Pilgrims of Christ’s Mission

Kuria Roma

Kuria Roma

Beatifikasi Misionaris Perdesaan, Pater Philipp Jeningen, S.J.

Dalam bulan Juli ini, ada dua orang Jesuit yang secara resmi diakui sebagai “beato” (yang terberkati oleh Gereja). Pertama, pada 2 Juli lalu Pater Solinas, misionaris Sardinia yang menjadi martir pada tahun 1683 di barat laut Argentina. Kedua, pada tanggal 16 Juli ini, Philipp Jeningen, seorang Jesuit Jerman yang mendedikasikan dirinya untuk kesejahteraan rohani banyak orang di seluruh Bavaria. Philipp Jeningen lahir pada tahun 1642 di Bavaria. Setelah ditahbiskan imam, ia menjadi pengkhotbah yang berkeliling di sekitar wilayah-wilayah tertentu di Jerman. Bertahun-tahun, ia tinggal di residensi Basilika Jesuit di Ellwangen. Ia kemudian meninggal dan dimakamkan di sana pada tahun 1704. Kedua beatifikasi ini semakin menambah kemeriahan saat perayaan Tahun Ignatian yang segera berakhir. Provinsial Provinsi Eropa Tengah, Pater Bernhard Bürgler, menulis “Kehidupan Pastor Philipp Jeningen sepenuhnya sesuai dengan spiritualitas Latihan Rohani Ignatius sehingga ia bisa membantu hidup banyak orang diperbarui oleh Tuhan. Berkat bahasanya yang sederhana, gaya hidupnya yang mendidik, dan kedermawanannya, ia memiliki pengaruh besar ke manapun ia pergi. Orang-orang merasa bahwa ia mempercayai perkataannya. Dan mungkin yang lebih penting, ia tidak menuntut orang lain melakukan sesuatu jika ia sendiri tidak mampu melakukannya.” Keinginan untuk menjadi Jesuit sudah tertanam kuat dalam benaknya sejak ia berusia 14 tahun. Tetapi orang tuanya sangat menentang keinginannya itu sehingga ia harus bersabar hingga tujuh tahun lamanya. Ayahnya berubah pikiran setelah ia sembuh dari sakit kerasnya dan mengizinkan Philipp untuk menjadi Jesuit. Akhirnya Philipp masuk novisiat pada 1663. Setelah menyelesaikan studinya, ia pertama kali ditugasi untuk mengajar di perguruan tinggi dan pada tahun 1680 ia diutus untuk memulai kegiatan misionarisnya di Ellwangen sebagai imam sebuah kapel yang didedikasikan untuk Bunda Maria. Kehadirannya menarik banyak peziarah, dan ia memperoleh izin untuk membangun gereja di Schönenberg. Gereja ini segera menjadi tempat ziarah kepada Bunda Maria. Pada masa tersebut, pusat-pusat spiritual seperti itu jarang ditemukan di Jerman. Pada beatifikasi tersebut, Pater Jenderal Arturo Sosa berpesan kepada para Jesuit dan seluruh keluarga Ignatian demikian: “Dalam batu nisannya, Pater Jeningen digambarkan sebagai ‘misionaris yang tak kenal lelah di paroki-paroki Ellwangen di empat keuskupan.’ Bahkan, pekerjaannya sebagai misionaris perdesaan adalah kerasulan sejati dalam hidupnya. Banyak umat Katolik hidup tercerai-berai dan tidak memiliki gembala sendiri, bahkan gereja-gereja dan paroki-paroki yang dihancurkan membutuhkan renovasi. Pater Philip berkeliling negeri, melaksanakan misi dan memberikan retret kepada para imam. Ia terutama peduli pada tentara, tahanan, dan mereka yang dijatuhi hukuman mati. Terlepas dari kesehatannya yang memburuk, ia menjalani kehidupan yang sangat aktif dan terus-menerus memberikan kenyamanan dan bantuan kepada orang-orang. Ekaristi selalu menjadi santapan rohaninya.” Di saat melakukan aktivitasnya, ia mengalami sakit parah sesaat setelah memulai Latihan Rohani dan meninggal pada 8 Februari 1704. Ia dimakamkan di Basilika St. Vitus, Ellwangen. Gerakan untuk proses beatifikasinya dimulai segera setelah kematiannya. Ia sangat dihormati dan tak terhitung kisah atau cerita tentang doa-doa yang dijawab, kesembuhan atas sakit melalui perantaraan doanya, termasuk kesembuhan yang terjadi pada tahun 1985 dan diakui sebagai mukjizat oleh Gereja. Faktor penentunya adalah bahwa Pater Philip tetap menjadi teladan hidup yang masih memotivasi banyak orang hingga saat ini untuk mewujudnyatakan kasih Tuhan. Meski berbeda dengan saat ini, zamannya juga diwarnai luka mendalam akibat perang dan kekerasan. Ketika dia lahir, Perang Tiga Puluh Tahun berada di tahap akhir, dan ketika dia meninggal, Perang Suksesi Spanyol (1701-1714) baru saja dimulai. Dalam kedua perang tersebut, pertempuran yang menentukan terjadi tidak jauh dari Ellwangen. Beatifikasinya menunjukkan kepada kita bahwa melalui orang-orang yang mendedikasikan hidup mereka kepada Injil dengan segenap kekuatan mereka, harapan dan keyakinan merasuki dunia. Banyak peziarah muda yang mengikuti jejak Pater Jeningen dengan berjalan di sekitar Eichstätt dan Ellwangen hingga hari ini. Semoga beatifikasi yang akan datang meneguhkan kesan kepada mereka tentang ketekunan, keberanian, kepercayaan kepada Tuhan, keterbukaan, kesabaran, kebaikan kepada orang lain, dan kemampuan untuk menanggung kesulitan yang dimiliki oleh misionaris Jerman ini. Semoga beatifikasi yang akan datang menjadi kesempatan untuk pembaruan hidup kita dan pekerjaan kita yang berawal dari semangat Latihan Rohani. Semoga Philip Jeningen, peziarah dengan semangat misionaris yang berapi-api, menjadi teladan bagi kita setiap saat dan dimanapun agar kita bisa membuat hadirat Tuhan semakin terlihat oleh banyak orang dan kita dapat bekerja untuk suatu rekonsiliasi yang lebih mendalam berdasarkan keadilan, iman, dan solidaritas terhadap orang miskin. https://www.jesuits.global/2022/07/15/fr-philipp-jeningen-rural-missionary-is-beatified/ diterjemahkan oleh Tim Sekretariat SJ Provindo, pada tanggal 18 Juli 2022

Kuria Roma

Seri Video Berjalan bersama Ignatius Episode 11: Perutusan Bersama – Pembelajaran Dialog dan Keterbukaan

Ketika seseorang memutuskan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan suatu proyek atau pekerjaan tertentu, pastinya ia merasa yakin bahwa kemampuan atau talentanya bisa membantu kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi diartikan sebagai kemauan untuk saling berbagi demi mewujudkan impian bersama. Dalam iman kristiani, semua orang yang telah dibaptis memiliki panggilan yang sama untuk berkolaborasi atau bekerja sama dalam mengemban misi Kristus melalui panggilan masing-masing. Terutama bagi kita dalam keluarga besar Ignasian, kita memaknai kerja sama melalui pelayanan iman dan perjuangan demi keadilan. Melalui cara ini kita berkontribusi dalam usaha rekonsiliasi dengan seluruh ciptaan di dalam Kristus. Kita sebagai Jesuit telah membuat komitmen untuk berjalan bersama orang lain, menghormati dan memperkaya setiap panggilan sebagaimana Roh Kudus memanggil mereka. Kita juga belajar bagaimana ‘Raja Abadi’ dinyatakan melalui mereka ini. Kita ingin menjadi religius, baik sebagai imam maupun bruder, yang semakin lebih baik, mau bekerja sama dengan para awam, imam setempat, lembaga hidup bakti, anggota komunitas-komunitas kristiani lainnya, umat dari agama lain, dan semua orang yang berkehendak baik yang berkarya bagi dunia di mana kebutuhan untuk rekonsiliasi dengan Tuhan dan semua ciptaan semakin nyata, sebuah tempat tinggal yang semakin menyerupai kerajaan yang telah dipersiapkan oleh Yesus sendiri. Kita sebagai Jesuit percaya bahwa kolaborasi dengan orang lain dalam mengemban misi Kristus itu memperkaya dan membantu kita untuk lebih mengenali alasan atau tujuan khusus panggilan kita, membuat kita lebih menghargai bentuk panggilan lain dalam Gereja, dan semakin teguh dalam komitment untuk semua itu. Mengenali diri bahwa kita adalah rekan berkarya dalam perutusan Kristus akan membuat kita semakin rendah hati dan menyadari bahwa kita hanyalah pekerja di ladang panenan yang sangat luas yang bukan milik kita sendiri, dan tidak bisa kita kerjakan sendirian. Dengan demikian, kita memperbarui komitmen terhadap kerja sama dengan Sang Pemilik kebun anggur sehingga kita bersama orang lain, dan dengan menggunakan segala kemungkinan yang ada, ucapan dan tindakan, mewujudnyatakan impian Tuhan bagi umat manusia. Saya mendorong agar kita semua tidak pernah takut membagikan anugerah dan talenta kita demi bersama-sama melayani perutusan Kristus. Kami mengajak Saudara sekalian untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas, menggunakan poin doa pada bagian akhir bab sebelas dari buku Berjalan bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan P.T. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 324 – 326).

Kuria Roma

Sang Pendoa

Homili P Peter Hans Kolvenbach (30 November 1928 – 26 November 2016), Jesuit Belanda-Jenderal Serikat Jesus ke-29, pada Pesta Santo Ignatius di Gereja Gesu, Roma 31 Juli 2002 Merayakan pesta Santo Ignatius hari ini bersama dan di dalam Gereja, membuat kita sangat menyadari bahwa pribadi yang kita rayakan ini bukan saja seorang santo besar tetapi juga santo yang terkadang tampak sedikit misterius. Kemisteriusan ini mencakup hidup doanya. Sejak pertobatannya, Ignatius benar-benar seorang pendoa. Sumber kehidupan apostoliknya adalah perayaan Ekaristi yang sungguh-sungguh setiap hari. Sakramen cinta kasih terbesar inilah – sebagaimana ia sebut sebagai liturgi ilahi – mengilhami seluruh aktivitas hidup dan perutusannya. Dalam persatuan dengan Gereja, ia rajin mendoakan brevir dan secara khusus memuliakan Santa Perawan, mendaraskan doa-doa ofisi, dan dengan rosario di tangan, ia merenungkan misteri hidupnya. Ia berdialog dengan setiap pribadi Tritunggal selama jam-jam doa dan dengan setia melakukan pemeriksaan batin. Semua ini tidaklah ia lakukan sebagai teknik meningkatkan kualitas moral hidupnya, tetapi semata-mata demi menjaga pandangannya ke hadirat Tuhan dalam segala hal. Jadi, ia melulu mengambil keputusan di hadapan Tuhan atau lebih tepatnya di dalam Tuhan. Setiap keputusan dalam hidupnya selalu didahului, diliputi, dan diperluas dalam doa. Ignatius tidak mau melakukan apa pun selain yang tampak baik dan bermanfaat di dalam Tuhan, dan – menurut penilaian Yesus (misteri hidup yang tak henti-hentinya ia renungkan) – demi kemuliaan Allah yang lebih besar. Dari semua hal yang terjadi seolah-olah Ignatius menganggap bahwa setiap ungkapan doa – baik doa lisan yang sederhana, pemeriksaan batin yang sangat rendah hati, perenungan yang mendalam akan misteri Kristus, maupun bacaan rohani tentang peristiwa-peristiwa dalam hidupnya – dapat menjadi sangat mistis. Benar-benar dikuasai oleh Roh di mana kita hanya bisa berdoa “abba Bapa.” Ignatius belajar bahwa kehidupan doa dalam kebangkitan Kristus bukanlah semata-mata usaha manusia tetapi pertama-tama adalah karunia Roh. Ia sendiri mengakui bahwa Tuhan bertindak sebagaimana seorang guru terhadap muridnya: dia mengajar. Namun Ignatius yang sama ini, seorang pendoa dan sangat mengerti bagaimana hidup dalam Roh, sering mengingatkan agar doa tidak diukur melulu berdasarkan panjangnya doa. Ia pun tidak ragu-ragu mengatakan bahwa seperempat jam sudah cukup bagi orang berdosa untuk dipersatukan dengan Tuhan dalam doa. Meskipun sebagai pendoa yang tekun, Ignatius bersikeras menggarisbawahi bahwa manusia tidak melayani Tuhan hanya melalui doa. Tulisnya, jika Tuhan memiliki hak untuk memiliki kita selengkap mungkin dan jika hanya ada doa untuk melayani-Nya, maka setiap doa akan terlalu pendek dan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup. Tuhan terkadang dilayani dengan lebih baik melalui perjumpaan selain dengan doa dan kontemplasi. Ignatius menasihati agar kita membatasi waktu doa. Ia tidak bermaksud mencemooh doa melainkan untuk menempatkannya dalam keintiman dengan Tuhan. Tidak diragukan lagi bahwa kita bisa berjumpa dengan Tuhan melalui doa khusuk, namun Ia juga bisa kita jumpai dalam kesibukan kita melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Dengan cara ini Ignatius dengan cermat mengikuti Kristus, di mana untuk hidup dalam keintiman penuh kasih dengan Bapa-Nya, mengambil keadaan manusiawi kita dan menghayatinya, baik dalam kontemplasi maupun tindakan, dalam doa maupun derma. Ignatius terus-menerus menyebutkan intimitas dengan Tuhan sebagai penopang hasrat kita dalam mencari dan menemukan Dia serta mencintai dan melayani Dia dalam segala hal. Tidak diragukan lagi bahwa Ignatius memohon doa dari para pendoa, seperti juga kita saat ini, yang diutus ke jantung dunia untuk mewartakan kabar baik tentang Kristus. Tetapi daripada menghabiskan waktu untuk berkanjang dalam doa panjang, ia lebih meminta kita mewujudkan intimitas kita dengan Tuhan, baik dalam doa maupun dalam semua aktivitas kerasulan kita. Semoga Ekaristi ini menyatukan kita dalam tindakan dan kontemplasi dengan Dia yang menjadi roti Hidup dan piala keselamatan kita. Diterjemahkan oleh Herman Wahyaka dari artikel The Man of Prayer https://ignatius500.global/2022/06/11/the-man-of-prayer/ 

Kuria Roma

Seri Video Berjalan Bersama Ignatius Episode 10 : Pendidikan Jesuit Sumber Kemerdekaan dan Pengharapan

Cinta diungkapkan dan ditunjukkan melalui beragam cara. Salah satunya dengan pendidikan. Mendidik berarti mencintai. Mendidik berarti mencintai dengan rasa hormat terhadap mereka yang berada di hadapan kita, menjunjung martabat mereka, dan memastikan bahwa mereka memiliki alat yang sesuai untuk menemukan segala potensi dalam diri mereka. Setiap kali kita mendidik, kita harus dapat menunjukkan kepercayaan kita terhadap kemampuan setiap orang untuk belajar dan percaya bahwa apa yang mereka terima kelak dapat digunakan untuk mensejahterakan hidup mereka sendiri, keluarga, dan masyarakat.  Setiap hari, ribuan orang, laki-laki dan perempuan di mana hidup iman mereka terinspirasi semangat Ignasian, awam dan biarawan/biarawati, termasuk para Jesuit, serta banyak orang lain yang memiliki kehendak baik, memperbarui komitmen mereka terhadap pendidikan sebagai cara pemberian hidup dalam realitas yang sangat beragam. Mereka semua memupuk semangat kerja sama demi impian Tuhan bagi kemanusiaan. Semoga kita tidak akan pernah berhenti berterima kasih kepada mereka semua yang telah bekerja sama dengan cara yang berbeda-beda dalam tugas besar mencintai sesama melalui pendidikan. Melalui pendidikan, Serikat bersama seluruh keluarga Ignasian berkomitmen terhadap kemendalaman spiritual dan intelektual menuju terwujudnya masyarakat yang lebih adil dan manusiawi, dimana persaudaraan, dialog, solidaritas, budaya perjumpaan, keterpaduan ekologi, keadilan sosial dan perdamaian, dan semua nilai seturut injil yang semakin dinyatakan dari hari ke hari dimanapun aktivitas pendidikan yang diilhami semangat Ignasian dilaksanakan. Serikat menghendaki kerja sama dalam bidang formasi manusia yang integral, yang mengembangkan anugerah dan talenta khusus dan menempatkan semua itu secara murah hati sebagai pelayanan bagi sesama, menjadi orang yang sensitif terhadap realitas dan mampu mendiskresikan apa yang paling mendukung bagi terwujudnya kebaikan, baik kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain; pendek kata, menjadi manusia bagi manusia lain dan menjadi saudara bagi sesama.  Saya mengajak Saudara sekalian untuk bekerja sama dengan Serikat dalam pelayanan pendidikan di seluruh dunia. Saya mengajak Saudara semua untuk fokus terutama pada pendidikan bagi orang-orang yang paling miskin dan paling rapuh, mereka yang sering terbuang dari sistem pendidikan formal. Tantangannya memang sangatlah besar tetapi dengan kemurahan hati, dimungkinkan lebih banyak orang dapat mengakses pendidikan yang berkualitas dan layak mereka dapatkan. Apakah Saudara sekalian berani memberikan talenta dengan penuh komitmen?  Kami mengajak Saudara sekalian untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas, menggunakan poin doa pada bagian akhir bab sepuluh dari buku Berjalan bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan P.T. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 296 – 297).

Kuria Roma

Seri Video Pater Jenderal ke-9 : Bertumbuh dalam Kesadaran terhadap Rumah Bersama

Semua ciptaan adalah anugerah Tuhan bagi manusia. Manusia telah dipercaya untuk memanfaatkan sekaligus merawat seluruh ciptaan.  Namun, meskipun dengan rasa sakit dan malu, haruslah diakui bahwa kita belum sepenuhnya menghidupi perutusan yang dipercayakan kepada kita itu. Kita telah mematri gaya hidup eksploitatif dan merusak alam; dan dari situ kita bersama-sama menyuburkan gaya hidup konsumtif yang justru kita bangun untuk diri kita sendiri. Siklus eksploitasi dan konsumerisme yang kejam ini meninggalkan jejak ketidaksetaraan, kemiskinan, pengingkaran sosial, dan kematian di mana kita bertanggung jawab atas semua itu. Bersikap acuh tak acuh bukanlah pilihan bagi kita dalam menghadapi perubahan iklim dan segala dampaknya bagi hidup manusia secara umum, terutama bagi mereka yang miskin. Kita memerlukan perubahan paradigma sosio-kultural dan ekonomi, bukan saja karena kita telah menggadaikan masa depan kita, tetapi juga karena kita telah mengisolasi keberadaan kita saat ini. Paus Fransiskus, dalam ensiklik Laudato Si, dengan suara kenabiannya mengatakan, “Saat ini, analisis permasalahan lingkungan tidaklah dapat dipisahkan dari analisis terhadap manusia, keluarga, permasalahan pekerjaan dan urbanisasi, dan juga dari cara masing-masing individu berhubungan dengan diri mereka sendiri yang akhirnya mempengaruhi cara mereka berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.” [n. 141] Bapa Suci menantang kita, mengajak kita semua segera terlibat mewujudkan model pembangunan di mana kemajuannya berakar pada ekologi integral yang tidak dapat dipisahkan dari kebaikan bersama/common good, solidaritas, keadilan sosial, dan kemakmuran seluruh warga masyarakat. Banyak orang muda dari seluruh belahan dunia, secara antusias dan dengan penuh komitmen, turut mengambil tanggung jawab terhadap kelestarian rumah kita bersama. Mereka membantu kita mengenali bahwa akar dari semua ini terkait dengan kemanusiaan secara keseluruhan yang melampaui batas keyakinan dan ideologi. Bekerja sama dengan banyak pihak memungkinkan kita mencapai tujuan, yaitu terciptanya lingkungan yang lestari, lebih adil, dan bermartabat bagi semua ciptaan. Demi memenuhi ajakan Gereja dan keyakinan bahwa merawat rumah kita bersama akan berpengaruh terhadap perbaikan kualitas hidup dari mereka yang rapuh di dunia ini, Serikat berkomitmen menjadi mitra bagi semua orang yang ingin menanggapi ratapan Bumi dan mereka yang paling miskin dari antara orang miskin. Apakah Saudara sekalian bersedia?  Kami mengajak Saudara sekalian untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas, menggunakan poin doa pada bagian akhir bab sembilan dari buku Berjalan bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan P.T. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 269 – 270).

Kuria Roma

Seri Video Berjalan Bersama Ignatius Episode 8 : Menemani Orang-orang Muda Membangun Masa Depan yang Berpengharapan

Rekan-rekan muda yang terkasih, Serikat Jesus dan semua orang yang imannya diinspirasi oleh spiritualitas Ignasian membutuhkan bantuan kalian. Serikat Jesus telah menerima panggilan Tuhan untuk menemani kalian, para orang muda, membantu menciptakan masa depan yang penuh harapan. Menemani bukanlah berarti memimpin atau membimbing. Namun lebih bermakna mengidentifikasi melalui perasaan orang lain dan berbagi anugerah yang telah Serikat terima demi mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan masa depan yang penuh harapan. Itulah mengapa Serikat ingin membagikan iman, tantangan, dan spiritualitas bersama orang muda. Serikat memerlukan bantuan kalian untuk menanggapi panggilan Tuhan ini. Serikat membutuhkan kegigihan, kekuatan, dan kemampuan kalian untuk bermimpi besar, serta semangat kalian lewat hal yang paling menyentuh hati kalian. Serikat membutuhkan pandangan-pandangan kalian yang menolak kemapanan dan berani mempertanyakan segala hal yang tampaknya sudah mapan bagi generasi tua. Serikat memerlukan kemampuan kalian yang merasa marah melihat ketidakadilan. Serikat memerlukan kesiapsediaan kalian untuk bersungguh-sungguh menciptakan dunia yang lebih adil, bersahabat, dan ramah bagi semua ciptaan. Serikat memerlukan bantuan kalian dengan segala kegelisahan dan tantangan-tantangan kalian. Serikat membutuhkan iman kalian yang hidup dan penuh sukacita sehingga kita bisa semakin beriman mendalam pada Yesus Kristus serta berdiri teguh di bawah panji-Nya.  Serikat memahami bahwa untuk menemani kalian secara memadai, Serikat harus berakar pada Kristus Yesus dan memiliki hati yang mau terus belajar tentang realitas hidup yang paling mempengaruhi kalian, kebutuhan dan keraguan terbesar kalian, serta passion yang paling memberi kalian energi. Oleh karena itu, Serikat membutuhkan bantuan kalian supaya dapat melanjutkan komitmennya untuk menciptakan ruang-ruang yang aman bagi tumbuh-kembang jasmani dan rohani, demi solidaritas dan dedikasi. Serikat memerlukan ruang di mana fokus utamanya adalah kepedulian bagi sesama sebagaimana yang telah dilakukan Yesus, yaitu menghapus segala bentuk kekerasan, terutama kepada mereka yang paling rentan.  Serikat hendak menawarkan sarana berupa Latihan Rohani dan discernment. sebab Serikat yakin bahwa sarana tersebut, ketika berada di tangan orang muda, akan semakin memampukan mereka untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang diwahyukan kepada kita melalui Yesus dan untuk mengenali serta memilih segala hal yang membawa kepada kerajaan-Nya. Rekan-rekan muda yang terkasih, Serikat memerlukan bantuan kalian untuk “melihat segala sesuatu secara baru dalam Kristus” sehingga kita bisa secara bersama-sama menciptakan masa depan yang penuh harapan. Apakah kalian siap dan bersedia untuk berjalan bersama Serikat Jesus? Kami mengajak Anda sekalian untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas, menggunakan poin doa pada bagian akhir bab delapan dari buku Berjalan bersama Ignatius yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan P.T. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 246 – 247).

Kuria Roma

Seri Video Berjalan Bersama Ignatius Episode 7 : Berjalan Bersama Orang Miskin, Orang Terbuang dari Dunia

Seringkali kita merasa bahwa hidup ini berjalan begitu cepat, bahkan mungkin lebih cepat daripada yang kita bayangkan atau yang dapat kita kejar. Perlahan-lahan, gaya hidup kita pun semakin cepat dan kita lupa untuk mensyukuri keindahan hidup ini, dan di atas semua itu, kita lupa untuk menikmati rasa damai dari suatu persahabatan dan kedekatan kita dengan mereka yang kita layani. Setelah melalui proses panjang dan menyeluruh dalam penegasan bersama, tubuh rasuli Serikat telah menetapkan pilihan “berjalan bersama orang miskin dan mereka yang terbuang dari dunia ini” sebagai salah satu Preferensi Kerasulannya. Kita berharap agar kita bisa berjalan beriringan bersama mereka dan agar mereka membantu kita menentukan daya-upaya dan usaha pencarian kita, sebagaimana telah ditegaskan oleh Santo Ignatius Loyola, bahwa “dengan bersahabat dengan orang miskin maka kita menjadi sahabat Sang Raja Abadi.” Kita ingin berjalan bersama orang miskin dan mereka yang tersingkir dari dunia ini, sebab Yesus, penyelamat kita, yang telah memanggil kita untuk menjadi sahabat-Nya, mendorong kita untuk mewartakan kabar sukacita kepada orang miskin (Luk 4:18) dan agar kita mengenali wajah-Nya dalam rupa orang miskin (Mat 25:35-36). Kita hendak belajar dari yang termiskin di antara yang paling miskin apa yang bisa menjadi warta kenabian bagi dunia yang terkadang nampak konsumtif dan suka membuang ini. Kita ingin agar mereka berbicara kepada kita tentang makna solidaritas, agar membantu kita memahami apa itu keadilan, dan agar membantu  kita semakin menghidupi kaul kemiskinan kita. Pendek kata, dengan kedekatan kita bersama mereka, maka kita bisa terbantu untuk semakin setia kepada Injil. Menyatukan langkah dengan yang paling miskin adalah panggilan yang kita terima sehingga ritme hidup dan prioritas-prioritas kita janganlah mengabaikan mereka yang sungguh menginginkan dunia yang lebih adil dan ramah bagi semua ciptaan. Saya memohon bantuan dari Saudara sekalian, sebagai satu keluarga Ignatian dan saudara se-Serikat, untuk menghidupi secara setia panggilan Tuhan ini. Bersediakah Saudara membantu?  Kami mengajak Saudara semua untuk berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas, dengan menggunakan inti doa seperti ditunjukkan pada bagian akhir bab ketujuh dari buku “Berjalan bersama Ignatius” yang ditulis oleh Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan P.T. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 221 – 223).

Kuria Roma

Hari Jadi Pertama Komisi Peran Perempuan

8 Maret – Hari Perempuan Internasional Hari jadi pertama Komisi Peran dan Tanggung Jawab Perempuan Serikat Jesus jatuh pada 8 Maret, tepat pada peringatan Hari Perempuan Sedunia. Komisi tersebut beranggotakan lima perempuan awam, satu biarawati, empat Jesuit, dan satu awam. Komisi itu dibentuk oleh Pater Jenderal Arturo Sosa untuk: 1) mengevaluasi pelaksanaan Dekret KJ 34 14, Jesuit dan Peran Perempuan dalam Gereja & Masyarakat; 2) mengevaluasi partisipasi dan posisi perempuan serta struktur kerja sama di semua lini dalam Serikat Jesus dan karya-karya kerasulannya; dan 3) membuat rekomendasi bagi berbagai level kepemimpinan Serikat untuk memperkuat perutusannya melalui partisipasi aktif perempuan. Tahun lalu, para anggota telah mengadakan pertemuan setiap bulan. Pertemuan-pertemuan tersebut menjadi kesempatan untuk membiasakan mereka sesuai konteks regional dan budaya masing-masing. Dalam kesempatan ini dua anggota Komisi, Catherine Waiyaki dari Kenya dan María del Carmen Muñoz dari Kolombia,  membagikan refleksi mereka. Catherine: Saya sangat bersyukur karena para Jesuit peduli dengan peran perempuan. Hal ini telah dimanifestasikan secara jelas oleh para Jesuit yang menjadi anggota Komisi. Mereka mendukung dan sangat terbuka sehingga tercipta cara kerja yang nyaman bagi semua orang. Proses ini memakan waktu hampir enam bulan. Apa yang kami lakukan sungguh dipercaya, diperhatikan, dan dimengerti. Kontribusi sekecil apapun tidak diabaikan, begitu juga kontribusi besar yang tidak lantas dipuji-puji; kami bekerja bersama-sama sesuai yang telah disepakati. Kami semua bekerja secara profesional, tetapi sebagai teman, kini kami menganggap diri kami semua sebagai satu saudara. Kami sungguh yakin bahwa Tuhan membimbing semua proses ini. Saya bersyukur bahwa teknologi telah memungkinkan kami untuk sampai di titik ini melalui pertemuan virtual bersama semua anggota komisi yang mencakup banyak zona waktu di seluruh dunia. María del Carmen: Menurut saya, beberapa aspek pekerjaan kami sungguhlah penting. Pertama, bahwa gubernasi pusat Serikat Jesus mengakui nilai dan peran perempuan bagi mereka dan kami didorong untuk menjadi bagian dari perubahan. Kedua, tantangan untuk mendiskresikan peran perempuan dalam organisasi melalui semangat yang sama, yaitu semangat menghargai perbedaan. Ketiga, kepercayaan yang diberikan kepada komisi, sebagai hasil dari proses pengenalan diri atas identitas, kecintaan, karya, dan komitmen kami. Roh Yesus secara penuh hadir di tempat ini dan menjadi bagian dari cara kami memandang dunia. Catherine: Terkait kontribusi yang dapat diberikan oleh komisi, saya berharap bahwa hasil pekerjaan kami akan disebarluaskan kepada semua anggota Serikat sehingga mereka nantinya dapat mendengarkan secara lebih mendalam, baik secara individu maupun kolektif, apa yang ingin disampaikan oleh para perempuan. Bahwa, dalam semangat discernment, mereka akan mempertimbangkan, bersama dengan setiap usulan yang dibuat, bagaimana mengusahakan kolaborasi secara lebih baik. Kami berharap bahwa setiap Jesuit akan mengalami transformasi hati; bahwa mereka akan menghapus ketidakadilan sistemik apapun terhadap perempuan dalam lembaga-lembaga karya Serikat; bahwa mereka akan mempengaruhi Gereja untuk menghapus ketidakadilan terhadap perempuan; bahwa mereka akan mempengaruhi masyarakat luas untuk menghapus ketidakadilan ini. María del Carmen: Kontribusi yang dapat kami berikan semoga menjadi refleksi bersama tentang keadilan gender sehingga memungkinkan kami untuk merintis jalan menuju kemampuan mendengarkan yang lebih baik, inklusivitas, saling menghormati, demi membangun tubuh apostolik yang adil dan beragam di seluruh Provinsi Serikat Jesus. Banyak perempuan sungguh ingin berkolaborasi dalam misi Serikat, dari manapun Roh memanggil. Mereka pun ingin agar martabat serta kapasitas mereka diakui. Ketika saya memberi tahu kawan-kawan saya di Komisi Gender dan Kesetaraan Peran Perempuan CPAL (Konferensi Provinsi Amerika Latin) tentang apa yang kami lakukan di komisi ini, mereka sangat senang karena merasa terhubung dan mengetahui bahwa kita bekerja bersama-sama untuk memperoleh pengakuan nilai dan peran perempuan dalam Serikat dan berusaha untuk memberikan dampak baik bagi Gereja. Inilah yang dikehendaki oleh Paus Fransiskus agar kita lakukan, yaitu ketika secara tegas ia menyampaikan tentang masih sedikitnya peran perempuan bagi Gereja, bahwa nilai-nilai tersebut sebenarnya melampaui fungsionalitas belaka, betapa perempuan juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran, kemanusiaan, dan membawa pengaruh. Memang semua anugerah tersebut tidaklah eksklusif melulu bagi perempuan, tetapi menjadi kekhasan kita bersama. Diterjemahkan oleh Herman Wahyaka dari artikel berbahasa Inggris “8 March – Women’s Day – 1st Anniversary of the Commission on the Role of Women” – https://www.jesuits.global/2022/03/07/jesuits-and-women/