Pilgrims of Christ’s Mission

jesuit indonesia

Kuria Roma

Kenaikan-Nya Memfokuskan Arah Pandangan Kita

PENUTUPAN KONGREGASI PROKURATOR KE-71 Kongregasi Prokurator ke-71 berakhir pada Minggu siang, 21 Mei 2023. Mayoritas Prokurator memilih “non cogenda,” yaitu tidak mengadakan Kongregasi Jenderal. Sorenya para anggota berkumpul di Basilika Loyola, bersama dengan umat paroki setempat, untuk merayakan Ekaristi. Musik dan nyanyian menggemakan suasana konsolasi di akhir pertemuan penting untuk menentukan arah Serikat Jesus ini. Berikut adalah kutipan homili yang disampaikan oleh Pater Jenderal Arturo Sosa: Merayakan Ekaristi penutupan Kongregasi Prokurator Serikat Jesus yang ke-71 di Basilika Loyola pada Hari Raya Kenaikan Tuhan adalah sebuah kebetulan dan keberuntungan yang luar biasa. Seperti para rasul, Yesus yang disalib dan kemudian dibangkitkan, telah berada di meja makan bersama kita dan mengajar kita banyak hal selama beberapa hari ini. Meskipun pada akhirnya kita masih merasa terlalu sedikit yang dapat kita cecap. Kita telah berbagi firman-Nya, tubuh dan darah-Nya. Kita mendengarkan kembali panggilan-Nya untuk mengikuti Dia dan masuk ke dalam cara hidup-Nya yang miskin dan rendah hati, sebagai sahabat dalam Serikat Jesus yang paling sederhana, untuk menjadi rekan kerja yang lebih baik dalam misi rekonsiliasi-Nya. Kenaikan-Nya adalah sumber konsolasi yang juga kita alami. Kesedihan penderitaan yang tersalib dan rasa keterpisahan menjadi sukacita iman yang menuntun kita untuk menempatkan pengharapan kita kepada Dia yang mengutus Yesus untuk menebus dunia dan sekarang mengutus Roh-Nya kepada para pengikut-Nya. Sebab Bapalah yang mengetahui jalan dan waktu yang tepat untuk mencapai perdamaian penuh atas segala sesuatu di dalam Kristus. Para pengikut-Nya, seperti Yesus, diberikan kebebasan untuk melakukan kehendak-Nya di setiap tempat dan di setiap momen dalam sejarah hidup manusia. Setelah memberikan perutusan itu kepada mereka, “Ia terangkat dan awan menutupi-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka menengadah ke langit, mereka melihat Dia terangkat” (Kis. 1:9-10). Mari kita bayangkan sejenak perasaan dan gerakan yang muncul di dalam hati dan pikiran para murid yang mendapati diri mereka memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan perutusan yang jauh melampaui kekuatan, sumber daya, dan kemampuan mereka tanpa kehadiran Yesus. Atau lebih tepatnya, tanpa kehadiran yang biasa mereka rasakan sebelum dan sesudah Paskah. Mungkin kita merasakan hal yang sama ketika kita menjauh dari pengalaman yang menghibur yang telah kita alami hari-hari ini. Kita menatap ke langit, menyaksikan keadaan di mana kita mengalami berkurangnya penghiburan dan diserang oleh keraguan tentang tanggung jawab yang telah diberikan kepada kita. Kita merasa bahwa kita hanyalah Serikat yang kecil, lemah, kekurangan sumber daya, rapuh, dan penuh dosa. Lukas melanjutkan kisahnya dengan mengatakan bahwa ketika mereka sedang menghadapi kebingungan karena begitu banyak ketidakpastian, “Tiba-tiba ada dua orang yang memakai jubah putih berdiri di dekat mereka. Mereka berkata, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri sambil menengadah ke langit? Inilah Yesus, yang telah naik ke surga meninggalkan kamu.Dia akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.” Ini adalah panggilan yang kuat untuk percaya kepada Dia yang telah memanggil kita ke jalan hidup yang kita pilih ini. Dia tidak akan pergi selamanya. Nasihat untuk kembali melihat ke luar ke dunia dengan penuh keyakinan, untuk berangkat, dan percaya kepada Dia yang memanggil tentu saja mengingatkan para murid-Nya akan kata-kata penutup Injil Matius, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Oleh karena itu, dengan kepercayaan yang diperbarui dan menempatkan semua pengharapan kita di dalam Dia, marilah kita pergi ke dunia tanpa rasa takut untuk memberitakan Warta Sukacita tentang kepastian akan adanya rekonsiliasi dan datangnya kerajaan yang penuh keadilan, kasih, dan damai. Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel Concluding CP71 The Ascension Focuses Our Gaze dalam https://www.jesuits.global/2023/05/23/concluding-cp71-the-ascension-focuses-our-gaze/ Artikel ini diterjemahkan dengan penyesuaian oleh Tim Sekretariat SJ Provindo pada tanggal 2 Juni 2023.

Kuria Roma

Kongregasi Prokurator ke-71

Kongregasi Prokurator ke-71 (KP 71) berakhir pada Minggu, 21 Mei 2023. KP 71 berhasil menjalankan salah satu tugas yang diminta yaitu mengambil keputusan apakah perlu mengadakan Kongregasi Jenderal. KP 71 memutuskan untuk tidak mengadakan Kongregasi Jenderal. Pukul 17.30 CET (Central European Time), Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J, memimpin misa penutupan KP 71 di Basilika St. Ignatius Loyola. KP 71 ini merupakan saat penuh rahmat bagi tubuh universal apostolik Serikat. Pater Jenderal mengatakan bahwa KP 71 merupakan saat bagi Serikat, terutama Pater Jenderal untuk berkonsultasi dengan tubuh universal Serikat dan mendengarkan bisikan Roh Kudus yang mengarahkan Serikat zaman sekarang. Konsisten dengan upaya mendengarkan bisikan Roh Kudus, KP 71 dimulai dengan retret bersama seluruh prokurator. Kewajiban untuk mengikuti retret baru diadakan dalam KP 71 ini. Pater Jenderal mengatakan KP 71 yang terdiri atas retret dan statutory phase (waktu KP itu sendiri sesuai hukum Serikat) merupakan upaya discernment in common. Metode discernment in common inilah yang kemudian dipakai selama proses mulai tanggal 6 Mei – 21 Mei 2023. Discernment in common dimulai dengan menyediakan informasi yang komprehensif atas situasi Serikat saat ini. Pater Jenderal menulis De Statu Societatis (DSS) berdasarkan laporan semua prokurator. DSS yang disusun terdiri atas tujuh bagian dan menjadi bahan doa setiap hari para peserta. Tiga orang pembimbing (Mark Ravizza, Claudio Paul, dan Victor Assoaud) bergantian setiap hari memberikan puncta dari DSS, Bahan Kitab Suci, dan Sumber-sumber Serikat. Setelah puncta, para peserta kemudian berdoa sendiri-sendiri, dan sore hari mengadakan percakapan rohani dalam kelompok-kelompok kecil selama satu setengah jam. Dari laporan-laporan yang setiap hari dikumpulkan oleh panitia dan dari percakapan pribadi Pater Jenderal dengan setiap prokurator dan relator, kemudian muncul topik-topik tertentu. Ada tiga topik besar yaitu Identitas – Tubuh Universal Serikat, Budaya Safeguarding, dan Gubernasi Serikat. Ketiga topik ini kemudian dibicarakan lebih lanjut dalam statutory phase KP 71. Dalam tahap ini, masih ada pembicaraan kelompok yang tidak harus berisi pembicaraan rohani. Dalam KP 71 ini ada tiga kelompok yaitu, prokurator (dari provinsi dan penasihat umum – general council Pater Jenderal), relator (dari misi dan regio), dan tamu (ekonom jenderal, sekretariat Serikat, serta penerjemah dan notulis). Dari tiga kelompok ini, hanya prokurator yang punya hak suara untuk memilih dan dipilih sebagai Sekretaris KP dan memberikan suara untuk mengadakan KJ atau tidak (voting cogenda – non cogenda). Semua peserta merasakan konsolasi bagaimana Roh Kudus memang menuntun setiap proses percakapan. Pembicaraan yang terjadi memang percakapan rohani untuk mengenali ke mana Tuhan mengarahkan dan menuntun Serikat Jesus di zaman ini, bukan melulu sharing ide, perasaan, dan emosi. Semua pembicaraan dicatat dan diserahkan kepada Pater Jenderal. Beliau juga akan berkonsultasi bersama Extended Consult di bulan Juni. Dan pada saatnya nanti, ia akan menyampaikan kepada seluruh Serikat. Kontributor: Pater Bambang Alfred Sipayung, S.J. – Prokurator Jesuit Indonesia

Provindo

Penghargaan untuk Para Jesuit

Serikat Jesus Provinsi Indonesia turut bersyukur dan bergembira karena penghargaan yang diberikan kepada dua anggotanya atas dedikasi dan pelayanannya. Pertama, pada tanggal 11 Mei 2023 pukul 09.00 WIB, Pater Karl Edmund Prier, S.J. menerima anugerah gelar Doktor Kehormatan dari ISI Yogyakarta. Penghargaan ini diberikan atas dedikasinya bagi pengembangan musik terutama musik liturgi Katolik. Dalam acara ini, Pater Prier menyampaikan pidato ilmiah dengan judul “Hidup untuk Musik”. Kedua, pada tanggal 19 Mei Dibyawiyata, S.J. menerima penghargaan “Medalha da Ordem de Timor Leste” dari Presiden Republik Timor Leste atas pengabdian yang luar biasa untuk Timor Leste. Ini adalah penghargaan tertinggi dari negara Timor Leste. Pada kesempatan ini Pater Dibya tidak bisa hadir ke Dili. Oleh karena itu, upacara penerimaan penghargaan ini diwakilkan kepada Superior Regio Timor Leste, Pater Joaquim Sarmento, S.J. Proficiat untuk Pater Prier dan Pater Dibya, semoga penghargaan ini menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejak pelayanan Pater.

Feature

Pingit!

Yogyakarta, apa yang pertama kali kalian pikirkan ketika mendengar kota ini? Kota Pendidikan? Barang serba murah? Universitas bergengsi? Malioboro? Atau kota metropolitan? Nggak salah sih, tapi tahukah kalian, dengan sebuah perkampungan yang bernama Pingit? Bagi kalian yang sering menuju ke arah Malioboro atau menuju AMPLAS, mungkin sudah tidak asing dengan Pasar Pingit di Jalan Kyai Mojo. Ya, itu pasarnya bukan kampungnya. Untuk mengetahui lokasi kampungnya, kita berjalan sedikit ke arah Jalan Tentara Rakyat Mataram. Di sana kalian akan melihat beberapa bangunan perkantoran dan Universitas Janabadra. Namun tahukah kalian, kalau sebenarnya ada sebuah perkampungan padat penduduk di belakang gedung gedung itu? Yap, betul sekali, itulah Perkampungan Pingit. Kalau dilihat dari sejarahnya, daerah itu awalnya digunakan oleh salah seorang Jesuit dengan tujuan untuk menampung orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dan keluarganya terutama akibat peristiwa pembersihan yang dilakukan pasca G30S. Oleh karena itu wajar bila kita melihat banyak sekali orang tua atau sepuh yang tinggal di daerah sini. Peran dari Serikat Jesus tak lepas begitu saja setelah “membangun” perkampungan ini. Mereka bekerja sama dengan beberapa mahasiswa sering melakukan kunjungan dan pemantauan rutin ke kampung ini. Bahkan para mahasiswa yang ikut dalam program ini juga selalu mengadakan kegiatan les rutin yang diadakan setiap hari Senin sore. Kegiatan les ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para anak-anak Pingit. Hebatnya lagi, kegiatan ini gratis dan bebas diikuti oleh semua warga Pingit dari usia TK – SMP. Warga-warga di sini sangat ramah, mereka masih sering terlihat berkumpul bersama. Ya, walaupun hanya sekedar ngumpul untuk saling berbincang, namun ini merupakan sebuah pemandangan yang langka apalagi ini berada di kota Yogyakarta yang mana merupakan kota yang besar. Para warga di sini selalu saling menyapa bila bertemu, bahkan mereka tak segan berbagi jajan atau makanan yang mereka punya. SMA Van Lith Muntilan mengadakan sebuah kegiatan bernama RKKS (Retret Kepekaan Kepedulian Sosial) yang bertujuan agar para siswa menjadi lebih peka dan lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar terutama kepada kaum KLMT dan berkebutuhan khusus. Dalam kegiatan ini, saya bersama beberapa teman ditempatkan di Perkampungan Pingit ini untuk merasakan dan menjalankan kegiatan di kampung ini. Kampung Pingit merupakan kampung yang bisa dibilang cukup padat. Kampung ini dihuni warga dengan berbagai macam latar belakang dan usia. Pekerjaan warga di sini sangat beragam. Mulai dari pengangkut sampah, tukang bersih makam, pedagang, angkringan, tukang bumbu dapur, sampai pegawai di kantor depan kampung Pingit. Selama RKKS ini, saya dan teman teman sangat menikmati dinamika di sini. Mulai dari ikut keluarga asuh kami bekerja, berbincang dengan keluarga, bahkan sampai ikut mengajar les untuk anak-anak Pingit. Dalam kegiatan RKKS ini kami mendapat banyak sekali pengetahuan baru, dan bahkan membuka pandangan baru bagi kami tentang kaum KLMT dan berkebutuhan khusus. Selama RKKS, saya menyadari bahwa untuk bahagia itu, caranya sederhana sekali. Hanya dengan berbincang-bincang, bercanda, bahkan melihat pemandangan langit sore dan malam hari, sudah bisa membuat bahagia. Orang-orang Pingit bisa dilihat sangat bersyukur dan bahagia dengan apa yang mereka punya. Walaupun beberapa dari mereka bisa dibilang kekurangan dalam materi atau finansial, tapi mereka terlihat sangat berkelimpahan dalam hal keramahan, rasa syukur, dan kebahagiaan. Selama berdinamika di Pingit, saya sangat bersyukur dan bahagia karena saya disambut dengan sangat hangat oleh masyarakat. Saya juga mendapat orang tua asuh yang sangat baik dan perhatian kepada saya. Bahkan, ketika saya hendak kembali ke van Lith pun, orang tua asuh saya masih meminta saya untuk datang lagi ke sana. Ketika kami pulang pun, ada beberapa warga yang berkumpul di titik kumpul kami untuk sekedar menyampaikan ucapan perpisahan dan lambaian perpisahan kepada kami. Hal ini benar-benar sangat berkesan bagi saya dan saya sangat menghargai itu. Satu hal yang terus saya ingat dari pesan ibu asuh saya ketika berbincang dengan saya, “Kerja itu harus konsisten, harus terus dijalankan. Tapi, jalankan dengan sepenuh hati, dengan ikhlas, nikmati pekerjaanmu, maka kamu akan senang melakukan pekerjaanmu itu”. Ya… intinya sih yang saya dapat banyak hal tersembunyi di dunia ini. Penampilan dan pendidikan seseorang tidak menjamin karakternya yang sebenarnya. Bahkan seseorang yang terlihat galak pun, sebenarnya punya hati yang sangat baik. Bahkan di sebuah kota yang sangat maju dan ramai pun, masih terdapat kampung yang tersembunyi oleh gedung kantor yang tinggi. Sepertinya cukup ya… cerita dariku tentang pengalamanku di Pingit. Terima kasih telah membaca, kalau kalian ingin berkunjung, warga Pingit akan sangat terbuka untuk kalian. Sampai jumpa! Kontributor: Kelvin Lie – Siswa Kelas XI-IPA SMA PL van Lith Muntilan

Karya Pendidikan

Keterbukaan Hati, Pintu Menuju Kasih

Perbedaan di zaman ini dipandang sebagai salah satu masalah besar untuk mencapai suatu persatuan terutama di Indonesia. Kurangnya minat generasi milenial dalam memahami dengan lebih mendalam mengenai perbedaan yang ada di sekitar sering menjadi faktor penghambat kesatuan Bangsa Indonesia. Padahal sebenarnya, generasi muda berpotensi besar membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan. Akan tetapi, ekspektasi tidaklah semulus realita. Banyak konflik terjadi di sekitar kita hanya karena perbedaan pendapat dan cara pandang. Sebagai siswa SMA Kolese De Britto, saya bersyukur karena bisa belajar dan memahami perbedaan melalui pengalaman nyata. Beberapa waktu yang lalu ada salah satu sekolah yang saya anggap berbeda dengan sekolah kami datang dan berkunjung ke tempat kami. Sekolah itu adalah SMA Bumi Cendekia. SMA Bumi Cendekia merupakan SMA yang berbasis boarding house atau pesantren berbasis asrama yang ada di Sleman. Pada awalnya kami para murid SMA Kolese De Britto diajak oleh salah satu guru sejarah, Pak Nova, untuk ikut bertemu, berkenalan, dan berproses dalam perjumpaan bersama teman-teman dari SMA Bumi Cendekia. Kami merasa sangat senang dengan kegiatan ini karena kami sebagai siswa diberikan fasilitas oleh sekolah untuk menambah relasi sekaligus diberikan kesempatan untuk berproses dengan teman – teman santri dari SMA Bumi Cendekia. Pada awalnya, saya merasa sedikit ragu untuk mengikuti acara ini. Saya takut jika terjadi suasana canggung dan aneh dalam perjumpaan ini. Namun saya tetap mau mencoba dan berdinamika bersama teman-teman santri SMA Cendekia. Saya menyadari bahwa sebenarnya perbedaan adalah realita yang harus dihadapi hingga akhirnya harus diterima dan dihidupi. Saat menyambut mereka di ruang AV 2, suasana menjadi sunyi dan canggung. Saya dan teman-teman merasa kaget karena kami hanya mengenakan kemeja dan kaos berkerah yang biasa kami gunakan untuk belajar di sekolah sementara teman-teman dari SMA Bumi Cendekia terlihat sangat rapi dengan jas berwarna biru. Bapak F.X. Catur Supatmono, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Kolese De Britto turut hadir dan menyambut para tamu. Dalam sambutannya, Bapak Ubaidillah Fatawi, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Bumi Cendekia, mengungkapkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antar sekolah sekaligus acara ini menjadi sarana bagi para siswa baik dari SMA Kolese De Britto maupun SMA Bumi Cendekia untuk saling mengenal dan menghargai perbedaan yang ada di antara kami. Setelah sambutan singkat, acara dilanjutkan dengan perkenalan yang dikemas dengan mini games yang asik dan menarik. Kami semua dipaksa untuk mengenal dan mengingat nama-nama kami. Pada awalnya mungkin kami sedikit kesulitan untuk mengingat nama dari teman-teman santri karena nama mereka terdengar sedikit asing bagi kami namun pada akhirnya kami dapat saling berkenalan dengan baik sehingga suasana menjadi cair. Kami pun mulai tertawa satu sama lain hingga tanpa disadari waktu untuk salat Ashar pun tiba. Acara terjeda sejenak. Setelah teman – teman santri selesai menunaikan ibadah salat, acara dilanjutkan dengan board games. Dalam sesi games ini ada tiga board games yang dihadirkan. Salah satu yang menarik bagi saya adalah games yang menguji pengetahuan kita tentang agama-agama lain yang ada di dunia ini. Pada awal game kami diajak untuk memilih pion yang ada dan menaruhnya di papan lalu terdapat kartu-kartu yang disusun dengan keadaan tertutup. Di balik kartu-kartu itu terdapat banyak sekali simbol dari berbagai agama yang ada di dunia. Secara bergantian kami harus menebak dan membuka dua kartu. Kedua kartu tersebut harus sama simbolnya (mirip seperti memo games). Setelah menemukan kartu yang sama, contohnya kartu dengan simbol Shinto, pion kita dapat maju satu langkah. Setelah itu narator akan memberikan pertanyaan umum terkait agama Shinto dan ketika kita berhasil menjawab maka pion kita akan maju sebanyak satu langkah lagi. Game yang diberikan ini selain melatih ingatan, juga dapat menambah pengetahuan umum kita mengenai agama-agama yang ada di dunia. Dalam kesempatan ini, saya senang bisa berkenalan dengan salah satu santri yang bernama Hebba. Hebba adalah salah satu murid kelas X SMA Bumi Cendekia. Pada awalnya kami merasa canggung, namun seiring berjalannya waktu, kami saling mengobrol dan bertukar informasi mengenai budaya serta keunikan yang ada di sekolah kami masing-masing. Saya menjadi akrab tidak hanya dengan Hebba tetapi juga dengan teman-teman santri yang lain. Tak terasa waktu cepat berlalu. Acara pun diakhiri dengan berfoto bersama di depan patung Santo Yohanes De Britto yang terletak di tengah halaman SMA Kolese De Britto. Setelah menjalani dinamika bersama teman-teman santri SMA Bumi Cendekia, kami sadar dan paham betul bahwa sebenarnya kata “perbedaan” tidaklah cocok untuk menggambarkan realitas masyarakat saat ini. Kata yang lebih cocok adalah “keberagaman” atau “diversity”. Kami menyadari bahwa keberagaman itu adalah realitas kehidupan. Sebesar apapun usaha atau kehendak kita untuk membuat dunia sama, tidak akan pernah mungkin tercapai. Kami sadar bahwa Tuhan terlalu kreatif. Ia tidak akan pernah menciptakan manusia yang sama persis. Semua memiliki perbedaan baik kelebihan maupun kekurangannya masing-masing. Akan tetapi sebagai manusia, terkadang kita tidak siap untuk melihat dan menerima realitas tersebut. Santo Ignatius dari Loyola mengajak kita untuk “Finding God in all things“. Tuhan pasti dapat ditemukan dalam setiap hal yang ada di sekitar kita. Bahkan dalam hal yang awalnya tampak buruk sekalipun asalkan kita dapat merefleksikannya dengan saksama, kita pasti akan mendapatkan hal baik di dalamnya. Sebagai siswa SMA Kolese De Britto, saya mencoba untuk memahami bahwa perbedaan latar belakang yang ada di sekitar kita bukanlah menjadi suatu masalah lagi. Keberagaman justru menjadi jalan kasih untuk menghargai satu sama lain. Untuk itu dibutuhkan keterbukaan hati dan pikiran agar perbedaan yang menjadi masalah sebelumnya justru menjadi pintu untuk saling menyebarkan kasih kepada semua orang tanpa terkecuali. AMDG. Kontributor: Oddie Christian Tamzil – SMA Kolese de Britto

Karya Pendidikan

Bakti Alumni PIKA 2023

Pada tanggal 1 Mei 2023 Gereja merayakan Pesta St. Yosef Pekerja yang juga bertepatan dengan hari Buruh Internasional. Pada hari ini pula keluarga besar SMK PIKA yang dimotori oleh para Alumni PIKA merayakannya dengan mengadakan kegiatan BAKTI ALUMNI PIKA. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin tali silaturahmi para alumnus dengan para guru, karyawan, dan juga para pensiunan yang pernah berkarya di PIKA. Jasa para guru dan karyawan tentunya sangat penting bagi sejarah Pendidikan dan kesuksesan yang diraih oleh para alumni PIKA. Acara ini juga dilengkapi dengan Perayaan Ekaristi dalam rangka Pesta Nama St. Yosef yang dipimpin oleh Pater Vincentius Istanto, SJ. Dalam homilinya Pater Istanto menyampaikan nilai-nilai keteladanan yang dapat dicontoh dari St. Yosef, yaitu ketulusan, kemurnian, kejujuran, ketaatan, kecermatan, dan kesederhanaan. Pater Istanto, S.J. berharap semoga kita dapat meneladani nilai-nilai keutamaan yang dimiliki oleh St.Yosef dalam kehidupan sehari-hari melalui pekerjaan, pelayanan, dan panggilan kita masing-masing baik sebagai siswa, guru, karyawan, pensiunan dan tentunya para alumni di dunia kerja. Perayaan Ekaristi dan kegiatan Bakti Alumni ini dihadiri kurang lebih 100 orang yang terdiri dari para guru, karyawan, pensiunan, dan juga para pengurus Keluarga Alumni PIKA (KAPIKA). Gregorius Hans (Angkatan 35) dalam kesempatan ini memberikan sambutannya sebagai ketua panitia pelaksana kegiatan BAKTI ALUMNI PIKA. Ia menyampaikan rasa syukur dan terimakasih atas jasa-jasa para guru dan karyawan yang telah mendidik para alumnus semasa sekolah. Grego juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada para donatur baik alumni perorangan maupun perusahaan-perusahaan alumni yang berkenan memberikan sponsorship dalam acara tersebut sehingga acara BAKTI ALUMNI ini dapat berjalan dengan lancar. “Pada momen ini KAPIKA ingin mewujudkan syukur dengan berbagi kebahagiaan bersama dengan orang-orang yang kami sayangi dan yang telah berjasa bagi kami para alumni yaitu para guru dan karyawan PIKA. Bakti Alumni juga menjadi salah satu program KAPIKA yang terus mendorong perkembangan SMK PIKA dan keluarga besarnya. Sekaligus menjadi tali asih antara alumni dengan keluarga SMK PIKA”. – Gregorius Hans (alumni Angkatan 35) Pak Ardian Sugito selaku Ketua Pengurus KAPIKA juga menyampaikan ungkapan terima kasih seraya memohonkan maaf mewakili alumni dengan membungkukkan badan di hadapan para guru dan karyawan apabila semasa sekolah dulu para alumni sering menyusahkan para guru dan karyawan melalui kenakalan-kenakalan yang mungkin menyakiti dan mengecewakan bapak-ibu guru dan karyawan. Pak Ardian juga menyampaikan bahwa melalui didikan dan pengajaran yang diberikan oleh bapak-ibu guru para alumni sekarang ini dapat meraih kesuksesan dan keberhasilan di dunia pekerjaan. Bakti Alumni PIKA 2023 ini juga diisi dengan pelayanan cek darah, konsultasi dokter, pengobatan gratis, dan penyerahan tali asih berupa bingkisan bahan pangan. Dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan ini, panitia bekerja sama dengan Klinik Pratama Yayasan Sosial Soegijapranata – Keuskupan Agung Semarang. Kami bersyukur atas antusiasme dan respon positif yang diberikan oleh para guru, karyawan dan pensiunan dalam acara ini. Beberapa pensiunan juga berterimakasih karena merasa terbantu dengan adanya acara BAKTI ALUMNI PIKA ini. Para alumni berharap agar ke depannya acara ini dapat diikuti lebih banyak lagi pensiunan maupun eks guru dan karyawan yang pernah mengajar dan memberikan baktinya kepada para alumni semasa sekolah. Para pengurus juga berharap agar lebih banyak lagi rekan rekan alumni yang dapat terlibat baik secara moril maupun material demi kesuksesan acara BAKTI ALUMNI yang akan datang. Harapannya pada perayaan St.Yosef di tahun yang akan datang acara yang serupa dapat terlaksana dengan lebih baik dan lebih meriah sehingga semakin menjadi wujud nyata cinta almamater yang lebih besar. Ad Maiorem Dei Gloriam “KAPIKA Rumah Kita Bersama” Kontributor: Johanes Chaesario Octavianus – Sekjend KAPIKA 2022 – 2025

Karya Pendidikan

Gelar Budaya Kanisius Yogyakarta sebagai Pijakan Think Globally, Act Locally

Istilah think globally, act locally sering kita dengar sebagai ungkapan untuk menunjukkan eksistensi kelompok yang mau terlibat dan mengambil peran di dunia yang semakin terkoneksi ini. Pemikiran ini tidak lepas dari pesatnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi dalam perkembangan zaman yang mau tidak mau harus dipeluk oleh karya-karya Serikat Jesus terutama dalam lingkup pendidikan. Bukan berarti meninggalkan identitas lokalnya tetapi menunjukkan kepada dunia bahwa identitas budaya terutama konteks kelokalan Yogyakarta hendak dilestarikan, dikenalkan, dan ditempatkan pada konteks yang lebih luas. Pesta nama Santo Petrus Kanisius menjadi inspirasi bagi Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta untuk terus berbenah dan menunjukkan diri. Yayasan yang tahun ini berusia 105 tahun pada Oktober nanti menyadari bahwa perkembangan zaman harus dikejar dan terus berusaha menyesuaikan diri dalam seluk beluk dunia pendidikan di masa kini dan masa depan. Pada peringatan pesta nama Santo Petrus Kanisius, Yayasan Kanisius Yogyakarta menyelenggarakan Gelar Budaya di Titik Nol Kilometer atau tepatnya di pelataran Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 29 April 2023 bersamaan dengan libur panjang hari raya Idul Fitri. Banyak pengunjung menikmati gelaran yang disajikan secara apik oleh putra-putri Sekolah Kanisius Cabang Yogyakarta. Gelaran ini dimulai pukul 08.00 WIB dengan pembukaan yang dihadiri oleh pejabat di jajaran pemerintahan provinsi DIY, Yayasan Kanisius, dan unsur Gereja yang diwakili Kevikepan Yogyakarta (Yogyakarta Barat dan Timur). Cuaca yang cukup mendukung, tidak terlalu panas dan tidak terlalu mendung, menambah antusias putra-putri Kanisius dalam menampilkan hasil terbaik identitas budaya mereka. Penampilan dibagi dalam dua sesi yang terdiri dari Gelar Budaya yang dimulai pada pukul 08.00 WIB (sesi pertama) dan pementasan wayang kulit dengan dalang putra-putri Kanisius dari enam komunitas Sekolah Kanisius Yogyakarta pada sesi kedua. Gelar Budaya pada sesi pertama menampilkan banyak tarian dan teater khas Yogyakarta. Sajian ini mengundang gelak tawa karena peran serta anak-anak Taman Kanak-Kanak yang otentik membawakan lakon mereka masing-masing. Enam Komunitas Sekolah Kanisius menampilkan teater kepatriotan Nyi Ageng Serang, cerita bajak laut, serta tarian-tarian. Pada sesi kedua pementasan wayang kulit dengan berbagai macam lakon dibawakan oleh dalang-dalang cilik dari enam komunitas Sekolah Kanisius Yogyakarta. Walau diiringi gerimis saat pementasan wayang kulit di sore hari, antusias penonton terus mengalir demi menonton pementasan ini. Turis domestik dan luar negeri turut menikmati pementasan yang berakhir pada pukul 21.30 WIB. Kegiatan ini terlaksana tidak lepas dari peran Ketua Panitia Bapak Yohanes Nugroho, S.Pd (selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Pugeran), Yayasan Kanisius Yogyakarta, kolaborasi guru dan karyawan dari enam Komunitas Sekolah Yogyakarta, dan Pemprov DIY. Tidak lupa dukungan dari pemerhati, orang tua, dan Gereja mengalir sebagai pendukung utama, tidak hanya dalam kegiatan seremonial saja melainkan juga dalam keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Semoga momen ini kembali mengingatkan pada jati diri dan identitas pendidikan Kanisius yang hadir menjawab tantangan lokal dan perlu terlibat menanggapi tantangan global. Perayaan pesta nama Santo Petrus Kanisius ini diakhiri dengan perayaan Ekaristi bersama di Gereja St Antonius Padua Kotabaru pada 2 Mei 2023 bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Yohanes Heru Hendarto, S.J. dengan konselebran Pater Mahar, S.J. dan Pater Paul Suparno, S.J. Dalam homilinya Pater Heru, S.J. memberikan penekanan pada keteladanan Santo Petrus Kanisius dalam tiga aspek. Teladan Kanisius yang diutus menjadi manusia rohani yang tidak hanya menitik beratkan pada pengetahuan semata namun juga pada kedalaman untuk memiliki sikap bela rasa. Keteladanan yang kedua adalah menjadi manusia gerejawi. Sebagaimana keteladanan St Petrus Kanisius hadir dalam pergolakan Gereja saat itu dan menjadi penopang bagi pembaharuan terutama dalam formasi iman dan pendidikan. Terakhir adalah manusia dalam perutusan. Sebagai lembaga yang dibawah perlindungan Santo Petrus Kanisius, ketersediaan diri dan dengan rendah hati mengikuti perutusan yang akan diberikan. Perayaan ekaristi ini cukup meriah karena dihadiri oleh bapak ibu kepala sekolah serta para murid SD Kanisius Kota baru dan SD Kanisius Gayam. Tagline Kanisius “Where are leader are made” menjadi harapan dan perwujudan bagi perjalanan layar kapal Kanisius mengarungi luasnya samudra. Kristus sang mercusuar akan mendampingi dan memberikan tanda bagi perjalanan Kanisius. Dari titik 0 monumen Serangan Umum 1 Maret semoga layar Kanisius terkembang untuk semakin berani mengobarkan dunia. Ad Maiorem Dei Gloriam Kontributor: Sch. P Craver Swandono, SJ – Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta

Pelayanan Gereja

Sejahtera Bersama dalam Pesta Paskah

Waktu menunjukkan hampir jam 10 pagi. Misa kedua pagi itu baru saja usai. Umat berbondong menuju area sekolah Strada yang persis berada di sebelah Gereja Santa Anna. Suara musik mulai berkumandang dan MC bersahutan menyambut umat yang memasuki gedung SD Strada van Lith 2. Dua orang muda tampak menunggu di area parkir motor sekolah yang digunakan sebagai lokasi salah satu acara lomba. Mereka adalah OMK Wilayah Klender dan pendaftar lomba memasak nasi goreng yang diadakan oleh panitia paskah. “Ingin ikut berpartisipasi saja, meramaikan. Lagipula, OMK harus aktif lagi di Gereja Santa Anna,” kata Intan dan Eva bergantian. Masuk ke dalam gedung sekolah, di dalam beberapa kelas sudah bersiap anak-anak TK, SD, hingga orang muda lainnya untuk mengikuti lomba mewarnai, menggambar, dan menggambar digital dengan aplikasi Canva. Sementara itu, riuh anak-anak playgroup mulai terdengar saat lomba mencari telur paskah di lapangan olah raga. “Sukacita Paskah hendaknya dapat dirayakan bersama keluarga dalam satu moment yang sama. Oleh karena itu, kami adakan lomba yang melibatkan dari anak-anak hingga orang tua,” ujar Veronika Andrianti, Ketua Panitia acara Lomba Paskah pada Minggu, 16 April 2023. Selain kegiatan lomba, ada pula bazar UMKM Padusa yang bekerja sama dengan Seksi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) Paroki Duren Sawit. Hal ini sejalan dengan tema paskah, yaitu Mewujudkan Kesejahteraan Bersama. Kristin, salah satu anggota UMKM Paroki Duren Sawit, merasa senang terlibat dalam acara bazar yang diadakan oleh panitia paskah. “Saya senang, semoga ada kesempatan seperti ini lagi di lain waktu,” kata umat Lingkungan Tarsisius ini. Meski mengalami kendala dan tantangan dalam persiapan, panitia paskah selalu berupaya untuk dapat mengakomodasi kebutuhan setiap acara. “Sulit juga mengajak OMK untuk mengikuti lomba. Namun kami tetap bersyukur karena akhirnya banyak juga yang berpartisipasi dan respon umat cukup baik,” ungkap Andrianti. Perempuan yang akrab disapa Ria itu juga menambahkan, semoga lomba-lomba yang diadakan dapat menjadi wadah bagi anak-anak untuk belajar lebih percaya diri dan kreatif. “Bisa bertemu dengan teman-teman sebaya dan seiman, bukan sekadar mencari hadiah dan juara,” tambahnya. Kontributor: Amadea Pranastiti – KOMSOS St Anna