Pada minggu, 21 Juni 2020, di hari raya St. Aloysius Gonzaga, Provinsi mengadakan acara webinar bersama Provinsial, Rm. Petrus Sunu Hardiyanta untuk para Jesuit, rekan berkarya, dan seluruh keluarga besar Ignasian di Indonesia. Tujuan acara ialah bersama-sama merefleksikan kehadiran Allah dalam hidup dan keterlibatan kita pada karya-karya Serikat Jesus Provinsi Indonesia selama enam tahun terakhir.
Rm. Sunu akan mengajak kita belajar dari hidup dan teladan St. Aloysius Gonzaga (1568-1591), seorang frater muda yang wafat karena memilih mewujudkan solidaritas ketika wabah pes dan bencana kelaparan melanda Italia. Teladan hidupnya akan membantu kita melihat lebih jauh bagaimana “Kepemimpinan Solidaritas yang Mengobarkan Harapan” diwujudkan dalam karya-karya Jesuit Indonesia, termasuk di masa pandemi Covid-19 ini.
Dalam webinar ini, Rm. Sunu ditemani oleh Geraldine Rachel Gutama. Ia bercerita tentang inspirasi yang ia alami sebagai siswi SMA Kolese Gonzaga, sehingga sebagai orang muda ia dapat mulai menghidupi kepemimpinan solidaritas yang mengobarkan harapan.
Menelusuri Sejarah Hidup St. Aloysius Gonzaga
Pada usia 11 tahun, Gonzaga sudah membuat sebuah keputusan yaitu untuk menjadi Imam, bahkan menjadi Jesuit di usia 15 tahun. Kemudian di usia 17 tahun, ia masuk novisiat. Lewat aktivitas ini, kita bisa melihat ada leadership di dalam dirinya atau bisa kita sebut juga ia memiliki kemampuan leadership within.
Dari usia 10-17 tahun ia memperjuangkan kehendaknya untuk hidup murni, untuk menjadi Imam, untuk menjadi Jesuit dan dengan rendah hati ia mendengarkan penolakan ayahnya. Selain itu ia juga melakukan bimbingan rohani dengan Kardinal Boromeus. Dengan demikian, kita di sini dapat melihat adanya leadership among.
Ketika wabah pes melanda Eropa, Aloysius Gonzaga memutuskan untuk menolong korban yang terlantar. Ia membopong mereka, sekalipun tahu ada resiko akan tertular, untuk dirawat di Rumah Sakit yang dikelola oleh Serikat Jesus. Solidaritasnya yang kuat menunjukkan dalam dirinya memiliki kemampuan leadership ahead karena ia melakukannnya untuk orang lain.
Keputusan Aloysius Gonzaga untuk ‘solider’ atau setia kawan dengan para korban yang terkena wabah sampar (PES), bukan hanya menghibur mereka yang ditolong, tetapi juga menggerakkan para sahabat untuk berani bergerak dan mengambil Resiko.
Dalam kesaksian Tiberio Bondi, sahabat Aloysius, ia mengatakan bahwa Aloysius sama sekali tidak takut ‘tertular’. Semangat solidaritasnya sama sekali tidak ‘tergoyahkan’ oleh apapun untuk menolong para korban wabah pes.
Pripadi-pribadi yang tergerak/ tersentuh oleh Kepemimpinan St. Aloysius Gonzaga: Ludovico Corbinelli (imam), Kardinal Scipio Gonzaga, Kardinal della Rovere, Don Ferrante (Bapak St. Aloysius Gonzaga yang bertobat setelah memahami sepenuhnya bahwa panggilan anaknya adalah dari Allah).
Inspirasi St. Aloysius Gonzaga dalam 6 tahun terakhir
Ada banyak sekali aktivitas yang dilakukan oleh Serikat Jesus karena inspirasi dari St. Aloysius Gonzaga. Kami, para Jesuit –Rekan Berkarya, Komunitas dan Karya-Karya Provindo pernah melakukan Novena selama 9 bulan untuk memohon rahmat keterbukaan batin untuk mengubah diri agar mendalam secara rohani, mendalam secara intelektual dan berakar dalam pada spiritualitas Ignatian, supaya hidup dan karya menjadi atraktif, relevan dan transformatif, agar mampu berbagi kharisma Serikat, untuk menemani dan memformasi orang muda, dalam semangat hospitalitas, kolaborasi dan jejaring dalam mengentaskan kemiskinan, berjalan bersama yang paling tersingkir, serta memelihara Rumah Kita Bersama, Bumi.
Juga, di masa Pandemi ini, meneladan St. Aloysius Gonzaga, PROVINDO membentuk gugus tugas Gerak Solidaritas dan Belarasa bagi korban Wabah Covid 19. Proses Pengambilan Keputusan dilakukan berawal dari adanya gagasan atau ide dari beberapa teman, kemudian kami bersama-sama menimbang baik dan buruknya. Setalah itu kami mencoba mengambil keputusan dengan meneliti pengalaman nalar, rasa, kehendak. Akhirnya, keputusan terjadi oleh Provinsial dan kemudian diumumkan untuk dieksekusi oleh panitia.
Sungguh tak terduga, ternyata banyak sekali sahabat yang ikut serta bergerak dan memberi bantuan bagi para korban yang paling terdampak oleh Covid-19. Kami hingga saat ini terus memperhatikan dan membantu mereka-mereka yang paling tersingkir dan paling tidak diperhatikan. Kami mengundang anda semua untuk terus membangun solidaritas membantu para korban yang paling tersingkir dan paling menderita karena Covid 19.