Pilgrims of Christ’s Mission

Karya Pendidikan

Karya Pendidikan

Kemerdekaan di Puncak Merbabu

Sebuah Refleksi Diri untuk Negeri Merbabu, Sang Penjaga Langit Jawa Tengah, adalah salah satu anugerah terindah dari Tuhan yang diberikan pada negeri ini. Keindahan alamnya yang menakjubkan membuat kami semakin mencintai Indonesia. Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79, organisasi pecinta alam SMK Mikael Surakarta atau biasa disebut PASTELLO (Pecinta Alam STM Mikael Solo) mengajak siswa SMK Mikael untuk bersama-sama memperingati hari kemerdekaan Indonesia di Puncak Merbabu. Dengan semangat kemerdekaan, kami berencana untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Merbabu. Kami mulai merencanakan kegiatan ini sejak 2 minggu sebelum pendakian. Banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari pemilihan perlengkapan yang tepat hingga aklimatisasi. Dengan persiapan yang matang, pendakian akan menjadi lebih aman dan menyenangkan.   Jumat, 16 Agustus 2024, pukul 14.30 WIB, 11 siswa SMK Mikael dan 3 guru pendamping mulai berangkat menuju salah satu basecamp di kaki Gunung Merbabu. Gunung Merbabu memiliki beberapa pilihan jalur pendakian dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Kami memilih jalur Wekas karena kuota pendakian untuk jalur lain sudah penuh. Jalur Wekas merupakan jalur pendakian tersulit di Gunung Merbabu. Meski begitu, hal itu tidak membuat semangat kami goyah. Kami malah semakin termotivasi dan bersemangat untuk menjalani misi kami.   Setelah makan malam di basecamp, sekitar pukul 18.00, kami memulai pendakian. Pada pendakian ini, kami berencana membangun tenda di pos 2 dan beristirahat sejenak di sana. Agar pendakian lebih efisien, kami membentuk dua tim pendaki. Tim 1 bertugas sebagai porter yang membawa tenda dan berangkat lebih dulu. Dengan begitu, tim 1 akan sampai lebih cepat dan dapat mendirikan tenda terlebih dahulu. Tim 2 bertugas membawa logistik dan peralatan masak. Sepanjang perjalanan pendakian, kami saling membantu satu sama lain. Kami telah berkomitmen untuk saling menjaga dan tidak meninggalkan teman di belakang. Sebagai siswa Kolese Mikael, kami sangat memegang teguh nilai komitmen yang merupakan bagian dari core values SMK Mikael. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, terjal, dan menantang, kami bersyukur karena seluruh anggota tim berhasil mencapai Pos 2. Kami beristirahat di pos ini selama sekitar lima jam.   Sabtu, 17 Agustus 2024, sekitar pukul 04.30, suara burung berkicau mulai menyambut pagi di Pos 2. Petualangan baru pun dimulai. Setelah bersiap, kami pun melanjutkan pendakian menuju puncak. Tantangan demi tantangan kami hadapi, seperti jalur yang sangat terjal, cuaca yang tak menentu, dan kelelahan fisik. Namun, setiap kesulitan yang kami hadapi mengajarkan kami untuk semakin gigih, sabar, dan membangun kerja sama tim. Meski kami seringkali merasa lelah dan pegal, kami tidak pernah berpikir untuk menyerah. Bagi kami, pendakian ini merupakan sebuah perjalanan spiritual untuk menemukan kedamaian dan keharmonisan dengan alam. Dengan penuh semangat, kami terus mendaki menuju puncak sembari menikmati keindahan alam yang disuguhkan oleh Tuhan. Setiap langkah yang kami tapaki membawa kami lebih dekat dengan awan. Pemandangan matahari terbit adalah hadiah terindah yang tak terlupakan. Kabut yang menyelimuti lembah, hamparan sabana yang luas, dan mata air yang segar, semuanya menyatu menjadi sebuah lukisan alam yang sempurna.     Dengan napas tersengal-sengal, kami akhirnya mencapai puncak Merbabu. Kami pun langsung membentangkan bendera kebangsaan Indonesia, Merah Putih. Tak lupa kami juga membentangkan bendera CTE atau bendera SMK St. Mikael Surakarta. Lelah dan keringat yang bercucuran terbayar lunas saat bendera berkibar gagah di atas awan. Pemandangan sinar matahari yang menyinari Sang Saka Merah Putih dan bersanding dengan bendera CTE adalah momen yang tak terlupakan. Ini adalah persembahan kami untuk para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Mendaki Gunung Merbabu adalah sebuah perjalanan spiritual yang mengingatkan kami pada perjuangan para pahlawan. Jalur pendakian yang terjal dan cuaca yang tak menentu mengajarkan kami arti kegigihan dan pantang menyerah. Sama seperti para pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan, kami juga harus terus berjuang untuk mencapai tujuan hidup kami. Merbabu mengajarkan kami arti perjuangan.   Misi kami untuk mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera CTE di puncak Gunung Merbabu telah tercapai. Namun sayangnya, kami tidak dapat mengikuti upacara bendera peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-79 bersama para pendaki lainnya karena adanya miskomunikasi. Kami pun memutuskan untuk kembali ke Pos 2 dan melaksanakan upacara di sana.   Di tengah keindahan alam merbabu, kami merenungkan arti kemerdekaan dan nilai-nilai apa yang kami dapat selama pendakian. Kemerdekaan dalam konteks pendakian bukan hanya sekedar mencapai puncak, tetapi juga tentang proses perjalanan. Setiap langkah pendakian adalah sebuah tantangan. Menaklukkan setiap tanjakan, melewati medan yang sulit, dan menghadapi cuaca ekstrem adalah simbol perjuangan untuk mencapai tujuan. Dalam sebuah kelompok pendakian, pasti ada perbedaan karakter dan kemampuan. Mampu menghargai perbedaan adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan bersama. Mendaki gunung adalah upaya melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, dari zona nyaman, dan dari segala keterbatasan yang mengikat. Ini adalah bentuk kebebasan untuk mengeksplorasi diri dan potensi yang lebih besar. Dalam kesunyian alam pegunungan, kami memiliki banyak waktu untuk merenung dan memahami diri secara lebih dalam. Ini adalah kesempatan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, serta menggali potensi yang selama ini terpendam. Nilai-nilai dan semangat kemerdekaan yang kami rasakan saat mendaki gunung dapat kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan yang lebih besar. MERDEKA!   Kontributor: Raditya Dhamar Alfikri – PASTELLO SMK St. Mikael Surakarta

Karya Pendidikan

Literasi Keuangan Mempersiapkan Masa Pensiun

“Sudah sekian lama guru dan karyawan berbakti di Kanisius. Bukan waktu yang menjadi tolak ukur, namun lebih mengenai kualitas. Pengabdian boleh diukur dengan waktu, tetapi yang lebih bermakna adalah bagaimana kita berupaya berbakti pada Yayasan Kanisius. Yayasan Kanisius Cabang Surakarta mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Kanisius Pusat yang berkenan memberi “ular-ular” literasi finansial, mempersiapkan para guru dan karyawan, pegawai Kanisius yang akan memasuki masa pensiun,” kata Pater Joseph MMT Situmorang, S.J. dalam acara “Pembekalan Pengelolaan Dana Pegawai di Masa Pensiun.”   Pembekalan Pengelolaan Dana Pegawai di Masa Pensiun diselenggarakan oleh Pengurus Yayasan Kanisius Pusat pada Selasa, 13 Agustus 2024 di aula bawah Fransiscus Xaverius Gereja St. Antonius Padua Purbayan Surakarta. Pemateri dalam pembekalan ini yaitu Pater Aria Dewanto, S.J. bersama Bapak Antonius Supardjono, Bapak Felix Yanik Sargunadi, dan Bapak Hariyo Projo Kusumo. Sebanyak 49 orang yang terdiri atas guru dan karyawan Yayasan Kanisius Cabang Surakarta yang akan memasuki masa pensiun tahun 2024 -2031 turut hadir dalam pembekalan ini.   Tujuan Pembekalan “Pengurus Yayasan Kanisius berharap pegawai-pegawai Yayasan Kanisius bisa sejahtera mulai dari pegawai honorer, pegawai tetap, dan pegawai pensiun. Pembekalan yang diberikan bertujuan agar pegawai yang akan pensiun memahami pengelolaan keuangan terutama yang berkaitan dengan Yadapen dan BPJS Ketenagakerjaan. Pembekalan ini bukan pembekalan dari aspek psikologis memasuki pensiun. Akan tetapi, merupakan ajakan bagi peserta untuk membuka akses yang berhubungan dengan Yadapen dan BPJS Ketenagakerjaan sehingga bisa mengetahui aset yang dimiliki serta apa saja yang bisa dilakukan untuk pengelolaan aset yang dimiliki,” kata Bapak Felix Yanik Sargunadi dari Yayasan Kanisius Pusat.   Awal pembekalan Bendahara Yayasan Kanisius Pusat, Pater Aria Dewanto, S.J. mengungkapkan bahwa memasuki usia pensiun tidak berarti hidup sudah selesai. Namun hanya purna karya di Yayasan Kanisius. Masa harapan hidup masih memungkinkan peserta memiliki usia 68 tahun atau 78 tahun, bahkan lebih. Pemikiran perlu dipersiapkan setelah pensiun. Banyak aspek yang mempengaruhi ketika memasuki masa pensiun, di antaranya aspek psikologis, mental, keuangan, spiritualitas atau kerohanian, kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Pembekalan kali ini hanya membahas mengenai aspek finansial saja.   Cek dan Ricek Kekayaan Pater Aria mengajak peserta untuk melakukan cek dan ricek kekayaan pegawai yang memiliki dana di Yadapen dan BPJS Ketenagakerjaan. Dengan melakukan pengecekan, pegawai yang akan pensiun dapat membuat perencanaan keuangan ke depan. Perencanaan keuangan diperlukan agar dapat mengelola keuangan secara bijak, membuat anggaran, berinvestasi secara cerdas, tidak melakukan hutang yang tidak perlu dan melakukan kontrol secara konsisten. “Ingat jangan terjerat pada pinjol, pinjaman online dan judi online,” pesan Pater Aria Lebih lanjut Pater Aria mengatakan bahwa ketahanan bidang keuangan dapat dilakukan dengan mengupayakan dan mengembangkan passive income, bagi yang memungkinkan. Misalnya berinvestasi yang aman di Yadapen, usaha dagang makanan dan minuman, usaha kost-kostan, usaha laundry, usaha antar jemput anak sekolah, beternak, berkebun produktif, dan lain sebagainya. “Semua itu dilakukan agar memiliki kebebasan dalam bidang keuangan yakni berkecukupan, meskipun tidak berkelimpahan. Selain itu bisa mengembangkan nilai-nilai pribadi,” ungkap Pater Aria.   Iuran Sukarela dan Manfaat Waktu Berkala Yadapen Selanjutnya Pater Aria memaparkan Jaminan Sosial Pensiun dan Yadapen. Pada saat pemaparan Yadapen, Pater Aria menyampaikan ada alternatif-alternatif pengembangan dana di Yadapen. Salah satunya dengan menambah iuran sukarela atau top up bagi peserta aktif Yadapen yang belum pensiun. Bagi yang sudah pensiun, bisa memanfaatkan manfaat waktu berkala.   Dana Kesehatan telah Disisihkan Selain itu juga dipaparkan pemanfaatan dana dari BPJS Ketenagakerjaan dan juga BPJS Kesehatan. Berkaitan dengan BPJS Kesehatan, Pater Aria mengajak peserta untuk memanfaatkan BPJS Kesehatan pada saat jatuh sakit dan memerlukan perawatan karena dana kesehatan telah disisihkan sebagai jaminan kesehatan. Dalam pembekalan ini peserta juga diajak untuk membuka link web Yadapen dan BPJS Ketenagakerjaan menggunakan gawai, untuk mengetahui jumlah aset yang dimiliki peserta. Bapak Antonius Supardjono, Bapak Felix Yanik Sargunadi dan Bapak Hariyo Projo Kusumo dengan penuh kesabaran membantu peserta pembekalan membuka web dan mengetahui jumlah aset yang dimiliki di Yadapen dan BPJS Ketenagakerjaan.   Kontributor: F.X. Juli Pramana – YKC Surakarta

Karya Pendidikan

Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 dan Pelantikan Kepala Sekolah

Kamis, 25 Juli 2024 bertempat di SD Kanisius Serengan, yang sekarang ini menempati gedung SMP Kanisius 2 Surakarta di Jalan Honggowongso No. 7 Surakarta, berlangsung Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Ajaran 2024/2025 Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Joseph M.M.T. Situmorang, S.J. sebagai selebran utama didampingi Pater Clemens Budiarta S.J., (Vikaris Parokial Paroki Purbayan) dan Romo Maternus Minarto, Pr (Pastor Kepala Paroki Aloysius Mojosongo sekaligus Ketua Komisi Pendidikan Kevikepan Surakarta). Perayaan Ekaristi dibuka dengan lagu “Dengan Gembira Bersama Melangkah” yang dinyanyikan siswa-siswi SD Kanisius Serengan Surakarta diiringi musik angklung siswa-siswi TK Kanisius Serengan Surakarta.   Hadir dalam perayaan Ekaristi ini seluruh guru, karyawan, siswa-siswi SD Kanisius Serengan, para kepala sekolah di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, orangtua murid, komite sekolah, dan pemerhati Kanisius. Perayaan Ekaristi juga dilaksanakan secara live streaming.   Setelah perayaan Ekaristi ada penyerahan Surat Keputusan penetapan kepala sekolah dan pelantikan delapan kepala sekolah baru di lingkungan Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Dilanjutkan dengan pentas karya seni siswa-siswi berupa tarian, gerak lagu, dan penyajian musik angklung dari SD Kanisius Serengan serta penampilan band siswa SMP Kanisius 1 Surakarta.   Pelayanan pendidikan di sekolah-sekolah Kanisius Dalam homilinya, Pater Joseph mengambil renungan dari bacaan Injil bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. “Pelayanan pendidikan sekolah-sekolah yang didirikan Kanisius bertujuan sebagai tempat melakukan pendidikan karakter dan mengusahakan kebaikan bersama. Dan juga memastikan para tenaga pendidik, guru dan staf karyawan memiliki semangat pelayanan agar hasil pendidikan yang baik dapat diterima, dinikmati, dan dialami oleh para peserta didik. Para peserta didik didampingi dan dibantu untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang berkarakter melayani dan berguna untuk orang lain. Para peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan punya hati. Bisa merasakan hal-hal yang ada di sekelilingnya dengan baik,” kata Pater Joseph.   Lebih lanjut Pater Joseph menyampaikan bahwa pendidikan Kanisius selalu mengarah pada pengolahan hati dan bukan hanya mengolah akal budi. Membentuk hati yang tergerak oleh belas kasih seperti teladan Sang Guru. Hati yang punya passion terhadap orang lain dan lingkungan di mana mereka tinggal, punya empati yang bisa merasakan, dan turut bergerak menanggapi hal-hal yang ada di sekelilingnya “Tujuan yang ketiga pendidikan Kanisius adalah mengajak peserta didik menjadi orang-orang yang memiliki kehendak baik. Harapannya peserta didik yang memiliki banyak pengetahuan, hatinya merasakan dan peduli dengan orang lain, perilaku dan gerak-geriknya serta kehendaknya menggerakkan untuk berbuat baik. Tidak hanya berhenti pada otak, tetapi turun ke hati dan tangannya digerakkan oleh kehendak yang baik, berbuat kebaikan dalam kebersamaan melayani,” kata Pater Joseph.   Pelantikan Kepala Sekolah Mengawali tahun ajaran baru, Yayasan Kanisius melantik delapan kepala sekolah baru. Pelantikan dilakukan oleh Kepala Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, Pater Joseph MMT Situmorang, S.J. dengan penyerahan Surat Keputusan sebagai kepala sekolah. Dalam pelantikan ini kepala sekolah mengucapkan sumpah jabatan sebagai kepala sekolah. Adapun yang menerima Surat Keputusan sebagai kepala sekolah yaitu: Ibu Sophya Yunitasari, S.Pd. (TK Kanisius Serengan), Ibu Yosephin Dian Dwi Martanti, S.Pd. (TK Kanisius Mlese), Ibu Yuliana Suwantini, S.Pd. (TK Kanisius Delanggu), Ibu Eri Retno Apsari, S.Pd. (TK Kanisius Sidowayah), Ibu Lilik Hartini, S.Pd. (TK Kanisius Purbayan), Bapak Albertus Deny Kristiawan, S.Pd. (SD Kanisius Mlese), Ibu Gabriella Elsa, S.Pd., (SD Kanisius Delanggu), dan Ibu Perdana Wulan Sari, S.Pd. (SD Kanisius Pucangsawit).   Lebih senang belajar di sekolah yang baru Sementara itu, para siswa SD Kanisius Serengan Surakarta yang pindah tempat belajar, awalnya berada di jalan Veteran Surakarta ke jalan Honggowongso, mengatakan bahwa mereka lebih senang karena sekolahnya lebih luas, bersih, dan nyaman untuk belajar.   Kontributor: FX Juli Pramana – YKC Surakarta

Karya Pendidikan

Audiensi dengan Paus Fransiskus dalam Building Bridge Across Asia Pacific

Kamis, 20 Juni 2024, Maria Anita, mahasiswa Magister Psikologi USD dan Helen Vyanessa Ribca Oroh (Mekatronika ATMI Surakarta) berkesempatan mewakili Indonesia untuk melakukan audiensi dengan Paus Fransiskus dalam program Building Bridges Across Asia Pacific. Program yang diinisiasi oleh Loyola University Chicago ini mempertemukan Paus Fransiskus dengan para mahasiswa di Asia Pasifik secara daring untuk membicarakan tantangan yang dihadapi orang muda dan Gereja di dunia modern.   Acara dialog ini berlangsung pada Kamis, 20 Juni 2024 pukul 19.00 WIB dan merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Building Bridges Initiative. Dialog ini pertama kali diinisiasi oleh Loyola University Chicago pada tahun 2022 sebagai respons terhadap panggilan sinodal Paus untuk sinodalitas yang mempromosikan dialog lintas budaya dan lintas iman.   Mahasiswa dari berbagai universitas di Filipina, Australia, Selandia Baru, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, dan Indonesia berkesempatan melakukan dialog dengan Bapa Suci. Paus juga menyambut partisipasi dari mahasiswa-mahasiswa dari Singapura, Timor Leste, dan Papua Nugini, negara-negara yang akan dikunjunginya September mendatang.   Persiapan audiensi dengan Paus Fransiskus dilakukan selama satu bulan. Indonesia masuk dalam satu regio bersama dengan Timor Leste dan Singapura. Dua mahasiswa di regio ini diwakili oleh Maria Anita (Magister Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) dan Helen Vyanessa Ribca Oroh (Mekatronika ATMI Surakarta). Dalam persiapan audiensi ini, keduanya dibimbing para fasilitator Indonesia, yaitu Pater Heri Setyawan, S.J., (dosen Sejarah USD) dan Pater Lucianus Suharjanto, S.J. (dosen Pendidikan Bahasa Inggris USD).   Dalam kesempatan audiensi bersama Paus Fransiskus pada Kamis yang lalu, Maria Anita menyampaikan masalah interfaith relationship yang terjadi di Indonesia.   ”Generasi muda di Indonesia menghadapi dilema interfaith relationship, antara meninggalkan Gereja atau membangun keluarga dengan latar belakang agama berbeda. Oleh karenanya, dibutuhkan bimbingan Gereja untuk pembentukan iman yang sesuai dengan perkembangan kehidupan dan konteks interfaith dan interreligious,” ungkapnya.   Sementara Helen Vyanessa Ribca Oroh menyampaikan keprihatinan bagaimana teknologi dan sosial media bisa menjadi tempat yang aman untuk berbagi dan saling mendukung dalam masyarakat.   “Orang muda mempunyai keprihatinan bagaimana membangun teknologi yang mampu mendorong mereka untuk tetap aktif dan bertumbuh dalam iman di komunitas basis Gereja yang terbuka. Selain itu orang muda berharap media sosial dapat menjadi wadah komunikasi antar masyarakat untuk membangun rasa kebersamaan dan menguatkan masyarakat,” tuturnya.     Maria dan Helen juga mengungkapkan keprihatinan tentang masalah kesehatan mental orang muda. Mereka berharap Gereja dapat merespons dan memberikan dukungan untuk menjaga kesehatan mental generasi muda.   ”Masalah kesehatan mental sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku orang muda. Hal ini terkait dengan masalah komunikasi dan masalah ekonomi dalam keluarga. Keduanya berdampak besar pada kehidupan kaum muda, terutama dalam akses pendidikan dan fasilitas kesehatan yang memadai,” tutur Maria.   “Bagaimana media sosial dapat mendukung kesehatan mental orang muda dan bisa menjadi tempat yang aman untuk saling untuk berbagi dan bertanya. Penting untuk merefleksikan bagaimana kita dapat membangun platform interaktif dan informatif bagi generasi muda agar bisa bertumbuh bersama di dalam masyarakat yang saling mendukung,” ungkap Helen.   Setelah mendengar ungkapan dari keduanya, Paus Fransiskus memberikan tanggapan hangatnya dan menyadari betapa sulitnya kaum muda Katolik untuk berpartisipasi dan memiliki sense of belonging di masyarakat. Bapa Suci mendorong kaum muda untuk berpegang teguh pada iman dan menjaga hati mereka tetap terhubung dengan doa. Dengan melakukan hal ini, kata Paus, akan membantu dialog antar iman dan memungkinkan orang muda untuk selalu berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif.   Bapa Suci juga menekankan pentingnya mempertahankan keyakinan yang teguh meskipun menghadapi tekanan lingkungan serta menjaga rasa memiliki untuk melindungi dari kerentanan. Beliau menyoroti isu identitas, martabat manusia, kesehatan mental, diskriminasi, dan stigma sosial yang menghambat inklusivitas sambil menegaskan bahwa perempuan memiliki peran unik dan tidak boleh dianggap sebagai warga kelas dua.   Di hadapan para mahasiswa Asia Pasifik, Paus Fransiskus membahas pentingnya pendidikan yang holistik. Beliau mengajak semua pihak untuk menolak ideologi konflik dan perang, serta membangun harmoni dan dialog antarbudaya demi perdamaian di dunia yang penuh ketidakpastian.   Paus Fransiskus mengakhiri acara ini dengan mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa atas partisipasi dan refleksi mereka yang telah membantu beliau memahami lebih dalam situasi kaum muda Katolik, terutama dalam persiapan beliau untuk perjalanan apostolik ke Asia dan Oseania pada bulan September 2024 mendatang.   Kontributor: Antonius Febri Harsanto – Kepala Humas Universitas Sanata Dharma

Karya Pendidikan, Provindo

Dialog Memperdalam Fondasi Iman Abad 21

Discernment Sekolah-sekolah Jesuit 2024 Discernment dalam Pendidikan Jesuit terus berjalan dan tidak berhenti. Kesadaran bahwa dunia juga bergerak menyebabkan sekolah-sekolah Jesuit sadar akan pentingnya discernment bersama untuk terus membaca tanda-tanda zaman guna memunculkan kreativitas dan inovasi yang lebih mendalam dalam karya pendidikan. Tahun ini, discernment dalam dunia pendidikan Jesuit mewujud dalam momen pertemuan yang diberi nama II Seminar JESEDU-Jogja2024. Catatan ini hanyalah highlight dari discernment yang berjalan lima hari sehingga siapapun yang membaca menyadari bahwa sekolah-sekolah Jesuit terus menerus ber-discernment.   II Seminar JESEDU-Jogja2024 Selama satu minggu, perhelatan besar untuk Pendidikan Jesuit Global terjadi di Yogyakarta. II Seminar JESEDU-Jogja2024 merupakan acara internasional lanjutan dari II Colloqioum JESEDU-Global2021 dalam siklus pertemuan internasional sembilan tahunan untuk proses discernment perkembangan pendidikan di sekolah-sekolah kita. Peserta seminar kurang lebih seratus sepuluh orang Jesuit dan awam dari berbagai negara yang merupakan perwakilan dari enam konferensi. Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin, 24 Juni – Jumat, 28 Juni 2024 di Kolese John de Britto Yogyakarta. Peserta dari Indonesia sendiri ada dua puluh orang yang merupakan perwakilan dari setiap kolese kita dan didukung kurang lebih seratus panitia lokal dari Kolese de Britto dan dari kolese yang lain.   Ada tiga pertemuan akbar yang diadakan oleh ICAJE (International Commission on the Apostolate of Jesuit Education), dimana Pater L.E.B. Winandoko, S.J. menjadi salah satu anggotanya, yaitu Seminar, Congress, dan Colloquium. ICAJE sendiri adalah komisi yang dibentuk untuk membantu Sekretaris Pendidikan Global Serikat Jesus yang saat ini dijabat oleh Pater Alberto Jose Mesa, S.J. Pater Mesa sekaligus sebagai ketua dari ICAJE ini. Putaran pertama untuk pertemuan akbar itu telah selesai: I Colloquium dilaksanakan di Boston pada tahun 2012, I Seminar diadakan di Spanyol pada tahun 2014, dan I Congres diadakan di Brazil pada tahun 2017. Putaran kedua yang kemudian diberi nama II Colloquium seharusnya dilaksanakan di Jogja tetapi karena pandemi maka acara itu tidak terjadi dan dilakukan secara online. II Colloquium JESEDU-Global2021 dilaksanakan secara online. Tahun ini dilaksanakan seminar dengan nama II Seminar JESEDU-Jogja2024. Indonesia menjadi tuan rumah.   Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu minggu ini, para peserta membicarakan hal-hal terkait bagian pertama dari sepuluh identitas Sekolah Jesuit (dalam buku Jesuit Schools; A Living Tradition in the 21th Century yang diterbitkan tahun 2019) yaitu tentang Educating for Faith in the 21th Century. Empat tujuan utama dari seminar ini adalah: memperjelas tempat Spiritualitas Ignasian dalam proses pembentukan iman bagi siswa dan pendidik; mempromosikan pembentukan iman yang mendalam dalam konteks dialog antaragama dan multi-religi dalam menjalankan misi keadilan dan rekonsiliasi; memperjelas makna Sekolah Katolik atau Jesuit yang melayani Injil dan Gereja dalam konteks masa kini; dan identifikasi tantangan dan peluang pendidikan iman dalam konteks fundamentalisme sekular atau agama.     Pesan Pater Jendral Pater Jendral Arturo Sosa, S.J. tidak bisa hadir secara langsung dalam pertemuan ini. Beliau hadir secara virtual. Beliau menyampaikan beberapa pesan untuk para peserta Seminar ini. Ada tiga kutipan transkrip dari pesan Pater Jendral yang sungguh mengena bagi para peserta. Yang pertama adalah kesadaran mengenai konteks pendidikan Jesuit saat ini. Pater Jendral menyampaikan:   “Hari ini, kita sadar bahwa dunia kita dan juga sekolah-sekolah kita menjadi lebih beragam daripada sebelumnya dalam hal agama dan budaya. Banyak sekolah kita bekerja dalam konteks yang sebagian besar non-Katolik atau bahkan non-Kristen. Kita percaya bahwa hal ini membuat pendidikan kita lebih relevan karena memberikan kesaksian tentang kabar baik yang dibawa ke dunia oleh Kristus.”   Yang kedua terkait dengan dialog antaragama. Pater Jendral mengajak peserta seminar untuk melakukan dialog antaragama yang juga merupakan perutusan Gereja dan mimpi Paus Fransiskus. “Dialog antaragama adalah karya yang diinginkan oleh Tuhan, elemen integral dari misi penginjilan Gereja, yang menemukan ungkapan dalam pelayanan iman dan penegakan keadilan. Sekolah-sekolah kita hari ini dipanggil untuk menjadi jembatan apostolik antara keberagaman yang indah dan pemberian Tuhan serta iman kita. Mereka harus membantu kita mewujudkan mimpi Paus Fransiskus yang sejati. Marilah kita bermimpi, sebagai satu keluarga manusia, sebagai sesama peziarah yang berbagi makanan yang sama sebagai anak-anak bumi, yang merupakan rumah kita bersama.” Yang terakhir, Pater Jendral berharap bahwa seminar kali ini memberikan panduan untuk sekolah-sekolah Jesuit supaya mampu memberi perhatian terhadap formasi iman bagi para siswa. “Seminar ini harus memberikan beberapa panduan bagi sekolah-sekolah kita tentang bagaimana kita mampu menghormati fondasi ini sebagai sekolah-sekolah Katolik Jesuit yang didedikasikan untuk pelayanan Injil dalam konteks kita yang semakin multi religi dan multi keyakinan. Spiritualitas Ignasian kita memberi alat dan sumber daya penting untuk membedakan bagaimana kita dapat menjawab tantangan hari ini. Memang, tradisi hidup pendidikan kita mengundang kita semua untuk mencari dan menemukan apa yang paling sesuai dengan waktu dan konteks. Karena dunia dan masyarakat kita terus berkembang, ini adalah suatu discernment berkelanjutan yang tidak pernah berakhir. Sekolah-sekolah kita harus menciptakan ruang-ruang pertemuan yang menjadi saksi nyata bagi kabar baik dan membangun kekayaan yang merayakan akar-akar kebersamaan dan menghormati keberagaman. Ini berarti bahwa kita tidak menyembunyikan identitas kita. Sebaliknya, kita harus memperkuatnya sebagai sahabat sejati dalam misi rekonsiliasi dan keadilan di dunia kita saat ini.” Walaupun Pater Jendral tidak bisa hadir, tetapi semangat dan pesannya membawa kobaran dalam hati para peserta.     Metodologi Discernment Persiapan pertemuan ini sudah berlangsung sangat lama. Pater E. Baskoro Poedjinoegroho, S.J. sebagai penanggung jawab seminar ini mempersiapkan acara ini sejak tiga tahun yang lalu. Pertemuan-pertemuan dilaksanakan. Pak Widi Nugroho, guru SMA Kolese de Britto, menjadi ketua panitia dari acara ini. Salah satu yang menarik adalah bagaimana metodologi dari seminar ini dibuat.   Bukan hanya tema seminar yang menarik, tetapi juga bagaimana seminar ini diatur sedemikian rupa sehingga unsur doa dan discernment bisa berjalan. Salah seorang peserta mengatakan bahwa seminar ini bukan seperti seminar tetapi lebih menyerupai retret. Pada saat evaluasi akhir Pater Jose menyampaikan satu kalimat yang mengesan: “We talk a lot about discernment, but we do a little about discernment.” Kalimat ini adalah alarm bagi kita yang sering mengatakan banyak hal tentang discernment.   Terkait dengan hal ini, saya menyoroti lima hal penting yang selalu ada dalam acara ini. Yang pertama adalah peran moderator. Pater Jose menunjuk empat moderator dari berbagai negara. Penunjukan ini sesuai juga dengan bahasa yang dipakai dan juga mempertimbangkan keragaman peserta. Para moderator mendapatkan coaching singkat sebelum

Karya Pendidikan

“Mengenalkan Seminari dan Panggilan dengan Cara Kreatif”

Open House Seminari Mertoyudan Dalam rangka merayakan peringatan St. Petrus Canisius (PETCA), pelindung Seminari Mertoyudan, Seminari Mertoyudan menggelar acara Open House pada Minggu, 7 April 2024. Acara ini juga diadakan untuk mengenalkan panggilan dan seminari pada umat dan masyarakat sekitar. Dalam open house ini, lebih dari 1000 orang dari paroki-paroki se-Keuskupan Agung Semarang hadir, melihat apa saja yang ada di Seminari Mertoyudan, dan mengunjungi venue-venue yang disiapkan panitia. Acara open house berlangsung pada pukul 09.00 hingga 15.00 WIB.   Dalam open house ini, pengunjung dapat berkeliling seminari untuk melihat berbagai fasilitas yang ada termasuk Kapel St.Petrus Canisius yang ikonik dan lapangan sepak bola yang hijau nan ciamik. Salah satu anak PIA dari paroki Fatima Magelang mengatakan, “Wah, asyik ya di sini, bisa main bola. Lapangannya gedhe.” Ia bersama teman-temannya pun sempat mencicipi menendang-nendang bola di sana.   Selain bisa melihat-lihat, pengunjung juga bisa ikut bermain di Mertozone. Ada empat lokasi Mertozone dan di salah satu lokasinya, pengunjung dapat bermain meniup bola pingpong yang ditaruh di atas gelas berisi air. Pengunjung yang dapat memindahkan bola pingpong sampai ujung akan mendapatkan hadiah menarik yang disediakan oleh panitia. Di lokasi lain, ada permainan menembak target dengan pistol mainan dan teka-teki berhadiah. Mertozone ini ramai didatangi anak-anak hingga panitia yang menjaganya kewalahan. Wajar saja, anak-anak itu suka bermain apalagi jika berhadiah.     Seminari Mertoyudan memang sekolah untuk calon imam. Walaupun begitu, yang dikembangkan di seminari tidak hanya mengenai kerohanian dan pengetahuan tetapi juga minat masing-masing pribadi yang dapat berguna bagi kerasulan pastoral ke depannya. Minat-minat yang sudah terwadahi di seminari seperti olahraga, teater, orkes, tari, karawitan, sastra, seni lukis, seni fotografi, jurnalistik, pecinta alam, dan desain visual juga ditampilkan dalam open house baik dengan bentuk pameran, pertunjukan, maupun dengan stand-stand yang dihiasi hasil karya para seminaris.   Turut hadir juga perwakilan dari Kongregasi Suster SPM dan Kongregasi Bruder FIC yang mempromosikan panggilan hidup membiara. Pengunjung dapat lebih mengenali hidup membiara dan bertanya-tanya kepada suster dan bruder dengan datang ke stand mereka di area Joglo Semangat. Open house dimeriahkan juga dengan doorprize dan tampilan band-band yang diisi oleh para seminaris dan OMK sekitar seminari. Hal itu untuk memberi nuansa semangat muda di seminari yang sudah berusia 112 tahun saat ini. “Kita ini orang muda, maka kita tampilkan kemudaan kita sambil mengajak orang-orang muda lain untuk berani menjadi imam/biarawan-biarawati” tegas Adityo Seno, Seminaris KPA yang juga menjadi ketua panitia.   Tagline Open House tahun ini adalah Gelorakan Jiwa, Bagikan Cahaya. Dengan tagline itu, Seminari Mertoyudan berharap para pengunjung digelorakan jiwanya oleh Tuhan sendiri untuk lebih berani membagikan cahaya di tempat dan perannya masing-masing. Diharapkan dari acara open house ini, umat dan masyarakat sekitar semakin mengenal Seminari Mertoyudan dan semakin banyak pemuda yang tertarik untuk menanggapi panggilan Tuhan serta masuk mendaftar ke seminari. Come and Join Us!   Kontributor: S Bonifasius Dwi Vilas, S.J. – Seminari Mertoyudan

Karya Pendidikan

Lulus Sekolah untuk Apa?

Refleksi Retret Penegasan PIKA 49 Retret merupakan salah satu sarana bagi seseorang untuk hening sebelum mengambil keputusan penting. Bagi peserta didik kelas IV SMK PIKA Semarang, kesempatan retret dipakai untuk mengendapkan seluruh pengalaman mereka selama bersekolah guna melihat disposisi batin mereka sebelum mengakhiri pendidikan dan memulai perjalanan baru ke depan. Pengalaman magang tujuh bulan yang sebelum ini mereka alami tentu memberikan wawasan baru yang membantu mereka berdiskresi sebelum melanjutkan hidup mereka sesudah studi selesai.   Tanggal 15-17 April 2024 menjadi momen bagi peserta didik angkatan 49 untuk mengikuti Retret Penegasan. Peserta berjumlah 54 orang didampingi oleh empat pendamping dari Tim Ignatian sekolah yaitu Bp. Andhy, Bp. Eko, Bp. Tanto, dan Fr. Septian. Retret ini berlokasi di Rumah Retret Panti Semedi (RRPS) Sangkal Putung, Klaten.   Retret penegasan bertema Ite Inflammate Omnia (Go Forth and Set the World on Fire) hendak mengajak para peserta untuk mengendapkan seluruh pengalaman mereka selama empat tahun bersekolah di PIKA sehingga dapat memutuskan dengan kemerdekaan batin pilihan hidup setelah lulus. Peserta didik diharapkan tidak hanya memutuskan berdasarkan keinginan emosi sesaat, melainkan sampai pada kesadaran akan tujuan hidup yang ingin Allah tunjukkan pada mereka. Diharapkan mereka tidak hanya menjadi pribadi yang mengejar hal-hal duniawi semata, melainkan sampai pada tataran hidup untuk semakin mencintai Allah dengan segala sarana yang sudah mereka terima dengan lepas bebas. Ite Inflammate Omnia atau maju dan kobarkanlah dunia yang menjadi jargon untuk menumbuhkan kesadaran bahwa mereka diutus oleh Allah sendiri untuk menjadi agen perubahan yang positif di manapun mereka berada nantinya.     Secara umum, peserta retret merasa gembira karena dapat bertemu dengan teman-teman mereka setelah 7 bulan terpisah karena menjalani Praktik Kerja Industri (Prakerin) di berbagai tempat. Salah seorang peserta mengungkapkan bahwa kegiatan ini menjadi kegiatan kebersamaan bersama angkatan yang terakhir sebelum mengakhiri masa pendidikan empat tahun mereka di SMK PIKA Semarang.   Acara diawali dengan melihat konteks angkatan 49 saat ini untuk mengetahui disposisi batin setiap peserta. Sebelum retret, para peserta diminta mengisi form untuk membuat konteks angkatan sebagai bahan dasar berefleksi. Dengan mengetahui disposisi batin, para peserta menyadari seperti apa kondisi angkatan mereka saat ini.   Selanjutnya, dilakukan sharing berdua-dua (Emmausan) agar para peserta bisa saling tukar pikiran dan pengalaman. Sharing ini pun diatur oleh tim agar tiap peserta dipasangkan dengan peserta yang belum begitu akrab. Dengan begitu, mereka bisa saling mengenal dan berbagi cerita pengalaman transformatif yang didapat.   Acara selanjutnya adalah sharing alumni yang dibawakan oleh Kevin dari angkatan 45. Melalui sharing alumni di hari pertama, para peserta memiliki perspektif bagaimana Kevin mengambil keputusan sebagai alumni PIKA. Tentu, PIKA memiliki keuntungan selain bisa kuliah, mereka dipersiapkan bekerja setelah lulus. Kevin juga memberikan motivasi untuk mengambil kesempatan seperti mengambil kerja sambil kuliah atau pun sebaliknya. Peserta diajak untuk tidak perlu malu selagi keputusan itu tidak membawa pada dosa. Selagi masih muda, jangan takut capek maupun gagal. Kalau jatuh 7 kali, berani bangkit 8 kali.   Sharing alumni ini kemudian diperdalam di hari kedua dalam sesi tentang diskresi dan dilanjutkan dengan bimbingan rohani. Melalui materi diskresi, para peserta diajak untuk menyadari berbagai aspek dalam mengambil keputusan penting seturut petunjuk Latihan Rohani (LR) St. Ignatius. Diawali dengan mengenali Asas Dasar LR 23, peserta diajak untuk mengarahkan tujuan pengambilan keputusan semata-mata untuk menanggapi cinta Tuhan yang begitu besar. Lalu dalam sesi diskresi I peserta diajak untuk melihat berbagai aspek dalam menimbang-nimbang keputusan yang tidak hanya didasarkan pada keinginan duniawi tetapi juga menyangkut pengembangan diri yang terarah pada makin lebih besarnya kemuliaan Tuhan. Di dalam diskresi II peserta diajak untuk belajar cara mengambil keputusan yaitu dalam situasi tenang dan kemerdekaan setelah mengenali berbagai aspek positif dan negatif suatu keputusan. Dalam sesi ini dipaparkan tentang berbagai distraksi yang perlu diperhatikan dalam wujud kelemahan yang mereka temukan. Sesi Diskresi III peserta diajak untuk melihat dampak keputusan yang diambil. Apakah keputusan itu terarah pada Tuhan atau keinginan duniawi, dan bagaimana cara mengatasinya, terlebih terhadap motivasi palsu yakni peran Roh Jahat yang menggiring ke arah egoisme pribadi.   Di antara sesi-sesi tersebut, peserta mulai diajak untuk melakukan bimbingan rohani bersama pendamping masing-masing. Peserta telah dibekali panduan serta pertanyaan yang perlu mereka jawab sehingga ketika proses bimbingan dapat terarah pada penegasan atas hal-hal yang sudah mereka refleksikan. Pendamping berusaha untuk mempertajam, mengoreksi, dan menunjukkan aspek-aspek lain yang dirasa belum peserta temukan dalam refleksi mereka. Ternyata hal tersebut amatlah membantu. Tidak jarang peserta juga menemukan kegalauan saat mengambil keputusan ke depan. Kecemasan akan kegagalan, yang terkait latar belakang keluarga yang memberi pengaruh besar pada pengambilan keputusan mereka sehingga belum sampai pada kemerdekaan batin yaitu lepas bebas.   Di hari ketiga, para peserta diajak untuk lebih rileks dengan melakukan outbound. Peserta diajak untuk berjalan berkeliling di luar kompleks Rumah Retret. Peserta dikondisikan untuk benar-benar serius dan dalam suasana reflektif, di hari ketiga ini dengan menikmati kebersamaan dalam wujud games bersama kelompok. Kebersamaan dan kekompakan bersama tim yang di dalamnya bukan merupakan teman dekat ternyata membantu mereka untuk saling mengenal.     Setelah serangkaian games yang menyenangkan, peserta diajak untuk mengevaluasi dan merumuskan niat-niat baru. Bruder Marsono, selaku kepala sekolah juga sempat hadir memberikan peneguhan bahwa hidup perlu disyukuri karena masih banyak orang muda di luar sana yang belum memiliki kesempatan seperti para peserta. Acara kemudian ditutup dengan perayaan Ekaristi oleh Pater Istanto, S.J. selaku Ketua Yayasan. Dalam Ekaristi tersebut ada empat orang perwakilan peserta yang membagikan buah-buah rohani mereka yang amat menyentuh dan mewakili perasaan teman-teman mereka. Kesadaran bahwa mereka dicintai dan dibentuk oleh Allah sendiri, baik saat di sekolah maupun magang tujuh bulan di berbagai tempat menyadarkan mereka bahwa hidup adalah sebuah perutusan. Hidup tidak hanya untuk diri mereka sendiri, melainkan juga untuk dibagikan kepada semakin banyak orang yang membawa pada kebahagiaan sejati. Mereka diajak untuk menjadi manusia bagi sesama.   Akhirnya, kegiatan retret menjadi salah satu kegiatan wajib karena membantu peserta menapaki perjalanan hidup ke depan. Peserta diajak untuk tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, melainkan juga terbuka pada tuntunan Allah. Itulah mengapa pendidikan sebaiknya tidak hanya memberi bekal pada aspek kognitif saja, melainkan juga dalam pendampingan spiritual.   Kontributor: S Yohanes Krisostomus Septian Kurniawan, S.J. – Tim Ignatian

Karya Pendidikan

Menggapai Excellence melalui Pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar

“I don’t know how to love Him, I don’t see why He moved me….” Demikian kalimat yang diucapkan oleh Maria Magdalena ketika merasakan ada perubahan telah terjadi dalam dirinya setelah mengenal Yesus. Kalimat ini merupakan bagian dari salah satu lagu yang masih terngiang-ngiang di komunitas Kolese Gonzaga setelah pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar karya Andrew Lloyd Webber and Tim Rice, 6 April 2024 lalu di Artpreneur Theater Ciputra, Kuningan, Jakarta Selatan.   Kerja Kolaboratif dalam Penyelenggaraan Pementasan Jesus Christ Superstar Salah satu misi Kolese Gonzaga adalah menyelenggarakan pendidikan karakter dan pembelajaran yang inovatif, kompetitif, dan integratif secara efektif dan efisien dengan menggunakan paradigma pedagogi Ignatian. Kolese Gonzaga secara konsisten berusaha mewujudkan misi tersebut dengan berbagai kegiatan pembelajaran baik akademik maupun non akademik. Sebagai sekolah Katolik, tentunya dua momen penting dalam kehidupan Yesus, yakni Natal dan Paskah, wajib dimaknai komunitas secara khusus dan lebih mendalam. Di akhir Semester Gasal TP 2023/2024, sebelum libur Natal 2023, Kolese Gonzaga menyelenggarakan Christmas Carol Concert, sembari mempersiapkan pementasan Rock Opera Jesus Christ Superstar dan pameran seni rupa yang dilaksanakan setelah libur Paskah 2024.     Casting untuk para pemeran utama sudah dilakukan sejak bulan Desember 2023. Proses seleksi yang detail langsung didampingi oleh penggagas kegiatan ini yakni Kepala Sekolah SMA Kolese Gonzaga, Pater Eduard Calistus Ratu Dopo, S.J. M.Ed., dan Pater Emmanuel Baskoro Poedjinoegroho, S.J., serta sutradara pementasan yakni Mas Rangga Riantiarno dan co-sutradara Mas D. Perthino Sebastian dari Teater Koma. Pater Edu dan Pater Baskoro serta para guru beralih peran menjadi pemandu bakat untuk mencermati talenta-talenta siswa. Para siswa yang memiliki kemampuan bermain musik juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi. Di awal Januari 2024 para siswa yang lolos seleksi sudah menjalani latihan. Para siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler Paduan Suara Suara Gonzaga atau dikenal dengan Surga, serta para siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler dance mulai berlatih juga. Intensitas latihan semakin bertambah mendekati hari pementasan.   Para siswa yang tidak menjadi pemeran, pemusik, penyanyi, maupun penari, diberi kesempatan untuk terlibat dalam kepanitiaan sebagai support system pementasan. Moderator, Pater Yulius Suroso, S.J., mengatur kegiatan-kegiatan pendukung acara pementasan sehingga semua tetap terdampingi dengan baik. Setiap kelas diberi kesempatan berpartisipasi mencari dana dengan kreativitas masing-masing. Ada yang menjual makanan, pernak-pernik, kaos, dan lain-lain secara bergantian melalui kegiatan Gonz Sale. Kegiatan pendukung ini pun ditanggapi secara antusias oleh para siswa dengan sedikit nuansa kompetitif tetapi tetap suportif. Promosi pertunjukan Jesus Christ Superstar dilakukan melalui berbagai platform, baik secara digital melalui media sosial, maupun promosi lewat paroki-paroki, dan melalui Opera Komedi Samadi. Tak jarang saat melakukan promosi penjualan tiket ke paroki-paroki para siswa ini diminta menunjukkan kepiawaiannya bernyanyi di hadapan para umat di halaman gereja.     Pembelajaran Sisi Akademik dan Non Akademik dalam Penyelenggaraan Kegiatan Melalui kegiatan ini, sekolah memberikan praktik olah rasa melalui seni pertunjukan, seni musik, seni suara, seni tari, seni sastra, dan seni rupa. Di sana juga ada praktik langsung leadership, entrepreneurship, keterampilan berkomunikasi, dan manajemen waktu. Secara akademik, kegiatan ini juga menjadi sarana project based learning mata pelajaran Bahasa Inggris, Sejarah, Sosiologi, Seni, dan Agama, serta Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Seluruh dialog yang dinyanyikan dalam pementasan terdiri atas 25 lagu berbahasa Inggris. Hal ini menuntut semua pemeran mampu mengucapkan setiap kata dengan vokal dan pelafalan yang benar dan mengungkapkannya dengan ekspresi mimik dan gerak tubuh yang sesuai. Sementara para siswa lainnya wajib mengasah kemampuan memahami dialog dan maknanya. Dalam pembelajaran integratif Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan, siswa diharapkan mampu menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan Yesus Kristus, termasuk kondisi politik, sosial, dan budaya pada masa itu, serta peran kekuasaan Romawi. Mereka diharap mampu mengidentifikasi alasan di balik penyaliban Yesus oleh penguasa Romawi dan otoritas Yahudi pada masa itu, dengan menyajikan konteks politik dan religius yang mempengaruhi keputusan penyaliban Yesus. Dari sisi pembelajaran Ekonomi, siswa diharap mampu menganalisis motif ekonomi yang melatarbelakangi perbuatan murid yang berkhianat, dan konsep pertukaran uang dengan produk dalam peristiwa murid yang “menjual” Yesus. Support system kegiatan pementasan ini pun menjadi sarana pembelajaran ekonomi yang berkaitan dengan strategi promosi, penjualan tiket, perhitungan kebutuhan, dan dana yang dibutuhkan. Dari sisi pembelajaran Sosiologi, siswa diharap mampu menunjukkan pemahaman yang kuat tentang konsep dasar teori konflik, ketidaksetaraan kekuasaan, dan pertentangan antar-kelompok dalam konteks sosial, termasuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat, sumber konflik, dan dampaknya terhadap dinamika sosial.     Pementasan Jesus Christ Superstar sebagai Ekspresi Talenta Panggung Artpreneur Theater Ciputra Kuningan, menjadi saksi proses latihan berbulan-bulan seluruh pihak yang terlibat. Pemeran, pemain musik, paduan suara, dancer, kerja keras panitia guru, dan siswa, serta dukungan orang tua siswa, Yayasan Wacana Bhakti, dan berbagai pihak lainnya bersama terlibat untuk menghasilkan pertunjukan yang luar biasa baik. Rasa lelah dan kerja keras selama persiapan seakan terbayar dengan banyaknya apresiasi dari para penonton yang memenuhi gedung teater berkapasitas 1240 orang tersebut. Lagu-lagu yang dinyanyikan tidaklah mudah. Johanes Bhre yang memerankan Yesus harus menyanyikan lagu dengan penuh kharisma. Lagu-lagu yang dinyanyikan Alonzo Nathaniel dan Aaron Miguel yang berperan sebagai Judas cukup banyak. Beberapa bernada tinggi dan bertempo cepat. Lagu-lagu yang dinyanyikan Gavriel Martahan pemeran Kayafas memiliki range nada yang sangat rendah, sehingga menuntut penyanyi bertipe vokal bas yang mantap. Sementara lagu-lagu yang dinyanyikan Raina dan Diana pemeran Maria Magdalena mengekspresikan kasih, perhatian, penyesalan, dan harapan. Wesley yang memerankan Raja Herodes bermain sangat ekspresif. Para pemain musik yang keren dan Paduan Suara “Surga” yang kompak serta para penari lincah yang sesekali melakukan salto, menampilkan suatu ekspresi multi talenta anak Gonzaga. Gambar-gambar latar yang disiapkan tim multimedia yang ditayangkan pada setiap peristiwa dalam layar LED ukuran 12×6,5 meter juga sangat mendukung suasana yang dikisahkan.     Pendidikan Ignatian dalam Pementasan Jesus Christ Superstar Melalui kegiatan pementasan Jesus Christ Superstar, seluruh komunitas Kolese Gonzaga sejatinya mengalami pembelajaran menggapai excellence dalam pengembangan diri yang berkaitan dengan core values sekolah. Nilai-nilai seperti Competence, Conscience, Compassion, dan Commitment bermuara pada Integrity dan Humanity. Dialog-dialog dalam opera ini menunjukkan sisi-sisi kemanusiaan dari diri Yesus. Orang-orang yang berada di sekelilingnya adalah manusia yang memiliki kelemahan dan mudah jatuh dalam dosa. Yudas, misalnya adalah seorang yang egois dan oportunis, mudah ingkar dan mencari keselamatan diri seperti yang ditunjukkan oleh Petrus. Namun yang terpenting adalah