Serikat Jesus Provinsi Spanyol pada akhir tahun 2001 (Desember 2001) masih terdiri dari enam provinsi. Pada tahun 2004 dilaksanakan penggabungan, dari enam menjadi lima. Provinsi Toledo (provinsi yang mengutus Rm Nico ke Jepang) digabung dengan Provinsi Castilla. Penggabungan itu terlaksana pada tahun 2004. Pada tahun-tahun berikutnya dibahas penggabungan menjadi satu provinsi. Proses dimulai dengan penggabungan proses formasi: novisiat, filsafat, tahun orientasi kerasulan dan teologi. Hasilnya, pada tahun 2014 dilaksanakan peresmian penggabungan: dari lima provinsi menjadi satu provinsi. Francisco José Ruiz Pérez, S. J. adalah provinsial de España yang terlibat penuh proses penyatuan provinsi-provinsi (Castilla, Loyola, Aragon, Tarragon dan Betica). Proses itu sendiri menjadi matang dan terwujud pada P. Adolfo Nicolás, S. J. menjabat sebagai Jenderal Serikat. Berikut ini kenangan Francisco José Ruiz Pérez, S. J. tentang P. Nico yang di-sharingkan di dalam web Provinsi España. Pengenalan dengan P. Nico yang ditulis berdasarkan pengalaman murmuratio tahun 2008 ketika pemilihan Jenderal dan P. Nico terpilih serta pertemuan-pertemuan dengan P. Nico dalam konteks gubernasi Serikat, P. Nico sebagai Jenderal dan Paco Pepe (Francisco José Ruiz Pérez, S. J) sebagai provinsial España. Berikut ini kesaksian pengenalan Paco Pepe tentang P. Nico
En Memoria del P. Adolfo Nicolás, S. J.
Publicado: Viernes, 22 Mayo 2020
Berita kepergian P. Adolfo Nicolás, S. J. sampai dalam minggu-minggu ini, ketika saya membayangkan dengan setengah meramalkan bahwa P. Adolfo Nicolás, S. J. akan menjadi kenangan dalam Serikat. Saya menuliskan beberapa kenangan yang membantu saya sendiri saat ini untuk menghidupkan kembali (reavivar) momen-momen personal dengan Rama Jenderal Serikat 2008-2016 ini. Kenangan tersebar dari sana sini dalam perjumpaan-perjumpaan dan pertemuan-pertemuan yang hampir semuanya karena tugas-tugas gubernasi Serikat, kecuali wajah dan kedekatan lain, yaitu hidup bersama yang nyaman dan mengesan di kuria Provinsial Madrid selama beberapa bulan sebelum P. Adolfo Nicolás, S. J. berangkat ke Manila pada awal 2017. Di Madrid, ketika itu beliau sedang periksa dokter untuk menngetahui kondisi kesehatannya.
Dari semua kenangan yang saya miliki, saya ambil kembali satu peristiwa karena nilai dan pencerahan yang membantu saya mengerti serta menyerap corak keJesuitan P. Adolfo Nicolás, S. J. serta sumbangannya bagi Serikat. Peristiwa itu terjadi di akhir hari-hari murmuratio KJ 35 di Roma. Saya meminta pertemuan dengan P. Adolfo Nicolás, S. J. dan disepakati melaksanakannya pada sore hari saat kembali dari kuria Generalat ke tempat kami menginap: ketika itu P. Adolfo Nicolás, S. J. menginap di Gezù dan saya di Gregoriana. Jadilah ketika itu suatu perjumpaan cukup panjang untuk suatu murmuratio dan isinya pun kaya.
Demikianlah terjadi. Saat itu saya bermaksud mengenal melalui percakapan kesan pribadi tanpa referensi orang lain tentang pribadi dan kerohanian P. Adolfo Nicolás, S. J. Pada hari itu dan jam itu nama P. Adolfo Nicolás, S. J. sudah terdengar kuat. Karena itu saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kontak dengan pribadi yang untuk kebanyakan orang saat itu kandidat kuat sebagai Jenderal tetapi tidak begitu dikenal. Karena kurang pengalaman bersama serta tidak memiliki penilaian sebelumnya, yang saya serap dalam dialog kami berpengaruh langsung dan spontan pada diri saya, pengaruh langsung yang dilekatkan oleh kesan-kesan awal tentang seseorang yang tidak pernah ditemui sebelumnya dan pengaruh langsung yang selanjutnya terus terjadi. Pada akhirnya, dari percakapan-percakapan serta hal-hal lain tentang P. Adolfo Nicolás, S. J., jejak yang manusiawi dan rohaninya dari kesan pertama tentang P. Adolfo Nicolás, S. J. terkonfirmasi pada waktu-waktu berikutnya.
Yang menjadi fokus pertama: keterbukaan (apertura).
Dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang saya sampaikan, segera saya merasa sikap pribadi yang mencolok dan sangat mewarnai P. Adolfo Nicolás, S. J. adalah keterbukaan. Yang dimaksud adalah keterbukaan cara memandang, keterbukaan mengenai yang menjadi fokus, keterbukaan perspektif. Demikian saya menangkap keterbukaan ini sepanjang gubernasinya. P. Adolfo Nicolás, S. J. menunjukkannya dalam perjumpaan di Roma itu bahwa beliau mendekati pertanyaan-pertanyaan krusial mengenai dunia dan Gereja dengan mengambil sudut yang berbeda. Jelas bahwa telah ter-internalisasi suatu aspek universalitas khas Jesuit, sejalan dengan perjalanan rohani yang saya pikir puncaknya untuk memasukkan diri secara mendalami menghadapi dunia baru yang dilihatnya.
Tanda dan jejak khas ke-Timuran P. Adolfo Nicolás, S. J. jelas bagi kami ketika beliau menjadi Jenderal. Timur bagi P. Adolfo Nicolás, S. J. bukan hanya bagian yang sangat penting dari hidupnya, tetapi juga sebuah kepibaksanaan lain untuk mendekati tema-tema mendasar Serikat. P. Adolfo Nicolás, S. J. menjalankan gubernasi dengan cara menggunakan bersama-sama kunci pengertian dan pengalaman rohani serta budaya yang beragam. Hal ini memampukan beliau untuk mengontemplasikan bentangan pandangan Timur dan Barat, Asia dan Eropa. P. Adolfo Nicolás, S. J. memiliki ketrampilan istimewa untuk memberi sentuhan kebaruan dalam merefleksikan suatu tema, sekaligus kritis terhadap penempatan yang berlebihan corak Eropasentris Serikat dan Gereja. Keterbukaan demikian itu pada diri P. Adolfo Nicolás, S. J. seperti suatu tanda luar biasa dari kemerdekaan batinya. Kemerdekaan batin demikian ini memampukan beliau merenungkan macam-macam persoalan dengan merelativir secara sehat (relativización sana), tidak jarang penuh humor, dalam mengenali di mana mesti berada karena dipandang lebih penting dan di mana tidak.
Yang menjadi fokus kedua: kedalaman (profundidad).
Pengalaman murmuratio pada waktu itu menjadikan saya mengerti jejak lain dari P. Adolfo Nicolás, S. J. yang diturunkan dari sikap terbuka. Saya memperhatikan bahwa dalam merumuskan sesuatu beliau lebih memilih dengan penggambaran dan kekuatan sebuah saran, daripada dengan konsep yang abstrak. P. Adolfo Nicolás, S. J. lebih percaya kekuatan sebuah bahasa yang menggugah daripada kekuatan makna kata-kata yang terbatas. Beliau lebih suka pada pertanyaan-pertanyaan yang memicu pencarian-pencarian, daripada solusi-solusi tertutup.
Yang pasti, kita akan selalu menyatu dengan ajakan terus menerus P. Adolfo Nicolás, S. J. kepada Serikat untuk mengusahakan kedalaman (profundidad) yang dipahami sebagai suatu ruang tidak terbatas dan, meskipun demikian, terisi penuh Allah. Mendapatkan kembali tema diskresi untuk bagian dalam Serikat menurut saya merupakan pengaruh dari penekanan terus menerus kedalaman ini. Dalam arah dan garis yang sama, hal itu kelihatan saat P. Adolfo Nicolás, S. J. saat menyampaikan De Statu di dalam Kongregasi Prokurator tahun 2012 yang mendapat sangat banyak tanggapan:
“… kendati bisa membuat kaget sementara orang, saya memahami bahwa satu dari hal-hal pokok yang Serikat hadapi saat ini adalah dikembalikannya semangat hening (el espíritu de silencio). Dalam hal ini, saya tidak sedang memikirkan pedoman-pedoman maupun aturan-aturan disiplin waktu-waktu hening atau kembali ke rumah-rumah biara yang mirip dengan pertapaan-pertapaan. Yang sedang saya pikirkan lebih keheningan hati para Jesuit. Semua memerlukan tempat di dalam batin kita, yaitu tiadanya keramaian, di dalamnya suara Roh Allah berbicara kepada kita, dengan kelembutan dan diskresi, dan dapat mengarahkan kita saat berdiskresi. Saya menangkap dalam hal ini suatu kebenaran yang mendalam bahwa kita perlu memiliki kemampuan untuk mempertobatkan diri kita dalam keheningan ini, dalam kekosongan, dalam sebuah ruang terbuka yang diisi oleh Sabda Allah dan Roh Allah dapat mengobarkan kita untuk kebaikan sesama dan Gereja[1].
Menurut pendapat saya, P. Adolfo Nicolás, S. J. menyuarakan kepada para Jesuit dari keterbukaan (apertura) dan kedalaman (profundidad) ini. P. Adolfo Nicolás, S. J. menimbang-nimbang keduanya seperti melekat secara khusus pada sendi hidup religius kita saat ini. Demikian beliau mengungkapkan secara baru sebelum memulai Kongregasi Jenderal 36 pada tahun 2016:
“Pemikiran kita itu selalu merupakan suatu pemikiran yang “tidak lengkap”, terbuka terhadap data-data baru terhadap bentuk-bentuk baru dalam mengerti seusatu, terbuka terhadap penilaian-penilaian baru mengenai kebenaran. Kita mesti sungguh-sungguh belajar dari keheningan yang muncul dari kerendahan hati, keheningan dari diskresi sederhana. Seorang Jesuit, seperti saya katakan waktu itu di Africa, mesti membau tiga hal: domba-domba, itu artinya, yang dihayati oleh orang-orang, oleh komunitas; perpustakaan, maksudnya, refleksi dengan kedalaman; dan ketiga, masa depan, artinya, suatu keterbukaan radikal terhadap kejutan dari Allah. Saya percaya bahwa hal-hal tersebut bisa menjadikan seorang Jesuit pribadi yang memiliki pemikiran terbuka[2]”.
Cara P. Adolfo Nicolás, S. J. mengomunikasikan kepada para peserta Kongregasi Jenderal 2016 tentang kesehatannya yang tidak mencukupi untuk menjalankan gubernasi Serikat pun bagi saya merupakan kesaksian tentang sampai seberapa dalam apa yang dirindukan ada di dalam para sahabatnya se-Serikat itu ditanamkan di dalam dirinya. Di dalam Kongregasi Jenderal itu, sementara menerima tepuk tangan dan beliau berjalan menuju tempat duduknya di aula Kongregegasi, saya merasakan dari P. Adolfo Nicolás, S. J., yang sudah melemah, terus sama dengan beliau yang saya kenal saat murmuratio, tahun-tahun sebelumnya, kesederhanaan (la sencillez), dengan itu olehnya gubernasi Serikat Jesus dilaksanakan.
Francisco José Ruiz Pérez, S. J.
Diambil dari: https://Jesuitas.es/es/actualidad/579-en-memoria-del-p-adolfo-nicolas-sj dan diterjemahkan oleh L. A. Sardi S. J.
[1] P. Adolfo Nicolás, S. J., De Statu S. I.,(CP 70, Nairobi, 9-15 Juli 2012.
[2] Razón y Fe, 2016, Vol. 274, no 1415, 128.