Tanggal 24 Januari 2019 kami memulai Tertiat di Girisonta. Peserta ada 6 Jesuit, dan satu di antaranya adalah romo Oh-chang SJ dari Korea. Lima lainya adalah: Eko Sulistyo, Mario Plagaor, Fristian, Managam Simbolon, dan Br Marsono. Tahun ganjil ini, 2019 program Tertiat adalah International, pengantar dan hidup harian menggunakan bahasa Inggris. Sedang tahun genap adalah program Bahasa Indonesia. Saat ini memasuki tahun ketiga, dimana tahun 2017, angkatan pertama, kami memulai Tertiat.
Proyek Provindo
Dengan perkembangan jaman dan ketersediaan personel, Provindo telah lama ingin membuka Program Tertiat international. Setelah lobi sana sini dan mempersiapkannya maka pada tahun 2017 mulailah angkatan pertama Tertiat international. Di tahun ini ada 8 tersiaris, namun di tengah program, seperti kita tahun, rm Ardi dipanggil Tuhan. Di angkatan pertama ada dua Jesuit dari Philippina.
Kami bertiga, sebagai fasilitator program Tertia ini, yaitu saya sendiri, Rm Wiryono dan Rm Putranto menyadari keterbatasan kami. Kami tak mampu secara maksimal menyelenggarakan Tertiat ini, mada dari itu kami membutuhkan para Jesuit lain sesuai bidangnya untuk memperkaya program ini. Sampai saat ini terdapat 18 Jesuit sebagai nara sumber yang telah membantu kami bertiga sesuai keahlian atau bidang mereka. Hal ini sangat menggembirakan bahwa program Tertiat ini menjadi milik Provindo dan para Jesuit Provindo sangat-sangat terbuka dan murah hati membantu kami bertiga, bahkan bantuan mereka yang sangat berharga tersebut adalah “pro bono = kerja bakti bersama”, kami hanya menyediakan tiket mereka. Luar biasa. Komunitas Girisonta, mulai dari Superior, Minister, Ekonom, Magister, para Novis dan penghuni Emaus, bahkan nostri di luar Girisonta; mereka juga dengan senang hati mendukung kami. Ini menambah keindahan Tertiat kami.
Purna Waktu Tertiat
Provindo menanggapi betapa pentingnya formasi di akhir tahap pembinaan mereka melalui dan dalam Tertiat sehingga ditetapkan bahwa “Instruktor Tertiat (salah satu setidaknya)” dan “Tersiaris” musti purna waktu, full time. Alasannya jelas, yaitu supaya mereka fokus, tidak terbagi baik hati maupun pikiran di tempat atau karya lain. Pengarahan dari Rm Kolvenbach, sehubungan dengan ini sangat jelas sikapnya, meminta para tertiaris tidak terikat oleh karya manapun selama Tertiat. Selama 6 bulan kami bersama membangun sebuah kelompok “Friends in the Lord” dan ini sangat jelas ditekankan oleh P Kolvenbach bahwa instuktor berperan sebagai ” Elder Brother”.
Arah – Tujuan Tertiat
Konstitusi Serikat Yesus dan Norma Pelengkap merumuskan apa itu masa Tersiat sebagai berikut:”…mereka melatih diri lebih saksama dalam sekolah hati ( affectus) dan mengutamakan hal-hal rohani dan pekerjaan jasmani, yang membawa kemajuan dalam kerendahan hati dan pengingkaran seluruh cinta jasmani, kehendak dan pendapat sendiri dan juga pengertian dan cinta lebih besar kepada Tuhan. Dengan demikian, karena sudah mencapai kemajuan dalam diri pribadinya, mereka akan lebih mampu menolong sesama untuk kemajuan rohani demi Kemulyaan Allah dan Tuhan kita” [516 ]. Norma pelengkap mengasakan kembali: ” Sebelum mengikrarkan kaul terakhir, semua harus menjalani Tersiat, melatih diri dalam schola affectus (sekolah cinta kasih)….NP 125 $1.
” Tujuan tersiat supaya masing-masing dalam hubungan konkrit dan pribadi dengan Serikat membuat sintese (integrasi) dari formasi rohani, apostolis, dan intelek, yang dengannya kepribadian lebih dipersatukan dalam Tuhan…NP 125 $2
Triptych KJ 35 Sebagai Acuan
Rm Peter Hans Kolvenbach dalam arahanya mengenai tujuan Tertian ini lebih rinci dan memberikan pandangannya tentang lima tujuan Tertiat: 1). Mengasah dan mempertajam “school of the heart”, melalui penyangkalan diri, kerendahan hati, murah hati dalam pelayanan, cinta akan Tuhan, Gereja, Serikat dan orang-orang yang dilayani. 2). Tumbuh dalam devosi, mudah bertemu dengan Allah. Identitas sebagai “Pendoa yang aktif”. 3). Mengolah pengalaman-pengalaman pribadi untuk integrasi ke SJ. Mampu melihat sejarah hidupnya dan mencintainya, dalam terang “Dididik oleh Allah”, meskipun itu menyangkut pengalaman traumatik, gelap, kelemahan, kedosaan dan kegagalan. Berdamai secara afketif dengan Allah, Serikat, Gereja, dirinya sendiri dan sesama. 4). Memperdalam rasa memiliki dan dimiliki SJ. Mencintai Serikat dan nampak dalam komitmennya menjalankan tugas perutusan sebagai Yesuit. 5). Menumbuhkan pengalaman ‘friends in the Lord”; seperti halnya para patres primi. Belajar berkomunitas yang sehat dan kondusif.
Kongregasi Jendral 35 mempertajam fokus gambaran Jesuit dengan mengetegahkan tiga dimensi yang dikenal dengan Triptych, yaitu Identitas, Perutusan dan Komunitas, karena selama ini tekanan lebih diberikan ke dalam Mission dengan akibat mengabaikan Identitas dan Komunitas.
30 Januari 2019 L. Priyo Poedjiono, S.J.