Bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional di bulan November 2024, Pusat Pastoral Mahasiswa DIY (PPM DIY) mengadakan rangkaian acara untuk memaknai kepahlawanan yang relevan dengan situasi orang muda di zaman ini. Rangkaian acara terdiri dari Open House PPM DIY pada tanggal 9 November dan Ekaristi Kaum Muda yang dilanjutkan dengan talkshow serta pentas seni pada 10 November. Topik yang diangkat adalah mengenai kepahlawanan yang telah diteladankan oleh para tokoh nasional (tak terkecuali para pahlawan nasional yang beragama Katolik) dan aktualisasinya untuk anak muda zaman ini. Kepahlawanan sebagai suatu semangat selalu relevan dan bisa diaktualisasikan terus-menerus.
Untuk itu, dengan gaya bahasa anak muda, kegiatan ini mengambil judul AGAPE: Akrab aGAwe PEnak yang dalam bahasa aslinya (Yunani, “ἀγάπη”) merujuk pada bentuk cinta yang tanpa pamrih, tulus, dan penuh kasih sayang. Dalam konteks ini, agape sering digambarkan sebagai cinta universal atau kasih yang tidak bersyarat, yang mencerminkan keinginan tulus untuk kebaikan orang lain tanpa mengharap-kan balasan. Para mahasiswa Katolik Jogja diajak untuk berani memberikan diri dengan cinta yang tanpa pamrih, tulus, dan penuh kepada siapa pun sebagai bentuk kepahlawanan yang sejalan dengan ajaran Katolik. Akronim dari “Agape” yaitu “akrab agawe penak” mengajak para mahasiswa Katolik untuk menjalin keakraban dengan caranya sendiri dan berjalan bersama sebagai sesama mahasiswa Katolik. Tindakan kepahlawanan di zaman ini pun bisa ditempuh dengan cara anak-anak Generasi Z yang akrab dengan dunia digital. Maka, selain “penak” (fun, menyenangkan) juga bermanfaat untuk banyak orang.
Momen perjumpaan antar mahasiswa Katolik DIY sempat terhenti akibat pandemi beberapa waktu lalu. Maka, kegiatan ini menjadi kegiatan untuk mempertemukan mahasiswa Katolik se-DIY, sejak pandemi usai. Harapannya, dengan kegiatan ini bisa terjalin jejaring dan relasi persaudaraan antara mahasiswa Katolik yang tersebar di berbagai kampus. Di DIY terdapat seratusan lebih Perguruan Tinggi, Akademi, dan Sekolah Tinggi. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, para mahasiswa Katolik bisa saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita, dan menguatkan dalam perjalanan hidup mereka.
Pada hari pertama, dalam acara Open House PPM DIY, para mahasiswa menyediakan layanan cek kesehatan bagi warga di sekitar PPM DIY. Selain itu, ada kegiatan senam bersama, kerja bakti, donor darah, pembagian hadiah doorprize, dan makan siang bersama. Keterlibatan para mahasiswa bagi masyarakat menjadi bentuk kepahlawanan sederhana yang bisa mereka lakukan. Mahasiswa perlu mengenali lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal setiap harinya, sehingga ilmu yang mereka pelajari di kelas tidak berhenti pada pemikiran saja tetapi juga diaktualisasikan untuk kebaikan bersama. Para mahasiswa kedokteran dan ilmu kesehatan misalnya terlibat dalam pelayanan cek kesehatan gratis bagi masyarakat. Selain itu, para mahasiswa juga belajar untuk menjalin jejaring dengan semua pihak yang berkehendak baik, seperti misalnya kelompok Sego Mubeng dari Paroki Kotabaru.
Pada hari kedua, EKM dilaksanakan di kapel Kolese de Britto dan dilanjutkan dengan talkshow serta pentas seni di aula Kolese de Britto. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. A.R. Yudono Suwondo, Pr. selaku Vikaris Episkopal (Vikep) Yogyakarta Barat didampingi Pater Daryanto, S.J. (Pusat Pastoral Mahasiswa), Rm. Setyo Budi Sambodo, Pr (Romo Mahasiswa Kevikepan Semarang), dan Pater Hugo, SJ (Moderator Kolese de Britto, tuan rumah acara). Inilah bentuk sapaan Gereja Katolik kepada orang-orang Muda terutama mahasiswa Katolik di Jogja. Melalui EKM ini mahasiswa juga mendapatkan ruang untuk menghayati Ekaristi dengan cara anak muda, seperti iringan musik orkes, tari-tarian pengiring, renungan yang dibawakan dengan teater, hingga doa dengan berbagai bahasa daerah.
Ada sekitar 800-an mahasiswa Katolik dari berbagai universitas yang hadir pada acara hari kedua. Bukan hanya dari Jogja saja tetapi juga dari Semarang dan Surakarta. Setelah Ekaristi, acara dilanjutkan dengan talkshow yang diisi oleh Pater G. Subanar, S.J. dan Walma Jelena. Pater Banar membagikan kisah kepahlawanan umat Katolik Indonesia pada zaman penjajahan Jepang melalui buku yang baru saja terbit, yakni Kinro Hoshi, Kisah Umat Katolik di Pendudukan Jepang (Kanisius, 2024). Sementara itu, dari perspektif orang muda Walma Jelena yang mempopulerkan mantila di akun media sosialnya (@walmajelena; Your Mantilla Lady) berbagi kesaksian iman di dunia digital.
Setelah talkshow beberapa kelompok mahasiswa mengisi pentas seni. Di antaranya tari-tarian daerah, teater, dan musik. Multikulturalitas mahasiswa Katolik yang ada di DIY akan mewarnai tampilan-tampilan seni ini, mengingat mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Rm Buset (Setyo Budi Sambodo) juga tampil menghibur dengan standup comedy. Selain itu juga ada keterlibatan siswa-siswa SMA Kolese de Britto melalui tampilan musik. Tidak sedikit juga alumni de Britto yang saat kuliah di Jogja terlibat aktif dalam kegiatan Keluarga Mahasiswa Katolik. Maka, inilah bentuk pendampingan berkelanjutan bagi orang-orang muda untuk berjalan bersama membangun masa depan yang penuh harapan.
Kontributor: P Agustinus Daryanto, S.J.