Pilgrims of Christ’s Mission

karya gereja jesuit

Pelayanan Gereja

OM JAMARI – Orang Muda Mengajar, Bermain, dan Berbagi

Inilah inisiasi kegiatan oleh Gedangan Muda, yaitu kunjungan ke Panti Asuhan St. Thomas Bergas pada Minggu, 15 Desember 2024. Kunjungan ini merupakan wujud syukur Gedangan Muda atas kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana sebelumnya yang sekaligus menjadi momentum refleksi bersama untuk mensyukuri setiap hal kecil yang diterima dan memupuk semangat berbagi. Dalam kunjungan ini, selain bantuan berupa donasi materi, kami juga ingin membagikan pengalaman berharga melalui kegiatan bermakna. Salah satu bentuk kegiatan bermakna yang kami selenggarakan adalah menghias pot tanaman bersama mereka. Aktivitas ini mengajarkan anak-anak untuk menghargai ciptaan Tuhan, seperti tanaman, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan. Ternyata pot-pot yang dihiasi dengan berbagai warna dan kreativitas semakin menghidupkan suasana dan menambah semangat untuk merawat tanaman. Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memberi kebahagiaan bagi anak-anak tetapi juga mengingatkan kami untuk terus mensyukuri hal-hal sederhana. Ternyata, berbagi itu bukan hanya soal materi tetapi juga waktu, perhatian, dan kasih. Semangat dalam kunjungan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Banyak umat yang tergerak berdonasi kebutuhan pokok, uang, dan buku bacaan. Rupanya, buku bacaan sangat mereka butuhkan karena kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan favorit dan hobi mereka. Semoga bantuan tersebut dapat membantu kelangsungan kebutuhan anak-anak di Panti Asuhan St. Thomas. Dalam kebersamaan yang terjalin, terasa nyata bagaimana cinta kasih Kristus yang hadir melalui setiap senyuman dan tawa yang dibagikan.   Kunjungan ini mengingatkan kami akan slogan yang selalu diusung, “Gedangan Muda, Aku Muda Aku Bisa!” Kami berharap semoga semangat dan jiwa muda selalu ada dalam diri kami di manapun berada. Rasa syukur dan sukacita bisa diwujudkan melalui tindakan kecil nan bermakna. Semoga kami selalu bisa mengupayakan langkah nyata yang berdampak bagi diri kami dan lingkungan sekitar!   Kontributor: Maria Godeliva Diantita K. – Ketua OMK Paroki St. Yusup Gedangan  

Pelayanan Gereja

Maguyub Welas Asih

Perayaan Ekaristi Syukur Hari Ulang Tahun (HUT) ke-92 Gereja St Stanislaus Kostka Paroki Girisonta yang bertema “Maguyub Welas Asih” berlangsung khidmat dan meriah. Misa syukur ini dipimpin langsung oleh Pater Agustinus Sigit Widisana, S.J. selaku Pastor Paroki dan Pater Leonardus Dibyawiyata, S.J., yang dulu pernah berkarya menjadi pastor paroki tahun 1973-1977.   Ekaristi dimulai pukul 08.00 WIB yang diawali dengan lagu pramisa, sambutan panitia, dan persembahan tarian dari siswi-siswi TK Santa Anna, Girisonta. Kegembiraan dan kebahagiaan melingkupi seluruh umat yang hadir. Tak lupa paduan suara gabungan keluarga besar SMPK Girisonta dan para alumni semakin menyemarakkan perayaan Ekaristi syukur ini. Suasana Minggu, 10 November 2024 ini sungguh membangkitkan semangat maguyub seluruh umat Girisonta, yang jumlahnya 4.873 jiwa.   Sepenggal Sejarah Lahirnya Gereja di Girisonta tidak lepas dari berdirinya rumah Retret dan Novisiat Girisonta. Rumah retret yang dibangun pada tahun 1930, dengan peletakan batu pertama pada 3 Oktober 1930. Rumah retret ini kemudian diberi nama Girisonta, Giri berarti gunung dan Sonta berarti Suci. Girisonta dimaksudkan sebagai tempat di kaki gunung yang sepi, cocok untuk bersemedi, menyucikan diri.     Pada tahun 1932 Girisonta menjadi Komunitas S.J. untuk pertama kali . Saat itu Pater H. Koch, S.J. sebagai rektor, Pater G. Schmedding sebagai magister, Pater Th. Verhoeven sebagai direktur rumah retret, Pater J. Hellings sebagai minister scholasticorum, dan Pater J. Schouten menjalani tersiat. Pada waktu itu ada 7 frater yunior, 7 frater novis dan 3 bruder novis; juga ada 2 orang postulan berminat menjadi bruder. Dari antara mereka, Pater Schmedding dan Verhoeven tahan paling lama, sampai zaman Jepang masih di Girisonta.   Lahirnya Gereja di Girisonta Pada waktu Girisonta lahir, di sekitar Karangjati hampir tidak ada orang Katolik, hanya di Ungaran ada kelompok kecil. Dalam buku “De Katholieke Missie” tahun 1933, jumlah orang Katolik di Ungaran dan Girisonta hanya 99 orang. Jumlah itu telah termasuk baptisan baru sebanyak 21 orang. Pada Hari Raya Paskah yang menerima Komuni mencapai 38 orang.   Awal mulanya, Pater G. Schmedding, S.J. mulai mengajar katekese kepada para karyawan kolese. Para novis mulai menjelajah desa-desa sekitar, sehingga sedikit demi sedikit orang mulai mengenal Pater. Tanggapan masyarakat sekitar Karangjati masih minim, tetapi mereka yang tinggal di desa-desa yang agak jauh dari Girisonta memberi tanggapan lebih baik. Maka untuk pertama kali, pada tahun 1932 Pater G. Schmedding, S.J. membaptis dan merintis buku baptis di Girisonta sebagai awal lahirnya Gereja di Girisonta. Baptisan pertama yang dicatat dalam buku pertama, terjadi pada 22 Februari 1932.     Maguyub Welas Asih Perayaan ulang tahun paroki jatuh pada peringatan Pesta Nama St. Stanislaus Kostka setiap 13 November. Minggu 10 November 2024, genap 92 tahun Paroki Girisonta hadir di bumi pertiwi, menapaki perjalanan sejarah yang tidak mudah, baik pada masa penjajahan maupun masa perang kemerdekaan.   Perkembangan dan kemajuan Paroki Girisonta selalu berkesinambungan. Kini, jumlah jiwa yang tercatat sekitar 5000 umat, tersebar di 13 wilayah, 46 lingkungan, dan 1 stasi yaitu Stasi Santa Maria Assumpta Glodogan yang masih berada dalam wilayah teritorial Kabupaten Semarang. Perayaan ekaristi HUT ke-92 ini mengambil tema “Maguyub Welas Asih” yang merupakan kelanjutan dari tema sebelumnya pada HUT ke-91 yang mengambil tema “Maguyub Sanggup“. Kata maguyub yang mempunyai makna mendalam, yaitu bahwa segenap umat Katolik di Paroki Girisonta ini mengupayakan untuk selalu bersatu (maguyub) dengan landasan rasa kasih dan sayang terhadap sesama (welas asih). Maguyub welas asih merupakan pesan untuk semua umat Paroki Girisonta agar selalu berbelas kasih dan penuh cinta kasih dalam melayani sesama demi kemajuan bersama gereja Paroki tercinta.   Sebelum berkat penutup, Romo Paroki memotong tumpeng yang diserahkan kepada ketua panitia HUT Paroki sebagai simbol syukur atas suksesnya perayaan Ekaristi dan kegiatan penyerta dalam rangkaian perayaan ulang tahun ini.   Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan pesta umat yang diawali dengan pengambilan buah dan aneka sayuran dari gunungan yang sudah diberkati. Acara dilanjutkan dengan santap bersama nasi kuning yang telah disiapkan oleh tiap-tiap lingkungan. Pesta umat dimeriahkan dengan berbagai penampilan: drumband dari SDK Girisonta, drumband SMK Theresiana Bandungan, drum-blak persembahan dari Wilayah 3 Yulius, yang merupakan Panitia HUT ke-92 Paroki Santo Stanislaus Girisonta.   Kemeriahan acara ini tercipta berkat kerja sama dari Panitia, Dewan Paroki, dan semua pihak yang terlibat. Semoga gereja Girisonta semakin maguyub sanggup dan maguyub welas asih, dan umat semakin semangat dan terlibat aktif dalam aneka bentuk karya pelayanan yang membumi dan menyapa sesuai teladan St. Stanislaus.   Kontributor: KOMSOS Girisonta

Pelayanan Gereja

56 Tahun Paroki Bongsari Gembira Melangkah

Gembira bersama kita melangkah, itulah sepenggal lirik dari Mars Paroki St. Theresia Bongsari karya alm. Martin Runi. Kalimat ini selalu digaungkan dalam semangat hidup umat Paroki Bongsari. Umat diajak melangkah maju dengan penuh kegembiraan sembari mewartakan sabda Allah kepada sesama.   Tak terasa paroki St. Theresia Bongsari memasuki usia 56 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah paroki dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan komunitasnya. Dalam rangka tahun formatio iman di Keuskupan Agung Semarang, HUT Paroki mengambil tema “Dengan Spiritualitas St. Theresia mewujudkan formatio iman berjenjang dan berkelanjutan”.   Menilik 56 tahun yang lalu, tahun 1968, paroki St. Theresia Bongsari resmi berdiri dan dikepalai oleh Pater Ingen Housz, S.J. Nama St. Theresia dipilih sebagai nama paroki Bongsari karena doa sebuah keluarga telah terkabul melalui perantaraan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Sejarah pemilihan nama ini disampaikan oleh Pater Didik Chahyono, S.J., sebagai pastor kepala pada saat homili dalam misa perayaan HUT Paroki Bongsari pada Minggu, 6 Oktober 2024 lalu.   Dalam homilinya, Pater Didik juga menyampaikan kehidupan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menginspirasi langkah hidup umat Bongsari. Dalam homili tersebut, Pater Didik menyampaikan bahwa St. Theresia merupakan seorang biarawati yang rajin berdoa. St. Theresia ini menganggap dirinya seperti bunga mawar kecil yang akan ia berikan kepada orang-orang yang memohon perantaraannya.     Perayaan Ekaristi Puncak Hari Ulang Tahun Paroki dipimpin oleh Pastor Kepala dengan konselebran romo vikaris parokial Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., dan Pater Clemens Budiarta, S.J. pada 6 Oktober 2024. Ekaristi ini diawali dengan perarakan vandel, dilengkapi pemberkatan gunungan sayur dan diiringi dengan paduan suara Mlengse Voice yang berkolaborasi dengan tim keroncong Tjong D’goest dari Paroki Banyumanik, Semarang.   Pada saat memasuki angka 58 (lima dan delapan), Pater Didik berharap bahwa Paroki Bongsari dapat menjadi paroki yang sungguh “mapan.” Kemapanan ini ditunjukkan dengan gedung pelayanan pastoral Grha Argya, kapel adorasi, dan tata kawasan yang sudah selesai dibangun sebagai fasilitas-fasilitas pendukung untuk kegiatan umat paroki Bongsari. Dalam perayaan ini ada juga launching dan pengenalan website parokibongsari.org yang dilengkapi dengan fitur data umat (SIBO) dan pemesanan ruang.   Pasca perayaan Ekaristi, umat langsung disambut dengan hidangan bubur yang telah disiapkan oleh perwakilan umat dari setiap wilayah di paroki Bongsari. Bubur yang disiapkan pun beragam, mulai dari yang gurih seperti bubur dengan topping telur bacem dan sambal goreng sampai bubur candil yang manis. Sembari menikmati hidangan bubur, umat yang hadir juga disuguhi oleh berbagai penampilan dari perwakilan umat Paroki Bongsari.   Ada berbagai rangkaian acara HUT Paroki Bongsari. Bentuk acara ini merupakan implementasi Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus. Paroki Bongsari membuat beberapa kegiatan, antara lain: Menunjukkan Jalan Menuju Allah: sepanjang bulan Oktober mengadakan empat kali pertemuan katekese pelindung paroki, mengenal spiritualitas St. Theresia di akhir doa rosario. Berjalan Bersama yang Terkucilkan: pembagian sembako untuk masyarakat yang membutuhkan pada puncak HUT Paroki. Peziarahan Bersama Orang Muda: mengadakan katekese untuk anak-anak yang melibatkan sinergi pendamping PIA dan tim OMK pada 8 September 2024. Merawat Rumah Kita Bersama: melakukan kegiatan tabur benih ikan dan senam bersama di area waduk Jatibarang, Kec. Gunungpati pada 29 September 2024.     Meskipun dikemas sederhana, kegembiraan yang terpancar dari umat yang hadir dalam perayaan HUT ke-56 paroki Bongsari sungguh dapat dirasakan dalam rangkaian acara ini. Semoga di usia semakin matang, Paroki semakin menghidupi kharisma St. Theresia, memakai horison Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus, dan dalam kesepahaman dengan gerak gereja Keuskupan Agung Semarang.   Sebagai pelengkap sukacita ulang tahun, pada tanggal 23 Oktober 2024, Komsos Paroki Bongsari memenangkan lomba film dokumenter dengan tema Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) tingkat Kevikepan Semarang. Ada dua kategori yang dimenangkan, yakni Juara I dan Juara Favorit. Hadiah diberikan langsung oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam acara penutupan tahun FIBB di Paroki Kudus. Semoga iman umat semakin diperdalam dan nama Allah semakin dimuliakan dengan pencapaian-pencapaian ini.   Kontributor: Anastasia Adristri – Paroki Bongsari 

Pelayanan Gereja

Pemberkatan dan Peresmian Gedung Pelayanan Pastoral Paroki Bongsari di Hari Kemerdekaan RI

Tepat di peringatan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2024, Bapak Uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko meresmikan dan memberkati Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya, Paroki St Theresia Bongsari Semarang. Pemberkatan dilakukan dalam misa konselebrasi bersama Provinsial Serikat Jesus Pater Benedictus Hari Juliawan, S.J. dan Pastor Paroki Pater Eduardus Didik Chahyono, S.J., beserta empat pastor yang lain, yaitu Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., Pater Clemens Budiarta, S.J., dan Pater Bonifasius Melkyor Pando, S.J. Selain peresmian Grha Argya, diresmikan pula Kapel Adorasi St Ignatius (taman dan kawasan baru Gereja Bongsari).   Di hari penuh syukur ini Bapak Uskup mengajak seluruh umat untuk bersyukur atas selesainya pembangunan gedung pelayanan pastoral Grha Argya yang memiliki arti rumah pemuliaan atau persembahan kepada Allah. Lalu apa yang akan kita persembahkan untuk kemuliaan Allah? Apa yang kita persembahkan dengan gedung ini? “Persembahan itu tentu persembahan terbaik dan berkualitas, yaitu iman kita,” tandas Monsinyur.   “Saya berharap, iman akan Yesus Kristus dapat berkembang dengan adanya Gedung Pelayanan Pastoral Grha Argya. Karena gedung ini dipakai untuk proses pembinaan iman dan pewartaan secara terus-menerus dan dari waktu ke waktu. Ini melibatkan anak-anak sampai orang dewasa. Gedung ini akan menghasilkan buah berlimpah ketika umat yang terlibat memberikan diri penuh ketulusan hati, kerelaan, dan dedikasi demi kemuliaan Tuhan,” harap Bapak Uskup.   Sementara itu Pater Didik menyampaikan bahwa pembangunan gedung pelayanan pastoral ini menelan biaya lebih dari 12 milyar rupiah. Dari mana dananya? Pater pun tidak tahu. “Karena kita tidak memulainya dengan simpanan yang ada. Melainkan memulainya dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria, serta tentunya seluruh umat,” tandasnya. Pada kesempatan tersebut, Ketua Panitia Pembangunan, Ignatius Natalis Utomo, menyatakan rasa syukur atas selesainya pembangunan ini. Menurutnya, panitia telah bekerja sejak 2019 atau hampir 5 tahun. Ia pun memperkenalkan satu per satu panitia pembangunan. Dengan diresmikannya gedung pelayanan dan berakhirnya pembangunan, Natalis menyerahkan secara simbolis kunci gedung pelayanan kepada ketua PGPM Paroki Bongsari, Pater Didik.      Sebagai bentuk syukur diadakan pemotongan tumpeng dan penandatanganan prasasti peresmian sebelum berkat penutup. Penandatangan prasasti dilakukan oleh Bapak Uskup, Provinsial Serikat Jesus, dan Romo Kepala Paroki Bongsari. Tumpeng yang dipotong oleh Bapak Uskup diserahkan kepada Pater Didik dan Pater Benny menyerahkan potongan tumpeng kepada Natalis Utomo. Di akhir misa, Bapak Uskup menyampaikan proficiat kepada umat Paroki Bongsari. Menurutnya, Paroki Bongsari adalah paroki yang getol, gencar, dan bersemangat dalam pembangunan dan penggalian dana. “Dalam beberapa kesempatan saya berpesan kepada paroki-paroki lain. Contonen Bongsari kae le golek dana luar biasa dan proses yang dijalani sesuai prosedur berdiskusi dengan Tim Pembangunan Ekonomat Keuskupan!” ungkap Bapak Uskup.   Pembangunan yang menelan biaya 12 M lebih itu meliputi gedung pelayanan pastoral dua lantai dengan luas 1600 m persegi lengkap dengan sound system dan furniture, kapel adorasi, taman, dan penataan kawasan. Setelah Perayaan Ekaristi ada pesta umat. Masing-masing lingkungan menyediakan minimal 40 porsi makanan dan minuman. Sambil menikmati sajian makan malam, umat menyaksikan tampilan dari adik-adik PIA, komunitas adiyuswa, musik OMK, gamelan soepra SMA Loyola, dan group Paksi band dari Yogyakarta.   Hadir dalam acara ramah tamah Kardinal Julius Darmaatmadja, Bante Cattamano, dan beberapa tokoh lintas agama. Dalam acara ramah-tamah disampaikan juga tanda penghargaan pada lingkungan dan donatur. Kemeriahan acara yang dilangsungkan di depan Gedung Pastoral yang megah menggambarkan kegembiraan umat atas keberadaan gedung pastoral paroki. Antonius Iwan Wahyudi selaku ketua panitia pemberkatan dan peresmian menyatakan, ”Saya sangat bersyukur proses pembangunan bisa berjalan lancar dan acara pemberkatan serta peresmian berlangsung meriah. Tidak kurang 1000 umat mengikuti perayaan Ekaristi belum termasuk para penampil yang bersiap mengisi acara. Umat mengapresiasi berhasilnya pembangunan gedung pelayanan pastoral dan tata kawasan gereja yang tampak luas, indah, sejuk, dan nyaman.”   Kontributor:  Antonius Tri – Panitia Peresmian Gedung Grha Argya dan Tata Kawasan Gereja St. Theresia Bongsari Semarang

Pelayanan Gereja

VISUALISASI JALAN SALIB HIDUP 2024: [sudah selesai]

Di kayu salib, sebelum Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya berserah dan berkata, “Sudah selesai.”   Apakah ini berarti kekalahan? Apakah Yesus kalah karena pada akhirnya Ia menyerahkan diri untuk di salib dan menebus dosa kita?   Sebaliknya, kalimat ini bermakna Yesus telah menang!   Ia menang atas besarnya kasih yang diberikan bagi umat manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa hingga akhir hidup-Nya. Sesungguhnya inilah kasih yang taat sampai mati.   Kita pun memanggul salib kehidupan kita masing-masing, yang seringkali wujudnya tidak nampak. Namun, apakah kita siap memenangkan diri kita atas hal-hal dan perbuatan baik?   -terinspirasi dari homili Pater Dodo, S.J.   Visualisasi Jalan Salib Hidup | 29 Maret 2024 | 10.00 WIB | OMK Paroki St. Yusup Gedangan | Halaman Bintang Laut – TK Theresia – SD Marsudirini – Susteran OSF                 Kontributor: Gedangan Muda

Penjelajahan dengan Orang Muda

F.O.M.O. : Filter Out Masalah dan Obsesimu 

Kolaborasi MAGIS Jakarta dan OMK HSPMTB Tangerang Gaya hidup fancy, seperti fashion terbaru, liburan keluar negeri, gadget termutakhir, pencapaian seseorang, dan lainnya, banyak bermunculan di media sosial. Bagi sebagian orang, hal tersebut menimbulkan tekanan emosional tersendiri, seperti perasaan terobsesi untuk mengikuti tren atau merasa kurang update terhadap sesuatu. Perasaan emosional yang muncul itu merupakan salah satu dampak  penggunaan media sosial. Bagi orang muda khususnya, ketika tidak bisa mengikuti  tren terbaru, muncullah perasaan tertinggal dan tidak percaya diri.  Menghindar dari media sosial mungkin sulit bagi sebagian besar orang muda. Apalagi kini, media sosial menjelma menjadi sarana yang efektif guna mengekspresikan dan membangun citra diri (personal  branding). Tak sedikit orang muda terobsesi dengan media sosial dan menjadikannya sebagai ajang pamer. Di lain sisi, perasaan terobsesi berlebih atau kecenderungan untuk terus membandingkan diri sendiri dengan konten media sosial akan memberikan dampak pada kesehatan mental orang muda.  Berangkat dari fenomena itu, Magis Jakarta berkolaborasi dengan Orang Muda Katolik Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Paroki Tangerang menggelar talkshow tentang penggunaan media sosial yang berpengaruh pada  kesehatan mental, dengan tema ‘’FOMO: Filter Out Masalah & Obsesimu’’. Acara ini diselenggarakan pada Minggu, 4 Februari 2024 di Selasar Gereja HSPMTB Tangerang dan dihadiri oleh 90 orang peserta yang mayoritas adalah orang muda.  Talkshow yang diselenggarakan ini juga merupakan rangkaian kegiatan Ekaristi Kaum Muda yang menjadi ajang kolaborasi MAGIS Jakarta dengan OMK berbagai paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Dalam kesempatan ini, Alexander Yosua (MAGIS Jakarta 2021), menggandeng Angelia Juwita dari OMK Paroki HSPMTB menjadi ketua panitia EKM. Persiapan telah dimulai sejak akhir tahun 2023. Pengurus dan alumni MAGIS Jakarta berpartisipasi aktif dalam kepanitiaan EKM dalam kolaborasi dengan teman-teman OMK serta Seksi Kepemudaan (SieKep) Paroki HSPMTB.  Talkshow ini difasilitasi oleh Kak Inca Agustina Arifin, M.Psi dan Fr. Albertus Alfian Ferry Setiawan, SJ. Pembahasan berangkat dari tema “Self-love” dan semakin mengerucut pada tema “FOMO (fear of missing out) yang diasosiasikan perasaan takut terasing karena ketinggalan berita atau tren. Istilah tersebut muncul di kalangan Gen Z yang lekat dengan media sosial. Banyak orang di zaman ini yang seakan tidak bisa lepas dari gawai dan media sosial, selalu haus dengan berbagai update. Kelekatan tersebut memunculkan perasaan fomo, yang kemudian mengganggu kesehatan mental seseorang.  Dalam sesi diskusi, para peserta yang hadir diajak memahami pentingnya kesehatan mental, menyadari fenomena fear of missing out, dan cara pencegahannya. Kak Inca mengawali sesi dengan mendefinisikan fomo sebagai rasa “takut merasa “tertinggal’’ karena tidak mengikuti aktivitas tertentu, sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan lainnya.” Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal yang lebih baik, sedangkan dirinya sendiri tertinggal.  Para peserta talkshow juga diajak Kak Inka agar bisa melakukan deteksi mandiri apakah kita sudah terkena dampak fomo, yakni dengan cara menjawab benar atau  tidak pertanyaan-pertanyaan berikut :  Cara mengetahuinya, apabila kita memiliki sebanyak 3 jawaban benar atau lebih  maka bisa dikategorikan kita telah terkena fomo.  Diketahui ternyata fomo tidak hanya berkaitan perasaan terobsesi saja. Fomo juga menimbulkan dampak-dampak negatif, seperti gangguan pola tidur, kesulitan dalam mengambil keputusan yang benar dan bijaksana, gangguan pada hubungan dengan  orang-orang sekitar yang berarti, produktivitas terganggu, dan sulit fokus. Guna  menghindari itu, Kak Inka memberikan tips atau practical steps to overcome fomo,  yakni dengan cara melatih mindfulness, memahami apa yang dapat memicu perasaan negatif, membatasi penggunaan media sosial, menuliskan jurnal rasa  syukur untuk secara rutin menyadari aspek-aspek positif yang dimiliki, terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang berarti dan sesuai dengan tujuan atau nilai kehidupan, serta memelihara hubungan-hubungan yang berarti dalam hidup.  Fr. Ferry juga menawarkan latihan doa ala Ignatian sebagai  cara ampuh “penangkal” fomo, yaitu Examen Conscientiae. Examen dapat menjadi sarana bagi orang muda zaman sekarang untuk menyadari peristiwa yang dialami, beserta pengalaman dan perasaan dominan. Dalam Examen, orang diajak untuk  menemukan hal-hal yang disyukuri dalam sehari, juga berani menyesali perbuatan perbuatan buruk yang mungkin dilakukan, dan diakhiri dengan membuat niat untuk  menjadi pribadi yang lebih baik. Dominasi perasaan syukur diharapkan dapat  membantu orang muda untuk tidak terobsesi atau tidak lekat pada hal tertentu, atau  setidak-tidaknya mampu membedakan mana yang harus dilakukan dan tidak.  Talkshow yang dimulai pada pukul 14.00 WIB itu selesai pada pukul 16.30 WIB dan dilanjutkan dengan Ekaristi Kaum Muda, yang juga di dalamnya menampilkan teater dari OMK Paroki HSPMTB. EKM dipimpin oleh Pater Alexander Koko, SJ,  moderator MAGIS Jakarta. Dalam homilinya, Pater Koko berharap agar umat semakin dapat mengerti  bentuk cinta dari sekitar dan semakin mampu memberikan cinta pada orang-orang terdekatnya. Bisa jadi ada cinta yang tidak saling memberi dan menerima apabila kita, pelaku cinta, tidak memahami bentuk cintanya, seperti contoh bahasa cinta dari orang muda yang tidak dipahami oleh orangtua.  Suasana senang dan bahagia terlihat dari senyuman dan raut wajah para panitia kegiatan ini setelah seluruh rangkaian acara telah terlaksana. Para peserta dan panitia menutup acara dengan mengabadikan momen bersama. Rasanya tidak ingin mengucapkan “sayonara”. Gerimis di malam itu membuat acara perpisahan Magis Jakarta dan OMK HSPMTB menjadi haru. Usailah euforia persiapan dan pelaksanaan  EKM MAGIS Jakarta dan OMK Paroki HSPMTB. Kini yang  harus terus diupayakan adalah keberanian untuk melepaskan kelekatan dan menggenggam harapan. Esok akan bertemu di lain kesempatan. Kontributor: Samuel Rajagukguk dan Monica Yosinayang

Pelayanan Gereja

Bersukacita Karena Allah Memberi Sukacita

Misa Natal Anak 2023 Paroki Tangerang Natal selalu membawa sukacita bagi umat Paroki Tangerang, terutama anak-anak, karena dirayakan secara khusus di dalam Misa Natal Anak yang jatuh pada Senin, 25 Desember 2023. Sekitar 2500 anak hadir merayakan misa kelahiran Yesus Kristus yang dikoordinasi oleh kakak-kakak pembina Bina Iman Anak (BIA) dan Bina Iman Remaja (BIR). Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Yosef Andi Purwono, S.J. Dalam homili, Pater Andi bersama tiga kakak Bina Iman, selain berinteraksi dengan anak-anak, juga mengajak bergembira dan bernyanyi bersamadisertai permainan kecil. “Kita bersukacita karena Allah memberi sukacita,” kata Pater Andi yang baru pertama kali memimpin misa Natal di Paroki Tangerang. Di hari istimewa ini suasana dalam gereja meriah dan menyenangkan. Saat perayaan Ekaristi berlangsung, mereka tampak tenang dan mampu mengikutinya sampai selesai. Setelah misa, anak-anak dengan tertib keluar dan satu per satu mendapatkan bingkisan Natal yang telah disediakan panitia. Kontributor: Redy – Paroki Tangerang

Pelayanan Gereja

Kelahiran Tuhan Membawa Terang Bagi Dunia

Perayaan Natal tahun ini di Gereja St. Antonius Padua Kotabaru dirayakan dengan penuh sukacita dan lebih ramai daripada tahun sebelumnya. Tahun 2022, jumlah umat dalam Perayaan Natal masih dibatasi karena masih dalam masa peralihan dari pandemi covid. Tahun ini, umat sudah lebih bebas untuk datang ke gereja. Gereja Kotabaru pun juga menyediakan tenda di jalan utara Gereja untuk digunakan umat. Pada hari Minggu, 24 Desember 2023, Gereja Kotabaru mengadakan tiga kali Perayaan Ekaristi Malam Natal, yakni pada pukul 17.00 WIB, 20.00 WIB, dan 22.30 WIB (EKM). Juga ada tiga kali Perayaan Ekaristi Natal pada hari Senin, 25 Desember 2023, yakni pada pukul 06.30 WIB, 09.00 WIB (EKA), dan 17.00 WIB (EKR). Mengangkat tema dari Injil Yohanes “Terang Itu Bercahaya di Dalam Kegelapan tetapi Kegelapan Tidak Menguasainya”, Perayaan Natal kali ini mengajak umat untuk menyadari bahwa dalam situasi apapun, Allah akan selalu hadir sebagai cahaya yang membawa harapan dan kedamaian. Ada banyak tantangan dari berbagai macam iklim, kita hadapi dengan jalan kita sendiri sebagaimana telah dituntun oleh terang Tuhan,” ucap Pater Mahar, SJ dalam homilinya pada Perayaan I Malam Natal. Poin yang selaras juga disampaikan Pater Hasto, SJ pada Perayaan II Malam Natal yakni, “Kita diundang untuk terus membangun persaudaraan, kita harus bergandeng tangan dalam menghadapi tantangan dan permasalah dunia.” Pada Perayaan I dan II Malam Natal, Gereja Kotabaru mendapat kehormatan kehadiran Kanjeng Pangeran Haryo Purbodiningrat mewakili Kraton Yogyakarta dan Bapak Singgih Raharjo, Penjabat Walikota Yogyakarta. Hal ini juga menambah sukacita umat Kotabaru karena merupakan dukungan dari pemerintah untuk Perayaan Natal. Perayaan III Malam Natal (EKM) sudah tidak seramai perayaan sebelumnya tetapi tetap dipadati umat terutama kaum muda. EKM dengan penuh kreativitas menawarkan refleksi yang sesuai dengan kaum muda, begitu juga dengan EKA dengan refleksi untuk anak-anak, EKR dengan refleksi untuk para remaja. Perayaan Natal pagi dikhususkan bagi umat lansia. Kontributor: Jessica Juliani – Kotabaru Digital Service