Ada ragam cara orang memandang realitas; dengan penuh antisipasi, pengharapan, kasih sayang, dan komitmen untuk melakukan hal-hal baik. Ada yang sekadar menjadi penonton, menyaksikan dari jauh keberhasilan dan kegagalan orang lain. Ada pula yang karena sibuk dengan perbedaan lantas menilai realitas dengan penuh prasangka dan perselisihan yang pada akhirnya justru menghalangi segala usaha untuk membangun tali persaudaraan. Namun realitas, dengan segala kekayaan nuansanya, tidaklah berdiam diri dan terjebak pada cara pandang sempit atau ideologi-ideologi absolut. Realitas selalu jauh lebih kaya daripada yang kita duga. Untuk itulah, pada tahun ini kita semua yang menghidupi spiritualitas Ignasian bersama-sama memohon rahmat pertobatan agar mampu melihat segalanya secara baru di dalam Kristus sebab kita pun ingin memandang realitas sebagaimana Yesus memandangnya. Kita ingin melihat belas kasih dan komitmen. Kita ingin menemukan kehadiran Allah Bapa yang penuh belas dan kebijaksanaan pada ciptaan-Nya. Mereka yang kecil dan sederhana, yang berbeda dan terasing, dan pada orang-orang yang hendak membangun masa depan yang penuh harapan. Semoga kita terbantu untuk memahami realitas sehingga kita dapat menunjukkan jalan Tuhan. Marilah kita bersama-sama memohon rahmat agar mampu memandang realitas seperti cara Yesus memandangnya. Beranikah kita?
Marilah kita berdoa, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai sebuah komunitas, dengan inti doa seperti ditunjukkan pada bagian akhir bab ketiga buku Berjalan bersama Ignatius yang saya tulis. (Lihat: Berjalan Bersama Ignatius karangan Arturo Sosa, S.J. terbitan PT. Kanisius dan Serikat Jesus Provinsi Indonesia, 2021 hlm. 114 – 117).