranti Brata. Kegiatan immersion di Pasar Beringharjo bagi siswi SMA Kolese Gonzaga ini begitu mengesan karena menguji keberaniannya akan banyak hal. Mulai dari harus memegang pisau dan memotong ayam, memungut puntung rokok di jalanan Malioboro, dan melakukan orasi mengenai bahaya rokok di depan para perokok. Langkah pertama ternyata mengubah segala ketakutan yang dia pikirkan sebelumnya. Senada dengan Raina, Hieronymus Halashan Samosir atau biasa dipanggil Hiero, merasakan bahwa pengalaman mengikuti Tekol ini begitu menantang dirinya. Hiero yang tertutup bahkan dengan teman-temannya di Seminari Mertoyudan, mau tidak mau belajar untuk membuka dirinya selama kegiatan ini. Dalam Temu Kolese ini Hiero melihat begitu banyak karakter dan latar belakang teman-temannya yang membuat sudut pandangnya berubah. Belum lagi dengan immersion yang dia lakukan di daerah Magelang. Hiero merasa bahwa memahami dinamika kehidupan dan orang dapat dimulai dari kemauan kita untuk membuka diri bagi orang-orang terdekat atau daerah sekitarnya. Di balik kegiatan expo Temu Kolese 2023 ada sosok Yakobus Dani Senja atau Pak Dani. Beliau menyiapkan mulai dari merchandise kaos Tekol untuk semua kontingen, piala kejuaraan, medali, hingga plakat-plakat. Selain itu beliau dibantu siswa-siswa panitia mengkoordinir merchandise dengan desain ciri khas masing-masing kolese dan satu desain kolaborasi yang berisi semua kolese. Merchandise ini disiapkan untuk expo yang dijual melalui dua sistem yaitu pre-order (sebelum tekol) dan on the spot (ketika tekol). Pak Dani terkejut karena 80% barang sudah habis terjual dan bahkan banyak pre-order yang melebihi target penjualan hanya dalam dua hari. Anak-anak kolese begitu excited dengan merchandise yang ditampilkan, bahkan banyak yang belum mendapatkan barangnya. Pak Dani berharap setelah Temu Kolese ini compassion anak-anak semakin terasah dan menjadi lebih peduli dengan yang tersingkirkan. Bertemu dan berkolaborasi dengan anak-anak yang penuh semangat memberikan kesan tersendiri bagi Ibu Antonina Yunika Suryawulan atau Bu Ika, guru SMA Kolese de Britto. Dalam kepanitian Temu Kolese ini Bu Ika menjadi sekretaris Tekol bersama dengan dua frater, satu awam, dan sembilan anak dari berbagai kolese. “Anak-anak semangatnya sungguh luar biasa. Bahkan malam hari pun mereka masih mengerjakan laporan harian,” ungkapnya. Memang tidaklah mudah mempersiapkan Temu Kolese ini. Namun dengan komunikasi dan pembagian jobdesc yang jelas, semua pekerjaan menjadi terasa lebih ringan. Tidak dipungkiri pula pasti ada ricuh secara teknis mendekati hari H, namun semuanya bisa teratasi. Bu Ika berharap agar siswa-siswi yang mengikuti Temu Kolese melakukan semuanya dari hati sehingga mereka menjadi berkat bagi orang lain serta membawa perilaku zero waste di tempat mereka masing-masing, yaitu dengan membawa tempat makan dan minum yang dapat dipakai berulang-ulang. Selain itu, beberapa alumni juga menceritakan pengalaman mereka ketika mengikuti Temu Kolese. “Pengalaman paling berkesan saat malam keakraban karena di sana bisa lebih mempererat hubungan antara sesama kolese lain. Pertandingan-pertandingannya juga seru karena sesama tim dicampur antar kolese,” kata Gilbert Widjaja. Alumni CC tahun 2016 ini juga pernah menjadi peserta Temu Kolese 2015 dengan tema “My Earth My Mother”. Dia masih ingat bagaimana mereka, para peserta diajak untuk merawat bumi demi masa depan yang lebih baik, walaupun dengan usaha yang kecil, namun berdampak bagi lingkungan sekitar. Pastinya, selama temu kolese ini Gilbert juga mendapatkan teman baru dari berbagai kolese. Dia berharap agar anak-anak kolese tetap menjaga nilai-nilai dan kehidupan rohani kolese. Hidup harus seimbang antara rohani dan jasmani. Jika ada kesempatan mengikuti acara Temu Kolese jangan disia-siakan karena kesempatan tidak datang dua kali. Marcelino Angelus atau biasa dipanggil Ino, alumni PIKA tahun 2018 pernah mengikuti Temu Kolese 2015. Pengalaman yang berkesan ketika mengikuti Temu Kolese ini adalah saat tampilan lomba Tekol Got Talent. Ketika ia mendengar teman-teman peserta mulai berteriak dan bersorak sorai memenuhi aula, ia merasakan hangatnya kekeluargaan kolese yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Perasaan bahagia yang teramat bisa bergabung dan merasakan kehangatan keluarga kolese melalui Temu Kolese waktu itu. Dia mendapatkan keluarga baru yang bahkan sampai saat ini masih sering bertegur sapa. “Cari teman sebanyak mungkin!! Jangan cuma main sama anak-anak satu sekolah, temen-temen dari kolese lain seru semua kok! Kalian bakal dapet pengalaman baru dan banyak wawasan tentang kehidupan kolese! Perluas zona nyaman kalian dan rasakan kehangatan keluarga kolese!!” pesan Ino untuk peserta Temu Kolese. Kontribusi: Margareta Revita – Tim Komunikator