Bulan Oktober diperingati sebagai bulan rosario oleh umat Katolik di seluruh dunia. Pada bulan ini, umat Katolik Indonesia biasanya berziarah ke gua-gua Maria di berbagai tempat. Mereka, baik secara pribadi maupun kelompok, meluangkan waktu untuk menyepi ke tempat ziarah sambil bersyukur dan mohon rahmat untuk peziarahan kehidupannya. Akan tetapi, pandemi ini telah mengubah segalanya. Mereka tidak dapat lagi bepergian secara leluasa demi kesehatan bersama, termasuk berziarah ke Gua Maria. Hal tersebut menyebabkan banyak orang merasa rindu akan hal tersebut.
Untuk menjawab kerinduan tersebut, perkumpulan tarekat-tarekat religius di Indonesia melalui core team pelayanan millennial KOPI MANIS KOPTARI mengadakan ziarah virtual. Selama bulan Oktober 2020, KOPI MANIS KOPTARI memfasilitasi umat Katolik, khususnya orang muda, untuk berziarah secara virtual ke Gua Maria di empat pulau di Indonesia : Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Ziarah virtual yang dirancang secara daring ini melibatkan para religius dari berbagai tarekat dan juga Orang Muda Katolik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada minggu pertama ziarah, hampir 40 peserta dari berbagai kota di Indonesia mengikuti ziarah online ke empat gua Maria di Pulau Jawa. Doa-doa tersebut diisi dengan renungan dan doa kontemplatif Ignatian. Dua skolastik Jesuit (Fr. Barry, SJ, dan Fr. Septian, SJ) terlibat dalam ziarah virtual ini sebagai pemandu ziarah dan pembimbing doa kontemplasi Ignasian. Salah satu peserta ziarah mengaku sangat tersentuh dengan doa kontemplasi Ignatian. Ia tidak menyangka bahwa bentuk doa kepada Bunda Maria bukan hanya rosario saja tetapi juga dalam bentuk kontemplasi membayangkan perjumpaan dan dialog tatap muka dengan Maria. Dalam perjumpaan sederhana ini, kami dapat melihat bahwa kaum muda memiliki hasrat yang dalam dengan hal-hal spiritual.
Selain mengunjungi Gua Maria dan Latihan berdoa, ziarah virtual ini juga diisi dengan pengenalan tempat-tempat wisata di sekitar tempat-tempat yang dikunjungi. Salah satunya adalah kompleks Girisonta dan peserta diajak untuk melihat sejenak suasana Novisiat, rumah retret, dan taman makam Ratu Damai di Ungaran, Jawa Tengah – Indonesia. Penyelenggara berusaha sebisa mungkin menghadirkan suasana se-faktual mungkin, layaknya ziarah sesungguhnya. Beberapa panitia bahkan menggunakan atribut perjalanan untuk memberikan suasana yang mendukung.
Tidak lupa, dalam ziarah ini, para peserta juga diberikan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Bahkan dalam perkenalan tersebut, para peserta juga diminta untuk berbagi pengalaman selama perziarahan ini. Hingga tulisan ini diterbitkan, acara ziarah virtual ini sudah berjalan empat kali ke empat pulau besar di Indonesia. Ziarah virtual ini merupakan salah satu bentuk pelayanan Gereja Katolik dan Serikat Jesus kepada orang muda. Semangat peziarahan yang saling meneguhkan bisa dirasakan dalam perjumpaan virtual ini. Virtual memang bentuknya, tetapi perjalanan dan proses dari ziarah itu sendiri sungguh bermakna dan faktual adanya. Semoga di kala pandemi ini, kita semakin mau berjalan dengan orang-orang muda yang haus dan rindu akan hidup spiritual.
Barry Ekaputra SJ