Awal bulan Februari ini (1-3 Feb 2019), kami, tim Promosi Panggilan, mengadakan pertemuan tahunan di Sinnewente, Bandungan. Pertemuan ini merupakan agenda rutin tim prompang untuk melakukan konsolidasi dan mengevaluasi program yang telah berjalan satu tahun. Pertemuan kali ini terasa istimewa karena semua anggota tim prompang dapat hadir. Total ada 12 Jesuit Muda ikut serta dalam pertemuan ini, yakni 4 frater dari Kolman, 4 frater dan 1 Bruder dari Kolsani, dan 3 romo pendamping.
Dalam pengantarnya, Romo Suryadi SJ, selaku Direktur Komisi Promosi Panggilan, menyampaikan “kehadiran full – team dan kebersamaan demikian menjadi kegembiraan tersendiri dalam kehidupan menjesuit. Kegembiraan inilah yang menjadi daya tarik kaum muda untuk mau bergabung dalam Serikat.” Selama tiga hari bertemu, kami membahas empat agenda, yakni (1) evaluasi dan refleksi program tahun 2018, (2) u p d a t e d a t a, (3) u p g r a din g s kill pendampingan dan (4) menyusun rencana kerja tahun 2019. Pada sesi pertama, kami mendengarkan presentasi rekapitulasi peserta dampingan dan evaluasi retret awal prompang Jakarta dari Fr. Wibi SJ. “Rata-rata ada 17 calon kita dampingi setiap tahun. Tiga dari total peserta mampu bertahan sampai solisitasi. Dua dari tiga solisitan tersebut, diterima masuk Serikat” demikian Fr. Adi SJ menyampaikan gambaran umum perkembangan peminat SJ sepuluh tahun terakhir. Frater Wibi SJ menambahkan, “Untuk tahun 2019 ini dari korwil Jakarta, ada 3 calon ikut solisitasi dan sudah ada 8 peminat dari ikut retret awal”. Malam harinya, kami mendengarkan pengarahan dari Romo Nano SJ selaku Magister Novisiat dan sekaligus senior kami di Promosi Panggilan.
Sesi ini menjadi kesempatan kami menyatukan persepsi mengenai kriteria calon dan proporsi pendampingan pada tahap program promosi panggilan. Romo Magister juga mengingatkan kami untuk tidak jemu kembali melihat dan membaca dokumen E x a m e n G e n e r ala e sebagai pegangan bertindak. Selain mendengarkan input dan tanya jawab, dalam bincang-bincang bersama, kami juga menemukan refleksi bersama bahwa ternyata dengan membantu orang menemukan dan mengolah panggilan, sebenarnya kita juga merawat panggilan kita sendiri. Sesi hari ini kami tutup dengan rekreasi bersama dengan bercakap-cakap di beranda Sinewente. Hari kedua kami mulai dengan up – g r a din g s kill pendampingan yang diisi oleh Romo Ernest SJ. Jauh-jauh datang dari Surakarta, Romo Ernest SJ berbagi tips untuk menggali informasi yang relevan dalam wawancara pada calon kandidat. Sebagai anggota tim prompang baru, Bruder Suprih SJ merasa bersyukur sekali mendapat materi ini. “Sesi ini menjadi bekal berharga bagi saya untuk mendampingi calon dengan lebih baik.
Secara konkret, tips dan beberapa contoh formula pertanyaan yang diberikan Romo Ernest SJ memberi gambaran untuk mengatasi kebingungan bertanya dan rasa canggung yang kadang saya hadapi ketika berhadapan dengan calon.” Siang hari kami mengambil jeda sejenak dengan berkunjung ke Paroki Santo Isidorus Sukorejo. Esok harinya, kami melanjutkan pertemuan. Dalam sesi pertama kami dengarkan evaluasi wilayah Yogya dari Fr Dodo SJ dan presentasi perkembangan akun-akun sosial media promosi panggilan dari Fr Septian SJ. Menanggapi data yang menunjukkan lebih banyaknya calon yang datang dari wilayah Jakarta, Fr Dodo SJ berseloroh, “Tampaknya, benih panggilan itu dituai di Jogja, tapi lalu banyak dipanen di Jakarta”. Ungkapan frater Dodo tersebut kendati tampak bernada bergurau tapi sedikit banyak memang bersesuaian dengan data. Dari 2004-2017 tercatat ada 17 dampingan prompang diterima masuk Serikat.
Dari 17 orang tersebut, 14 orang berasal atau berdomisili di Jakarta, 1 orang dari Bandung dan 2 orang dari Jawa Tengah. Presentasi dari Frater Septian SJ juga sempat menarik perhatian kami. “Tampaknya, akun sosial media Prompang cukup efektif menjangkau umat dan memudahkan komunikasi. Hal ini tampak dari belasan peminat dari Luar Jawa mulai bermunculan dan mengontak via Sosial Media Prompang”. Menanggapi temuan Frater Septian, selaku Co-Direktur Prompang dan pendamping senior, Romo John Nugroho SJ mengatakan; “Dimensi promosi melalui sarana digital inilah yang tampak sebagai hal baru bagi saya, yang sejak awal tahun 1990-an menjadi tim prompang”. Dalam sesi terakhir kami mencoba merumuskan sejumlah agenda pertemuan, re-organisasi team, dan program kerja untuk semakin baik dalam mencari dan mendampingi calon, antara lain kami sepakat untuk menghidupkan lagi kebiasaan berbagi infomasi seputar prompang secara rutin dan berkala di Internos, mengembangkan modul pendampingan via on line untuk merespon peminat dari luar Jawa, meng-agendakan up grading skill seputar menggunakan sarana digital untuk promosi dan mengimaginasikan usulan adanya seorang promotor panggilan fulltime.
Untuk tahun 2019 ini, kami masih mohon doa bagi 8 calon dari Prompang Korwil Jakarta dan 7 calon dari Prompang Korwil Jogja. Kita doakan dan berharap temanteman muda kita ini dapat semakin menemukan dambaan terdalam yang sekaligus juga kehendak Allah dalam hidup mereka.
Frs Adi, Robert, Septian SJ