Patxi Álvarez de los Mozos S. J. adalah seorang Jesuit dari Provinsi Loyola. Ia menjalani TOK di Kamboja. Setelah menjadi imam bekerja di Alboan (LSM Provinsi Loyola) dan dalam KJ 35 ikut pemilihan Jenderal ketika terpilih P. Adolfo Nicolás S. J. Sejak 2010 Patxi bekerja di kuria Jenderalat Roma untuk Sekretariat Keadilan Sosial dan Ekologi hingga tahun 2017. Di dalam Sekretariat dan Jaringan ini, bersama Patxi dkk, Rm Benny bekerja di bagian Mingrant & Refugees. Pada tahun 2014 dan 2015 saya melihat mereka rapat di Madrid, tepatnya di unit skolastik Jesuit tempat saya tinggal. Di web Provinsi Spanyol Patxi, menuliskan catatannya tentang P. Adolfo Nicolás S. J. “sebagai pribadi yang baik dan merdeka”. Kalau dalam posting saya sebelumnya, Paco Pepe menyebut keterbukaan dan kedalaman, di sini Patxi menyebut pentingnya studi dan spiritualitas untuk menanggapi globalisasi ketidakpeduliaan serta terus peduli kepada yang miskin dan rapuh. Patxi juga terkesan oleh homili-homilinya yang selalu segar dan menggelitik dari P. Nicolas serta menunjukkan kedekatannya dengan Paus Fransiskus.
Un hombre bueno y libre
Publicado: Viernes, 22 Mayo 2020
Pada 19 Januari 2008, tengah hari, di aula Kongregasi Jenderal SJ di Roma tepuk tangan meriah terjadi setelah perhitungan suara melebihi mayoritas mutlak, terpilih P. Adolfo Nicolás S. J sebagai Jenderal para Jesuit. Beliau, dari sudut tempat dia duduk, berdiri dan mengarahkan diri dengan rasa hormat yang tenang menghadap 200 Jesuit yang hadir. Setelah itu perhitungan diteruskan. Pemilihan waktu itu segera membangkitkan mimpi dan suka cita yang besar dan diterima banyak pesan ucapan selamat dari banyak negara.
P. Adolfo Nicolás S. J. lahir di kampung kecil Palencia Villamuriel de Cerrato, tetapi menjadi pribadi dari dunia luas. Tiba di Jepang pada usia 25 tahun dan menjadikan Asia sebagai tanah yang menjadi pilihannya. Kesantunan, kelembutan serta keanggunan dalam membawakan diri lahir dari kontak dengan orang-orang Asia dan bawaan pribadinya. Beliau mencintai Timur. Injil mengatakan bahwa Kristus adalah jalan, kebenaran dan kehidupan, P. Adolfo Nicolás S. J. suka menunjuk Eropa sebagai nadi kebenaran, Afrika mengerti bagaimana merayakan meriahnya kehidupan dan Timur memasukkan ke kebijaksanaan suatu jalan. Beliau yang menjadi orang Timur karena pilihannya, adalah seorang pribadi yang berjalan (peziarah). Mengerti bagaimana menjalani hidup.
P. Adolfo Nicolás S. J. memiliki kemampuan luar biasa untuk berteman. Dengan sikap simpatik dan rasa humornya, beliau bisa memenangkan banyak orang. Kepada masing-masing ia berusaha berbicara dengan bahasanya, yang baginya tidak sulit karena menguasai enam bahasa secara aktif, yang terus juga dia pelajari. Di atas meja kamarnya, tidak jarang ada kamus bahasa Jerman, atau bahasa-bahasa lain. Orang-orang yang mengenalnya dapat mengatakan bahwa mereka disatukan dengan ikatan sederhana persahabatan. Beliau seorang pribadi yang hangat merengkuh dan dengan pengertian penuh, mendengar dengan penuh perhatian, selalu dengan keinginan tulus untuk belajar dari yang lain.
Tidak aneh karenanya ketika Kardinal Bergoglio terpilih sebagai Paus, cepat terjalin persahabatan. Mereka memiliki usia yang sama dan telah saling kenal karena sebagai Jesuit mereka segenerasi. Fransiskus membantu beliau serta Serikat dan P. Nicolás sendiri menawarkan semua yang bisa digunakan untuk membantu Paus. Di antara mereka berdua ada ketulusan apresiasi.
Dalam percakapan antara P. Nico, demikian para Jesuit Asia suka memanggilnya, dengan Paus Fransiskus yang pertama muncul adalah tersenyum di publik. Ini terjadi dengan sangat-sangat mudah. Dengan itu dia mengendurkan suasana yang terjadi setelah keterpilihan Paus dan membangkitkan perhatian. Selanjutnya, saya baru sadar bahwa itulah cara menghargai pribadi-pribadi yang ada di hadapannya. P. Adolfo Nicolás S. J. menyukai kontak publik, tanpa arahan dalam kata-kata tertulis yang bisa dingin.
P. Adolfo Nicolás S. J. dalam mendekati persoalan-persoalan mengenakan sudut-pandang-sudut pandang yang baru untuk sampai pada kedalaman sebuah realitas. Beliau menyemangati Serikat untuk mendalam (animar a profundizar), supaya tidak tinggal tetap dalam permukaan. Baginya studi dan spiritualitas Ignatian merupakan bantuan untuk membenamkan diri lebih dalam ke realitas. Beliau sering mengatakan bahwa masyarakat kita sekarang hidup dalam globalisasi kedangkalan (una globalización de la superficialidad). Tahun-tahun berikutnya, Paus Fransiskus melengkapi ungkapan ini dengan menunjukkan juga bahwa masyarakat kita sekarang hidup dalam globalisasi ketidakpedulian (globalización de la indiferencia) terhadap hal-hal yang utama. P. Adolfo Nicolás S. J. mengajak para Jesuit untuk tidak terdisktraksi dalam hidupnya, artinya, menempatkan pikiran, hati dan jiwanya dalam perutusan untuk memperkenalkan Yesus dan memperjuangkan keadilan di dunia yang penuh penderitaan. Beliau menghendaki bahwa para Jesuit menjadi rahib-rahib di tengah kebisingan kota.
Menyenangkan mendengarkan homili-homilinya. Dari teks-teks Injil yang sudah biasa kita kenal beliau bisa mengambil satu aspek dengan kebaruannya, dengan intuisi cemerlangnya, juga dengan perspektif kreatifnya. Selalu dalam homili-homilinya menantang siapa pun pendengarnya untuk bertanya pada diri sendiri. Di Jepang yang beliau cintai, beliau telah belajar untuk berbicara kepada orang-orang yang tidak sama dengan iman yang dihayatinya, tetapi orang-orang tersebut memiliki kepekaan untuk mengontemplasikan dimensi-dimensi yang bernilai bagi hidup mereka. P. Adolfo Nicolás S. J. menuturkan kisah-kisah yang membuat orang berpikir. Demikian ketika di mimbar menyampaikan homilinya, para pendengar mempertajam telingannya seraya mengharapkan sesuatu dari yang disampaikan. Dengan orisinalitas yang dimiliki, dengan pembawaan simpatiknya serta suka citanya, beliau menjadi jembatan semua kelompok orang.
Adolfo Nicolás S. J. memiliki hati manusiawi dan demikian memberi perhatian kepada mereka yang lebih rapuh. Beliau mendekati orang-orang rapuh dan lemah dengan penuh rasa hormat. P. Adolfo Nicolás S. J. adalah seorang yang penuh kasih, baik dan dekat bersahabat. Ketika sebuah komunitas Jesuit di Jepang yang ditempatkan di suatu perkampungan miskin di Tokyo hampir ditutup, beliau menawarkan diri untuk hidup di sana sebagai usaha menununjukkan kehadiran di antara kaum migran dan orang-orang yang terpinggirkan.
P. Adolfo Nicolás S. J. memiliki kemerdekaan luar biasa yang didasarkan pada mentalitas sangat terbuka. Secara teologis beliau adalah orang yang maju, karena percaya akan misteri kebesaran dan kekayaan serta kebaikan Allah yang terwujud di dalam hal-hal manusiawi. Beliau juga terbuka berkenaan dengan cara-cara Serikat menghadapi tantangan-tantangannya. Kemerdekaan ini, yang menyatu dengan kejelasan dan keaslian, menjadikan beliau lebih berada di depan dari para sahabat-nya. Mungkin saja hal ini bagi beliau merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, seperti terjadi pada orang-orang yang sering lebih maju dari zamannya.
Saya juga mengenal P. Adolfo Nicolás S. J. sebagai seorang yang memahami dirinya sebagai pribadi untuk melayani sesama. Pada kesempatan-kesempatan yang berbeda, saya mendengar belian berbicara mengenai melayani dengan cara Yesus melayani, sepenuhnya tidak ada yang disisakan. Melayani seperti itu memberikan seluruhnya apa yang ada dan apa yang dimiliki, tanpa arogansi dan tanpa batas. Setelah delapan tahun menerima dan menjalani tugas sebagai Jenderal, pada saat P. Adolfo Nicolás S. J. menyampaikan permintaan pengunduran diri kepada Kongregasi Jenderal 36, karena kekuatannya menurun serta karena sakit. Dalam hal ini kita mendapat bukti dengan apa yang dilakukan, bahwa beliau memberikan diri seutuhnya, sampai akhir, untuk kebaikan masyarakat, Serikat dan Gereja. Dia menyampaikan pengundurannya dengan kerendahan hati, seraya dengan tulus memohon ijin untuk bisa meninggalkan pelayanannya. Kongregasi Jenderal menerima itu. Kami hampir tidak bisa lagi berterima kasih atas kemurahan hati seorang yang baik yang memberikan semuanya untuk melayani Tuhan dan setiap orang, serta sesama anggota Serikat.
Patxi Álvarez de los Mozos SJ
Dari: https://Jesuitas.es/es/actualidad/580-un-hombre-bueno-y-libre dan diterjemahkan oleh L. A. Sardi S. J.