Pada 26-28 Januari 2019 yang lalu, komunitas SJ Chuuk Micronesia mendapat kunjungan dari Pater Provinsial Petrus Sunu Hardiyanta, SJ. Sesudah mengikuti JCAP Major Superior Assembly di Koror, Palau, Pater Provinsial bersama Tom Benz, SJ (superior SJ Micronesia) mampir sejenak ke Chuuk. Saya bersama Dickson Tiwelfil, SJ rekan TOKer saya dari USA Northeast Province (UNE), menjemput kedua Yesuit tersebut di Bandara Chuuk. Selanjutnya, kami berempat di dalam mobil menyusuri jalan yang sebagian kecil mulus dan sebagian besar lainnya gronjal, sebelum akhirnya tiba di bukit Mabuchi, di mana kompleks Xavier High School (XHS) berada. Di dalam kompleks ini, terdapat sebuah Jesuit Residence yang masih dalam proses pembangunan. Meskipun demikian, beberapa kamar sudah dapat digunakan. Pater Provinsial menempati salah satu kamar tamu di Jesuit Residence ini.

Pada hari kedua, saya mengajak Pater Provinsial keliling kompleks XHS yang merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA yang didirikan pada 1952 dan dikelola oleh Serikat Yesus Provinsi UNE (sebelumnya bernama New York Province). Bangunan sekolah ini sebelumnya merupakan bekas kantor pusat komunikasi Jepang zaman Perang Pasifik yang kemudian diklaim oleh Amerika Serikat setelah Jepang meyerah. Tidak mengherankan jika bangunan ini tetap kokoh berdiri meskipun sudah puluhan kali diterjang typhoon.
Sesudah keliling kompleks, kami sarapan bersama beberapa tenaga pengajar XHS. Sebagai informasi, tidak ada pengajar tetap di sini. Para pengajar datang dan pergi setiap tahun secara silih berganti. Sebagian besar pengajar berasal dari Amerika Serikat di bawah naungan Jesuit Volunteer Corps (JVC), Meksico, Australia, Filipina, dan Indonesia.
Sesudah sarapan, saya mendapat kesempatan berwawanhati secara khusus bersama Pater Provinsial dalam Ratio Conscientiae. Kemudian, Pater Provinsial diundang untuk bertemu dengan Martin Carl (Principal of XHS) dan Tom Benz. Sembari menunggu pertemuan selesai, saya dan Dickson menyiapkan kendaraan untuk berangkat makan siang bersama di Blue Lagoon Resort. Pertemuan pun akhirnya selesai dan kami segera berangkat.
Pesona Blue Lagoon Resort tidak dapat kami nikmati dalam waktu yang lama, karena kami harus segera kembali ke XHS untuk Misa Hari Minggu bersama para siswa laki-laki yang tinggal di asrama XHS. Para siswa ini sebagian besar berasal dari berbagai negara di Pasifik seperti Republic of Palau, Federated States of Micronesia (Chuuk State, Yap State, Kosrae State, dan Pohnpei State), Hawaii State (USA), Guam (USA), Northern Mariana Islands (USA), dan Republic of the Marshall Islands. Mereka sangat excited mendengarkan homili Pater Provinsial yang sangat kontekstual dengan kehidupan anak-anak pulau. Salah seorang pengajar bahkan mengatakan, “Sunu gave a lively and memorable Sunday homily ‘The Law of God gives life!’ to the Xavier boys and teachers.” Sesudah Misa, ada sambutan khusus para siswa XHS untuk Pater Provinsial. Mereka menyanyikan lagu penyambutan yang biasa dinyanyikan saat ada tamu yang berkunjung ke XHS sambil menumpangkan tangan.
Hari ketiga merupakan hari terakhir kunjungan Pater Provinsial. Sebelum terbang kembali ke Indonesia, Pater Provinsial mendapat kesempatan berkonselebrasi dengan 4 imam, termasuk Uskup Koajutor Caroline Islands, Julio Angkel, dalam Misa Pembuka Catholic Schools Week di Gereja Paroki Keluarga Kudus. Misa ini dihadiri oleh seluruh siswa dan pengajar dari 3 sekolah Katolik di Chuuk (St. Cecilia School, Saramen Chuuk Academy, dan Xavier High School).
Pater Provinsial mengungkapkan bahwa selain untuk mengunjungi TOKer Micronesia, kunjungan ke Chuuk ini juga dimaksudkan untuk berterima kasih kepada Provinsi UNE yang sudah menjalin kerja sama dengan Provindo selama 41 tahun, sejak 1977. Selama itu, sudah ada 23 TOKer dari Provindo yang dikirim ke Micronesia, mulai dari yang pertama Rm. Martinus Sumarno Darmosuwarno, SJ, hingga saya yang sementara ini masih menjalani TOK di sini. Pater Provinsial bersyukur bahwa Provindo masih diberi kesempatan mengirim TOKer ke Micronesia, yang sekarang selaras dengan gerak provinsi (hasil Eksamen Karya) untuk keluar dari zona nyaman. Karya misi di Micronesia dapat menjadi salah satu dari sejumlah karya lain seperti Papua, Kalimantan, dll, yang menjadikan Provindo semakin misioner. Antonius Siwi Dharma Jati, SJ