Pilgrims of Christ’s Mission

Jesuits

Feature

“Manusia dan Ketahanan Lingkungan”

Refleksi Atas Studi Ekskursi 2024 Pada 30 September hingga 5 Oktober 2024, siswa kelas 10 SMA Kolese de Britto Yogyakarta mengikuti kegiatan formasi studi ekskursi. Pada tahun ini, studi ekskursi yang mengambil tema “Merawat Alam Ciptaan Tuhan Dalam Bingkai Kearifan Lokal,” mengajak para siswa untuk semakin memperhatikan lingkungan yang selama ini ditinggali sambil mengenali kearifan lokal di sekitar. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan pengamatan dalam bidangnya masing-masing, baik itu energi, pangan, maupun pengelolaan sampah. Tak hanya mengamati, para siswa juga ikut merasakan usaha mewujudkan kelancaran proses yang ada demi stabilnya kehidupan. Tangan kami menjadi kotor dan raga mengalami kelelahan, namun pengalaman kami terbentuk hingga mampu mengambil pelajarannya.   Melalui pengamatan, kami disadarkan bahwa menghasilkan pangan, menghasilkan energi listrik, dan mengelola sampah yang dihasilkan demi ketahanan kehidupan manusia memerlukan proses yang panjang dan tidak selalu instan. Supaya proses bisa berjalan lancar, diperlukan teknologi yang maju dan didukung oleh sumber daya dan sumber dana yang memadai. Sayangnya, hal tersebut rupanya masih menjadi mimpi yang terlalu jauh bagi para pelaku usaha pemberdayaan pangan, listrik, dan kebersihan lingkungan. Beberapa dari mereka mengalami kekurangan tenaga manusia dan keterbatasan teknologi sehingga hasil maksimal tidak mudah dicapai. Kurangnya dukungan ini juga membuat beberapa pelaku menjadi terancam, contohnya para produsen rambak di Desa Gantiwarno yang berkurang banyak jumlahnya. Dari yang semula berjumlah 15 rumah produksi, turun menjadi hanya 6 rumah produksi dalam waktu 1 dekade.   Kita diundang untuk bisa membantu para pelaku usaha pemberdayaan lingkungan dan ketahanan hidup, setidaknya dengan mendukung usaha pemberdayaan lingkungan. Tak perlu analisis mendalam, kegagalan kita untuk bisa membantu pemberdayaan lingkungan mampu kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sampah plastik tercecer di mana-mana, sampah makanan menumpuk, suhu yang memanas akibat pemanasan global yang semakin parah. Ini semua menjadi bukti nyata yang dengan mudah kita temui. Justru semua ini terjadi ketika lingkungan semakin tidak stabil. Terjadi krisis pangan, energi, dan kebersihan lingkungan hidup yang semakin diperparah oleh kesulitan para aktivis pemberdayaan lingkungan hidup.   Saya sendiri sering merasa malu karena sedemikian tega terhadap lingkungan yang saya tempati. Sampah tidak saya pilah. Saya mengandalkan plastik sehingga sampah plastik semakin menumpuk. Makanan yang tersisa juga dibuang begitu saja. Saya juga menikmati dinginnya AC hampir sepanjang hari, menghamburkan energi. Manusia mungkin hanya menginginkan kenyamanan. Kita semua juga melakukan hal yang sama dan ini mengajak kita untuk berefleksi, mengapa kita setega itu? Sebagai makhluk yang telah diberi kehendak bebas oleh Tuhan, kita mampu menentukan keputusan sesuai akal budi dan hati nurani. Apa yang dapat kulakukan untuk memperbaiki lingkunganku?   Kontributor: Bumi Praba Murti – SMA Kolese de Britto

Karya Pendidikan

Being Men and Women for and with Others

Pada 2-5 Desember 2024 lalu, sebanyak 23 calon anggota Presidium Kolese Le Cocq d’Armandville mengikuti kegiatan LKI di Biara Susteran Abdi Kristus, Distrik Wanggar, Nabire, Papua Tengah. LKI atau Latihan Kepemimpinan Ignasian bertujuan mempersiapkan para calon anggota Presidium baru untuk menjadi pemimpin yang berkualitas dan berlandaskan pada nilai-nilai Ignatian.   “Being Men and Women for and with Others” menjadi tema LKI kali ini. Melalui tema ini para calon anggota Presidium diharapkan mampu menjadi pemimpin yang peduli, bertanggung jawab, dan terlibat dalam hidup warga sekolah serta masyarakat sekitar. Hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri saja melainkan juga untuk melayani sesama, khususnya mereka yang kurang beruntung, terpinggirkan, dan tidak terperhatikan.   Pada 2 Desember 2024, pukul 07.30 WIT, para calon anggota Presidium bersama para pendamping, diantar menuju Wanggar menggunakan truk. Perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam tersebut ditemani oleh Ibu Ester Yanti dan Pater Yakobus Toto Yulianto, S.J.   Setibanya di Wanggar, Fr. Engelbertus Viktor Daki, SJ memimpin Ibadat Pembuka LKI. Dalam renungan singkatnya, Fr. Egi mengundang para calon anggota Presidium untuk sungguh-sungguh mengikuti dinamika LKI dengan hati yang terbuka dan penuh sukacita.   Mengenal Diri Para peserta LKI menerima sejumlah materi menarik. Pada hari pertama Ibu Theresia Kegiye memberikan materi Pengenalan Diri. Para peserta diajak untuk sungguh mengenali diri mereka sebagai pribadi-pribadi yang dikasihi Allah, memiliki sejumlah bakat dan kemampuan yang berguna bagi banyak orang, dan bersedia menjadi pemimpin yang sungguh-sungguh mau melayani.   Kak Magda, salah satu mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang sedang menjalani program Asistensi Mengajar di Kolese Le Cocq turut memberikan materi mengenai Kualitas Seorang Pemimpin. Kak Magda menekankan pentingnya seorang pemimpin memiliki sejumlah kualitas diri yang mumpuni sehingga mampu menjadi inspirasi sekaligus penggerak organisasi. Tak lupa pula, Kak Magda mengajak para peserta untuk berefleksi lebih dalam dan mengenal sosok pemimpin seperti apa dan siapa saja yang menjadi inspirasi bagi mereka.   Selain diajak mengenal diri dan meninjau kualitas pemimpin, Kak Mutiara Kausar, mahasiswi Sanata Dharma yang sedang dalam program Asistensi Mengajar juga ikut memberikan materi mengenai Keterampilan Pemimpin. Para peserta diajak untuk mengenal sejumlah keterampilan dasar apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, seturut dengan semangat Ignatian, seperti keterampilan berdiskresi dan bertindak berdasarkan semangat magis.   Value Based Leadership Pada hari kedua, Fr. Engelbertus Viktor Daki, S.J. mengajak para peserta untuk belajar menjadi pemimpin-pemimpin yang berintegritas, berjalan bersama Tuhan. Mereka diajak untuk melihat tindakan-tindakan Yesus, sang Guru sejati, dalam melayani dan mendampingi para murid.   Dalam pemaparannya, Fr. Egi menjelaskan bahwa dalam dinamika memimpin nantinya, mereka akan senantiasa berada dalam “medan perang” dari waktu ke waktu. Perang akan terjadi antara nilai-nilai kepemimpinan yang mereka junjung tinggi dengan aneka godaan, pertentangan, kerapuhan, dan kelemahan diri. Mereka diajak mengenal diri begitu rupa agar jika nanti godaan itu datang mereka tahu apa yang harus dilakukan agar nilai-nilai yang mereka junjung tinggi, yaitu kejujuran, kerendahan hati, magis, dan ketulusan itu tetap terjaga.   Pada akhirnya, mereka diundang untuk menjadi pemimpin yang memiliki keselarasan pikiran, hati, dan tindakan. Keselarasan ini diharapkan bisa membawa mereka pada pertumbuhan sejati, menjadi pemimpin-pemimpin berpikir, berucap, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai luhur, alih-alih kecenderungan diri, ego, dll.   Relasi Kuasa Kepemimpinan selalu berhubungan dengan kekuasaan. Ketika seseorang didapuk menjadi seorang pemimpin, ia memiliki kuasa untuk menggerakkan orang lain. Pater Rikhardus Sani Wibowo, S.J, sebagai pemateri, mengajak para peserta untuk sama-sama mencermati peran seorang pemimpin dan juga rambu-rambu yang harus diperhatikan agar sungguh menjadi pemimpin bermutu. Salah satunya adalah dengan memilih jalan keteladanan dan bukan ancaman atau pemberian hadiah saat memimpin. Kesadaran akan peran, kuasa, dan rambu-rambu yang perlu diperhatikan diharapkan membuat peserta terhindar dari penyelewengan dan penyalah-gunaan kekuasaan.   Bu Ester Yanti memberi materi mengenai “Membangun Tim dan Kolaborasi.” Dalam pemaparannya, Bu Ester mengajak para peserta untuk mampu bekerja sama. Dengan menjadi anggota Presidium, mereka semua menjadi pemimpin yang bekerja sebagai tim. Tidak ada yang bekerja sendiri. Masing-masing orang memiliki kelebihan yang perlu dikolaborasikan sehingga mampu menjadikan tim Presidium ini bekerja dengan solid. Setiap orang, setiap divisi di dalam Presidium perlu mampu berkolaborasi satu sama lain.   Facing the Giants Para calon anggota Presidium diajak untuk menonton film bersama Facing The Giants. Film ini mengajarkan tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik dan selalu membawa nama Tuhan saat senang maupun susah. Suasana di malam itu begitu seru. Bahkan, pada suatu bagian yang luar biasa di film, para anggota Presidium turut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh tokoh pada film tersebut.   Dinamika Luar Ruangan Pada hari ketiga, para peserta diajak untuk menjadi pemimpin yang peduli dengan lingkungan sekitar dan tergerak membantu sesama. Sesudah bangun pagi, mulai dari depan Biara, para peserta diajak untuk memungut sampah yang berserakan di pinggir-pinggir jalan raya hingga Kapel Wanggar dan Pasar Wanggar. Kondisi di sekitar titik-titik yang dibersihkan awalnya kotor dan tidak enak dipandang, setelahnya menjadi bersih dan enak dipandang.   Usai kegiatan membersihkan lingkungan, para peserta menawarkan diri untuk membantu mama-mama di pasar berjualan. Mereka awalnya malu-malu, namun setelah mencoba dan memberanikan diri, mereka akhirnya terlibat dalam menjual barang-barang jualan mama-mama di pasar. Harapannya, para peserta memiliki kepekaan terhadap kebersihan lingkungan dan juga memiliki keberanian, tidak malu untuk melakukan hal-hal baik.   Selain materi-materi, para anggota Presidium diajak untuk rutin melakukan examen conscientiae atau pemeriksaan batin. Examen ini bertujuan untuk melatih kepekaan kita terhadap roh baik dan roh jahat. Dengan examen, para calon anggota Presidium diharapkan dapat mengetahui dorongan-dorongan dari roh baik dan selalu mengikutinya serta mengetahui dorongan-dorongan dari roh jahat dan selalu menjauhinya. Examen dilaksanakan pada siang hari sebelum makan siang dan malam hari sebelum tidur.   Membangun Keakraban Lewat Mini Games Selama kegiatan LKI berlangsung, ada sejumlah mini games yang bertujuan untuk meningkatkan kekompakan dan solidaritas. Melalui games, para calon anggota Presidium diajarkan untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama. Salah satu mini games yang dilaksanakan adalah mengeluarkan bola pingpong menggunakan air dari sebuah pipa yang sudah diberikan beberapa lubang.   Melalui mini games ini, para peserta dituntut untuk bekerja sama dalam mencari solusi agar air yang diisi ke dalam pipa bocor tidak keluar dan bola pingpong yang ada di dalamnya dapat keluar. Ada yang menutup

Penjelajahan dengan Orang Muda

Open House dan Ekaristi Kaum Muda-Mahasiswa Katolik DIY 2024

Bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional di bulan November 2024, Pusat Pastoral Mahasiswa DIY (PPM DIY) mengadakan rangkaian acara untuk memaknai kepahlawanan yang relevan dengan situasi orang muda di zaman ini. Rangkaian acara terdiri dari Open House PPM DIY pada tanggal 9 November dan Ekaristi Kaum Muda yang dilanjutkan dengan talkshow serta pentas seni pada 10 November. Topik yang diangkat adalah mengenai kepahlawanan yang telah diteladankan oleh para tokoh nasional (tak terkecuali para pahlawan nasional yang beragama Katolik) dan aktualisasinya untuk anak muda zaman ini. Kepahlawanan sebagai suatu semangat selalu relevan dan bisa diaktualisasikan terus-menerus.   Untuk itu, dengan gaya bahasa anak muda, kegiatan ini mengambil judul AGAPE: Akrab aGAwe PEnak yang dalam bahasa aslinya (Yunani, “ἀγάπη”) merujuk pada bentuk cinta yang tanpa pamrih, tulus, dan penuh kasih sayang. Dalam konteks ini, agape sering digambarkan sebagai cinta universal atau kasih yang tidak bersyarat, yang mencerminkan keinginan tulus untuk kebaikan orang lain tanpa mengharap-kan balasan. Para mahasiswa Katolik Jogja diajak untuk berani memberikan diri dengan cinta yang tanpa pamrih, tulus, dan penuh kepada siapa pun sebagai bentuk kepahlawanan yang sejalan dengan ajaran Katolik. Akronim dari “Agape” yaitu “akrab agawe penak” mengajak para mahasiswa Katolik untuk menjalin keakraban dengan caranya sendiri dan berjalan bersama sebagai sesama mahasiswa Katolik. Tindakan kepahlawanan di zaman ini pun bisa ditempuh dengan cara anak-anak Generasi Z yang akrab dengan dunia digital. Maka, selain “penak” (fun, menyenangkan) juga bermanfaat untuk banyak orang.    Momen perjumpaan antar mahasiswa Katolik DIY sempat terhenti akibat pandemi beberapa waktu lalu. Maka, kegiatan ini menjadi kegiatan untuk mempertemukan mahasiswa Katolik se-DIY, sejak pandemi usai. Harapannya, dengan kegiatan ini bisa terjalin jejaring dan relasi persaudaraan antara mahasiswa Katolik yang tersebar di berbagai kampus. Di DIY terdapat seratusan lebih Perguruan Tinggi, Akademi, dan Sekolah Tinggi. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, para mahasiswa Katolik bisa saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita, dan menguatkan dalam perjalanan hidup mereka.   Pada hari pertama, dalam acara Open House PPM DIY, para mahasiswa menyediakan layanan cek kesehatan bagi warga di sekitar PPM DIY. Selain itu, ada kegiatan senam bersama, kerja bakti, donor darah, pembagian hadiah doorprize, dan makan siang bersama. Keterlibatan para mahasiswa bagi masyarakat menjadi bentuk kepahlawanan sederhana yang bisa mereka lakukan. Mahasiswa perlu mengenali lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal setiap harinya, sehingga ilmu yang mereka pelajari di kelas tidak berhenti pada pemikiran saja tetapi juga diaktualisasikan untuk kebaikan bersama. Para mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan misalnya terlibat dalam pelayanan cek kesehatan gratis bagi masyarakat. Selain itu, para mahasiswa juga belajar untuk menjalin jejaring dengan semua pihak yang berkehendak baik, seperti misalnya kelompok Sego Mubeng dari Paroki Kotabaru.   Pada hari kedua, EKM dilaksanakan di kapel Kolese de Britto dan dilanjutkan dengan talkshow serta pentas seni di aula Kolese de Britto. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. A.R. Yudono Suwondo, Pr. selaku Vikaris Episkopal (Vikep) Yogyakarta Barat didampingi Pater Daryanto, S.J. (Pusat Pastoral Mahasiswa), Rm. Setyo Budi Sambodo, Pr (Romo Mahasiswa Kevikepan Semarang), dan Pater Hugo, SJ (Moderator Kolese de Britto, tuan rumah acara). Inilah bentuk sapaan Gereja Katolik kepada orang-orang Muda terutama mahasiswa Katolik di Jogja. Melalui EKM ini mahasiswa juga mendapatkan ruang untuk menghayati Ekaristi dengan cara anak muda, seperti iringan musik orkes, tari-tarian pengiring, renungan yang dibawakan dengan teater, hingga doa dengan berbagai bahasa daerah.   Ada sekitar 800-an mahasiswa Katolik dari berbagai universitas yang hadir pada acara hari kedua. Bukan hanya dari Jogja saja tetapi juga dari Semarang dan Surakarta. Setelah Ekaristi, acara dilanjutkan dengan talkshow yang diisi oleh Pater G. Subanar, S.J. dan Walma Jelena. Pater Banar membagikan kisah kepahlawanan umat Katolik Indonesia pada zaman penjajahan Jepang melalui buku yang baru saja terbit, yakni Kinro Hoshi, Kisah Umat Katolik di Pendudukan Jepang (Kanisius, 2024). Sementara itu, dari perspektif orang muda Walma Jelena yang mempopulerkan mantila di akun media sosialnya (@walmajelena; Your Mantilla Lady) berbagi kesaksian iman di dunia digital.    Setelah talkshow beberapa kelompok mahasiswa mengisi pentas seni. Di antaranya tari-tarian daerah, teater, dan musik. Multikulturalitas mahasiswa Katolik yang ada di DIY akan mewarnai tampilan-tampilan seni ini, mengingat mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Rm Buset (Setyo Budi Sambodo) juga tampil menghibur dengan standup comedy. Selain itu juga ada keterlibatan siswa-siswa SMA Kolese de Britto melalui tampilan musik. Tidak sedikit juga alumni de Britto yang saat kuliah di Jogja terlibat aktif dalam kegiatan Keluarga Mahasiswa Katolik. Maka, inilah bentuk pendampingan berkelanjutan bagi orang-orang muda untuk berjalan bersama membangun masa depan yang penuh harapan.   Kontributor: P Agustinus Daryanto, S.J.  

Pelayanan Masyarakat

Satu Jam Bersama Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J.

Sekian waktu setelah kami menerbitkan buku Berjalan Bersama Ignatius yang berisi percakapan Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. dengan jurnalis Dario Menor, kami mendapatkan kesempatan untuk berjumpa langsung dengan Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. pada 25 Oktober 2024, di sela kepadatan agenda beliau dalam Sinode para uskup di Roma. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga. Bersama Pater Jose Cecilio Magadia, S.J., asisten regional untuk Asia Pasifik dan Pater Leo Agung Sardi, S.J., pembimbing rohani di Collegio Internazionale del Gesù, kami menikmati perbincangan intens dengan Pater Jenderal tidak kurang dari satu jam di Curia Generalizia, Borgo Santo Spirito 4, Roma.   Isi perbincangan itu sungguh mengesankan, meneguhkan, dan sekaligus menggerakkan. Oleh karena itu, kami ingin membagikannya melalui tulisan ini. Berikut tiga hal penting yang disampaikan Pater Jenderal dalam perbincangan tersebut.   Perutusan Bersama atau Shared mission (la mission compartida) Sebagaimana yang dipaparkan dalam buku Berjalan Bersama Ignatius, Pater Jenderal menjelaskan secara menakjubkan tentang makna Perutusan Bersama. Dalam konteks perbincangan kami, hal ini merujuk secara khusus pada “perutusan bersama para Jesuit dan awam”. Topik ini juga terasa sangat relevan dengan perhatian kami, para awam yang bekerja di lembaga karya milik Serikat Jesus.   Pater Jenderal mengungkapkan bahwa makna “Perutusan Bersama” bukanlah semata-mata membagikan misi Serikat Jesus ke seluruh anggota institusi, atau dapat dicontohkan misalnya dalam bentuk kegiatan sharing misi yang kerap dilakukan antarlembaga karya. Lebih dari itu. Perutusan Bersama berarti para Jesuit dan awam bersama-sama menyadari dan menyediakan diri sebagai instrumen (alat) Allah dalam menjalankan misi-Nya di dunia, yaitu membawa kabar sukacita. Perutusan ini bukan hanya milik Jesuit tetapi untuk Gereja dan seluruh umat Allah yang menjalankan misi Yesus di dunia.   Bagi kami yang selama ini kerap merasa diri sebagai pekerja profesional di lembaga karya milik Serikat Jesus, ungkapan Pater Jenderal terasa menyentak. “Sekadar menyumbangkan kemampuan profesional” dalam dinamika manajemen perusahaan saja tidaklah cukup. Lebih dari itu. Semua anggota karya Serikat sangat perlu mengambil bagian dalam makna karya, identitas khas, dan sumber inspirasi Serikat Jesus. Dengan bekerja di lembaga karya Serikat Jesus, setiap orang tidak boleh hanya menjadi outsider atau bersikap apatis, tetapi mesti menjadi pribadi yang proaktif untuk berjalan bersama sebagai “sahabat-sahabat dalam perutusan”, menjadi saksi keselamatan (companeros en la mission) di dunia melalui pekerjaan sehari-hari.   Kolaborasi (Jesuit-awam) Konsekuensi dari kesadaran akan “Perutusan Bersama” ini adalah terjalinnya kolaborasi antara Jesuit dan para awam di sekelilingnya. Kolaborasi bukanlah sekadar bekerja sama (co-working), melainkan sungguh menyediakan diri bekerja bersama orang lain. Tidak cukup sekadar memiliki banyak kolaborator, namun yang lebih penting adalah adanya keterbukaan, kualitas, kedalaman, dan ketulusan dalam proses bekerja bersama dengan orang lain.   Bagi para Jesuit, kehadiran rekan kerja awam bisa menjadi semacam “vaksin” penangkal klerikalisme atau feodalisme. Bagi para awam, kehadiran Jesuit menjadi semacam “kompas” penunjuk arah dan tujuan. Kedua belah pihak perlu terus berjuang untuk makin terbuka terhadap perbedaan perspektif satu sama lain. Di antara para Jesuit sendiri, perlu terus didorong hasrat untuk berjuang dalam dinamika berbagi misi perutusan dengan rekan kerja awam.   Berjalan Bersama Orang Muda Bagi kami yang menggumuli pergaulan dengan para karyawan muda dari generasi Y dan Z, salah satu tantangan yang tidak mudah adalah mengenalkan mereka pada Spiritualitas Ignatian yang menjadi roh institusi. Dihadapkan pada orientasi sebagian besar karyawan muda yang cenderung lebih tertarik pada hal-hal sekular dan profesional, terkadang Spiritualitas Ignatian terasa “tak begitu menarik” dalam memotivasi kerja mereka. Menanggapi hal ini, Pater Jenderal menegaskan bahwa dalam situasi apapun, terutama yang sangat menantang, tetaplah perlu konsisten menjalankan proses formasi Ignatian. Spiritualitas Ignasian adalah cara untuk menunjukkan jalan menuju Allah. Cara ini tidak perlu dipaksakan kepada orang lain, namun sangat perlu terus menerus ditawarkan dan dikenalkan kepada banyak orang, termasuk kaum muda.   Pater Jenderal mencontohkan, bahwa di semua lembaga pendidikan milik Serikat Jesus, para murid sejak dini dikenalkan pada dasar-dasar Latihan Rohani, seperti examen, refleksi, dan percakapan rohani. Dalam konteks Perusahaan, contoh ini meneguhkan kami agar sejak dini terus mengenalkan para karyawan baru pada dasar-dasar Latihan Rohani. Ungkapan Pater Jenderal menjadi semacam penegasan bagi kami, untuk memperhatikan detail proses dan dinamika formasi Ignatian bagi para karyawan, sejak pertama kali mereka bergabung.   Perjumpaan mengesan ini diakhiri dengan makan malam bersama para anggota kuria generalat. Bersyukur kami bukan hanya dikenyangkan secara jasmani oleh makanan yang sehat, namun lebih-lebih secara rohani oleh pesan-pesan yang disampaikan Pater Jenderal. Malam itu kami pulang dengan membawa konsolasi mendalam.   Kontributor: Mg. Sulistyorini dan Peter Satriyo Sinubyo – PT Kanisius

Feature

Kebersamaan Dalam Keceriaan

Refleksi HUT ke-58 Perkampungan Sosial Pingit Pada 19-26 Oktober 2024, Perkampungan Sosial Pingit (PSP) mengadakan rangkaian kegiatan untuk memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-58 Pingit. Tema yang diangkat tahun ini adalah “Kebersamaan dalam Keceriaan.” Para pengurus dan volunteer Pingit merefleksikan sukacita yang dialami selama mengadakan kegiatan belajar dan mengajar di PSP. Semangat tema tersebut dituangkan dalam tiga kegiatan utama: (1) cek kesehatan gratis; (2) perlombaan rakyat; dan (3) malam tirakatan.   Cek Kesehatan Gratis Pada Sabtu, 19 Oktober2024, para volunteer bekerja sama dengan Klinik Pratama Realino menyelenggarakan cek kesehatan gratis bagi lansia dan warga di sekitar Pingit. Layanan kesehatan yang diberikan mencakup pemeriksaan asam urat, gula darah, kolesterol, serta tekanan darah. Pemeriksaan dilanjutkan dengan konsultasi personal oleh para dokter Klinik Pratama Realino. Setelah pemeriksaan, resep yang didapatkan dari dokter dapat ditukarkan dengan obat-obatan yang sudah disediakan.   Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan ini menunjukkan tingginya kebutuhan akan kesehatan diri. Acara ini menjadi pengingat bahwa perhatian terhadap masyarakat jangan hanya terfokus pada usia produktif, melainkan juga pada warga lansia yang kerap terabaikan. Seperti yang tercermin dalam doa penutup acara, “[…] melayani mereka, lansia di sekitar kita, yang jarang diperhatikan oleh masyarakat,” acara ini membawa pesan tentang pentingnya memperhatikan kesejahteraan lansia sebagai bagian penting dari masyarakat.     Perlombaan Rakyat Selain cek kesehatan gratis, HUT ke-58 Pingit juga dimeriahkan dengan perlombaan rakyat untuk anak-anak para warga pada Minggu, 20 Oktober 2024. Acara sempat tertunda karena hujan. Syukurlah Semangat semua yang hadir tidak pudar begitu saja. Setelah cuaca agak terang, para volunteer segera mempersiapkan sejumlah perlombaan sesuai dengan kategori usia. Anak TK berlomba makan kerupuk dan sedotan warna. Anak SD kecil bermain estafet sedotan dan paku botol. Anak SD besar bermain kocok kardus dan estafet koran dalam barisan.   Saat cuaca sudah terang, semangat anak-anak dan warga semakin membara hingga perlombaan dapat selesai dengan lancar. Kegiatan diakhiri dengan seru-seruan bermain voli air. Rasa bahagia yang terpancar dari anak-anak dan warga merupakan sebuah kenangan yang mengesan bagi volunteer. Tidak lupa, anak-anak dan warga mendapat snack yang sudah disiapkan oleh panitia. Walau lelah, para volunteer bersyukur karena dapat menjalankan tugas dengan baik hingga menciptakan sebuah pengalaman yang mengesan dan tidak terlupakan.     Malam Tirakatan  Puncak rangkaian kegiatan HUT ke-58 Pingit dirayakan dengan malam tirakatan pada Sabtu, 26 Oktober 2024. Kami sangat terkesan dengan semangat para volunteer yang memberikan waktunya selama satu bulan untuk mempersiapkan tampilan dari anak-anak. Latihan tampilan bersama anak-anak menjadi tantangan tersendiri yang berhasil kami lalui dengan baik. Pada hari H, para volunteer dan warga pingit saling membantu untuk menyiapkan panggung dan tenda malam tirakatan. Hal ini menjadi pengalaman berharga di mana semua pihak saling peduli untuk saling membantu dalam menyukseskan serangkaian acara HUT ke-58 Pingit. Keceriaan itu berpuncak pada malam tirakatan. Kebersamaan adalah salah satu hal yang kami dapatkan selama berkegiatan di Pingit. Setelah kurang lebih satu tahun bertemu dengan warga serta anak-anak, kami merasakan adanya kedekatan dan keakraban dengan mereka. Di awal kami menjadi volunteer Pingit, kami selalu melihat antusiasme anak-anak yang kami dampingi. Setelah lama mendampingi mereka, kami mulai mengetahui beragam cerita anak-anak Pingit mulai dari kondisi keluarganya hingga hingga pergulatan mereka. Selain berjumpa dengan ragam cerita anak-anak, kami juga berjumpa dengan warga Pingit yang ramah dan peka untuk terlibat dalam kegiatan di Pingit. Selain anak-anak dan warga Pingit, kami juga merasa nyaman berada bersama para pengurus dan volunteer Pingit. Kami sering berbagi cerita dan pengalaman yang tak jarang membawa keceriaan. Kami sangat bersyukur karena setiap volunteer juga memiliki kepekaan untuk saling membantu. Salah satu buah kepekaan itu adalah suksesnya rangkaian kegiatan HUT ke 58 Pingit.   Kontributor: Adelia Dwi Maharani, Alessandra Josephine Lie Saragih dan Lidwina Paskarylia Shinta – Volunteer Pingit

Pelayanan Gereja

Maguyub Welas Asih

Perayaan Ekaristi Syukur Hari Ulang Tahun (HUT) ke-92 Gereja St Stanislaus Kostka Paroki Girisonta yang bertema “Maguyub Welas Asih” berlangsung khidmat dan meriah. Misa syukur ini dipimpin langsung oleh Pater Agustinus Sigit Widisana, S.J. selaku Pastor Paroki dan Pater Leonardus Dibyawiyata, S.J., yang dulu pernah berkarya menjadi pastor paroki tahun 1973-1977.   Ekaristi dimulai pukul 08.00 WIB yang diawali dengan lagu pramisa, sambutan panitia, dan persembahan tarian dari siswi-siswi TK Santa Anna, Girisonta. Kegembiraan dan kebahagiaan melingkupi seluruh umat yang hadir. Tak lupa paduan suara gabungan keluarga besar SMPK Girisonta dan para alumni semakin menyemarakkan perayaan Ekaristi syukur ini. Suasana Minggu, 10 November 2024 ini sungguh membangkitkan semangat maguyub seluruh umat Girisonta, yang jumlahnya 4.873 jiwa.   Sepenggal Sejarah Lahirnya Gereja di Girisonta tidak lepas dari berdirinya rumah Retret dan Novisiat Girisonta. Rumah retret yang dibangun pada tahun 1930, dengan peletakan batu pertama pada 3 Oktober 1930. Rumah retret ini kemudian diberi nama Girisonta, Giri berarti gunung dan Sonta berarti Suci. Girisonta dimaksudkan sebagai tempat di kaki gunung yang sepi, cocok untuk bersemedi, menyucikan diri.     Pada tahun 1932 Girisonta menjadi Komunitas S.J. untuk pertama kali . Saat itu Pater H. Koch, S.J. sebagai rektor, Pater G. Schmedding sebagai magister, Pater Th. Verhoeven sebagai direktur rumah retret, Pater J. Hellings sebagai minister scholasticorum, dan Pater J. Schouten menjalani tersiat. Pada waktu itu ada 7 frater yunior, 7 frater novis dan 3 bruder novis; juga ada 2 orang postulan berminat menjadi bruder. Dari antara mereka, Pater Schmedding dan Verhoeven tahan paling lama, sampai zaman Jepang masih di Girisonta.   Lahirnya Gereja di Girisonta Pada waktu Girisonta lahir, di sekitar Karangjati hampir tidak ada orang Katolik, hanya di Ungaran ada kelompok kecil. Dalam buku “De Katholieke Missie” tahun 1933, jumlah orang Katolik di Ungaran dan Girisonta hanya 99 orang. Jumlah itu telah termasuk baptisan baru sebanyak 21 orang. Pada Hari Raya Paskah yang menerima Komuni mencapai 38 orang.   Awal mulanya, Pater G. Schmedding, S.J. mulai mengajar katekese kepada para karyawan kolese. Para novis mulai menjelajah desa-desa sekitar, sehingga sedikit demi sedikit orang mulai mengenal Pater. Tanggapan masyarakat sekitar Karangjati masih minim, tetapi mereka yang tinggal di desa-desa yang agak jauh dari Girisonta memberi tanggapan lebih baik. Maka untuk pertama kali, pada tahun 1932 Pater G. Schmedding, S.J. membaptis dan merintis buku baptis di Girisonta sebagai awal lahirnya Gereja di Girisonta. Baptisan pertama yang dicatat dalam buku pertama, terjadi pada 22 Februari 1932.     Maguyub Welas Asih Perayaan ulang tahun paroki jatuh pada peringatan Pesta Nama St. Stanislaus Kostka setiap 13 November. Minggu 10 November 2024, genap 92 tahun Paroki Girisonta hadir di bumi pertiwi, menapaki perjalanan sejarah yang tidak mudah, baik pada masa penjajahan maupun masa perang kemerdekaan.   Perkembangan dan kemajuan Paroki Girisonta selalu berkesinambungan. Kini, jumlah jiwa yang tercatat sekitar 5000 umat, tersebar di 13 wilayah, 46 lingkungan, dan 1 stasi yaitu Stasi Santa Maria Assumpta Glodogan yang masih berada dalam wilayah teritorial Kabupaten Semarang. Perayaan ekaristi HUT ke-92 ini mengambil tema “Maguyub Welas Asih” yang merupakan kelanjutan dari tema sebelumnya pada HUT ke-91 yang mengambil tema “Maguyub Sanggup“. Kata maguyub yang mempunyai makna mendalam, yaitu bahwa segenap umat Katolik di Paroki Girisonta ini mengupayakan untuk selalu bersatu (maguyub) dengan landasan rasa kasih dan sayang terhadap sesama (welas asih). Maguyub welas asih merupakan pesan untuk semua umat Paroki Girisonta agar selalu berbelas kasih dan penuh cinta kasih dalam melayani sesama demi kemajuan bersama gereja Paroki tercinta.   Sebelum berkat penutup, Romo Paroki memotong tumpeng yang diserahkan kepada ketua panitia HUT Paroki sebagai simbol syukur atas suksesnya perayaan Ekaristi dan kegiatan penyerta dalam rangkaian perayaan ulang tahun ini.   Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan pesta umat yang diawali dengan pengambilan buah dan aneka sayuran dari gunungan yang sudah diberkati. Acara dilanjutkan dengan santap bersama nasi kuning yang telah disiapkan oleh tiap-tiap lingkungan. Pesta umat dimeriahkan dengan berbagai penampilan: drumband dari SDK Girisonta, drumband SMK Theresiana Bandungan, drum-blak persembahan dari Wilayah 3 Yulius, yang merupakan Panitia HUT ke-92 Paroki Santo Stanislaus Girisonta.   Kemeriahan acara ini tercipta berkat kerja sama dari Panitia, Dewan Paroki, dan semua pihak yang terlibat. Semoga gereja Girisonta semakin maguyub sanggup dan maguyub welas asih, dan umat semakin semangat dan terlibat aktif dalam aneka bentuk karya pelayanan yang membumi dan menyapa sesuai teladan St. Stanislaus.   Kontributor: KOMSOS Girisonta

Pelayanan Masyarakat

Akankah Terus Menjadi Mitra Terpercaya Dana Hari Tua?

Lima Dekade Yadapen Mitra Terpercaya Dana Hari Tua. Tagline ini resmi disandang oleh Dana Pensiun Lembaga Katolik Yadapen sejak 2017. Penggunaan tagline tersebut mengiringi migrasi Yadapen dari Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) ke Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Ini adalah momen “kelahiran kedua” dan perkembangan Yadapen sebagai Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK).   Walaupun baru mulai digunakan pada 2017, “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” sejatinya telah diperjuangkan Yadapen sejak resmi disahkan pada 1 Januari 1974. Yadapen lahir berkat kemitraan Pater Georgius Kester, S.J. dan Pater Gustavus Oosthout, S.J. bersama dengan Bruder Leonardo Scrijnemakers, FIC dan suster-suster kepala yayasan pendidikan yang mengupayakan kesejahteraan masa tua para pegawai. Untuk mengupayakan dana hari tua, para pendiri ini juga membangun hubungan saling percaya dengan para donatur, khususnya di Belanda. Sejak awal, “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” secara nyata dihidupkan dalam semangat dan tindakan para pendiri walaupun tidak dirumuskan sebagai sebuah tagline.   Oleh karena itu, acara puncak Pesta Emas Yadapen yang diselenggarakan pada 14-15 Oktober 2024 lalu pada dasarnya merupakan upaya menyegarkan kembali ingatan pada semangat pendiri. Kemitraan dan sinergi menjadi semangat pendiri yang sangat ditonjolkan dalam perayaan ini. Tamu-tamu yang diundang datang dari berbagai lembaga pemberi kerja dengan beragam tempat dan bidang, mulai dari yayasan pendidikan di Sumatera, perusahaan manajer investasi di Jakarta, sampai karya sosial di timur Indonesia. Amat disyukuri pula dukungan Nostri yang hadir mewakili beragam karya, mulai dari Provinsialat, PT Kanisius, hingga lembaga pendidikan seperti Unika Soegijapranata dan Yayasan Kanisius. Para penampil pun berasal dari sekolah-sekolah yang dinaungi beberapa yayasan perintis Yadapen, yaitu Yayasan Kanisius, Pangudi Luhur, dan Marsudirini.     Bukan hanya dalam kehadiran dan penampilan, semangat kemitraan dan saling percaya juga disegarkan melalui momen presentasi pengawas dan pengurus Yadapen, serta diskusi bersama. Apresiasi diberikan atas perkembangan dan berbagai hal baik yang dipaparkan oleh pengawas dan pengurus. Berbagai masukan dan tawaran solusi ditemukan bersama serta dibagikan di antara para hadirin supaya Yadapen sungguh-sungguh dapat menjadi mitra terpercaya.   Pergumulan lembaga dan peserta pun secara jujur dibuka dalam forum. Beberapa contoh dapat disebutkan dalam tulisan ini. Dampak dari kasus Jiwasraya terhadap Yadapen, misalnya, masih disinggung sebagai luka batin yang belum sembuh bagi sebagian orang, lengkap dengan semua kesalah-pahamannya. Ada juga cerita tentang tarik ulur lembaga dalam memutuskan bertahan di Yadapen ketika ada kewajiban mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan. Muncul pula pengakuan akan adanya ketertarikan pada tawaran dana pensiun lain, khususnya Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Yang juga terlontar dalam diskusi adalah kesepadanan nilai uang yang diperoleh para pensiunan dibandingkan kebutuhan mereka jika mengikuti program Manfaat Pensiun Berkala yang ditawarkan Yadapen.   Segala bentuk keterbukaan dan saling percaya tersebut pun layak disyukuri sebagai rahmat pesta emas. Alih-alih resistensi terhadap segala hal yang telah, sedang, dan akan diupayakan Yadapen, momen sharing justru menunjukkan rasa saling memiliki antara Yadapen, lembaga pemberi kerja, dan orang-orang yang menjadi peserta dana pensiun. Tersirat keinginan lembaga-lembaga pemberi kerja dan peserta untuk tetap mempercayai Yadapen sebagai mitra dana hari tua mereka. Akan tetapi, keinginan tersebut tentu saja harus Yadapen imbangi dengan inovasi dan tata kelola yang semakin sesuai zaman.     Lepas dari fakta jatuh bangun Yadapen, kesempatan menjadi “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” berbuah dalam hasil yang terukur dalam data: audit dengan predikat “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”, dana kelolaan sebesar Rp 1,2 triliun, dan hasil investasi (Return on Investment/ROI) tahun 2023 yang mencapai 6,58% (melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan/IHSG sebesar 6,16%). Digitalisasi laporan dan upaya paperless juga terus dikembangkan Yadapen melalui aplikasi Klik Yadapen. Setelah beberapa waktu berjalan dengan aplikasi untuk peserta, acara puncak Pesta Emas Yadapen menjadi kesempatan soft launching aplikasi untuk lembaga.   Bentuk lainnya adalah berupa kesediaan beberapa lembaga dana pensiun untuk memilih Yadapen sebagai rekan belajar, mulai dari Dana Pensiun (DP) KWI, DP PGI, DP Gereja Baptis, DP LAI, Pupuk Kaltim, dan Astra. Yadapen pun masih dianugerahi mitra baru, yaitu PT. Focus Data dan tarekat SJMJ Provinsi Manado. Yang akan menyusul menjadi mitra Yadapen adalah Yayasan Satunama, Yogyakarta dan Akademi Maritim Nusantara, Cilacap. Rangkaian data itu semata-mata ingin menunjukkan bahwa kemitraan yang terus diperjuangkan antara Yadapen, pemberi kerja, dan peserta sungguh-sungguh dapat berbuah baik. Hasil konkret kemitraan ini pun dirayakan dalam Pesta Emas Yadapen sebagai apresiasi atas kesediaan berbagai pihak untuk tetap percaya pada Yadapen.   Pertanyaan “Akankah Yadapen terus menjadi ‘Mitra Terpercaya Dana Hari Tua’?” mungkin saja akan terus dilontarkan oleh berbagai pihak. Pertanyaan tersebut akan dijawab oleh waktu dan kinerja Yadapen saat ini hingga ke depannya. Yadapen sendiri hanya dapat mengusahakan sembari memohon rahmat Tuhan agar spirit “Mitra Terpercaya Dana Hari Tua” terus mengalir dalam nafas hidup dan gerak langkahnya. Selain itu, dukungan semua pihak tetaplah dibutuhkan dalam karya kemitraan ini. Setelah lima dekade, semoga karya ini terus menjadi berkat bagi banyak orang.   Kontributor: Rafael Mathando Hinganaday, S.J.

Pelayanan Gereja

56 Tahun Paroki Bongsari Gembira Melangkah

Gembira bersama kita melangkah, itulah sepenggal lirik dari Mars Paroki St. Theresia Bongsari karya alm. Martin Runi. Kalimat ini selalu digaungkan dalam semangat hidup umat Paroki Bongsari. Umat diajak melangkah maju dengan penuh kegembiraan sembari mewartakan sabda Allah kepada sesama.   Tak terasa paroki St. Theresia Bongsari memasuki usia 56 tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang untuk sebuah paroki dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan komunitasnya. Dalam rangka tahun formatio iman di Keuskupan Agung Semarang, HUT Paroki mengambil tema “Dengan Spiritualitas St. Theresia mewujudkan formatio iman berjenjang dan berkelanjutan”.   Menilik 56 tahun yang lalu, tahun 1968, paroki St. Theresia Bongsari resmi berdiri dan dikepalai oleh Pater Ingen Housz, S.J. Nama St. Theresia dipilih sebagai nama paroki Bongsari karena doa sebuah keluarga telah terkabul melalui perantaraan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Sejarah pemilihan nama ini disampaikan oleh Pater Didik Chahyono, S.J., sebagai pastor kepala pada saat homili dalam misa perayaan HUT Paroki Bongsari pada Minggu, 6 Oktober 2024 lalu.   Dalam homilinya, Pater Didik juga menyampaikan kehidupan St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus yang menginspirasi langkah hidup umat Bongsari. Dalam homili tersebut, Pater Didik menyampaikan bahwa St. Theresia merupakan seorang biarawati yang rajin berdoa. St. Theresia ini menganggap dirinya seperti bunga mawar kecil yang akan ia berikan kepada orang-orang yang memohon perantaraannya.     Perayaan Ekaristi Puncak Hari Ulang Tahun Paroki dipimpin oleh Pastor Kepala dengan konselebran romo vikaris parokial Pater Agustinus Sarwanto, S.J., Pater Thomas Surya Awangga, S.J., dan Pater Clemens Budiarta, S.J. pada 6 Oktober 2024. Ekaristi ini diawali dengan perarakan vandel, dilengkapi pemberkatan gunungan sayur dan diiringi dengan paduan suara Mlengse Voice yang berkolaborasi dengan tim keroncong Tjong D’goest dari Paroki Banyumanik, Semarang.   Pada saat memasuki angka 58 (lima dan delapan), Pater Didik berharap bahwa Paroki Bongsari dapat menjadi paroki yang sungguh “mapan.” Kemapanan ini ditunjukkan dengan gedung pelayanan pastoral Grha Argya, kapel adorasi, dan tata kawasan yang sudah selesai dibangun sebagai fasilitas-fasilitas pendukung untuk kegiatan umat paroki Bongsari. Dalam perayaan ini ada juga launching dan pengenalan website parokibongsari.org yang dilengkapi dengan fitur data umat (SIBO) dan pemesanan ruang.   Pasca perayaan Ekaristi, umat langsung disambut dengan hidangan bubur yang telah disiapkan oleh perwakilan umat dari setiap wilayah di paroki Bongsari. Bubur yang disiapkan pun beragam, mulai dari yang gurih seperti bubur dengan topping telur bacem dan sambal goreng sampai bubur candil yang manis. Sembari menikmati hidangan bubur, umat yang hadir juga disuguhi oleh berbagai penampilan dari perwakilan umat Paroki Bongsari.   Ada berbagai rangkaian acara HUT Paroki Bongsari. Bentuk acara ini merupakan implementasi Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus. Paroki Bongsari membuat beberapa kegiatan, antara lain: Menunjukkan Jalan Menuju Allah: sepanjang bulan Oktober mengadakan empat kali pertemuan katekese pelindung paroki, mengenal spiritualitas St. Theresia di akhir doa rosario. Berjalan Bersama yang Terkucilkan: pembagian sembako untuk masyarakat yang membutuhkan pada puncak HUT Paroki. Peziarahan Bersama Orang Muda: mengadakan katekese untuk anak-anak yang melibatkan sinergi pendamping PIA dan tim OMK pada 8 September 2024. Merawat Rumah Kita Bersama: melakukan kegiatan tabur benih ikan dan senam bersama di area waduk Jatibarang, Kec. Gunungpati pada 29 September 2024.     Meskipun dikemas sederhana, kegembiraan yang terpancar dari umat yang hadir dalam perayaan HUT ke-56 paroki Bongsari sungguh dapat dirasakan dalam rangkaian acara ini. Semoga di usia semakin matang, Paroki semakin menghidupi kharisma St. Theresia, memakai horison Preferensi Kerasulan Universal Serikat Jesus, dan dalam kesepahaman dengan gerak gereja Keuskupan Agung Semarang.   Sebagai pelengkap sukacita ulang tahun, pada tanggal 23 Oktober 2024, Komsos Paroki Bongsari memenangkan lomba film dokumenter dengan tema Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) tingkat Kevikepan Semarang. Ada dua kategori yang dimenangkan, yakni Juara I dan Juara Favorit. Hadiah diberikan langsung oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko dalam acara penutupan tahun FIBB di Paroki Kudus. Semoga iman umat semakin diperdalam dan nama Allah semakin dimuliakan dengan pencapaian-pencapaian ini.   Kontributor: Anastasia Adristri – Paroki Bongsari